Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Setiap tahun kerak luar bumi bergetar sekitar satu juta kali. Getarangetaran tersebut dapat diukur dengan peralatan seismograf. Sekitar 20 getaran
diantaranya merupakan gempa bumi kuat dan 2 getaran merupakan gempa
bumi ynag sangat kuat. Gempa bumi merambat melalui getaran keseluruh
permukaan Bumi, akan tetapi menjadi berbahaya disekitar pusat gempa.
Daerah yang paling rawan adalah yang mengalami pergeseran lempeng
tektonik.
Gempa bumi merupakan bencana alam yang paling menakutkan bagi
manusia, karena bencana alam ini terjadi secara tiba-tiba, tidak dapat
diprediksi kapan terjadinnya. Hal ini akibat kita selalu mengandalkan tanah
tempat kita berpijak di bumi sebagai landasan yang paling stabil yang bisa
selalu dalam keadaan diam dan menopang kita. Begitu terjadi gempa bumi,
kita tiba-tiba menyadari bahwa tanah yang kita pijak tersebut ternyata bisa
kehilangan stabilitasnya sehingga dapat merusak lingkungan dan bangunan
yang ada di atas lapisan permukaan tanah, dan mampu menelan korban.
Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko
gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa diseIuruh dunia. Data-data
terakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata-rata setiap tehun
terjadi sepuluh kegiatan gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan yang
cukup besar di Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan

sebagian lagi pada daerah pemukiman. Pada daerah pemukiman yang cukup
padat, perlu adanya suatu perlindungan untuk mengurangi angka kematian
penduduk

dan

kerusakan

berat

akibat

goncangan

gempa.

Dengan

menggunakan prinsip teknik yang benar, detail konstruksi yang baik dan
praktis maka kerugian harta benda dan jiwa menusia dapat dikurangi.
Seperti halnya peristiwa beberapa tahun yang lalu di Yogjakarta diguncang
oleh gempa berkekuatan 6,2 skala Richter pada tanggal 27 Mei 2006 kurang
lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik.Korban tewas menurut laporan
terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul
07:00 WIB, berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa,
Kulon Progo 26 jiwa, Gunung Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668
jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa, Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa
dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara korban luka berat
sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan. Kabupaten
Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi
menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh.

Gambar 1. gempa Yogjakarta.

Biasanya setelah terjadi gempa manusia baru sadar akan konstruksi


bangunan yang kurang kokoh menyebabkan banyak menelan korban jiwa.
Bangunan yang tahan gempa bisa dibangun dengan teknologi sederhana yang
biasa dipakai dalam rumah-rumah konvensional dengan sistem struktur beton
bertulang, dinding batu-bata dan atap kayu. Penambahan yang perlu
dilakukan, misalnya pada penambahan angkur yang memperkuat hubungan
antara elemen beton, dinding, atap dan elemen lainnya. Dengan sistem-sistem
bangunan yang dikenal di Indonesia dan dibuat oleh standarisasi pemerintah.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana cara meminimalisir hancurnya bangunan akibat dampak yang
ditimbulkan gempa bumi?
2. Apakah struktur suatu bangunan berpengaruh terhadap kekuatan bangunan
untuk menahan gempa bumi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1.3.1. Tujuan Penulisan
1. Memahami dampak yang ditimbulkan gempa bumi agar dapat
meminimalisir rusaknya suatu bangunan.
2. Berpengaruh atau tidaknya struktur bangunan dalam menahan gempa bumi.
1.3.2. Manfaat Penulisan
1. Kita dapat mengetahui, memahami arti dari gempa bumi, dampak yang
ditimbulkannya.
2. mengetahui bahwa struktur bangunan sangat berpengaruh terhadap kekuatan
suatu bangunan dalam menahan gempa bumi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Devinisi Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan suatu bencana alam yang disebabkan oleh
lempeng-lempeng yang merupakan bagian dari kerak bumi yang bergerak aktif.
Pergerakan itu dipicu antara lain oleh air laut dan samudera. Sekitar 71 persen
wilayah bumi kita terdiri atas laut dan samudera, atau dengan kata lain berupa
air. Lempeng-lempeng bumi ini sebenarnya adalah bagian dari kerak bumi
yang terdiri atas berbagai jenis bebatuan. Efek dari pergeseran itu adalah
berupa getaran yang disebut gempa. Gempa terjadi karena ada perpindahan
massa dalam lapisan batuan bumi. Kekuatan suatu gempa bergantung pada
jumlah energi yang terlepas, saat terjadi pergeseran dan tumbukan. Pergeseran
tersebut

