Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG
Pada pokok bahasan kali ini khusus membahas tentang konsep dasar perencanaan
pembangunan. Analisis dimulai dengan pembahasan tentang tahap-tahap dalam
perencanaan pembangunan. Selanjutnya akan dibahas siklus perencanaan pembangunan,
Siklus ini dimulai dari penilaian keadaan saat ini sampai dengan penyusunan rencana
tindak (Action Plan) dan anggarannya. Apa saja unsur- unsur-unsur pokok yang ada dalam
perencanaan pembangunan. Pokok bahasan ini juga akan menjelaskan tentang strategistrategi apa saja yang digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan.
Meskipun sudah melakukan perencanaan pembangunan namun masih terdapat
kelemahan pada negara-negara baru berkembang sehingga pokok bahasan ini juga akan
menjelaskan ciri-ciri perencanaan yang baik. Secara singkat, pokok bahasan kali ini akan
membahas tentang hal-hal yang bersifat prinsipil dalam ilmu perencanaan pembangunan
yang mendasari perumusan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dalam raangka
mencapai tujuan pembangunan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Secara umum terdapat 4 tahap dalam proses pembangunan yang sekaligus juga
menggambarkan tugas pokok badan perencana pembangunan. Tahap Pertama adalah
penyusunan rencana, tahap kedua penetapan rencana, tahap ketiga pengendalian
pelaksanaan rencana dan tahap keempat evaluasi keberhasilan pelaksanaan rencana.
Keempat tahap ini berkaitan satu sama lainnya sehingga perlu dijaga konsistensi antara
satu sama lainnya.
a. Tahap penyusunan rencana
Tahap awal kegiatan perencanaan adalah menyusun naskah atau rancangan
rencana pembangunan yang secara formal merupakan tanggung jawab badan
perencanaan pembangunan, baik BAPPENAS untuk tingkat nasional dan BAPPEDA
untul tingkat daerah. Penyusunan rencana ini dapat dilakukan secara swakelola oleh
badan perencana sendiri atau dikontrakkan kepada perusahaan konsultan yang relevan
bila tenaga perencana yang terdapat pada badan perencana tidak mencukupi. Namun
demikian, bila dimungkinkan sebaiknya penyusunan rencana dilakukan sendiri oleh
badan perencana sendiri dengan memanfaatkan tenaga-tenaga ahli tambahan dari
instansi dan badan lainnya yang terkait. Hal ini sangat penting artinya agar
perencanaan tersebut lebih bersifat operasional dengan menjaga keterkaitan antara
perencanaan dan pelaksanaannya.
Bila penyusunan rencana dilakukan dengan menggunakan pendekatan
perencanaan partsipatif, maka sebelum naskah rencana disusun, terlebih dahulu perlu
dilakukan penjaringan aspirasi dan keinginan masyarakat tentang visi dan misi serta
arah pembangunan. Berdasarkan hasil penjaringan aspirasi masyarakat tersebut, maka
tim penyusunan rencana sudah dapat mulai menyusun naskah awal (rancangan)
dokumen perencanaan pembangunan yang dibutuhkan. Kemudian rancangan tersebut
dibahas dalam MUSRENBANG untuk menerima tanggapan dari pihak yang peduli
dan berkepentingan dengan pembangunan seperti tokoh masyarakat, alim ulama,
cerdik pandai dan para tokoh Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) setempat. Naskah
rencana akhir akan dapat disusun oleh badan perencana setelah memasukkan semua
kritikan dan usul perbaikan yang diperoleh dari MUSRENBANG tersebut.
Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap suatu
rencana yang sudah siap untuk ditetapkan, terdiri dari 4 langkah:
a. Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh dan
terukur.
b. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman
pada rencana pembangunan yang telah disiapkan.

c. Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan


masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan pembangunan.
d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
b. Tahap penetapan rencana
Rancangan rencana pembangunan yang telah selesai baru akan berlaku secara
resmi bila telah mendapat pengesahan dari pihak yang berwenang. Sesuai ketentuan
berlaku, RPJP perlu mendapat pengesahan dari DPRD setempat, sedangkan RPJM
dan RKPD cukup mendapat pengesahan dari kepala daerah. Pada tahap kedua ini
kegiatan utama badan perencana adalah melakukan proses untuk mendapatkan
pengesahan tersebut. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa penetapan rencana
oleh kepala daerah pada umumnya berjalan lancar bilamana BAPPEDA telah
melakukan finalisasi setelah memasukkan hasil MUSRENBANG. Akan tetapi
penetapan rencana melalui DPRD seringkali memerlukan proses yang juga cukup
memakan waktu karena diperlukan pembahasan kembali oleh pihak dewan. Bahkan
adakalanya dewan melakukan kembali pembahasan dengan para tokoh masyarakat
untuk mendapatkan penilaian terhadap rancangan rencana yang telah disampaikan
oleh, pihak eksekutif.
c. Tahap pengendalian pelaksanaan rencana
Setelah rencana pembangunan tersebut ditetapkan oleh pihak yang berwenang,
maka dimulai proses pelaksanaan rencana oleh pihak eksekutif melalui SKPD terkait.
Namun demikian, sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, perencana
masih tetap mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pengendalian (monitoring)
pelaksanaan rencana bersama SKPD bersangkutan. Sasaran utama pengendalian ini
adalah untuk memastikan agar pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan terdahulu. Termasuk dalam kegiatan pengendalian ini
adalah melakukan observasi lapangan dan menanggulangi permasalahan dan kendala
yang dihadapi sehingga pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut berjalan lancar
sesuai dengan rencana baik dari segi fisik maupun pemanfaatan dana.
d. Tahap evaluasi keberhasilan pelaksanaan rencana
Setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan selesai, badan perencana masih
mempunyai tanggung jawab terakhir yaitu melakukan evaluasi terhadap kinerja dari
kegiatan pembangunan tersebut. Sasaran utama kegiatan evaluasi ini adalah untuk
mengetahui apakah kegiatan dan objek pembangunan yang telah selesai dilaksanakan
tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selanjutnya perlu pula dievaluasi,
bilamana kegiatan dan objek pembangunan yang sudah dimanfaatkan tersebut dapat
memberikan hasil (outcome) sesuai dengan yang direncanakan semula. Sesuai dengan
PP No. 8 Tahun 2006, evaluasi harus dilakukan dengan menggunakan Metode
Evaluasi Kinerja yang paling kurang didasarkan atas 3 unsur evaluasi utama yaitu
unsur masukan (input) terutama dana, keluaran (output) dan hasil (outcome).
Sedangkan kriteria evaluasi secara lengkap mencakup 6 unsur dengan tambahan
menyangkut dengan evaluasi proses, manfaat (benefit) dan dampak (impact).
Disamping itu, evaluasi ini juga mencakup faktor-faktor utama yang menyebabkan
berhasilnya atau kendala yang menyebakan kurangnya manfaat yang dapat dihasilkan
oleh objek dan kegiatan pembangunan tersebut. Hasil evaluasi ini sangat penting

artinya sebagai masukan atau umpan balik (feedback) untuk penyusunan perencanaan
pembangunan di masa mendatang.
2. SIKLUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Perencanaan pembangunan mempunyai siklus (putaran kegiatan) yang terpola hampir
secara seragam. Memperhatikan literatur perencanaan yang tersedia, secara umum terdapat
10 siklus minimum perencanaan pembangunan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
perencanaan pembangunan. Siklus ini dimulai dari penilaian keadaan saat ini sampai
dengan penyusunan rencana tindak (Action Plan) dan anggarannya. Berikut diuraikan
secara umum kegiatan pokok yang dilakukan untuk masing-masing siklus perencanaan
tersebut.
a. Penilaian keadaan saat ini
Penyusunan perencanaan pembangunan selalu dimulai dengan penilaian terhadap
kondisi umum negara atau daerah baik di bidang fisik dan sosial ekonomi saat ini
(Existing Condition). Kondisi fisik meliputi geografi dan geomorfologi, potensi
sumber daya alam, kondisi lingkungan dan aspek tata ruang. Sedangkan kondisi sosial
ekonomi meliputi aspek kependudukan (demografi), sumberdaya manusia, agama dan
budaya, perekonomian, hukum, pemerintahan dan lain-lainnya. Analisis ini sangat
penting artinya sebagai landasan utama penyusunan perencanaan pembangunan untuk
periode mendatang.
b. Penilaian arah pembangunan masa mendatang
Kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap
arah pembangunan di masa datang. Penilaian ini biasanya dilakukan dengan jalan
melakukan perkiraan (prediksi) secara terukur terhadap beberapa indikator makro
pembangunan di bidang ekonomi, indikator pembangunan yang perlu diperkirakan
kedepan adalah: pertumbuhan ekonomi, kebutuhan investasi untuk mencapai target
pertumbuhan ekonomi, perkiraan pendapatan perkapita, tingkat kemiskinan dan
pengangguran. Di bidang sosial, indikator pembangunan yang perlu diperkirakan
kedepan adalah proyeksi penduduk, perkiraan Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Angka Partisipasi Kasar, Indeks Kematian Bayi dan lain-lainnya. Sedangkan di
bidang fisik dan tata ruang, indikator yang perlu diperkirakan adalah menyangkut
dengan tendensi penggunaan lahan dan pola tata ruang. Sangat disadari bahwa tidak
semua aspek dapat dilakukan penilaian secara terukur (kuantitatif), sehingga untuk
beberapa aspek tertentu seperti agama dan budaya, hukum dan pemerintahan,
penilaian terpaksa dilakukan secara kualitatif.
c. Formulasi tujuan dan sasaran pembangunan
Siklus berikutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan formulasi Secara tepat
tentang tujuan dan sasaran pembangunan. Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah
merupakan gambaran (deskripsi) tentang sasaran akhir yang ingin diwujudkan melalui
kegiatan pembangunan. Sedangkan sasaran pembangunan adalah jabaran lebih
kongkrit tentang tujuan pembangunan tersebut. Sasaran pembangunan biasanya
dirumuskan dalam bentuk target pembangunan secara makro yang harus dicapai pada
akhir periode pembangunan. Formulasi tujuan dan sasaran pembangunan ini Perlu

d.

e.

f.

g.

