Anda di halaman 1dari 22

A.

Latar Belakang
Akuntansi keperilakuan merupakan bidang yang relatif baru dibandingkan dengan
bidang ilmu akuntansi lainnya. Penelitian terkait dengan akuntansi keperilakuan
merupakan suatu penelitian yang cukup menarik dilakukan oleh akademisi, mahasiswa
maupun praktisi. Penelitian aspek keperilakuan dalam akuntansi akan memberikan
manfaat antara lain menyediakan informasi yang bermanfaat bagi accounting regulator
dan meningkatkan efisiensi bagi akuntan dan profesi lainnya.
Ada dua aspek yang perlu digarisbawahi dalam behavioral accounting research
(BAR) yaitu behavioral (keperilakuan) dan akuntansi. Behavioral accounting research
menurut Hofstedt dan Kinard (1970) seperti dikutip oleh Godfrey, et al. (2010 : 446) adalah
the study of the behavior of accountants or the behavior of non-accountants as they are
influenced by accounting functions and reports. Penelitian akuntansi keperilakuan
berusaha mendalami perilaku dari akuntan maupun perilaku dari non-akuntan yang
dipengaruhi oleh fungsi dan informasi akuntansi.
Siegel (1989:3) menyatakan bahwa behavioral science adalah human side of social
science. Ilmu keperilakuan ini tidak terlepas dari disiplin ilmu psikologi, sosiologi, teori
organisasi, ilmu politik, dan antropologi. Ditinjau dengan sudut pandang teori akuntansi,
behavioral accounting research (BAR) merupakan bagian dari positive research yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menemukan fakta. Namun BAR berbeda dibandingkan
dengan penelitian positif lainnya seperti penelitian terkait agency theory dan penelitian
pasar modal.
Penelitian keagenan bertujuan untuk mencari manfaat ekonomis apa yang
diperoleh akuntan dari tindakannya memilih metode akuntansi yang ada. Dalam
penelitian keagenan diasumsikan bahwa principal adalah pihak yang risk neutral
sedangkan agen adalah pihak yang risk and effort averse. Jawaban yang diperoleh dari
penelitian keagenan adalah akuntan melakukan tindakan pemilihan metode akuntansi
yang ada bertujuan untuk meningkatkan utilitas bagi dirinya. Dalam penelitian
keperilakuan BAR, akuntan maupun pihak-pihak yang dipengaruhi oleh fungsi dan
informasi akuntansi merupakan pihak-pihak yang bebas dari asumsi.

Mayoritas objek penelitian BAR adalah individu, tetapi objek BAR dapat juga
berupa kelompok kecil dari organisasi atau kondisi lingkungan. Di samping itu, BAR juga
menekankan pada dimensi yang lain dari norma-norma sosial antara lain fairness
(kewajaran), equity (keadilan), trust (kepercayaan), honesty (kejujuran) serta keinginan
untuk bekerja sama.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Ruang Lingkup
Behavioural accounting research didefinisikan sebagai: Studi perilaku akuntan
atau perilaku non akuntan dimana mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan
laporan. Behavioural accounting research (BAR), penelitian pasar modal dan penelitian
teori agency dapat disebut penelitian positif dalam pengertian bahwa mereka dikaitkan
dengan menemukan fakta: penelitian pasar modal menanyakan bagaimana reaksi pasar
sekuritas terhadap informasi akuntansi?; teori agensi menanyakanapakah insentif
ekonomi mempengaruhi dalam memilih metodde akuntansi?; dan behavioural research
menanyakan bagaimana sebenarnya orang-orang menggunakan dan memproses
informasi akuntansi? bagaimanapun, mereka juga sangan berbeda dalam banyak hal.
untuk instansi, penelitian pasar modal melihat pada level makro pasar sekuritas agregat,
sedangkan teori agensi dan behavourial accounting fokus pada level mikro pribadi
manager dan perusahan. Penelitian pasar modal dan teory agensi diambil dari ilmu
ekonomi dan mengesampingkan motivasi aktual orang-orang dengan asumsi bahwa setiap
orang merupakan pemaksimal kekayaan. Behavioural accounting, pada sisi lain, diambil
dari ilmu yang yang lain seperti psikologi, sosiologi, dan teori organisasi., dan umumnya
tidak membuat anggapan tentang bagaimana orang-orang berkelakuan (behave), terlebih,
itu tujuan untuk mengetahui mengapa orang-orang berkelakuan sebagaimana yang
mereka lakukan. Sebagai konsekuensi, tiga kelompok penelitian akuntansi yang lain ini
dimaksudkan untuk menjawab tipe yang sangat berbeda pertanyaan tentang praktek
akuntansi.
Tipe utama BAR dalam area ini yang telah diketahui seperti human judgement
theory (HJT) atau human information processing (HIP) dan meliputi pertimbangan dan
pembuatan keputusan akuntan dan auditor dan mempengaruhi fungsi output pada
pengguna pembuatan pertimbangan dan keputusan.

Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada


pengukuran

pendapatan

dan

biaya

yang

mempelajari

pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksi


masa depan. Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa

lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan kinerja
masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan
mempengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan
fakta

bahwa

organisasi

arti

pengendalian

harus

diawali

secara

penuh

dengan

dari

suatu

memotivasi

dan

mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang


saling berhubungan dalam organisasi.
Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan
dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan
menghubungkan

antara

keperilakuan

manusia

dengan

akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu


sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian
dari ilmu akuntasi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu
keperilakuan

dan

akuntansi

keperilakuan

sama-sama

menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk menilai


dan memecahkan permasalahan organisasi.
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah
cabang akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku
manusia dengan sistem akuntansi (Siegel, G. et all. 1989),
istilah sistem akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang
luas yang meliputi keseluruhan desain alat pengendalian
manajemen

yang

meliputi

sistem

pengendalian,

sistem

penganggaran, desain akuntansi pertanggung jawaban, desain


organisasi

seperti

desentralisasi

atau

sentralisasi,

desain

pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta pelaporan


keuangan.

Secara

lebih

rinci

ruang

lingkup

akuntansi

keperilakuan meliputi:
1.

Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap


desain, konstruksi dan penggunaan sistem akuntansi yang
diterapkan dalam perusahaan, yang berarti bagaimana sikap
dan

gaya

kepemimpinan

manajemen

mempengaruhi

pengendalian akuntansi dan desain orgaisasi.

sifat

2.

Mempelajari pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku


manusia,

yang

berarti

mempengaruhi

bagaimana

motivasi,

sistem

produktifitas,

akuntansi

pengambilan

keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.


3.

Metode untuk memprediksi perilaku manusia dan strategi


untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi
dapat dipergunakan untuk mempegaruhi perilaku.
Sebagai

bagian

dari

ilmu

keperilakuan

(Behavioral

Science), teori-teori akuntansi keperilakuan di kembangkan


dari

penelitian

empiris

organisasi.Dengan

atas

demikian,

perilaku

peranan

manusia

penelitian

di

dalam

pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi.


Ruang lingkup penelitian di bidang akuntansi keperilakuan
sangat luas sekal, tidak hanya meliputi bidanga akuntansi
manajemen saja, tetapi juga menyangkut penelitian dalam
bidang

etika,

auditing

(pemeriksaan

akuntan),

sistem

informasi akuntansi bahkan akuntansi keuangan.


Akuntansi

Keperilakuan

mempelajari

hal-hal

sebagai

berikut:
Reaksi manusia terhadap format dan isi dari pelaporan
keuangan.
Bagaimana informasi diproses untuk keperluan pengambilan
keputusan
Pengembangan

teknik-teknik

pelaporan

untuk

mengkomunikasikan data kepada penggunanya.


Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi
perilaku, inspirasi, dan tujuan orang - orang yang menjalankan
organisasi.
Dan hal-hal

lain

yang

mengaitkan

akuntansi,

manusia,

organisasi, dan masyarakat. Hal-hal yang dipelajari dalam


Akuntansi

Keperilakuan

tersebut

apabila

dasarnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

diringkas,

pada

Pengaruh

perilaku

manusia

didalam

perancangan,

penyusunan dan penggunaan sistem akuntansi


Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusia

Metoda-metoda

untuk

memprediksi

dan

strategi-strategi

untuk mengubah perilaku manusia.


B. Pentingnya Behaviour Accounting Research
Terdapat beberapa alasan yang sangat bagus bahwa BAR sangat pentig untuk
praktisi akuntasi dan yang lain:
a.

