Anda di halaman 1dari 23

FORMULASI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK RIMPANG KUNYIT TERHADAP

PENYAKIT DIARE

Nama : Laili Hidayatul Istiqomah


NIM : 31113130
Farmasi 3C

PRODI SI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki begitu banyak keanekaragaman baik habitat, maupun

flora dan fauna yang dimilikinya. Keanekargaman ini pula Indonesia memiliki banyak
keanekaragaman tanaman obat atau lebih sering dikenal dengan tanaman herbal. Adanya
perkembangan teknologi banyak tanaman obat yang telah bisa dibuktikan khasiatnya secara
laboratorium dan aman untuk dikonsumsi, dapat menyembuhkan penyakit.
Penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang
masih

banyak

dijumpai

di

masyarakat. Di Negara berkembang diare adalah penyebab

kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap
tahunnya. Diare biasanya ditandai dengan frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal,
konsistensi encer, bersifat akut dan kronis.
Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah nafsu makan, peluruh
empedu, obat luka dan gatal, antiradang, sesak nafas, antidiare dan merangsang keluarnya angin
perut. Sebagai obat luar digunakan sebagai lulur kecantikan dan kosmetika. Secara umum
rimpang kunyit digunakan untuk stimulansia, pemberi warna masakan, dan minuman serta
digunakan sebagai bumbu dapur (Sudarsono dkk.1996).
Pada penelitian sebelumnya, Efek Antidiare Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma
Domestica Val.) Pada tikus dengan dosis 23 mg/200 g bb tikus
antidiare yang signifikan (Miftakhul, 2008).

menunjukan adanya efek

Zat aktif yang dapat berpotensi sebagai antidiare adalah Tanin. Tanin tersebar dalam setiap
tanaman yang berbatang dan berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian
spesifik tanaman, seperti daun, buah, akar dan batang. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan
berpembuluh, dalam angiospermae, terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin merupakan
senyawa kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan
karena tidak dalam bentuk Kristal (Robbers dkk., 1996).
Penggunaan ektrak bahan alam sebagai pengobatan, akan lebih mudah dikonsumsi
masyarakat luas dalam bentuk sedian seperti tablet atau kapsul. Permasalahn ekstrak atau bahan
alam adalah cenderung memiliki rasa yang tidak enak dan bau yang khas. Oleh karena itu, untuk
menutupi kekurangan bahan alam tersebut sediaan dibuat dalam bentuk kapsul. Isi kapsul dapat
berupa serbuk atau granul. Formulasi serbuk sering membutuhkan penambahan zat pengisi,
lubrikan, dan ligdan pada bahan aktif untuk mempermudah proses pengisian kapsul (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,1995).
Maka dari itu tujuan untuk penelitian ini yaitu memformulasikan sediaan kapsul rimpang
kunyit sebagai antidiare.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil rumusan masalah yaitu apakah

sediaan kapsul rimpang kunyit memiliki aktivitas sebagi antidiare antidiare.


1.3.

Tujuan Peneliatian
Untuk mengetahui apakah sediaan kapsul ektrak rimpang kunyit memiliki aktivitas sebagai

antidiare.
1.4.

Hipotesis
Sediaan kapsul ekstrak rimpang kunyit ini memiliki aktivitas sebagai antidiare.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.)


2.1.1 Morfologi Tanaman
Struktur morfologi kunyit terdiri atas akar, rimpang, daun, tangkai bunga dan kuntum
bunga. System perakarannya termasuk akar serabut (radix adventicia) berbentuk benang
(fibrisus) yang menempel pada rimpang. Batang merupakan batang semu dari pelepahpelepah
daun yang saling menutup satu sama lain, tegak, bulat dan relative pendek dengan warna hijau
kekuningan. rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang mempunyai bentuk bervariasi antara
bulat, panjang, pendek dan tebal lurus atau pun melengkung.
Kunyit memiliki daun yang tunggal bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10 14
cm, lebar 8 12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk
yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10 -15 cm dengan mahkota sekitar
3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing,, tepi daun
rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuningan
(Sudarsono dkk., 1996).