memang memungkinkan

terjadinya

tumbukan.

Ada

kalanya

pergeseran itu menyebabkan perubahan bentuk yang tiba-tiba, sehingga terjadi


ledakan dan patahan yang menimbulkan gempa hebat yang disebut sebagai
gempa tektonik. Keadaan itu tidak bisa kita hindari karena memang bagian dari
evolusi bumi. Walaupun gempa tidak dapat kita prediksi, namun kita dapat
meminimalisir dampak yang ditimbulkannya dengan cara membangun rumah
tahan gempa. Ketika gempa dan tsunami, sebagian besar rumah tradisional
(berbahan kayu) masih tetap berdiri kokoh. Bahkan di negara jepang yang
sering terjadi ratusan gempa, bahan dasar rumah mereka (Jepang, red) terbuat
dari kayu dan kertas ditambah lagi dengan pintu yang digeser kesamping, serta
meja ala jepangnya yang hampir menyentuh lantai. Kini dengan teknologi

barunya, Jepang menciptakan rumah Barier adalah rumah bola nomaden yang
memiliki banyak keistimewaan. Diantaranya, tahan gempa dan bisa
mengapung di air. Rumah bola ini dibuat berdasarkan Hukum Bernauli yang
berbunyi: jika ada angin berhembus di bawah suatu benda, maka benda
tersebut mengalami tekanan gaya ke bawah. Dinding rumah ini terdiri dari 32
sisi. Rahasia dari rumah ini adalah pada sistem pondasinya. Dengan
menggunakan struktur pondasi bebas (beda dengan rumah biasa) dan
pemberian gaya yang merata di 32 sisi dinding rumah bola ini menyebabkan
rumah bola ini memiliki kekuatan yang merata pada setiap bagiannya.
Bahan rumah ini terdiri dari tiga lapisan, lapisan tengahnya mampu
mengalirkan udara masuk dan keluar. Bagian sisi paling luar dibuat dari bahan
urethane anti air, lapisan tengah adalah agregat (kerikil) dan lapisan dalamnya
terbuat dari bahan kayu. Makanya, sela-sela kerikil inilah yang dimanfaatkan
untuk mengalirkan udara. Jika terjadi banjir, rumah ini akan secara otomatis
bisa mengapung di atas air. Hanya saja tidak bisa dikendalikan oleh penghuni
rumah bola tersebut. Mereka akan terbawa terus oleh arus. Walaupun
demikian, rumah Barier ini juga bisa dimodifikasi sesuai dengan keinginan
pemilik rumah. Menurut perusahaan World Window yang berlokasi di
Timinaga, Yamagata city, terdapat beberapa ukuran tipe rumah Barier, yaitu
da ukuran 3S, 3SL, 2S, S, M dan L.