Telah catat pada awal chapter ini bagaimana kelompok penelitian akuntansi yang lain
seperti pasar modal dan teori agensi tidak memperlengkapi dengan jawaban pertanyaan
tentang bagaimana orang-orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi. Untuk
mengisi kekosongan membutuhkan penelitian yang secara spesifik menguji aktivitas
pengambilan keputusan yang menyiapkan (penyaji), pengguna, dan auditor informasi
akuntansi.

b. BAR dapat memberikan arti berharga dalam jenis cara yang berbeda pada hasil, proses,
dan reaksi pengambil keputusan pada fakta-fakta (keterangan) informasi akuntansi dan
metode komunikasi. Kita dapat menggunakannya untuk memperbaiki pengambilan
keputusan dalam berbagai macam cara.
c.

BAR berpotensi menyediakan informasi yang bermanfaat untuk regulator akuntansi


seperti Australian

Accounting

Standart

Board (AASB).

Sebagai

tujuan

pokok

akuntansi adalah untuk menyediakan informasi bermanfaat untuk keputusan, anggota


AASB terus berhadapan dengan masalah dimana metode akuntansi dan apa tipe
pengungkapan yang akan terbukti bermanfaat untuk pengguna laporan keuangan
(financial statement).
d. BAR juga dapat mengarahkan pada efisiensi dalampraktek kerja akuntan dan profesi
yang yang lain. Seperti, keahlian senior dan pengalaman anggota sebuah perusahaan
akuntansi dapat dicatat dan dimanfaatkan oleh metode BAR untuk mengembangkan
sistem keahlian yang terkomputerisasi untuk suatu variasi dalam konteks pengambilan
keputusan (decision making).
C. Pengembangan penelitian akuntansi perilaku (BAR)

Istilah BAR pertama kali muncul dalam literatur pa tahun 1967,tetapi penelitian
HJT menjadi pondasinya dalam literature psikologi dengan karya seminal Ward Edward
pada tahun 1954. Aplikasi penelitian pada akuntansi dan auditing dapat terima tahun 1974
ketika Ashton mempublikasikan sebuah studi percobaan (experimental) pertimbangan
internal control oleh auditor.
Banyak ilmu (diantaranya sains politik, teori organisasi, sosiologi dan statistik)
memainkan perannya dalam perkembangan BAR, tetapi jelas sekali ilmu perilaku yang
paling penting dalam hubungan kontribusi psikologi. Perkembangan penelitian HJT dalam
akuntansi memberikan banyak pada adaptasi metode penelitian telah digunakan dengan
baik dalam literatur psikologi, model Brunswik lens. Teknik ini mewakili pendekatan
penelitian baru yang sangat kuat yang dapat diaplikasikan pada pertanyaan lama yang
memperhatikan pengguna data.
Sebuah gambaran pendekatan untuk memahami proses informasi
Dasar tujuan penelitian HJT adalah untuk menjelaskan cara yang orang-orang
gunakan dan bagian proses informasi akuntansi (dan yang lain) dalam suatu fakta konteks
pengambilan keputusan. Kita gambarkan proses pengambilan keputusan seseorang adalah
sebuah model. Sehingga, contohnya, kita mungkin menggunakan penelitian teknik HJT
terhadap model (atau menggambarkan) cara yang petugas pinjaman bank proses dengan
berbagai cara pokok informasi akuntansi (atau isyarat seperti yang mereka sebutkan)
seperti laba dan angka arus kas untuk suatu keputusan tentang apakah untuk menyetujui
suatu pinjaman dari suatu perusahaan. Walaupun model brunswik lens metode yang
mendominasi untuk pongembangan model pembuatan keputusan, juga terdapat dua
pendekatan penelitian. Satu di sebut process tracing, yang lain diketahui sebagai
paradingma probabilistic judgement, dimana dalam memprosess keputusan mewakili
kemungkinan pernyataan berdasarkan pada dalil Baye. Tiga Pendekatan yang lain untuk
menjelaskan (modelling) pembuatan keputusan adalah: availability, anchoring dan
adjusment, dan expert judgment.
D. Akuntansi dan Keprilakuan
Akuntansi ada sebagai sebuah fungsi yang mengatur aktivitas individu atau
sekelompok individu (didefinisikan sebagai entitas akuntansi). Terdapat pandangan yang
berbeda pada akuntansi, mengindikasikan bahwa terdapat angka akuntansi mungkin

