Anda di halaman 1dari 18

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna, yang membedakan kesempurnaan manusia dengan
mahluk-mahluk

lainnya

adalah

akal

dan

pikiran.

Allah

SWT

membekali akal bagi manusia untuk keberlangsungan hidupnya,


sehingga sesuai dengan tujuan diciptakannya

manusia yaitu

sebagai khalifah bumi, yang membawa misi rahmatan lilalamin


(kasih sayang bagi seluruh alam). Dengan akal pikiran yang telah
diberikan oleh Allah SWT, islam sejatinya menuntut manusia untuk
mengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus
mengangkat harkat dan martabat kehambaan kepada Allah dan
membenarkan dirinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi, yaitu
dengan jalan mencari ilmu pengetahuan.
Sebagaimana yang terdapat dalam sabda-sabda Rasul-Nya,
yaitu

Muhammad

SAW,

yang

mengumandangkan

kewajiban

mencari ilmu bagi umat Muslim. Rasulullah SAW memprioritaskan


umatnya untuk mencari ilmu syari, yaitu demi pembentukan sikap
dan prilaku yang mengandung unsur akhlakul karimah. Dalam
meraih ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam persepsi islam,

harus selalu bergandengan dengan aspek ketauhidan.


Di dalam Al Quran tidak hanya diletakkan dasar-dasar
peraturan hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Sang

Pencipta, dalam interaksinya dengan sesama manusia, dan dalam


tindakannya terhadap alam disekelilingnya, tetapi juga dinyatakan
untuk apa manusia diciptakan. Di dalam Al Quran disebutkan juga
secara garis besar tentang kejadian alam semesta dan berbagai
proses tentang kealaman lainnya, tentang penciptaan makhluk
hidup, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya,
dipacu

akalnya

untuk

menyelidiki

segala

apa

yang

ada

di

sekelilingnya, meski pun Al Quran bukan buku pelajaran biologi atau


sains pada umumnya. Dalam kaitan ini
menyeru

manusia

memikirkannya

untuk

sehingga

memperhatikan
akan

muncul

Al Quran senantiasa
alam

semesta

ketakjuban

dan

terhadap

keunikan dan kedahsyatan alam ini dan pada akhirnya akan


menyampaikan

manusia

pada

kepercayaan

bahwa

yang

menciptakan ini semua adalah Yang Maha Agung dan Maha Berilmu.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
2. Bagaimana klasifikasi Ilmu menurut Imam Al Ghazali
3. Bagaimana keutamaan orang orang yang beriman dan berilmu
4. Apa dasar dasar pengembangan IPTEK dalam Al Quran
5. Bagaimana sikap umat Islam terhadap globalisasi IPTEK
C. Tujuan
Tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu :

1. Mengetahui pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


2. Mengetahui klasifikasi ilmu menurut Imam Al Ghazali
3. Mengetahui keutamaan orang - orang yang beriman dan berilmu
4. Mengetahui dasar dasar pengembangan IPTEK dalam Al Quran
5. Mengetahui sikap Umat Islam terhadap globalisasi IPTEK

BAB II
Isi
A. Pengertian IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai definisi
tentang IPTEK telah banyak diberikan oleh para filsuf, ilmuwan dan budayawan
sesuai dengan bidang mereka masing masing.
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ilm yang berarti pengetahuan. Kata ilm
memiliki kemiripan dengan kata marifah, fiqh, hikmah dan syuur. Dari segi bahasa
ilmu berarti jelas. Sedangkan Ilmu dalam pengertian merupakan pengetahuan ilmiah
sekalipun juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui
sesuatu, tetapi disertai dengan memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang
digunakan dan kegunaanya.1
Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu sangat beda maknanya.
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi dan
diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji
1 Hamdan Mansoer, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum, Jakarta :Tim Departemen Agama RI, 2004 hlm 1

kebenarannya secara ilmiah, sedangkan pengetahuan adalah semua yang diketahui


oleh manusia atau segala sesuatu yang diperoleh manusia baik melalui pancaindra,
intuisi, pengalaman maupun firasat.
Jadi, ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh
akal.
Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan
untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat
canggih yang dipergunakan bukanlah teknologi melainkan hasil dari teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan
bagi umat manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa
ketimpangan ketimpangan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan manusia
maupun lingkungannya. Pada dasarnya teknologi memiliki karakteristik obyektif dan
netral namun juga memiliki potensi merusak jika disalahgunakan. Oleh karena itu
IPTEK harus senantiasa dilandasi dengan IMTAQ (iman dan taqwa) agar tetap berada
di dalam jalur nilai nilai kemanusiaan.
B. Klasifikasi Ilmu Menurut Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali mengklasifikasikan ilmu dalam beberapa kelompok yang
masing masing memiliki karakteristik yang berbeda antara satu macam dengan
yang lain.
Imam Al Ghazali memandang ilmu dari dua segi, yaitu ilmu sebagai obyek.
Dari segi pertama, ilmu dibagi menjadi ilmu hissiyah,ilmu aqliyah dan ilmu
ladunni .2
2 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan
Perkembangannya Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996, hlm. 140