dilakukan secara hati-hati agar pencapaianya menjadi lebih terjamin sesuai dengan
yang telah ditetapkan semula.
Mengkaji alternatif strategi pembangunan
Setelah tujuan dan sasaran pembangunan dapat dirumuskan secara tepat, maka
langkah berikutnya adalah mengkaji berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan
untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan tersebut. Strategi pembangunan
pada dasarnya adalah cara dan upaya yang terbaik dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan. Strategi pembangunan ini dapat disusun untuk
jangka pendek dan jangka panjang atau bersifat parsial dan menyeluruh. Strategi
pembangunan yang baik adalah strategi yang dapat dilaksanakan secara operasional
sesuai dengan kondisi sosial ekonomi negara dan daerah bersangkutan. Disamping itu,
strategi yang baik dapat mencapai tujuan yang diharapkan dengan pengorbanan biaya
dan upaya yang minimum serta mempunyai dampak negatif yang minimum.
Menetapkan prioritas pembangunan
Setelah strategi pembangunan dapat ditentukan, maka langkah berikutnya adalah
menetapkan prioritas pembangunan. Prioritas pembangunan perlu dilakukan secara
tajam agar pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan dapat dilakukan dengan
kondisi dana yang terbatas. Penetapan prioritas pembangunan tidak berarti kegiatan
dan aspek lainnya tidak penting, tetapi hal ini semata-mata dilakukan karena
keterbatasan dana dan sumberdaya yang tersedia. Prioritas dapat ditentukan menurut
bidang atau sektor pembangunan, seperti bidang sumberdaya manusia atau sektor
pertanian. Bidang atau sektor prioritas adalah sektor mendapat perhatian lebih
dibandingkan dengan sektor lain dalam rangka efisiensi pencapaian tujuan dan
sasaran pembangunan.
Merumuskan kebijakan pembangunan
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan, maka
siklus berikutnya adalah merumuskan kebijakan pembangunan yang tepat sesuai
dengan kondisi umum dan prediksi pembangunan di masa mendatang. Kebijaksanaan
ini juga dapat dirumuskan untuk jangka pendek dan untuk jangka panjang atau
bersifat parsial atau menyeluruh. Perumusan kebijakan pembangunan ini harus
dilakukan secara tepat sesuai dengan permasalahan pokok yang dihadapi serta tujuan
dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan terdahulu. Sama halnya dengan
strategi, kebijakan pembangunan yang baik adalah kebijakan yang dapat dilaksanakan
secara operasional sesuai dengan kondisi fisik dan sosial ekonomi serta kemampuan
keuangan negara dan daerah bersangkutan.
Identifikasi program dan kegiatan
Siklus kegiatan perencanaan berikutnya adalah melakukan identifikasi terhadap
program dan kegiatan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan kebijakan yang
telah ditetapkan terdahulu dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan.
Program dan kegiatan pada dasarnya adalah merupakan tindakan dan upaya yang
harus dilakukan sesuai dengan dana yang tersedia. Untuk keperluan monitoring dan
evaluasi, masing-masing program dan kegiatan ditetapkan indikator kinerja berikut
target kinerja yang harus dicapai. Penentuan indikator dan target kinerja ini juga
diperlukan untuk dapat memudahkan penyusunan Anggaran Kinerja yang harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dewasa ini.

Kenyataan menunjukkan bahwa pada umumnya jumlah dana yang tersedia lebih
kecil dari jumlah program dan kegiatan yang perlu dilakukan pada setiap tahunnya.
Pengecualian hanya terdapat pada daerah-daerah yang mempunyai dana berlimpah
yang berasal dari Dana Bagi Hasil seperti kota dan daerah industri yang mempunyai
Dana Bagi Hasil Pajak sangat besar atau daerah penghasil minyak dan gas alam yang
mempunyai Dana Bagi Hasil Sumberaya Alam yang cukup tinggi. Dalam situasi yang
demikian, penentuan program dan kegiatan prioritas sangat penting artinya guna dapat
mencapai target dan sasaran pembangunan secara optimal sesuai dengan dana yang
tersedia.
h. Menetapkan perkiraan dana investasi yang dibutuhkan
Setelah program dan kegiatan ditetapkan, maka siklus pekerjaan perencanaan
berikutnya adalah menetapkan perkiraan dana investasi yang dibutuhkan. Biasanya
kebutuhan dana ini hanya dilakukan secara kasar dalam bentuk Pagu Dana Indikatif
yang nantinya dapat dirobah lagi pada waktu penyusunan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) yang ditetapkan melalui Nota Kesepakatan antara
ekskutif dan legeslatif. Penetapan perkiraan dana investasi yang dibutuhkan untuk
masing-masing program dan kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan Standar
Anggaran Belanja (SAB) yang ditetapkan oleh masing-masing daerah secara berkala.
Perkiraan dana investasi akan dapat diketahui dengan mengalikan keluaran (output)
yang akan dihasilkan dengan , harga satuan (unit cost) yang ditetapkan dalam SAB.
Bila keseluruhan kebutuhan dana tersebut dijumlahkan akan dapat pula diketahui
jumlah kebutuhan dana untuk masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
pada tahun bersangkutan.
i. Menetapkan indikator kerja
Penetapan Indikator Kinerja sangat penting artinya untuk dapat mengetahui
secara kongkrit tingkat keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan. Karena itu,
siklus kegiatan perencanaan berikutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan
indikator dan target kinerja untuk masing-masing program dan kegiatan. Indikator dan
target kinerja ini dapat ditetapkan secara kuantitatif maupun kualitatif. Untuk
memudahkan penyusunan Anggaran Kinerja dan pelaksanaan Monitoring dan
Evaluasi, sebaiknya indikator dan target kinerja tersebut ditentukan secara kuantitatif,
kecuali hal ini tidak dimungkinkan. Sesuai dengan ketentuan dalam Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), indikator kinerja dan target
kinerja secara lengkap dapat ditentukan berdasarkan 6 kriteria yaitu masukan (input),
proses (process), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak
(impact). Untuk lebih memudahkan, selanjutnya Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2006 melakukan penyederhanaan terhadap kriteria indikator kinerja dan target kinerja
tersebut menjadi hanya 3 yaitu masukan (input), keluaran (output) dan hasil
(outcome).
j. Penyusunan rencana tindak
Siklus terakhir dari penyusunan perencanaan adalah menyusun Rencana Tindak
(Action Plan) yang berisikan berbagai ketentuan operasional dan cara yang perlu
dilakukan dalam pelaksanaan rencana, khusus program dan kegiatan yang telah
ditetapkan. Salah satu ketentuan yang harus diikuti dalam pelaksanaan program dan