Gambar 2.1.1
2.1.2 Klasifikasi kunyit (Curcuma domestica Val.)
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae

Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Monocotyledoneae
: Zingiberales
: Zingiberaceae
: Curcuma
: Curcuma domestica Val.
(Backer dan Van denBrink, 1968)

2.1.3

Kandungan kimia
Kunyit memiliki kandungan kimia yang berguna untuk kesehatan tubuh antara lain :
kurkumin (terdiri dari kurkumin 10% desmetoksitomin dan 1 -5 % bisdesmetoksikurkumin),
minyak atsiri (turmeron,, keton sesquerterpen, 60 % tumeon, 2,5 zingiberin ,sabinen, felandren,
sineil, dan borneon), 1 -3 % lemak, 3 % karbohidrat, 30 % protein, 8 % pati,45 -55 % vitamin C,
serta garam-garam mineral (zat besi, fosfor , kalsium). Zat lain (arabinosa, fruktosa, glukosa,
dammar, dan tanin) (Sudarsono dkk., 1996).

2.1.4

Mekanisme zat aktif


Tanin di klasifikasikan menjadi dua kategori yaitu tanin terhidrolisis dan tanin
terkondensasi. Hidrolisis tanin memiliki kemampuan astringent lebih besar terhadap diare
yang disebabkan infeksi. Kondensasi tanin mempunyai efek sebagai proteksi.
Tanin merupakan astringent yang dapat berikatan dengan membran mukosa, kulit
dan jaringan lain sehingga dapat berikatan dengan protein yang dapat membentuk
pembatas yang resisten terhadap reaksi mikroba, sehingga kondensasi tanin dapat digunakan
untuk pengobatan diare karena mengurangi jumlah cairan yang hilang dari saluran cerna.
Tanin memiliki efek antidiare yang bekerja sebagai pembeku protein atau astringent yaitu
zat yang berikatan pada mukosa kulit atau jaringan yang berfungsi membekukan protein.
Sehingga membran mukosa menjadi kering dan membentuk pembatas (thight junction) yang

bersifat resisten terhadap inflamasi dari mikroorganisme, selain itu tanin dapat menghambat
sekresi dari klorida melalui ikatan antara protein tannate yang berada di usus dengan tanin.
2.1.5

Khasia dan Manfaat


Khasiat dari tanaman kunyit yaitu dapat untuk mengobati diabetes melitus, tifus, usus
buntu, disentri, diare, keputihan, haid tidak lancer, memperlancar ASI, amandel. Sebagai obat
luar digunakan sebagai lulur kecantikan dan kosmetika. Secara umum rimpang kunyit
digunakan untuk stimulansia, pemberi warna masakan, dan minuman serta digunakan
sebagai bumbu dapur (Sudarsono dkk., 1996).
2.2 Diare
2.2.1 Definisi
Diare adalah bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)dengan atau tanpa darah.
Secara klinik dibedakan tiga macam syndrome diare yaitu diare cair akut, disentri (WHO,1999).
Diare merupakan penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentukdan konsistensi dari
tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga
kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI,2005).
Diare sebenarnya adalah proses fisiologis tubuh untuk mempertahankan diri dari
serangan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan sebagainya) atau bahan-bahan makanan
yang dapat merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna. Diare
dikatakan meningkat ketika frekuensi meningkat dengan konsentrasi tinja lebih lembek atau
cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu 7-14 hari.
2.2.2 Mekanisme Diare