Kemudian ilmu juga dapat dikatakan sebagai obyek. Ilmu ilmu itu dibagi dalam tiga
golongan pokok yaitu ilmu yang terpuji, ilmu yang tercela dan ilmu yang terpeuji
dalam batas batas tertentu.3
Ilmu yang terpuji adalah ilmu yang mendatangkan kebersihan jiwa dari tipu daya dan
kerusakan serta akan mengajak manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
keridaannya. Ilmu dalam golongan ini misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama.
Ilmu yang tercela adalah ilmu yang tidak mendatangkan manfaat baik di dunia
maupun di akhirat, merugikan banyak pihak bahkan menjauhkan manusia dari Allah.
Ilmu yang tercela seperti ilmu sihir, ilmu ramal, dan ilmu perdukunan. Ilmu ilmu
tersebut bisa membuat manusia ragu kepada Allah, lalu ia menjadi kafir. Misalnya,
suatu ketika seorang peramal meramalkan akan terjadi sesuatu dengan berpedoman
keepada keyakinan tertentu. Kemudian, waktu terjadinya peristiwa yang diramalkan
itu secara kebetulan terjadi tepat pada waktu yang telah diramalkannya. Tentu hal ini
manusia akan merasa takjub akan kemampuan peramal itu. Ia akan percaya dengan
ucapan peramal tersebut. Kesempatan ini, bisa dimanfaatkan oleh tukang nujum
untuk mengakui dirinya sebagai nabi. Sehinggga bisa menimbulkan kekacauan
dimana - mana
Selanjutnya yaitu ilmu yang terpuji dalam taraf tertentu, yang tidak boleh
diperdalam. Karena apabila manusia mendalami pengkajiannya pasti menyebabkan
kekacauan pemikiran dan keragu raguan dan mungkin mendatangkan kekufuran
seperti ilmu filsafat.
Jadi, dalam prespektif Imam Al Ghazali ilmu itu tidak bebas nilai. Ilmu
pengetahuan apapun yang dipelajari harus dikaitkan dengan moral dan nilai guna.

3 Imam al-Ghazali, Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama, terj., Ismail


Yakub Semarang: CV. Faizan, 1979, jilid 1, hlm. 126-127

Dan karena itu, Imam Al Ghazali selanjutnya melihat ilmu dalam prespektif nilai dan
membaginya dalam dua kelompok yaitu dari segi moral dan manfaat.
Yang pertama yaitu ilmu yang tergolong fardlu ain. Ilmu ini pada dasarnya
merujuk kepada ilmu asas yang wajib dipelajari oleh semua orang. Hal ini bertepatan
dengan tugas dan peranan sebagai hamba dan khalifah Allah. Ilmu ini berkaitan
dengan syariat syariat Islam dimulai dengan Al Quran dan ibadah dasar seperti
syahadat, shalat, puasa, zakat dan lain lain.
Sedangkan ilmu yang tergolong fardlu kifayah menurut Imam Ghazali merujuk
kepada perintah Allah dan bersifat mengikat masyarakat Muslim sebagai kesatuan
untuk mempelajarinya yakni bukan diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat.
Contoh ilmu ini adalah ilmu kedokteran, ilmu matematika, ilmu pertanian dan
lainnya.
Imam Al Ghazali berpandangan bahwa untuk menjadi pakar dalam sesuatu
bidang ilmu itu bukan saja menjadi fardu atau kewajiban tetapi adalah perbuatan yang
digalakkan atau suatu perbuatan yang terpuji. Mendalami ilmu matematika yang
rumit yang sukar tidak benar benar diperlukan. Tetapi, ilmu ilmu tersebut
memberikan potensi yang lebih daripada yang sekedar diperlukan. Walaupun Imam
Al Ghazali menyeru kepada tasawuf, zuhud dan tawakal beliau tidak menyeru untuk
mengabaikan dunia seperti bertani, berdagang, dan lainnya. Bahkan beliau
menganggap hal tersebut sebagai fadlu kifayah ke semua umat Islam. Apabila tidak
cukup jumlah untuk memnuhi keperluan di bidang bidang tersebut seluruh umat
Islam dianggap berdosa.
C. Keutamaan Orang yang Beriman dan Berilmu
Keutamaan orang orang yang beriman dan berilmu dijelaskan dalam surah Al
Mujadilah ayat 11