perspektif. Bahkan dalam suatu periode peraturan pemerintah difokuskan pada


pengungkapan akuntansi oleh perusahaan, terdapat seribu pilihan dan asumbi dibutuhkan
antara alternatif teknik akuntansi dalam persiapan laporan keuangan untuk entitas
perusahaan (PT).
Burchell et al. meringkas peran signifikan akuntansi dalam konteks ekonumi yang
luas:
Data akuntansi sekarang digunakan dalam awalan dan implementasi pengawasan untuk
stabilisasi ekonomi, harga dan pengendalian upah, untuk peraturan industry khusus dan
sektor komersial dan perencanaan pengembangan ekonomi nasional dalam kondisi perang
dan damai juga dalam kondisi makmur dan depresi.
Tidak lama menunjukkan hanya sebagai sebuah kumpulan kalkulatif rutin, itu fungsi
sebagai keterpaduan dan mekanisme yang berpengaruh untuk manajemen sosial dan
ekonomi.
Lebih lanjut, penting untuk mempertimbangkan faktor yang memppengaruhi
perubahan dalam sistem akuntansi dan sifat dasar pelaporan akuntansi. Menurut
Zimmerman, sistem akuntansi adalah komponen dasar dalam suatu arsitektur organisasi,
manager senior dengan konstan mencari untuk mengadopsi arsitektur dengan memastikan
struktur terbaik pada perusahaan. Zimmerman menjelaskan, 2 observasi penting
mengenai faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi:
1. Perubahan sistem akuntansi jarang terjadi dalam suatu ke-vakuman. Perubahan sistem
akuntansi umumnya terjadi pada saat ada perubahan dalam strategi bisnis perusahaan
dan perubahan organisasional yang lain.
2. Perubahan dalam arsitektur organisasional perusahaan, termasuk perubahan dalam
sintem akuntansi, kemungkinan besar terjadi dalam merespon terhadap perubahan
stategy bisnis perusahaan disebabkan oleh goncangan eksternal dari tknologi dan
perubahan kondisi pasar.
Karena itu informasi akuntansi secara signifikan berpengaruh pada perilaku
individu antara suatu entitas dan eksternal terhadapnya. Bagaimanapun, hal itu
mempunyai pengaruh terhadap 2 hal, pada individu (atau sekelompok individu) langsung
dan tidak langsung mempengaruhi struktur sistem akuntansi dan pengungkapan
informasi.

a.

Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi

Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan


dan

menganggap

penting

untuk

memasukkan

aspek

keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang


sudah

memberikan

pengakuan

terhadap

beberapa

aspek

perilaku dari akuntansi terdapat suatu kecenderungan untuk


memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang
lebih subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini
telah

dipenuhi

dengan

baik

sehingga

membuat

sistem

akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima


oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan
akuntansi

mungkin

permasalahan

yang

juga
rumit

telah
dan

sampai

gagasan

pada

puncak

akuntansi

dapat

muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan


perilaku

dan

sosial

akuntansi

secara

perspektif

dalam

tidak

radikal.

berarti
Namun

mendekati

mengubah
mulai

beberapa

dari

tugas

mengembangkan
pengertian

yang

mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada


organisasi.
Manusia dan faktor sosial diikut sertakan secara jelas
dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem
akuntansi, karena para akuntan membuat asumsi mengenai
bagaimana

mereka

termotivasi,

bagaimana

mereka

menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi,


dan

bagaimana

sistem

akuntansi

mereka

sesuai

dengan

kenyataan manusia dan mempengaruhi organisasi.


Berdasarkan pengalaman, banyak manajer dan akuntan
telah memperoleh suatu pemahaman yang lebih dari sekadar
aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun harus

diakui bahwa banyak sistem akuntansi masih dihadapkan pada


berbagai kesulitan manusia yang tidak terhitung, bahkan
penggunaan

dan

penerimaan

seluruh

sistem

akuntansi

terkadang dapat menjadi meragukan. Pertanggungjawaban


dan

pengambilan

keputusan

dilakukan

atas

dasar

sudut

pandang hasil laporan mereka dan bukan atas dasar kontribusi


mereka

yang

Sebagian

lebih

luas

prosedur

saat

pembatasan

yang

terhadap
ini

tidak

efektivitas

juga

dapat

diinginkan

organisasi.