kegiatan adalah PERPRES no. 7 tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa
berikut ketentuan perubahannya. Aspek lain yang juga termasuk dalam penyusunan
rencana tindak ini adalah menyangkut dengan kegiatan monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan.

3. UNSUR-UNSUR POKOK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Dalam suatu perencanaan pembangunan menurut Barat terdapat beberapa unsur-unsur
pokok. Secara umum unsur-unsur pokok yang terdapat dalam perencanaan pembangunan
adalah sebagai berikut:
a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar perencanaan pembangunan. Sering juga
disebut sebagai tujuan, arah, dan prioritas-prioritas pembangunan. Meliputi pula
sebagai sasaran pembangunan. Unsur ini merupakan dasar daripada seluruh rencana,
yang kemudiaan di tuangkan dalam unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan
lainnya. Salah satu hal yang penting dalam hal ini adalah, penetapan tujuan-tujuan
rencana.
b. Unsur pokok yang kedua adalah adanya kerangka rencana. Seringkali hal ini disebut
juga sebagai kerangka makro rencana. Dalam kerangka ini dihubungkan berbagai
varibael-variabel pembangunan (ekonomi) serta implikasi hubungan tersebut.
c. Perkiraan sumber-sumber pembangunan merupakan unsur pokok dalam penyusunan
rencana pembangunan. Khususnya adalah sumber-sumber pembiayaan pembangunan.
Seringkali hal ini merupakan bagian dari penelaahan kerangka makro rencana.
Sumber-sumber pembiayaan pembangunan merupakan keterbatasan yang strategis
dalam usaha pembangunan deengan demikian perlu diperkirakan secara seksama.
d. Unsur pokok yang lain dalam perencanaan pembangunan adalah uraian tentang
rencana kebijaksanaan yang konsisten. Berbagai kebijaksanaan perlu dirumuskan dan
kemudian dilaksanakan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan perencanaan pembangunan itu
antara lain kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan penganggaran, kebijaksanaan moneter,
kebijaksanaan harga serta berbagai kebijaksanaan sektoral lainnya. Kecuali itu juga
penting kebijaksanaan pembangunan daerah-dareah.
e. Unsur pokok kelima dari perencanaan pembangunan adalah program investasi.
Program investasi ini dilakukan secara sektoral, misalnya dibidang pertanian, industri,
pertambangan, pendidikan, perumahan, dan lain-lain. Penyusunan program investasi
secara sektoral ini dilakukan bersamaan dengan penyusunan sasaran-sasaran rencana.
Caranya ialah dengan merencanakan program-program investasi tersebut sampai
dengan komponen unit kegiatan usaha yang terkecil yaitu proyek-proyek
pembangunan.
f. Unsur pokok yang terakhir dalam perencanaan pembangunan adalah administrasi
pembangunan. Salah satu segi penting dalam proses perencanaan adalah
pelaksanaanya, dan untuk ini diperlukan suatu administrasi negara yang mendukung
usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut. Perencanaan
penyempurnaan administrasi negara dan pembinaan sistem administrasi untuk
mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perlu direncanakan sebagai

bagian integral dari rencana pembangunan itu sendiri. Dalam usaha tersebut termasuk
pula penelaahan terhadap mekanisme dan kelembagaan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan. Semua ini disebut administrasi pembangunan

4. CIRI-CIRI PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Untuk lebih mengenal dimensi-dimensi dalam konsep perencanaan pembangunan
yang memiliki pedoman secara umum dapat dilihat dari dimensi ciri perencanaan
pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo (1985:49) ada 8 (delapan) poin yang menjadi ciriciri atau indikator sebuah perencanaan pembangunan secara umum yaitu:
a. Merupakan suatu usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai
perkembangan sosial ekonomi yang tetap. Hal ini dicerminkan dalam usaha
peningkatan produksi nasional, berupa tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang
positif.
b. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan perkapita.
Ciri ini adalah kelanjutan dari ciri yang pertama. Laju pertumbuhan ekonomi yang
positif, yaitu setelah dikurangi dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula
kenaikan pendapatan perkapita.
c. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini disebabkan oleh
karena pada umumnya negara-negara baru berkembang struktur ekonominya lebih
cenderung kearah agraris,dan hal ini menyebabkan terdapatnya kelemahan-kelemahan
konjungtural. Oleh karena itu diusahakan lebih adanya keseimbangan dalam struktur
ekonomi.
d. Usaha perluasan kesempatan kerja. Selain untuk mengurangi adanya pengangguran ,
hal ini juga bertujuan untuk menampung masuknya golongan usia kerja baru dalam
kehidupan ekonomi.
e. Usaha pemerataan pembangunan (distributive justice). Pemerataan ini ditujukan
kepada pemerataan pendapatan antara golongan golongan dalam masyarakat dan
pemerataan pembangunan antara daerah-daerah dalam negara.
f. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang
kegiatan-kegiatan pembangunan.
g. Usaha untuk mengupayakan kemampuan membangun secara bertahap lebih
didasarkan kepada kemampuan nasional (dalam artian tidak terlalu menggantungkan
terhadap pinjaman luar negeri).
h. Usaha secara berkelanjutan dalam menjaga stabilitas ekonomi.

5. PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Mekanisme perencanaan menyangkut dengan prosedur pelaksanaan, instansi terlibat,
jadwal pelaksanaannya dan pejabat yang berwenang menetapkan dokumen perencanaan.
Mekanisme ini diperlukan sebagai pedoman bagi aparat perencanaan dalam melaksanakan
penyusunan dokumen berikut penetapannya. Mekanisme perencanaan yang dilakukan
pada tingkat nasional pada dasarnya adalah sama dengan tingkat daerah dan perbedaannya
hanyalah pada lembaga yang terlibat pada setiap tahapan perencanaan.
Menteri perencanaan pembangunan nasional yang dibantu oleh BAPPENAS
menyiapkan rancangan (konsep awal) RPJP nasional, sedangkan Kepala BAPPEDA
menyiapkan rancangan RPJP untuk daerahnya masing-masing. Rancangan RPJP nasional
dan RPJP daerah tersebut kemudian dijadikan bahan utama bagi Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) jangka panjang. Dalam Musrenbang ini diikutsertakan
pemuka dan tokoh masyarakat, pemuka adat, cerdik pandai, LSM dan lain-lainnya dalam
rangka menyerap aspirasi masyarakat guna memberikan masukan dalam penyusunan
dokumen perencanaan. Rincian prosedur pelaksanaan Musrenbang ini diatur lebih lanjut
dalam surat edaran Mendagri dan Menteri Perencanaan Pembangunan.
Prosedur ini juga berlaku pada tingkat daerah, baik provinsi, kabupaten dan kota,
dalam penyusunan RPJMD dan RKPD (rencana tahunan). BAPPENAS menyiapkan
rancangan awal RPJM nasional dan BAPPEDA menyiapkan rancangan awal RPJMD.
Sedangkan Rencana Strategis Departemen dan lembaga (Renstra KL) disiapkan oleh
masing-masing departemen di tingkat pusat dan Renstra SKPD disiapkan oleh dinas dan
instansi daerah. Dengan demikian akan terdapat 3 bentuk Musrenbang yaitu Musrenbang
Jangka Panjang dalam rangka penyusunan RPJP, Musrenbang Jangka Menengah dalam
rangka penyusunan RPJM dan Musrenbang Tahunan dalam rangka penyusunan RKPD.
Aspirasi masyarakat yang berkembang dalam Musrenbang selanjutnya dijadikan masukan
utama untuk perbaikan dokumen perencanaan pembangunan sebelum difinalkan.
Terdapat perbedaan prosedur penetapan RPJM antara ketentuan yang tertera dalam
Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dengan Undang'undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Pada Undangundang No. 25 tahun 2004, dinyatakan bahwa RPJM ditetapkan dengan Peraturan
Presiden (untuk nasional) dan Peraturan Kepala Daerah uhtuk RPJM Daerah. Sedangkan
pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004, RPJM nasional harus ditetapkan oleh DPR
dengan Undang-undang dan RPJM Daerah oleh DPRD dengan PERDA. Perbedaan ini
tentunya menimbulkan kebingungan bagi aparat perencana pembangunan baik di tingkat
pusat maupun daerah sehingga perlu ada jalan keluar yang cukup logis ditinjau dari segi
prinsip Ilmu Hukum maupun Ilmu Politik.
Dari segi Ilmu Hukum terdapat suatu prinsip yang dinamakan sebagai "Leg
Specialist" yang berati bahwa bila terdapat suatu undang-undang yang mengatur khusus
tentang suatu hal, maka ketentuan tersebut seharusnya dijadikan pedoman utama untuk
hal-hal yang diaturnya. Karena Undang-undang No. 25 Tahun 2004 khusus mengatur
tentang Sisteni Perencanaan Pembangunan Nasional, maka pengelolaan perencanaan
pembangunan harus mempedomani undang-undang ini dan bukan Undang-undang No. 32