()

: Artinya
Hai orang orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu
berlapang lapanglah dalam majelis , maka lapangkanlah niccaya
Allah

akan

memberi

kelapangan

untukmu

dan

apabila

dikatakan ;berdirilah kamu , maka berdirilah, niscaya Allah akan


meninggikan orang orang yang beriman diantara kamu dan orang
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al Mujadilah
58;11)

Dari ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa Allah akan


mengangkat derajat orang orang yang beriman dan berilmu
dengan derajat yang tinggi. Oleh karenanya Allah menyuruh manusia
menggali ilmu pengetahuan, membentuk majelis talim, membaca ayat-ayat Allah baik
ayat yang tertulis maupun yang tercipta yaitu segala sesuatu yang diciptakan Allah
misalnya langit, bumi, gunung, bintang dan lainnya.

Akal yang cerdas dan brilian memang sebuah anugerah. Namun ia bukan merupakan
satu satunya dalam membimbing manusia untuk meraih kesejatian. Bahkan tidak
sedikit orang yang kebablasan sehingga menuhankan akal. Dalam kaitan ini maka
agama dan akhlak harus terus mengawali kemampuan akal.

D. Dasar Dasar Pengembangan IPTEK dalam Al Quran


Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Artinya Islam sangat mengakomodasi
akal dan ilmu pengetahuan sebagai bagian yang menyatu dan mewarnai kehidupan
keagamaan seseorang. Islam tidak mengajarkan manusia untuk menjadi sekelompok
hamba yang hanya bisa menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan sambil
menunggu keajaiban tanpa melakukan apapun. Islam mengajarkan gerak aktif untuk
menuju puncak puncak dunia.
Di dalam Al Quran terkandung banyak berbagai ilmu pengetahuan. Namun Al
Quran tidak memberikan penjelasan yang sangat rinci tentang itu. Hal ini dikarenakan
Al Quran adalah petunjuk umat manusia, bukan sebuah buku sains. Bahkan wahyu
pertama yang diturunkan kepada umat Manusia melalui Nabi Muhammad SAW
adalah perintah membaca.

( )














( )

( )


()
( )







Artinya :
Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan,
(1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
(2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (3) Yang
8

mengajar [manusia] dengan perantaraan kalam [3]. (4) Dia


mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[Q.S. Al
Alaq (96) : 1-5]
Seperti yang kita semua tahu bahwa membaca adalah gerbang
untuk mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun dalam
ayat ini kita harus membaca dengan menyebut nama Tuhan Yang
Menciptakan. Maksudnya kita menuntut ilmu, mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi karena Allah dan menggunakannya
untuk kebaikan sesama.
Ada berbagai hal tentang ilmu pengetahuan yang dijelaskan Al Quran dan baru
terbukti secara ilmiah baru baru ini. Seperti ayat ayat dibawah ini















()




Artinya :
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis
edarnya. [Q.S. Al Anbiyaa (21):33]




()

Artinya :

dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah


ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. [Q.S. Yaasiin
(36):38]
Fakta fakta yang disampaikan Al Quran dalam ayat ayat
diatas baru saja ditemukan oleh pengamatan astronomi di masa
kita. Menurut perhitungan para Astronom, Matahari bergerak
dengan kelajuan 7200 km/jam mengelilingi pusat galaksi Bimasakti.
Hal serupa juga dijelaskan dalam Al Quran bahwa Matahari dan
Bulan memiliki orbit. Al Quran juga menjelaskan bahwa Orbit
Matahari dan Bulan bisa dijadikan perhitungan tahun dan bilangan.







)









(
Artinya :
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya,
dan Dialah yang menetapkan tempat tempat orbitnya, agar kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan [waktu]. Allah tidak
menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia
menjelaskan tanda tanda [ kebesaran-Nya] kepada orang orang
yang mengetahu.[Q.S. Yuunus (10):5]
Al Quran juga menjelaskan tentang proses pembentukan janin
dari sperma (air mani) hingga lahir. Ilmuwan baru saja menjelaskan

10

hal ini kurang dari 100 tahun ini. Padahal Al Quran telah turun 14
abad yang lalu.