Peningkatan osmolaritas intraluminer, disebut diare osmotic. Diare osmotik timbul


pada pasien yang saluran ususnya terpapar dan tak mampu menahan beban hiperosmolar, yang
biasanya terdiri dari karbohidrat atau ion divalen Contohnya : intoleransi laktosa, malabsorpsi
asam empedu. Adanya peningkatan sekresi cairan usus. Organisme yang menimbulkan diare
sekresi melepaskan toksin atau senyawa lain yang menyebabkan usus halus aktif mensekresikan
cairan dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan terjadinya diare sekretorik.
Gangguan permeabilitas usus. Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel
spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan garam atau
elektrolit terganggu. Eksudasi cairan, elektrolit, dan mukus berlebihan. Sehingga terjadi
peradangan dan kerusakan mukosa usus.
2.2.3

Penyebab diare
Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi bubur
(chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim.
Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan
yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu
berada di colon mencerna lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari
sisa-sisa

tersebut

dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga

diresorpsi kembali sehingga akhirnyaisi usus menjadi lebih padat.


Pada keadaan normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit
berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa
hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin, sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon.
Biasanya resorps melebihi sekresi, tetapi karena suatu sebab sekresi menjadi lebih besar dari

pada resorpsi, oleh karena itulah diare terjadi. Berdasarkan penyebabnya diare dapat
dibedakan menjadi berikut :
a. Diare disebabkan oleh virus.
Diare ini disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Mekanisme terjadinya diare yaitu
dengan cara virus melekat pada sel -sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas
resorpsi menurun, sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi dapat
bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6
hari.
a. Diare disebabkan oleh bakteri.
Mekanisme terjadinya diare ini adalah bakteri-bakteri tertentu pada keadaan tertentu,
contohnya bahan makanan yang terinfeksi oleh banyak kuman menjadi invasif dan
menyerbu ke dalam mukosa. Kemudian bakteri memperbanyak diri dan membentuk toksintoksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat (seperti : demam
tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang, mencret berdarah dan berlendir). Bakteri yang
biasanya menyebabkan diare ini adalah bakteri Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan
jenis Coli tertentu.
Tetapi terdapat juga sejumlah penyakit yang dapat pula mengakibatkan diare sebagai
salah satu gejalanya, seperti kanker usus besar dan beberapa penyakit cacing (contohnya :
cacing gelang dan cacing pita). Beberapa obat juga dapat menimbulkan diare sebagai efek
samping, misalnya : antibiotika berspektrum luas (ampisilin, tetrasiklin), sitostatika,

reserpin, kinidin, dan sebagainya.Diare jugadapat diakibatkan oleh penyinaran dengan sinar-x
atau radioterapi.
2.3. Kapsul
2.3.1 Definisi
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tapi dapat juga terbuat dari pati atau bagian
lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi, dari nomor paling kecil (5) sampai
nomor paling besar (000) (Anonim, 1995).
Kapsul terbagi atas kapsul cangkang keras (capsulaedurae,hard capsule) dan kapsul
cangkang lunak (capsulaemolles). Cangkang kapsul dibuat dari Gelatin dengan atau tanpa zat
tambahan lain. Cangkang dapat pula dibuat dari Metils selulosa atau bahan lain yang
cocok.Capsulae Gelatinosaeoperculatae atau kapsul keras. Dibuat dari campuran gelatin, gula,
dan air dan merupakan cangkang kapsul yang bening tak bewarna dan tak berasa. Kapsul lunak
merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris (pearl) atau bulat telur (globula) yang
dibuat dari gelatin (kadang disebut dengan gel lunak) atau bahan lain yang sesuai. Biasanya lebih
tebal dari pada cangkang kapsul keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol,
seperti sorbitol atau gliserin (Anief, 2007).

2.3.2 Macam-macam kapsul :


1.

Capsulae Gelatinosae opercultae (kapsul keras).


Kapsul keras terdiri dari wadah dan tutup. Cangkang kapsul keras dibuat dari campuran

Gelatin, gula dan air dan merupakan cangkang kapsul yang bening tak berwarna dan tak berasa.

