PENYAKIT DIARE
PRODI SI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki begitu banyak keanekaragaman baik habitat, maupun
flora dan fauna yang dimilikinya. Keanekargaman ini pula Indonesia memiliki banyak
keanekaragaman tanaman obat atau lebih sering dikenal dengan tanaman herbal. Adanya
perkembangan teknologi banyak tanaman obat yang telah bisa dibuktikan khasiatnya secara
laboratorium dan aman untuk dikonsumsi, dapat menyembuhkan penyakit.
Penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang
masih
banyak
dijumpai
di
kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap
tahunnya. Diare biasanya ditandai dengan frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal,
konsistensi encer, bersifat akut dan kronis.
Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah nafsu makan, peluruh
empedu, obat luka dan gatal, antiradang, sesak nafas, antidiare dan merangsang keluarnya angin
perut. Sebagai obat luar digunakan sebagai lulur kecantikan dan kosmetika. Secara umum
rimpang kunyit digunakan untuk stimulansia, pemberi warna masakan, dan minuman serta
digunakan sebagai bumbu dapur (Sudarsono dkk.1996).
Pada penelitian sebelumnya, Efek Antidiare Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma
Domestica Val.) Pada tikus dengan dosis 23 mg/200 g bb tikus
antidiare yang signifikan (Miftakhul, 2008).
Zat aktif yang dapat berpotensi sebagai antidiare adalah Tanin. Tanin tersebar dalam setiap
tanaman yang berbatang dan berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian
spesifik tanaman, seperti daun, buah, akar dan batang. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan
berpembuluh, dalam angiospermae, terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin merupakan
senyawa kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan
karena tidak dalam bentuk Kristal (Robbers dkk., 1996).
Penggunaan ektrak bahan alam sebagai pengobatan, akan lebih mudah dikonsumsi
masyarakat luas dalam bentuk sedian seperti tablet atau kapsul. Permasalahn ekstrak atau bahan
alam adalah cenderung memiliki rasa yang tidak enak dan bau yang khas. Oleh karena itu, untuk
menutupi kekurangan bahan alam tersebut sediaan dibuat dalam bentuk kapsul. Isi kapsul dapat
berupa serbuk atau granul. Formulasi serbuk sering membutuhkan penambahan zat pengisi,
lubrikan, dan ligdan pada bahan aktif untuk mempermudah proses pengisian kapsul (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,1995).
Maka dari itu tujuan untuk penelitian ini yaitu memformulasikan sediaan kapsul rimpang
kunyit sebagai antidiare.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil rumusan masalah yaitu apakah
Tujuan Peneliatian
Untuk mengetahui apakah sediaan kapsul ektrak rimpang kunyit memiliki aktivitas sebagai
antidiare.
1.4.
Hipotesis
Sediaan kapsul ekstrak rimpang kunyit ini memiliki aktivitas sebagai antidiare.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1.1
2.1.2 Klasifikasi kunyit (Curcuma domestica Val.)
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
: Monocotyledoneae
: Zingiberales
: Zingiberaceae
: Curcuma
: Curcuma domestica Val.
(Backer dan Van denBrink, 1968)
2.1.3
Kandungan kimia
Kunyit memiliki kandungan kimia yang berguna untuk kesehatan tubuh antara lain :
kurkumin (terdiri dari kurkumin 10% desmetoksitomin dan 1 -5 % bisdesmetoksikurkumin),
minyak atsiri (turmeron,, keton sesquerterpen, 60 % tumeon, 2,5 zingiberin ,sabinen, felandren,
sineil, dan borneon), 1 -3 % lemak, 3 % karbohidrat, 30 % protein, 8 % pati,45 -55 % vitamin C,
serta garam-garam mineral (zat besi, fosfor , kalsium). Zat lain (arabinosa, fruktosa, glukosa,
dammar, dan tanin) (Sudarsono dkk., 1996).
2.1.4
bersifat resisten terhadap inflamasi dari mikroorganisme, selain itu tanin dapat menghambat
sekresi dari klorida melalui ikatan antara protein tannate yang berada di usus dengan tanin.
2.1.5
Penyebab diare
Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi bubur
(chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim.
Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan
yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu
berada di colon mencerna lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari
sisa-sisa
tersebut
dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga
pada resorpsi, oleh karena itulah diare terjadi. Berdasarkan penyebabnya diare dapat
dibedakan menjadi berikut :
a. Diare disebabkan oleh virus.