Tahun 2004 walaupun didalamnya juga ada bab yang membahas tentang perencanaan
pembangunan. Dengan demikian, sangat beralasan kiranya bila dikatakan bahwa
penetapan RPJM seharusnya dilakukan melalui Peraturan Presiden atau Peraturan Kepala
Daerah sesuai dengan amanat Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tersebut dan bukan
berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004.
Dari segi Ilmu Politik, karena dewasa ini Indonesia telah melakukan sistem pemilihan
langsung, maka pemilihan Presiden dan Kepala Daerah langsung dilakukan oleh rakyat
dan bukan oleh DPRD. Ini berarti Presiden dan Kepala Daerah terpilih bertanggung jawab
langsung kepada rakyat dan bukan kepada DPRD. Mengingat RPJM berisikan visi dan
misi yang telah dijanjikan kepada rakyat, maka penentapan RPJM seharusnya dilakukan
oleh kepala daerah sendiri dan tidak oleh DPRD. Dengan demikian baik dari segi Ilmu
Hukum maupun Ilmu Politik, maka penentapan RPJM oleh Kepala Daerah sendiri sesuai
Undang-undang No. 25 Tahun 2004 adalah sangat logis dan cukup beralasan. Sedangkan
dalam penetapan RPJP tidak terdapat perbedaan pendapat antara kedua undang-undang,
yaitu sama-sama ditetapkan oleh DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah.
Aspek lainnya yang berbeda dalam SPPN 2004 dibandingkan dengan ketentuan yang
berlaku sebelumnya adalah menyangkut dengan jenis dokumen perencanaan yang
dijadikan dasar utama dalam penyusunan anggaran. Ketentuan sebelumnya menyatakan
bahwa Renstra Daerah (Renstrada) merupakan dasar utama penyusunan RAPED.
Mengingat Renstrada adalah perencanaan untuk 5 tahunan, tentu isinya tidak sampai
kepada kegiatan dan kebanyakan hanya sampai pada program pembangunan. Akibatnya
penyusunan RAPED sering mengalami kesulitan karena penyusunan anggaran lebih
banyak dilakukan pada tingkat kegiatan.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka SPPN 2004 mengamanatkan bahwa dasar utama
penyusunan RAPED bukan Renstrada, tetapi adalah RKPD yang merupakan dokumen
perencanaan tahunan. Sebagai sebuah perencanaan tahunan RKPD merupakan
perencanaan yang lebih operasional dan rinci yang berisikan program sampai pada tingkat
kegiatan. Dengan demikian, penyusunan RAPED untuk tahun tertentu diperkirakan tidak
akan mengalamai kesulitan bila penyusunannya didasarkan pada RKPD pada tahun
bersangkutan.

6. KELEMAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NEGARA-NEGARA BARU


BERKEMBANG
Pada tahun 1970 badan dunia PBB telah mencanangkan sebadai dasawarsa
pembangunan dunia, terutama ditujukan pada negara-negara yang baru merdeka yang
masih tertinggal jauh kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya. Maka model
perencanaan pembangunan yang pernah diterapkan di suatu negara benyak pula
diterapkan untuk negara linnya. Tapi dalam pelaksanaan pembangunan di negara-negara
tersebut mengalami banyak kegagalan. Hal ini menggambarkan bahwa model perencanaan
pembangunan itu bukanlah suatu blue print yang dapat diterapkan begitu saja tanpa
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakatnya serta kemampuan sumber daya alam
dan sumber daya manusianya.
Menurut Arthur Lewis dan Alberet Waterson beberapa kelemahan perencanaan
pembangunan di negara-negara berkembang, yaitu :
1. Seringkali merupakan dokumen politik mengenai cita-cita pembangunan yang
dikehendaki atau yang diinginkan.
2. Sering kurang mendapatkan dukungan politik dan kurangnya kestabilan politik.
3. Kurangnya hubungan dan koordinasi antara penyususn rencana dan pada
rencananya (Team) dengan pelaksana rencana dan para pelaksananya.
4. Dalam pemilihan (dalam bidang) berbagai alternatif, sehingga menguntungkan
bagi suatu pihak dan merugikan bagi pihak lainnya (trade offs), dalam hal ini
perlu ada kesepakatan antara berbagai tujuan pembangunan tersebut
(Reconciliation).
5. Kurang dukungan data statistik, hasil penelitian dan informasi yang mendukung
untuk satu perencanan.
6. Kurang menguasai teknik-teknik perencanaan dan kurangnya sumber daya
manusia untuk itu.
7. Kurang menyadari dan kurang perhatian, bahwa perencanaan merupakan suatu
proses yang saling berhubungan erat antara perencanaan dengan pelaksanaannya.
8. Kurangnya kemampuan administrasi pemerintahan untuk pelaksanaan rencana
pembangunan. Administrasi dan politik seringkali merupakan hambatan utama
dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan.