Ukuran kapsul keras menurut besarnya dapat diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai
berikut : no. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan pada tempat yang tidak lembab dan
sebaiknya disimpan di wadah yang diberi zat pengering. Kapsul dapat diberi warna macammacam agar menarik dan dapat dibedakan dengan kapsul yang mengandung obat lain. Kapsul
keras sering digunakan di apotik dalam pelayanan campuran obat yang ditulis dokter (Anief,
2007).
2. Soft Capsule atau kapsul lunak
Merupakan kapsul tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan pengisian obatnya
dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak dibuat dari Gelatin ditambah Gliserin atau
alkohol polihidris seperti Sorbitol untuk melunakan gelatinnya. Kapsul ini biasanya mengandung
air 6 13%, diisi dengan bahan cairan bukan air seperti polietilglikol (PEG) berbobot molekul
rendah, atau juga dapat diisi dengan bahan padat, serbuk atau zat padat kering. Kapsul cangkang
lunak memiliki bermacam-macam bentuk dan biasanya dapat dipakai untuk rute oral, vaginal,
rectal atau topikal. Kapsul lunak dapat pula diberi warna macam-macam (Anief, 2007).

2.3.3

Keuntungan dan Kerugian bentuk sediaan Kapsul

Keuntungan pemberiaan bentuk sediaan kapsul, antara lain:


1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang memiliki rasa
dan bau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur/larut dalam perut sehingga obat cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda
beda sesuai kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan capat karena tidak memerlukan bahan tambahan atau
pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet (Syamsuni, 2006).

Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul, antara lain :


1. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguapa karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis.
3. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan pada balita dan tidak bisa dibagi-bagi (Syamsuni, 2006).
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk atau granul. Pada formulasi massa
kapsul, bila dosis obat atau jumlah obat yang akan dimasukan tidak memenuhi untuk mengisi
volume kapsul, maka diperlukan penambahan bahan pengisi yang cocok dalam jumlah yang
tepat. Bila jumlah obat yang diberikan dalam satu kapsul cukup besar untuk mengisi pebuh
kapsul, bahan pengisi tidak dibutukan (Ansel, 1989).
Beberapa bahan tambahan pada formulasi massa kapsul diantaranya :
a. Bahan pengisi (Lieberman et. Al, 1989)
Bahan pengisi diperlukan untuk mncukupkan massa kapsul sampai pada bobot yang
diinginkan. Bahan pengisi harus inert, tidak boleh mempengaruhi biofarmasetik, sifat kimia
zat aktif, dan fisik sediaan. Contoh pengisi adalh amilum, amilum jagung, kalsium difosfat.
b. Bahan lubrikan dan glidan
Bahan lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara serbuk dengan alat. Glidan
berfungsi untuk meningkatkan aliran serbuk atau granul sehingga memperbaiki sifat alir
serbuk dengan cara memperkecil gesekan antara sesama partikel. Contoh librikan dan glidan
adalah talk, aerosol,Mg stearat.
c.

Adsorben

Diguanakn untuk melindungi bahan berkhasiat dari pengaruh kelembaban,membantu


meningkatkan homogenitas campuran, dan menghindari lembab akibat reaksi antar bahan.
Contoh adsorben adalah Mg oksida, Mg karbonat, aerosol.
Penyimpanan sediaan kapsul yaitu disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya, dan pada suhu kamar terkendali(Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995).
2.4 Ekstraksi
Ektraksi adalah ekstraksi pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau
hamper semua pelrut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Dit Jen POM, 1995).
Metode ektraksi dengan menggunakan dua pelrut ada dua cara yaitu :
a. Cara dingin
1. Maserasi adalah proses pengektraksian simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar).
2. Perkolasi

adalah ektraksi dengan pelrut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada tempertur ruangan


(kamar).
b. Cara panas
1. Reflux adalah ekstraksi pelarut pada temperature titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya
pendingin balik.