menimbulkan

terhadap

inisiatif

manajerial. Prosedur dapat menjadi tujuan akhir itu sendiri jika


semata-mata dibandingkan dengan teknik organisasi yang
lebih luas.Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran
yang harus dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi.
Peran

tersebut

bergantung

pada

seberapa

besar

porsi

tanggung jawab dan rasa tanggung jawab anggota terhadap


pencapaian
sebagian

tujuan.

organisasi

Rasa

tanggung

dihargai

dalam

jawab

tersebut

bentuk

pada

penghargaan

tertentu. Dalam organisasi, masing-masing mempunyai tujuan


dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi
tersebut. Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan
manakala individu memahami dan patuh pada ketetapanketetapan yang ada di dalam anggaran.

b.

Dimensi Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi


tradisional yang berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat
dan

melaporkan

informasi

keuangan.

Dengan

demikian,

dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan


juga dengan desain, konstruksi, serta penggunaan suatu
system

informasi

akuntansi

yang

efisien.

Akuntansi

keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara


perilaku
dimensi

manusia
sosial

dan
dan

system

akuntansi,

budaya

manusia

mencerminkan
dalam

suatu

organisasi.Stainer juga menjelaskan secara singkat mengenai


definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah yang
berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia. Definisi
ini menangkap permasalahan inti dari ilmu keperilakuan, yaitu
riset ilmiah dan perilaku manusia.
C.

Model Brunswik Lens


Sejak pertengahan tahun 1970, model brunswik lens telah digunakan sebagai
kerangka analitis dan dasar untuk pendapat penelitian yang paling memerlukan
ramalan (seperti kebangrutan) dan/atau evaluasi (seperti pengendalian internal).
Peneliti menggunakan model lens untuk menginvestigasi hubungan dari beberapa
keping informasi dan keputusan. Keputusan ataupun prediksi dengan melihat
kesamaan

dari

respon

terhadap

informasi

tersebut.Pengambilan

keputusan

dipandang seperti melihat dari lensa informasi yang secara probability terkait
dengan kejadian untuk mencapai kesimpulan tentang kejadian tersebut.
Dalam membentuk model ini, subjek diminta untuk memberi keputusan
untuk beberapa jenis kasus berdasarkan informasi yang sama. Sebagai contoh,
mereka dapat ditanya untuk memperkirakan apakah sebuah perusahaan mungkin
gagal dengan rasio- rasio keusangan yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian
sebuah model linier akan dibentuk untuk mempresentasikan bagaimana informasi
diproses oleh individual. Kemudian sebuah analisis regresi digunakan dengan
menetapkan dependent variable dan independent variable untuk mendapatkan
sebuah model.

Dengan Brunswik lens model peneliti dapat mendapatkan seberapa penting


sebuah informasi dalam model tersebut, apakah signifikan bagi model atau tidak.
Selain itu model juga dapat menentukan hubungan dari pengambil keputusan
dengan informasi bagi mereka. Selain itu kita juga dapat tahu pentingnya informasi
dari sudut pandang yang berbeda, misalkan seorang manajer melihat bahwa profit
merupakan informasi yang sangat penting padahal stakeholder tidak melihat profit
sebagai informasi yang sangat penting. Dengan demikian kita dapat merubah pola
pandang manajamen untuk menghasilkan hasil yang lebih baik. Penggunaan model
ini telah membuka jalan bagi penemuan penting sebagai berikut :
Pola dalam penggunaan informasi dalam berbagai model
Pembobotan yang digunakan pengambil keputusan atas informasi
Akurasi dari pengambil keputusan dari berbagai bidang dalam memprediksi
dan mengevaluasi Konsistensi dari pengambilan keputusan
Tingkat sudut pandang yang dimiliki pengambil keputusan mengenai pola
data
Process Tracing Methods
Model pengambilan keputusan yang diturunkan dengan menggunakan model
lens Brunswik biasanya memilki kekuatan prediktif yang baik. Model lens
merupakan prediktor yang lebih baik karena model statistic lens memindahkan
banyak random error yang biasanya terdapat dalam prasangka manusia yang
misalnya diakibatkan rasa lelah, sakit, ataupun kurangnya kosentrasi, namun,
model ini juga memiki keterbatasan karena bukan prediktor yang baik mengenai
bagaimana sebenarnya manusia membuat keputusan.
Pengetahuan mengenai proses dan cara pengambilan keputusan oleh
manusai dapat membantu menemukan kelemahan dari proses tersebut sehingga
kelemahan tersebut dapat dihilangkan. Hal ini dapat menghasilkan prediksi yang
lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Dalam process tracing, pengambilan keputusan diberikan serangkaian studi
kasus untuk di analisis, tetapi kali ini mereka diminta untuk mendeskripsikan secara
verbal setiap langkah yang dilalui dalam pengambilan keputusan. Kemudian