2.2. Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
metode penulisan studi pustka. Metode penulisan studi pustaka adalah metode
dengan cara menelaah berbagai sumber bacaan yang dikaji dari berbagai
sumber baik cetak maupun elektronik.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Prinsip-prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa.
Di Indonesia, Rumah tahan gempa (Smart Modula) ini tergolong konsep
revolusioner untuk konstruksi bangunan serba guna. Desain rumah ini memiliki
fleksibilitas tinggi, mudah dalam membangunnya, dan cukup kokoh. Konsep
knock down atau bongkar pasang yang cukup sederhana tapi praktis ini telah
digulirkan sejak lima tahun lalu oleh BB Triatmoko SJ. Struktur utama rumah
tahan gempa ini tidak ditanam atau ditopang dengan fondasi yang memanjang
di bawah dinding rumah, tetapi hanya menggunakan umpak di setiap sudut
rumah. Konsepnya mengadopsi model rumah tradisional adat Jawa yang dibuat
dari kayu. Dengan penopang semacam ini, saat terjadi gempa, relatif bisa
fleksibel. Jika menggunakan model fondasi seperti rumah-rumah konvensional,
hampir dipastikan akan mengalami keretakan atau patah saat dilanda gempa
hebat. Berikut perinsip-perinsip utama rumah tahan gempa.
3.1.1. Denah yang sederhana dan simetris
Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah
bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal
yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena
kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang lebih merata.
3.1.2. Bahan bangunan harus seringan mungkin
Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu. Arsitek
dan Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika

mungkin sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan
besarnya beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan.
Sebagai contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan
beban gempa horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup
atap seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata
menghasiIkan beban gempa sebesar 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh
dinding kayu.
3.1.3. Perlunya sistim konstruksi penahan beban yang memadai
Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus
dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya
honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke
tanah. Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu
bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang
tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi Ieleh
terlebih dulu. Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi
sebelum keruntuhan akibat momen lentur pada batangnya. Cara dimana gayagaya tersebut dialirkan biasanya disebut jalur Iintasan gaya. Tiap-tiap
bangunan harus mempunyai jalur lintasan gaya yang cukup untuk dapat
menahan gaya gempa horisosontal.

3.2. Struktur Rumah Penahan Gempa.


3.2.1. Struktur Atap
Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang menahan
beban gempa dalam arah X maka keruntuhan akan terjadi seperti,
diperlihatkan ada gambar berikut:
Gambar 2. keruntuhan menahan gempa dalam arah X

.
Sistim batang pengaku yang diperlukan diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 3. Sistim batang pengaku yang diperlukan.

Jika lebar bangunan lebih besar dari lebar bangunan di mungkin diperlukan 2
atau 3 batang pengaku pada tiap-tiap ujungnya. Dengan catatan bahwa

10

pengaku ini harus merupakan sistim menerus sehingga semua gaya dapat
dialirkan melalui batang-batang pengaku tersebut. Gaya-gaya tersebut
kemudian dialirkan ke ring balok pada ketinggian langit-langit. Gaya-gaya
dari batang pengaku dan beban tegak lurus bidang pada dinding
menghasilkan momen lentur pada ring balok seperti terlihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 4. arah momen lentur pada ring balok

Gambar 5. kuda-kuda.

Jika panjang dinding pada arah lebar (arah pendek) lebih besar dari 4 meter
maka diperlukan batang pengaku horisontal pada sudut untuk memindahkan
beban dari batang pengaku pada bidang tegak dinding daIam arah X dimana
elemnen-elemen struktur yang menahan beban gempa utama. Sekali lagi ring
balok juga harus menerus sepanjang dinding dalam arah X dan arah Y
Sebagai pengganti penggunaan batang pengaku diagonal pada sudut, ada 2
(dua) alternatif yang dapat dipilih oIeh perencana; Ukuran ring balok dapat
11

diperbesar dalam arah horisontal, misalnya 15 cm menjadi 30cm atau sesuai


dengan yang dibutuhkan alam perhitungan. Ring bolok ini dipasang diatas
dinding dalam arah X. Dipakai langit-langit sebagai diafragma, misalnya
plywood. Untuk beban gempa arah Y, sistim struktur dibuat untuk mencegah
ragam keruntuhan. Untuk mengalirkan gaya dari atap kepada dinding dalam
arah Y, salah satu alternatif diatas dapat dipilih yaitu penggunaan batang
pengaku horisontal ring balok atau memakai langit-langit sebagai diafragma.
3.2.2. Struktur Dinding
Gaya-gaya

aksiaI

dalam

ring

balok

harus

ditahan

oleh

dinding.