2. Soxlet adalah ektraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi yang kontinu
dengan jumlah pelrut konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengocokan kontinu) pada tempertur
yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan
pada temperature 400C 500C.
4. Infus adalah ektraksi dengan pelarut airpada temperature penangas air ( bejana
tercelup dalam penangas air mendidih, temperature teukur 900C 980) selama
waktu tertentu (15 20 menit).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu neraca analitik, blender, rotary
evaporator, mortir dan stamfer.
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rimpang kunyit, etanol 96 %,
aquades, amilum, cangkang kapsul gelatin ukuran 0.
3.2 Penyiapan Bahan

3.3.1 Pengambilan Bahan


Pengambilan sampel dilakukan secara purposive yaitu tanpa membandingkan dengan
tumbuhan yang sama dari daerah lain (sudjana, 1992). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) yang diperoleh dari daerah Kebun
Percontohan Manoko Bandung.
3.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica
Val). Rimpang kunyit yang masih segar disortasi basah dan ditimbang. Selanjutnya diiris-iris
dengan ketebalan 2 -5 mm, lalu dikeringkan selama 3 - 8 hari dalam lemari pengering pada
temperature kurang lebih 400C, irisan rimpang yang kering ditandai dengan rapuh saat
dipatahkan. Kemudian sampel dihaluskan dengan meggunakan blender sehingga terbentuk
serbuk simplisia.
3.4. Pembuatan Ekstrak Etanol serbuk Simplisia
Pembuatan estrak etanol serbuk simplisia rimpang dilakukan secara perkolasi. Sebanyak
400 g serbuk simplisia dimasukan ke dalam bejana dan dibasahi dengan etanol 96% selam 3 jam.
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam percolator sambil tiap kalsi ditekan hati-hati,
kemudian cairan penyari dituangkan secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas
simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam.
Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 mL tiap menit,cairan penyari ditambahkan
berulang-ulang secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia.
Perkolat diuapkan denganalat vakum rotavapor pada suhu tidak lebih dari 50 0 C hingga diperoleh
ekstrak kental, lalu dikeringkan didalam lemari pengering pada suhu 400C (Ditjen POM, 1974).

3.5 Penggunaan Dosis


Dosis yang digunakan dalam formulasi adalah 23 mg/200 g bb tikus. Dosis tersebut
dikonversikan ke dosis manusia dengan berat badan ideal (70 kg), dengan factor konversi 56,0.
Berdasarkan hasil perhitungan dosis yang diguanakan adalah 18,4 mg/70 kg bb manusia per
kapsul.
3.6 Pembuatan Sediaan Kapsul Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit
Formula kapsul
Ekstrak Kunyit 150 mg
Amilum

350 mg

Pembuatan Kapsul
1. Ekstrak rimpang kunyit ditimbang sebanyak 9 g digerus dengan 21 g amilum sedikit
demi sedikit kedalam mortar dan digerus homogen.
2. Kemudian dimasukan kedalam cangkang kapsul gelatin secara manual dengan ukuran
00 mm. kemudian kapsul dilakukan uji evaluasi sediaan kapsul yaitu keseragaman
bobot dan waktu hancur.
3.7 Evaluasi Sedian Kapsul
a. Uji Keseragaman Bobot
Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu , beri identitas tiap kapsul, keluarkan isi tiap
kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang seksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung
bobot netto dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masingmasing bobot kapsul. Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi,

hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul, dengan anggapan bahwa zat aktif terdistibusi secara
homogeny (Depkes RI, 1995).
b. Uji waktu hancur
Sejumlah 6 kapsul, dimasukan pada maing-masing tabung pada keranjang, yang
dibawahnya terdapat kasa baja berukuran 10 mesh. Digunakan media air bersuhu 37 2 0C.
dilakukan pengamatan terhadap kapsul, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari
cangkang kapsul. Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, pengujian diulangi dengan 12
kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji hancur sempurna. Dicatat waktu
yang diperlukan kapsul untuk hancur sempurna (Depkes RI, 1995).
c. Uji Higrokopisitas
Merupakan cara menguji kemampuan bahan obat untuk menyerap uap dari udara setelah
dibiarkan dalam kondisi tertentu selama beberapa waktu yang diamati. Sejumlah 3 kapsul
ditempatkan pada botol coklat disimpan dalam desikator. Masing-masing perlakuan diamati
setiap hari selama tujuh hari dan setiap minggu selama sebulan. Pengamatan dilakukan terhadap
perubahan bobot kapsul, bentuk kapsul, dan isi kapsul (Augsburger, 2000).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Hasil dan Pembahasan

Rimpang kunyit yang digunakan berasal dari daerah Kebun Percontohan Manoko
Bandung. Khasiat dari tanaman kunyit iyu sendiri yaitu dapat untuk mengobati diabetes melitus,
tifus, usus buntu, disentri, diare, keputihan, haid tidak lancer, memperlancar ASI, amandel, serta
dapat digunakan sebagai obat luar sebagai lulur kecantikan dan kosmetika. Kunyit memiliki
kandungan kimia yang berguna untuk kesehatan tubuh antara lain : kurkumin (terdiri dari
kurkumin 10% desmetoksitomin dan 1 -5 % bisdesmetoksikurkumin), minyak atsiri (turmeron,,
keton sesquerterpen, 60 % tumeon, 2,5 zingiberin ,sabinen, felandren, sineil, dan borneon), 1 -3
% lemak, 3 % karbohidrat, 30 % protein, 8 % pati,45 -55 % vitamin C, serta garam-garam
mineral (zat besi, fosfor , kalsium). Zat lain (arabinosa, fruktosa, glukosa, dammar, dan tanin).
Zat aktif yang berpengaruh sebagi antidiare yaitu tanin. Tanin memiliki efek antidiare yang

bekerja sebagai pembeku protein atau astringent yaitu zat yang berikatan pada mukosa
kulit atau jaringan yang berfungsi membekukan protein. Sehingga membran mukosa menjadi
kering dan membentuk pembatas (thight junction) yang bersifat resisten terhadap inflamasi
dari mikroorganisme, selain itu tanin dapat menghambat sekresi dari klorida melalui ikatan
antara protein tannate yang berada di usus dengan tanin.
Pada proses formulasi sediaan kapsul digunakan ekstrak rimpang kunyit 150 mg/kapsul,
dengan pengisi amilum. Pemilihan amilum sebagai pengisi adalah karena amilum merupakan
amilum yang higroskopisitasnya paling kecil, dan merupakan pengisi umum yang banyak
digunakan karena mudah didapatkan dan harganya murah bila dibandingkan dengan pengisi
lainnya. Dimana sebelum dimasukan kedalam kapsul harus dilakukan uji sediaan yaitu uji
keseragaman bobot, waktu hancur dan uji higrokopisitas.
a. Uji keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk memastikan bahwa bobot yang terdapat
di dalam kapsul pada suatu formula memiliki jumlah yang sama dan zat aktif yang
sama dengan anggapan serbuk formula terdistribusi homogeny. Factor yang
mempengaruhi keseragaman bobot sediaan adalah sifat aliran massa serbuk.
Pengujian massa serbuk ketiga formula memenuhi criteria sifat alir yang baik
sehingga akan berpengaruh keseragaman sediaan kapsul.
Dari hasil pemerikasaan keseragaman bobot terhadap 20 kapsul diperoleh berat
kapsul yaitu 1178 mg, bobot rata-rata sebesar 487,25 mg dengan nilai penyimpangan
bobot sebesar A1 sebesar 0,41 %, dan A2 sebesar 1,43 % dan B sebesar 0,41 %.
Menurut Ditjen POM.(1979), persyaratan tidak boleh menyimpang dari bobot
rat-rata dari harga yang yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh 1 kapsul yang
menyimpang dari bobot rat-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
b. Uji waktu hancur