7. CIRI-CIRI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BAIK

Untuk dapat memberikan gambaran tentang penyusunan perencanaan yang dapat


dianggap baik, maka pada bagian terakhir ini dibahas ciri-ciri perencanaan yang
dipersiapkan dengan baik. Hal ini sangat penting untuk dapat menjadi acuan bagi para
perencana dalam melakukan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan baik pada
tingkat nasional maupun daerah.
Berdasarkan pengalaman dimasa lalu, ciri-ciri tersebut meliputi 8 aspek dengan
rincian sebagai berikut :
a. Tersusun secara lengkap termasuk sektor swasta
Karena perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah merupakan usaha
pemerintah untuk mendorong proses pembangunan, maka banyak kalangan
beranggapan bahwa perencanaan tersebut hanya mencakup aspek-aspek yang
berkaitan langsung dan dibiayai oleh pemerintah saja. Anggapan ini sebenarnya
tidaklah tepat karena perencanaan I pembangunan itu pada dasarnya adalah sebuah
perencanaan f yang bersifat menyeluruh, tidak hanya mencakup sektor pemerintah,
tetapi juga meliputi sektor swasta dan masyarakat secara keseluruhan.
Namun demikian khusus untuk sektor swasta perencanaan yang diperlukan
tidaklah secara langsung sebagaimanai halnya dengan sektor pemerintah karena
kegiatan ini tidak dibiayai dengan dana publik. Misalnya untuk sektor industri,
perdagangan dan jasa yang umumnya dilaksanakan dan dibiayai oleh dana pihak
swasta, maka aspek yang perlu dimasukkan dalam rencana pembangunan adalah
menyangkut dengan arah pengembangan dan target produksi yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan pasar. Hal ini pentingdirencanakan agar terdapat kesesuaian antara
permintaan dan penawaran sehingga kelangkaan produksi dapat diatasi dan kestabilan
harga dapat dijaga. Aspek lainnya yang juga perlu dimasukkan dalam rencana adalah
menyangkut dengan jenis teknologi produksi yang diprioritaskan sesuai dengan
kondisi pasar kerja sehingga I tingkat pengangguran dapat dikurangi. Untuk negara
sedang berkembang dimana modal terbatas, tetapi tenaga kerja tersedia dalam jumlah
yang cukup banyak, maka jenis teknologi produksi yang diutamakan adalah Padat
Karya (Labor Intensive Technology).
b. Memasukan evaluasi perekonomian masa lalu
Aspek berikutnya yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan
pembangunan yang baik adalah memasukkan evaluasi (review) perekonomian masa
lalu. Hal ini sangat penting artinya mengingat pembangunan merupakan proses yang
berkelanjutan yang berarti pembangunan yang akan direncanakan sangat ditentukan
pula oleh hasil pembangunan yang telah dilakukan di masa lalu. Hasil pembangunan
berikut permasalahan dan kendala yang dihadapi akan dapat diketahui melalui
evaluasi terhadap perekonomian di masa lalu.
Evaluasi perekonomian di masa lalu cukup dilakukan secara makro dengan
memfokuskan perhatian pada struktur perekonomian, pertumbuhan ekonomi dan
potensi pembangunan yang dimiliki. Disamping itu, perlu pula diungkapkan secara
rinci dan jelas permasalahan dan kendala pokok yang dihadapi dalam proses
pembangunan. Sejalan dengan hal ini, akan sangat bermanfaat sekali bilamana
dilakukan pula analisis terhadap berbagai isu pembangunan dan perubahan

c.

d.

e.

f.

lingkungan strategis yang mempengaruhi pola pembangunan di masa mendatang.


Kesemuanya akan dijadikan dasar dalam perumusan strategi, kebijakan dan program
pembangunan yang akan direncanakan.
Merinci tujuan dan prioritas pembangunan
Penyusunan perencanaan yang baik memerlukan penetapan dan analisis yang
jelas dan kongkrit tentang tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Tujuan
pembangunan merupakan hal yang sangat mendasar yang pada dasarnya
diterjemahkan dari tujuan umum dibentuknya suatu negara dan daerah. Karena tujuan
pembangunan lebih bersifat prinsip dan sangat mendasar dalam rangka mewujudkan
aspirasi masyarakat secara keseluruhan. Agar menjadi lebih operasional, maka tujuan
pembangunan tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk prioritas pembangunan.
Sedangkan prioritas pembangunan ini ditetapkan dalam rangka lebih mengoptimalkan
pencapaian sasaran pembangunan dengan memperhatikan keterbatasan dana dan
sumberdaya pembangunan lainnya yang tersedia.
Menterjemahkan tujuan kedalam target pembangunan
Perencanaan yang baik haruslah terarah dan terukur sehingga sasaran
pembangunan menjadi jelas dan dapat di monitor dan dievaluasi dikemudian hari
untuk mengetahm tingkat capaian yang dapat dihasilkan. Untuk keperluan ini, maka
tujuan dan sasaran pembangunan perlu diterjemahkan lebih lanjut ke dalam berbagai
target pembangunan. Target tersebut dapat ditentukan secara makro mencakup
perekonomian secara menyeluruh atau sektoral, maupun secara mikro pada tingkat
program dan kegiatan. Disamping itu, target tersebut dapat ditetapkan secara
kuantitatif maupun kualitatif, tergantung pada ketersediaan data yang diperlukan.
Penentuan target pembangunan tersebut nerlu ditentukan secara hati-hati dengan
memperhatikan sasaran yang ingin dicapai dan kemampuan masa lalu dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dengan cara demikian, target pembangunan
yang ditetapkan tidak akan terlalu muluk atau terlalu pesimis.
Strategi dan kebijakan bersifat spesifik
Dalam perencanaan pembangunan yang dipersiapkan dengan baik, biasanya
strategi dan kebijakan yang dirumuskan adalah bersifat spesifik sesuai kondisi,
potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh negara dan daerah bersangkutan.
Strategi dan kebijakan yang bersifat spesifik biasanya akan dapat mendorong proses
pembangunan secara lebih baik dan cepat karena sesuai dengan kondisi, dan situasi
pada daerah bersangkutan. Sedangkan strategi dan kebijakan yang hanya diambil dari
apa yang telah dilakukan di daerah lain seringkali tidak berhasil dengan baik dalam
pelaksanannya karena kondisi yang berbeda.
Berisikan perencanaan kebutuhan investasi
Perencanaan dan penganggaran merupakan dua aspek yang sangat terkait satu
sama lainnya. Karena itu, perencanaan yang dipersiapkan dengan baik seharusnya
juga memuat perkiraan jumlah investasi yang diperlukan untuk dapat mencapai
sasaran dan target pembangunan yang telah ditetapkan semula. Perkiraan investasi
tersebut selanjutnya dapat dibagi atas kebutuhn investasi pemerintah dan kebutuhan
investasi swasta dan masyarakat. Memperhatikan kondisi keuangan yang ada, maka
dari perkiraan kebutuhan investasi ini akan dapat disusun anggaran yang sesuai
dengan kebutuhan investasi yang ditetapkan dalam rencana. Dengan cara demikian,