( )

( )








































()

Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati [berasal] dari tanah. (12) Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani [yang disimpan] dalam tempat yang kokoh
[rahim]. (13) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang [berbentuk] lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik. (14) [Q.S Al Muminuun (23):12-14]
Di dalam Al Quran terdapat ayat yang menerangkan proses
pembentukan alam semesta yang sekarang dikenal dengan teori
bigbang. Teori ini meyebutkan bahwa awalnya seluruh alam
semesta merupakan suatu titik. Kemudian titik ini mengembang
hingga sekarang. Teori ini disebutkan oleh ilmuwan barat pada abad
20 sedangkan Al Quran telah menerangkan hal ini 14 abad yang
lalu.
11




































()


Artinya :
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman? [Q.S. Al Anbiyaa (21):30]
Kemudian ada juga ayat yang menjelaskan bahwa sesungguhnya
semua kehidupan berasal dari air. Hal ini dibuktikan bahwa
protoplasma yang merupakan penyusun utama makhluk hidup, 80%
- 85% tersusun dari air.





()



Artinya :
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan
sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian [yang lain]
berjalan

dengan

empat

kaki.

Allah

12

menciptakan

apa

yang

dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala


sesuatu. [Q.S. An Nuur (24):45]
Selain ayat yang disebutkan diatas tadi masih banyak ayat
ayat yang menjelaskan tentang ilmu pengetahuan di dalam Al
Quran.

Atas

dasar

dasar

itulah

kita

harus

senantiasa

mengembangkan IPTEK.
E. Sikap Umat Islam Terhadap Globalisasi IPTEK
Sebagai Manusia kita diberikan akal pikiran oleh Allah SWT. Alangkah baiknya
jika akal pikiran kita dimanfaatkan dengan sebaik baiknya. Akal pikiran kita juga
harus bisa menyikapi masalah yang berkaitan dengan Agama dan IPTEK. Kita wajib
berpikir kritis dalam menyikapi hal hal seperti ini.
Berdasarkan petunjuk Al Quran, seorang muslim dapat menerima hasil hasil
teknologi yang bersifat netral dan tidak menyebabkan maksiat serta bermanfaat bagi
manusia baik mengenai hal hal yang berkaitan dengan unsur fisik maupun yang
bersifat rohani.
Pada hakikatnya IPTEK bertujuan untuk mempermudah urusan manusia di
Dunia. Namun banyak juga yang memanfaatkan IPTEK untuk melakukan hal hal
yang dilarang oleh Allah. IPTEK dan segala hasilnya dapat diterima oleh Islam jika
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan melalaikan
seseorang dan ibadahnya kepada Allah, serta mengantarkkan kepada rusaknya nilai
nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang ditolak, melainkan
manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi.
Dan apabila IPTEK sejak semula diduga dapat menggeserkaan manusia dan jati diri
dan tujuan penciptaan, maka sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh Islam 4. Di
4 Kaelany, Mujilan, Rochmah, Islam Untuk Disiplin Ilmu Teknologi,
Jakarta:Ditjen Bagais Ditpertais, 2004 hlm 106

13

dalam Islam kita juga dilarang dalam menyalahgunakan IPTEK untuk melakukan hal
hal yang diharamkan oleh Allah SWT
Dalam prespektif Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan pengembangan
potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi
gemilang dalam pengembangan IPTEK pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar
menemukan bagaimana proses sunatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan
merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunatullah (hukum Allah)
Pada zaman dahulu, Islam dikenal sebagai pelopor pengembangan IPTEK.
Umat Islam pada saat itu banyak melakukan perjalanan perjalanan untuk mencari
ilmu pengetahuan. Hasilnya adalah umat Islam pada saat itu berhasil menyelamatkan
catatan catatan dari reruntuhan bangsa Yunani dan Romawi kuno yang bisa kita
lihat sekarang. Jika umat Islam pada saat itu bersikap apatis terhadap ilmu
pengetahuan mungkin sekarang ini kita tidak mengenal hukum Phytaghoras dan
hukum Archimedes.
Islam juga memiliki banyak Ilmuwan dan penemu, yang karyanya banyak
digunakan bahkan menjadi dasar dasar ilmu pengetahuan modern. Beberapa
diantaranya yaitu :
1. Ibnu Al-Haitham
Kamera merupakan salah satu penemuan penting yang dicapai umat manusia.
Lewat jepretan dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan
beragam bentuk gambar mulai dari sel manusia hingga galaksi di luar angkasa.
Prinsip Prinsip dasar pembuatan kamera telah dicetuskan oleh seorang sarjana
muslim sekitar 1000 tahun silam. Peletak prinsip kerja kamera itu adalah Ibnu alHaitham.Publik barat mengenalnya sebagai Alhazen. Beliau lahir di Basrah pada
tahun 965 Masehi. Beliau menemukan hal itu berawal ketika mengamati gerhana
Matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, beliau membuat lubang kecil pada