Uji waktu hancur penting dilakukan untuk mengetahui waktu hancur sediaan
tablet atau kapsul. Untuk memberikan efek terapi, tablet harus hancur terlebih dahulu
hancur menjadi partikel yang lebih kecil, begitu pula untuk kapsul agar isi kapsul
dapat terabsorbsi pada saluran cerna. Hasil dari uji waktu hancur untuk formula
sediaan kapsul rimpang kunyit menunjukan waktu hancur 3 menit, menunjukan
bahwa formula memenuhi syarat uji waktu hancur kapsul Farmakope Indonesia edisi
IV yaitu waktu hancur di bawah 15 menit.
c. Uji higrokopisitas
Ekstrak pada umumnya bersifat higroskopis karena terdapat kandungan
karbohidrat dengan bobot molekul rendah dan tinggi sehingga perlu dilakukan uji
untuk mengetahui higroskopisitas serbuk ekstrak kering rimpang kunyit yang ada
dalam sediaan kapsul. Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan bobot dan
warna dari isi sediaan kapsul. Perubahan bobot kapsul dan warna isi kapsul setiap
waktunya dapat menggambarkan perubahan kadar air yang terdapat dalam sediaan.
Pengujian dilakukan pada sediaan kapsul rimpang kunyit diamati bobotnya setiap hari
selama satu minggu dan setiap minggunya selama 7 minggu.
Hasil Uji HIgrokopisitas

1
0,4390,00

2
0,4390,00

3
0,4390,00

Bobot Hari Ke- (g)


4
5
0,4390,00 0,4390,00
3

6
0,4390,00

7
0,4390,00

Berdasarkan hasil pengamatan setiap harinya selam satu minggu bobot formula
sediaan kapsul rimpang kunyit tidak menunjukan perubahan. Pengamatan warna isi
sediaan kapsul juga masih tetap menunjukan warna kehijauan. Hal ini menunjukan
selama satu minggu formula sediaan kapsul rimpang kunyit masih stabil dan belum
terjadi perubahan bobot atau warna. Pengamatan dilanjutkan setiap minggunya

selama 7 minggu diamati perubahan bobot setiap minggunya. Pada minggu pertama,
kedua dan ketiga, formula sediaan kapsul rimpang kunyit belum menunjukan
perubahan bobot. Pada minggu keempat sampai minggu ketujuh mulai terjadi
perubahan bobot. Perubahan bobot ini tidak signifikan hanya berkurang 1-2 mg. Pada
minggu terakhir pengamatan dilakukan pengamatan terhadap warna serbuk isi kapsul.
Serbuk sediaan kapsul menunjukan warna kehijauan. Hal ini menunjukan belum
terjadi perubahan warna selama 7 minggu pengamatan.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

evaluasi

sediaan

kapsul

rimpang

kunyit,

uji

keseragaman bobot memiliki keseragaman bobot yang tidak menyimpang


lebih dari 2 kapsul dari masing-masing bobotnya, uji waktu hancur untuk

formula sediaan kapsul rimpang kunyit menunjukan waktu hancur 3


menit, menunjukan bahwa formula memenuhi syarat uji waktu hancur
kapsul Farmakope Indonesia edisi IV yaitu waktu hancur di bawah 15
meni, dan uji higroskopisitas tidak menunjukan perubahan bobot, dan

warna kapsul yang signifikan.


Ektrak rimpang kunyit memiliki aktivitas sebagi antidiare. Ektrak rimpang
kunyit dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan kapsul dengan 150
mg ektrak rimpang kunyit tiap kapsul, yang memenuhi uji petsyaratan

Farmakope Indonesia.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengeringan serbuk ekstrak dengan
metode yang berbeda agar diperoleh serbuk yang lebih kering, halus dan homogen.