Pada dinding bata gaya-gaya tersebut ditahan oleh gaya tekan diagonal yang
diuraikan menjadi gaya tekan dan gaya tarik. Gaya aksiaI yang bekerja pada
ring balok juga dapat menimbulkan gerakan berputar pada dinding. Putaran
ini ditahan oleh berat sendiri dinding, berat atap yang bekerja diatasnya dan
ikatan sloof ke pondasi. Jika momen guling lebih besar dari momen
penahannya maka panjang dinding harus diperbesar. Kemungkinan lain untuk
memperkaku dinding adalah sistim diafragma dengan menggunakan
plywood, particle board atau sejenisnya, atau pengaku diagonal kayu untuk
dinding bilik. Penggunaan dinding diafragma lebih dianjurkan karena sering
terjadi kesulitan untuk memperoleh sambungan ujung yang lebih pada sistim
pengaku diagonal. Beban gempa yang bekerja pada arah Y ditahan dengan
cara yang sama dengan arah X Sebagal sistem struktur utama yang mana
dinding harus mampu menahan beban gempa yang searah dengan bidang
dinding, dinding juga harus mampu menahan gempa dalam arah yang tegak

12

lurus bidang dinding. Dengan alasan ini maka dinding bata (tanpa tulangan)
harus diperkuat dengan kolom praktis dengan jarak yang cukup dekat.
Sebagai pengganti kolom praktis ini dapat dipakai tiang kayu.
Gambar 6. struktur pondasi
.

3.2.3. Struktur Pondasi


Struktur pondasi berperanan penting untuk memindahkan beban gempa dari
dinding ke tanah. Pertama, pondasi harus dapat menahan gaya tarik vertikal
dan gaya tekan dari dinding. Ini berarti sloof menerima gaya geser dan momen
lentur sebagai jalur Iintasan gaya terakhir sebelum gaya-gaya tersebut
mencapai tanah. Akhirnya sloof memindahkan gaya-gaya datar tersebut ke
pada tanah yang ditahan oleh daya dukung tanah dan tekanan tanah lateral.
Rumah yang terbuat dari kayu dengan lantai kayu dan pondasi kayu seperti
gambar-gambar di bawah ini memerlukan batang pengaku untuk mencegah
keruntuhan.

Gambar 7. rumah kayu.

Gambar 8. detail.

Gambar 10. detail B.

Gambar 11. detail C.

Gambar 9. detail A.

Gambar 12. detail D.


13

BAB IV
PENUTUP
4.1. kesimpulan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, struktur bangunan sangat
berpengaruh dalam mencegah kerusakan bangunan akibat gempa bumi,
terutama kekenyalan struktur sehingga dapat meminimalisir kerugian. Gaya
gempa hanya dapat ditahan oleh sistem struktur yang menerus (jalur lintasan
gaya yang menerus) dari puncak bangunan sampai ke tanah.
4.2. Saran.
Waspadailah bencana alam, salah satunya gempa bumi, karena kita tidak
dapat mengetahui kapan gempa bumi itu datang dan dapat merugikan jiwa dan
harta kita, maka dari itu dalam membangun suatu bangunan tempat tinggal
laruslah menggunakan prinsip Teknik yang benar.

14

DAFTAR PUSTAKA

Sasrodarsono, Suyono.,2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Pertja,

Jakarta.
http://www.pu.go.id/publik/bencana/gempa/gempa%20tsunami4.htm.5
Februari 2010
http://aboutsipil.wordpress.com/...t-bag-1/.8 Februari 2010
http://forum.detikinet.com/showt...%3D92231.5 Februari 2010

15

Anda mungkin juga menyukai