Diare ini disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Mekanisme terjadinya diare yaitu
dengan cara virus melekat pada sel -sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas
resorpsi menurun, sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi dapat
bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6
hari.
a. Diare disebabkan oleh bakteri.
Mekanisme terjadinya diare ini adalah bakteri-bakteri tertentu pada keadaan tertentu,
contohnya bahan makanan yang terinfeksi oleh banyak kuman menjadi invasif dan
menyerbu ke dalam mukosa. Kemudian bakteri memperbanyak diri dan membentuk toksintoksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat (seperti : demam
tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang, mencret berdarah dan berlendir). Bakteri yang
biasanya menyebabkan diare ini adalah bakteri Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan
jenis Coli tertentu.
Tetapi terdapat juga sejumlah penyakit yang dapat pula mengakibatkan diare sebagai
salah satu gejalanya, seperti kanker usus besar dan beberapa penyakit cacing (contohnya :
cacing gelang dan cacing pita). Beberapa obat juga dapat menimbulkan diare sebagai efek
samping, misalnya : antibiotika berspektrum luas (ampisilin, tetrasiklin), sitostatika,
reserpin, kinidin, dan sebagainya.Diare jugadapat diakibatkan oleh penyinaran dengan sinar-x
atau radioterapi.
2.3. Kapsul
2.3.1 Definisi
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tapi dapat juga terbuat dari pati atau bagian
lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi, dari nomor paling kecil (5) sampai
nomor paling besar (000) (Anonim, 1995).
Kapsul terbagi atas kapsul cangkang keras (capsulaedurae,hard capsule) dan kapsul
cangkang lunak (capsulaemolles). Cangkang kapsul dibuat dari Gelatin dengan atau tanpa zat
tambahan lain. Cangkang dapat pula dibuat dari Metils selulosa atau bahan lain yang
cocok.Capsulae Gelatinosaeoperculatae atau kapsul keras. Dibuat dari campuran gelatin, gula,
dan air dan merupakan cangkang kapsul yang bening tak bewarna dan tak berasa. Kapsul lunak
merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris (pearl) atau bulat telur (globula) yang
dibuat dari gelatin (kadang disebut dengan gel lunak) atau bahan lain yang sesuai. Biasanya lebih
tebal dari pada cangkang kapsul keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol,
seperti sorbitol atau gliserin (Anief, 2007).
Gelatin, gula dan air dan merupakan cangkang kapsul yang bening tak berwarna dan tak berasa.
Ukuran kapsul keras menurut besarnya dapat diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai
berikut : no. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan pada tempat yang tidak lembab dan
sebaiknya disimpan di wadah yang diberi zat pengering. Kapsul dapat diberi warna macammacam agar menarik dan dapat dibedakan dengan kapsul yang mengandung obat lain. Kapsul
keras sering digunakan di apotik dalam pelayanan campuran obat yang ditulis dokter (Anief,
2007).
2. Soft Capsule atau kapsul lunak
Merupakan kapsul tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan pengisian obatnya
dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak dibuat dari Gelatin ditambah Gliserin atau
alkohol polihidris seperti Sorbitol untuk melunakan gelatinnya. Kapsul ini biasanya mengandung
air 6 13%, diisi dengan bahan cairan bukan air seperti polietilglikol (PEG) berbobot molekul
rendah, atau juga dapat diisi dengan bahan padat, serbuk atau zat padat kering. Kapsul cangkang
lunak memiliki bermacam-macam bentuk dan biasanya dapat dipakai untuk rute oral, vaginal,
rectal atau topikal. Kapsul lunak dapat pula diberi warna macam-macam (Anief, 2007).
2.3.3
Adsorben
2. Soxlet adalah ektraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi yang kontinu
dengan jumlah pelrut konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengocokan kontinu) pada tempertur
yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan
pada temperature 400C 500C.
4. Infus adalah ektraksi dengan pelarut airpada temperature penangas air ( bejana
tercelup dalam penangas air mendidih, temperature teukur 900C 980) selama
waktu tertentu (15 20 menit).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu neraca analitik, blender, rotary
evaporator, mortir dan stamfer.
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rimpang kunyit, etanol 96 %,
aquades, amilum, cangkang kapsul gelatin ukuran 0.