akan terdapat keterpaduan antara perencanaan, pemrograman dan anggaran (Planning,


Program and Budgeting).
g. Memuat perkiraan atau proyeksi selama periode perencanaan
Perencanaan yang baik bersifat terukur melalui penetapan sasaran dan target
pembangunan secara kongkrit. Karena itu, dalam perencanaan pembangunan yang
dipersiapkan dengan baik akan terdapat perkiraan (proyeksi) masa datang yang juga
dapat berfungsi sebagai sasaran dan target pembangunan secara kuantitatif. Perkiraan
dan proyeksi yang diperlukan paling kurang adalah yang bersifat makro, baik yang
menyangkut dengan pembangunan ekonomi yang meliputi pertumbuhan ekonomi,
pendapatan perkapita dan perkiraan investasi, pembangunan sosial'budaya yang
meliputi Indeks Pembangunan Manusia, tingkat pengangguran dan tingkat
kemiskinan dan aspek tata ruang wilayah. Bilamana penyusunan perkiraan atau
proyeksi secara kuantitatif tidak dimungkinkan baik karena keterbatasan data, maka
perkiraan tersebut dapat pula ditentukan dalam bentuk persentasi atau kualitatif
sepanjang jelas dan kongkrit.
h. Mempunyai kaitan yang jelas dengan perencanaan pembangunan yang lainnya
Dalam rangka mewujudkan perencanaan yang terpadu dan bersinergi antar daerah
dan tingkat pemerintahan, maka pada perencanaan yang dipersiapkan dengan baik
terlihat dengan jelas kaitan dan hubungan antara satu dokumen perencanaan dengan
dokumen perencanaan lainnya yang terkait. Untuk mewujudkan hal ini, maka
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Strategis
(Renstra) harus berhubungan dan terkait jelas dengan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP). Sedangkan Rencana Tahunan merupakan jabaran lebih kogkrit dari
RPJM dan Renstra. Keterkaitan tersebut juga perlu diwujudkan secara jelas antara
perencanaan pembangunan suatu daerah dengan daerah lain yang terkait. Tentunya
dalam hal ini keterkaitan tersebut tidak berarti sama, tetapi tidak bertentangan dan
bahkan saling endukung satu sama lainnya.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN KELOMPOK

Dalam perencanaan pembangunan, harus ada tahapan-tahapan yang harus


dilakukan oleh badan perencana. Tahapan-tahapan yang harus dilakukan adalah :
1. Tahap penyusunan rencana
2. Tahap penetapan rencana
3. Tahap pengendalian pelaksanaan rencana
4. Tahap evaluasi keberhasilan pelaksanaan rencana
Dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan tersebut harus diperhatikan
beberapa siklus yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan,
siklus-siklus tersebut meliputi :
1. Penilaian keadaan saat ini
2. Penilaian arah pembangunan masa datang
3. Formulasi tujuan dan sasaran pembangunan
4. Mengkaji alternatif strategi pembangunan
5. Menetapkan prioritas pembangunan
6. Merumuskan kebijakan pembangunan
7. Identifikasi program dan kegiatan
8. Menetapkan perkiraan dana investasi yang dibutuhkan
9. Menetapkan indikator kerja
10. Penyusunan rencana tindak
Meskipun negara-negar baru berkmbang sudah melakukan peencanaan
pembangunan, tapi dalam pelaksanaan pembangunan di negara-negara tersebut
mengalami banyak kegagalan. Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi sosial budaya
masyarakatnya serta kemampuan sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
Untuk mengatasi kelemahan perencanaan pembangunan pada negara-negara baru
berkembang, harus dilakukan perencanaan pembangunan yang baik.
Ciri-ciri perencanaan pembangunan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Tersusun secara lengkap termasuk sektor swasta
2. Memasukan evaluasi perekonomian masa lalu
3. Merinci tujuan dan prioritas pembangunan
4. Menterjemahkan tujuan kedalam target pembangunan
5. Strategi dan kebijakan bersifat spesifik
6. Berisikan perencanaan kebutuhan investasi
7. Memuat perkiraan atau proyeksi selama periode perencanaan
8. Mempunyai kaitan yang jelas dengan perencanaan pembangunan yang
lainnya.

2. DAFTAR PUSTAKA
Sjafrizal, 2014, Perencanaan pembangunan Daerah Dalam Otonomi Daerah,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

www.academia.edu/ 9149394/Perencanaan_Pembangunan
cintasejarahislam.blogspot.co.id/2012/09/unsur-unsurpokok-perencanaan.html
http://odenkmachron.blogspot.co.id/2008/04/perencanaan-pembangunan.html

Anda mungkin juga menyukai