14

dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui


permukaan datar. Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari
kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia.5
2. Al Khwarizmi
Beliau lahir di Uzbekistan pada thaun 780 masehi. Beliau dikenal sebagai
ilmuwan matematika dan dijuluki Bapak Algoritma. Dalam bukunya AlKhawarizmi mengenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam
bahasa Arab disebut sifr. Al-Khawarizmi juga mewariskan beberapa istilah
matematika yang masih banyak digunakan hingga kini seperti sinus, cosinus dan
tangen. Selain matematika beliau juga dikenal sebagai astronom. Di bawah khalifah
Mamun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menemukan ukuran garis
tengah dan bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra.
Hasilnya hanya selisih 2.877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya.
Sebuah penghitungan luar biasa yang dilakukan pada saat itu.6
3. Ibnu Sina
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan
dekat Bukhara. Di dunia barat beliau dikenal sebagai Aviciena. Sejak masa kanak
kanak, Ibnu Sina sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan
oleh ayahnya. Beliau dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Hal ini dikarenakan
kitab yang ditulisnya Al-Qanun dijadikan kitab rujukan utama dan paling otentik
selama berabad abad dalam bidang kedokteran. Seiring perkembangan dunia
penerjemahan pada abad 12 masehi, kitab Al-Qanun diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, Prancis dan Jerman. Al Qanun berisi kumpulan metode pengobatan Islam.
5 Made Sanjaya, Ilmuwan Muslim, Jakarta : Grafika Indah, 2015 hlm 10
6 Made Sanjaya, Ilmuwan Muslim, Jakarta : Grafika Indah, 2015 hlm 37

15

Kitab ini menadi kurikulum pendidikan Kedokteran di Universitas Universitas


Eropa.7
4. B.J. Habibie
B.J. Habibie adalah ilmuwan asal Indonesia dan juga Presiden ke-3 Indonesia.
Beliau merupakan seorang insinyur penerbangan terbaik di dunia. Selain itu beliau
memiliki 46 hak paten di bidang aeronautika dan penggagas desain awal pesawat
prototipe DO-31. Pesawat tersebut kemudian dibeli oleh NASA
Kita sebagai generasi muda umat Islam sekarang ini wajib
mencontoh ilmuwan ilmuwan Islam terdahulu dalam menggali
ilmu pengetahuan demi memajukan kembali masa masa kejayaan
Islam di bidang IPTEK yang sekarang ini terpusat di negara negara
barat.
Seharusnya temuan - temuan baru di bidang IPTEK membuat manusia semakin
mendekatkan diri kepada Allah, bukan semakin menjauhkan dan menyombongkan
diri.
Sumber pengembangan IPTEK dalam Islam adalah Al Quran. IPTEK yang
islami selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak dan
kemaslahatan bagi kehidupan manusia.

7 Made Sanjaya, Ilmuwan Muslim, Jakarta : Grafika Indah, 2015 hlm 39

16

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Islam merupakan Agama yang rahmatan lil alamin. Islam mewajibkan
umatnya dalam mencari Ilmu Pengetahuan dan menerapkannya demi kebaikan umat
manusia dan alam lingkungan. Dalam mencari ilmu pengetahuan sebaiknya umat
Islam menghindari ilmu ilmu yang tercela yang bisa merugikan diri sendiri maupun
yang lain.
Al Quran menjadi panduan umat Islam dalam mencari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi umat Islam harus
dilandasi dengan Iman dan Takwa, agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diterapkan bisa menjadi berkah dan memperoleh derajat dan rahmat Allah.

B. Saran

17

Sebagai umat Islam hendaknya kita selalu belajar dan terus belajar agar umat
Islam bisa menyaingi umat umat lain khusunya di bidang IPTEK. Dan juga IPTEK
yang kita miliki harus dilandasi dengan Iman dan Taqwa agar mendapat Ridha Allah
SWT.

Daftar Pustaka
Kaelani, Mujilan, Rochmah. 2004. Islam untuk Disiplin Ilmu
Teknologi. Jakarta: Ditjen Bagais Ditpertais
Jalaludin,Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Mansoer, Hamdan. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama
Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Departemen Agama
RI
Sanjaya, Made. 2015. Ilmuwan Muslim. Jakarta : Grafika Indah
Wahyuddin, dkk.. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Grasindo

18

Anda mungkin juga menyukai