3.2 Penyiapan Bahan
350 mg
Pembuatan Kapsul
1. Ekstrak rimpang kunyit ditimbang sebanyak 9 g digerus dengan 21 g amilum sedikit
demi sedikit kedalam mortar dan digerus homogen.
2. Kemudian dimasukan kedalam cangkang kapsul gelatin secara manual dengan ukuran
00 mm. kemudian kapsul dilakukan uji evaluasi sediaan kapsul yaitu keseragaman
bobot dan waktu hancur.
3.7 Evaluasi Sedian Kapsul
a. Uji Keseragaman Bobot
Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu , beri identitas tiap kapsul, keluarkan isi tiap
kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang seksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung
bobot netto dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masingmasing bobot kapsul. Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi,
hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul, dengan anggapan bahwa zat aktif terdistibusi secara
homogeny (Depkes RI, 1995).
b. Uji waktu hancur
Sejumlah 6 kapsul, dimasukan pada maing-masing tabung pada keranjang, yang
dibawahnya terdapat kasa baja berukuran 10 mesh. Digunakan media air bersuhu 37 2 0C.
dilakukan pengamatan terhadap kapsul, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari
cangkang kapsul. Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, pengujian diulangi dengan 12
kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji hancur sempurna. Dicatat waktu
yang diperlukan kapsul untuk hancur sempurna (Depkes RI, 1995).
c. Uji Higrokopisitas
Merupakan cara menguji kemampuan bahan obat untuk menyerap uap dari udara setelah
dibiarkan dalam kondisi tertentu selama beberapa waktu yang diamati. Sejumlah 3 kapsul
ditempatkan pada botol coklat disimpan dalam desikator. Masing-masing perlakuan diamati
setiap hari selama tujuh hari dan setiap minggu selama sebulan. Pengamatan dilakukan terhadap
perubahan bobot kapsul, bentuk kapsul, dan isi kapsul (Augsburger, 2000).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Rimpang kunyit yang digunakan berasal dari daerah Kebun Percontohan Manoko
Bandung. Khasiat dari tanaman kunyit iyu sendiri yaitu dapat untuk mengobati diabetes melitus,
tifus, usus buntu, disentri, diare, keputihan, haid tidak lancer, memperlancar ASI, amandel, serta
dapat digunakan sebagai obat luar sebagai lulur kecantikan dan kosmetika. Kunyit memiliki
kandungan kimia yang berguna untuk kesehatan tubuh antara lain : kurkumin (terdiri dari
kurkumin 10% desmetoksitomin dan 1 -5 % bisdesmetoksikurkumin), minyak atsiri (turmeron,,
keton sesquerterpen, 60 % tumeon, 2,5 zingiberin ,sabinen, felandren, sineil, dan borneon), 1 -3
% lemak, 3 % karbohidrat, 30 % protein, 8 % pati,45 -55 % vitamin C, serta garam-garam
mineral (zat besi, fosfor , kalsium). Zat lain (arabinosa, fruktosa, glukosa, dammar, dan tanin).
Zat aktif yang berpengaruh sebagi antidiare yaitu tanin. Tanin memiliki efek antidiare yang
bekerja sebagai pembeku protein atau astringent yaitu zat yang berikatan pada mukosa
kulit atau jaringan yang berfungsi membekukan protein. Sehingga membran mukosa menjadi
kering dan membentuk pembatas (thight junction) yang bersifat resisten terhadap inflamasi
dari mikroorganisme, selain itu tanin dapat menghambat sekresi dari klorida melalui ikatan
antara protein tannate yang berada di usus dengan tanin.
Pada proses formulasi sediaan kapsul digunakan ekstrak rimpang kunyit 150 mg/kapsul,
dengan pengisi amilum. Pemilihan amilum sebagai pengisi adalah karena amilum merupakan
amilum yang higroskopisitasnya paling kecil, dan merupakan pengisi umum yang banyak
digunakan karena mudah didapatkan dan harganya murah bila dibandingkan dengan pengisi
lainnya. Dimana sebelum dimasukan kedalam kapsul harus dilakukan uji sediaan yaitu uji
keseragaman bobot, waktu hancur dan uji higrokopisitas.
a. Uji keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk memastikan bahwa bobot yang terdapat
di dalam kapsul pada suatu formula memiliki jumlah yang sama dan zat aktif yang
sama dengan anggapan serbuk formula terdistribusi homogeny. Factor yang
mempengaruhi keseragaman bobot sediaan adalah sifat aliran massa serbuk.