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (ed.4). (Farida Ibrahim, Penerjemah).
Jakarta : UI Press
Arif . A,. Sjamsudin. U. 1995. Obat Lokal Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : FKUI
Augsburger, L.L (2000). Modern Pharmaceutics : Hard and Soft Gelatin Capsule. (Ed.2). New
York : Mercel Dekker.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.(2010). Acuan Sediaan Herbal (vol.5). Jakarta : Badan
POM RI

Dit Jen POM. 1995.

Materi Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.
Dit Jen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ektrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Tjay, H.T dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi 5. . Jakarta : Cetakan pertama. Gramedia
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

WHO.1992. Quality Control Methods For Medical Plant Materials. Geneva : World Healty
Organization.

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Cpotb
    Makalah Cpotb
    Dokumen16 halaman
    Makalah Cpotb
    Ajeng Utari Dewi
    100% (2)
  • Tugas Baru
    Tugas Baru
    Dokumen2 halaman
    Tugas Baru
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Data Analgetika Daun Alpukat Dan Pepaya
    Data Analgetika Daun Alpukat Dan Pepaya
    Dokumen4 halaman
    Data Analgetika Daun Alpukat Dan Pepaya
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Lipidddd
    Lipidddd
    Dokumen17 halaman
    Lipidddd
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kfa Word
    Laporan Kfa Word
    Dokumen2 halaman
    Laporan Kfa Word
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Cover Proposal Marina
    Cover Proposal Marina
    Dokumen1 halaman
    Cover Proposal Marina
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Bagan CAPA
    Bagan CAPA
    Dokumen1 halaman
    Bagan CAPA
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Klinik SGPT
    Laporan Klinik SGPT
    Dokumen10 halaman
    Laporan Klinik SGPT
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • AJENG
    AJENG
    Dokumen2 halaman
    AJENG
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Obat Tetes
    Obat Tetes
    Dokumen26 halaman
    Obat Tetes
    Ajeng Utari Dewi
    0% (1)
  • BAB2
    BAB2
    Dokumen12 halaman
    BAB2
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Ajeng Utari Dewi - 31113111
    Ajeng Utari Dewi - 31113111
    Dokumen67 halaman
    Ajeng Utari Dewi - 31113111
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • EMULSI
    EMULSI
    Dokumen45 halaman
    EMULSI
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Definisi Krim (Creamor)
    Definisi Krim (Creamor)
    Dokumen1 halaman
    Definisi Krim (Creamor)
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen12 halaman
    Bab 1
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen2 halaman
    Penda Hulu An
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 3
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen2 halaman
    Penda Hulu An
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Pewarna
    Pewarna
    Dokumen6 halaman
    Pewarna
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Dasar Teori Kreatinin
    Dasar Teori Kreatinin
    Dokumen4 halaman
    Dasar Teori Kreatinin
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Pus Taka
    Pus Taka
    Dokumen2 halaman
    Pus Taka
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Pewarna
    Pewarna
    Dokumen6 halaman
    Pewarna
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Pewarna
    Pewarna
    Dokumen6 halaman
    Pewarna
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan-Ibu Profen Yes
    Pembahasan-Ibu Profen Yes
    Dokumen10 halaman
    Pembahasan-Ibu Profen Yes
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Pewarna
    Pewarna
    Dokumen6 halaman
    Pewarna
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Kimed Ajeng U
    Kimed Ajeng U
    Dokumen69 halaman
    Kimed Ajeng U
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Klinik SGPT
    Laporan Klinik SGPT
    Dokumen10 halaman
    Laporan Klinik SGPT
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Klinik
    Klinik
    Dokumen11 halaman
    Klinik
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat
  • Alat Dan Bahan SGPT
    Alat Dan Bahan SGPT
    Dokumen1 halaman
    Alat Dan Bahan SGPT
    Ajeng Utari Dewi
    Belum ada peringkat