deskripsi verbal tersebut direkam dan dianalisis untuk menghasilkan decision tree
untuk menggambarkan proses pengambilan keputusan tadi.
Decision tree yang diturunkan dari metode process tracing secara intuitif
adalah deksriptor yang baik mengenai proses pengambilan keputusan manusia .
namun, relative terhadap model lens Brunswik, metode process tracing tidak selalu
merupakan prediktor yang baik. Hal ini karena pembuat keputusan seringkali
mengalami kesulitan dalam menjelaskan semua langkah yang mereka lalui.
Peneliti mencoba mengatasi keterbatasan kedua model tersebut dengan
menkombinasikan kekuatan deskriptif dan prediktif dua pendekatan tersebut,
misalnya dengan sebuah teknik statistic yang dikenal sebagai classification and
regression trees (CART). CART menggunakan metode statistik untuk membagi
(memisahkan) ouput prasangka pembuat keputusan ke dalam noda-noda yang
memaksimalkan kekuatan model untuk memprediksi secara tepat klasifikasi kasuskasus yang berbeda kedalam tipe keputusan yang tepat. CART mengkombinasikan
kekuatan dominan untuk secara tepat mengklafikasikan rekomendasi analisis
dengan dekskriptor intuitif tentang proses pengambilan keputusan mereka.
Probabilistic Judgement

Model ini berguna untuk melihat situasi akuntansi dimana kepercayaan awal
mengenai prediksi atau evaluasi harus direvisi ketika ada bukti baru. Model ini
berpendapat bahwa cara yang paling tepat secara normative untuk merevisi
kepercayaan awal ini, dinyatakan sebagai probabilitas subjektif, adalah dengan
mengaplikasikan teorama Bayes (sebuah tenet dasar mengenai teori kondisional
probabilitas). Teorema Bayes menyatakan bahwa probabilitas revisi karena adanya
bukti tambahan sama dengan kepercayaan awal dikalikan dengan seberapa banyak
ekspektasi awal harus direvisi. Revisi yang melibatkan auditor dan akuntan
memberikan bukti bahwa akuntan dan auditor memilki serangkaian rules of thumb
karena kompleksitas tipe judgement yang harus mereka buat dengan keterbatasan
informasi yang mereka miliki.
Lens Model Studies --- The Evidence

Dengan menggunakan model lens sebagai alat riset memungkinkan adanya


analisis konsistensi judgement, apakah model perilaku manusia dapat memprediksi
lebih akurat daripada manusia itu sendiri. Model ini juga memungkinkan analisis
kemampuan petunjuk untuk memprediksi event dalam pertanyaan. Selain itu,
model ini juga memberikan insight mengenai derajat konsensus antara pembuat
keputusa.
Bukti secara konsistensi menunjukkan bahwa manusia mampu untuk
mengembangkan

prinsipprinsip

atau

model-model

untuk

memecahkan

kesuksesan/kegagalan tugas menggunakan rasio keuangan, tetapi mereka tidak


mampu melakukan hal tersebut ketika model mereka sendiri digunakan secara
matematis. Hal ini karena mereka menjadi tidak memperhatikan petunjuk dan
merek menjadi tidak konsistensi dalam mengaplikasikan aturan keputusan mereka
akibat faktor kelelahan dan kebosanan.
Abdel-Khalik