Pengujian massa serbuk ketiga formula memenuhi criteria sifat alir yang baik
sehingga akan berpengaruh keseragaman sediaan kapsul.
Dari hasil pemerikasaan keseragaman bobot terhadap 20 kapsul diperoleh berat
kapsul yaitu 1178 mg, bobot rata-rata sebesar 487,25 mg dengan nilai penyimpangan
bobot sebesar A1 sebesar 0,41 %, dan A2 sebesar 1,43 % dan B sebesar 0,41 %.
Menurut Ditjen POM.(1979), persyaratan tidak boleh menyimpang dari bobot
rat-rata dari harga yang yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh 1 kapsul yang
menyimpang dari bobot rat-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
b. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur penting dilakukan untuk mengetahui waktu hancur sediaan
tablet atau kapsul. Untuk memberikan efek terapi, tablet harus hancur terlebih dahulu
hancur menjadi partikel yang lebih kecil, begitu pula untuk kapsul agar isi kapsul
dapat terabsorbsi pada saluran cerna. Hasil dari uji waktu hancur untuk formula
sediaan kapsul rimpang kunyit menunjukan waktu hancur 3 menit, menunjukan
bahwa formula memenuhi syarat uji waktu hancur kapsul Farmakope Indonesia edisi
IV yaitu waktu hancur di bawah 15 menit.
c. Uji higrokopisitas
Ekstrak pada umumnya bersifat higroskopis karena terdapat kandungan
karbohidrat dengan bobot molekul rendah dan tinggi sehingga perlu dilakukan uji
untuk mengetahui higroskopisitas serbuk ekstrak kering rimpang kunyit yang ada
dalam sediaan kapsul. Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan bobot dan
warna dari isi sediaan kapsul. Perubahan bobot kapsul dan warna isi kapsul setiap
waktunya dapat menggambarkan perubahan kadar air yang terdapat dalam sediaan.
Pengujian dilakukan pada sediaan kapsul rimpang kunyit diamati bobotnya setiap hari
selama satu minggu dan setiap minggunya selama 7 minggu.
Hasil Uji HIgrokopisitas
1
0,4390,00
2
0,4390,00
3
0,4390,00
6
0,4390,00
7
0,4390,00
Berdasarkan hasil pengamatan setiap harinya selam satu minggu bobot formula
sediaan kapsul rimpang kunyit tidak menunjukan perubahan. Pengamatan warna isi
sediaan kapsul juga masih tetap menunjukan warna kehijauan. Hal ini menunjukan
selama satu minggu formula sediaan kapsul rimpang kunyit masih stabil dan belum
terjadi perubahan bobot atau warna. Pengamatan dilanjutkan setiap minggunya
selama 7 minggu diamati perubahan bobot setiap minggunya. Pada minggu pertama,
kedua dan ketiga, formula sediaan kapsul rimpang kunyit belum menunjukan
perubahan bobot. Pada minggu keempat sampai minggu ketujuh mulai terjadi
perubahan bobot. Perubahan bobot ini tidak signifikan hanya berkurang 1-2 mg. Pada
minggu terakhir pengamatan dilakukan pengamatan terhadap warna serbuk isi kapsul.
Serbuk sediaan kapsul menunjukan warna kehijauan. Hal ini menunjukan belum
terjadi perubahan warna selama 7 minggu pengamatan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
evaluasi
sediaan
kapsul
rimpang
kunyit,
uji
Farmakope Indonesia.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengeringan serbuk ekstrak dengan
metode yang berbeda agar diperoleh serbuk yang lebih kering, halus dan homogen.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (ed.4). (Farida Ibrahim, Penerjemah).
Jakarta : UI Press
Arif . A,. Sjamsudin. U. 1995. Obat Lokal Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : FKUI
Augsburger, L.L (2000). Modern Pharmaceutics : Hard and Soft Gelatin Capsule. (Ed.2). New
York : Mercel Dekker.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.(2010). Acuan Sediaan Herbal (vol.5). Jakarta : Badan
POM RI
Republik Indonesia.
Dit Jen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ektrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Tjay, H.T dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi 5. . Jakarta : Cetakan pertama. Gramedia
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
WHO.1992. Quality Control Methods For Medical Plant Materials. Geneva : World Healty
Organization.