Selamat membaca.
Aries R. Prima
Pemimpin Redaksi
Qoyum
Migas Nonkonvensional
(lanjut ke halaman 9)
Mereka Gembira
Bila ada yang kesusahan, mungkinkah ada pihak
yang bahagia dengan adanya penurunan harga
minyak bumi ini? Semua manusia membutuhkan
energi. Ketika harga minyak turun, harga energi juga
turun. Apalagi bagi Indonesia, untuk memenuhi
kebutuhan minyak bumi, pasokan dari impor lebih
besar dari pada pasokan produksi dalam negeri. Wal
hasil, rumah tangga dan industri pengguna minyak
bumi diuntungkan. Sebagai konsumen Bahan Bakar
Minyak (BBM), rakyat senang karena harganya
turun, industri nonmigas tersenyum karena biaya
produksi terpangkas antara 3-8%.
Solusi Kebijaksanaan
Penurunan harga minyak bumi secara bersamaan
memberi dua implikasi, ada yang alami bencana, dan
ada yang gembira. Hanya itu? Masih ada yang lain.
Jika mencermati kondisi di sekeliling kita, rasanya
penurunan harga minyak tidak atau belum
meresahkan masyarakat luas. Jikapun ada
keresahan, masih terbatas pada mereka yang
berhubungan langsung dengan industri minyak
bumi. Buktinya, mall masih ramai, jalanan tak
berkurang macetnya, perbincangan di media sosial
lebih banyak tentang isu-isu politik dan hal-hal
sepele lainnya. Semua ini mengindikasikan bahwa
perekonomian Indonesia sudah tidak lagi didominasi
oleh produktivitas sektor migas. Kebijaksanaan
ekonomi pemerintahan di masa lalu, untuk tidak
Kelayakan di Indonesia
Berbicara tentang layak atau tidaknya, ada 3 hal yang
menjadi pertimbangan yaitu: pertama, bisa atau
tidaknya dilakukan dengan pendekatan engineering.
Kedua, efek sosial dan lingkungan. Ketiga, aspek
komersial. Studi-studi kelayakan yang dilakukan oleh
konsultan internasional beberapa tahun terakhir
menunjukkan bahwa investasi gasifikasi batubara
cukup atraktif untuk dilakukan.
Strategi yang semestinya dilakukan oleh para
pengusaha batubara, termasuk pemilik tambang, adalah
membangun coal gasification plant di mulut tambang
untuk menghasilkan syngas atau turunannya yang
dijual di pasar domestik. Dengan asumsi harga
batubara kalori rendah (lignite) USD 40 per Metric Ton
atau kurang, memungkinkan buat kita membangun
coal gasification plants di beberapa daerah yang
memiliki cadangan batubara yang cukup besar seperti
di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Pemerintah sebagai regulator sudah semestinya
memulai menggalakan proses gasifikasi, mengubah low
rank coal ini menjadi sesuatu yang bermanfaat, yang
bernilai tambah (value added) yaitu gas untuk
kebutuhan bahanbakar kendaraan, pupuk, olefin,
pembangkit listrik dan berbagai macam produk lainnya.
Dengan demikian, kemandirian energi yang dicitacitakan dapat terwujud.
10
11
Engineer Weekly
Pelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin Pemimpin
Umum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: Aryo
Adhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator:
Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52.
Faksimili: 021 31904657. E-mail: info@pii.or.id
Engineer Weekly adalah hasil kerja sama Persatuan Insinyur Indonesia dan Inspirasi Insinyur.