dan

El-Sheshai

menyimpulkan

bahwa

pilihan

informasi

manusialah, bukan proses pemilihan ptunjuk, yang membatasi akurasi. Simnett dan
Trotman menemukan bahwa meskipun subjek telah dapat menggunakan performa
ketika diminta untuk mengaplikasikan pembobotan petunjuk idela. Penulis-penulis
ini menyimpulkan bahwa ketika manusia tidak bisa memilih rasio mereka sendiri,
kinerja pemrosesan informasi merek menurun.
Ketika jumlah informasi meningkat, awalnya penggunaan dan intgrasi
informasi menigkat. Namun, pada titik tertentu, tambahan informasi menyebabkan
penurunan jumlah informasi terintegrasi kedalam tugas pengambilan keputusan.
Chewning dan Harrell menemukan bukti teori tersebut ketika seseorang diberikan
lebih dari 8 petunjuk (rasio keuangna). Libby berpendapat bahwa tambahan
petunjuk yang tidak valid ke dalam serangkaian petunjuk yang lebih valid akan
menurunkan performa, namun riset lain tidak mendeteksi adanya hubungan
tersebut.
Process Tracing Studies ----The Evidence
Model lens Brunswik secara implisit memperlakukan proses pengambilan
keputusan sebagai kombinasi linier dari informasi petunjuk sedangkan decision tree
yang diturunkan dari process tracing menerangkan langkah-langkah pengambilan

keputusan dimana isi informasi sebuah data berinteraksi dengan informasi lainnya
dari data tersebut. Larcker dan lessig menemukan bahwa process tracing model
lebih baik daripada model statistic liner, tetapi selling and shank menemukan hasil
sebaliknya ketika kedua pendekatan ini dibandingkan dalam sebuah tugas yang
melibatkan prediksi kebangkrutan.
Kompleksitas

pengambilan

keputusan

yang

dilakukan

manusia

berarti

dibutuhkan riset yang lebih dalam untuk memahami tipe karakteristik keputusan
untuk menentukan gaya pemrosesan informasi yang paling seusai.
Format and Presentation Of Financial Statements

Pada tahun 1976 Libby mengobservasi bahwa ada tiga pilihan dasar yang ada
untuk meningkatkan pengambilan keputusan :
1. Mengubah presentasi dan jumlah informasi
2. Memberikan pendidikan ke pembuat keputusan
3. Mengganti pembuat keputusan dengan model of themselves atau dengan
ideal or with on ideal cueweighting model
Dengan pentingnya saran yang pertama terhadap akuntan, auditor, regulator
dan pembuat standar, terdapat penelitian kecil yang dialkukan untuk menemukan
format presentasi akuntansi yang ideal. Studi yang dialakukan cenderung untuk
memeriksa perubahan yang radikal terhadap penyajian laporan keuangan dalam
bentuk grafik multidimensional. The lens model berguna dalam memeriksa isu
penyajian laporan keuangan yang sama baiknya dengan analisa predictive
judgement. The lens model mengijinkan untuk analisa kekakuratan human
judgement dalam menentukan sejauh mana dimana individu mendeteksi tugas
judgement

yang

penting

dan

secara

konsistensi

menggunakan

kebijakan

judgement. Jika perubahan format informasi menghasilkan peningkatan kedua


karakteristik tersebut maka human judgement seharusnya meningkat.
Chernoff fces menggambarkan perubahan dalam kondisi keuangan. Mukanya
dibangun dengan mapping transformed variabel keuangan menjadi bentuk muka.
Mathematical precision diwujudkan dengan panjangnya hidung, angle alis dan

bentuk mulut digunakan untuk merepresentasikan perubahan kondisi keuangan dari


suatu periode ke periode berikutnya. Pendekatan grafik multidimensional akan
menjadi berguna ketika ketersidiaan biaya atau data membuat model statistik yang
tidak

mungkin

dibangun,

terutama

jika

hasilnya

menggunakan

grafik

multidimensional yang sama sedikit bagusnya dengan hasil dari model. Saat ini
preparers laporan keuangan tidak lagi menyiapkan grafik seperti muka chernoof
tetapi dengan penggunaan warna dan grafik yang lebih konvesioanl. Penggunaan
grafik yang bervariasi dan bentuk tabular akan mempengaruhi pengambilan
keputusan. Laporan dalam bentuk grafik berguna untuk tingkat kompleksitas yang
rendah sedangkan laporan dalam bentuk tabular untuk tingkat kompleksitas yang
tinggi. Tidak ada bentuk penyajian yang terbaik di semua situasi. Dalam konteks
pengauditan, ricchiute menemukan bahwa judgement mengenai penyesuaian
terhadap akun dipengaruhi oleh cara penyajian informasi ke auditor visual dan atau
auditory.
So dan smith menginvestigasi dampak dari warna grafik, jenis kelamin,
kerumitan dari tugas, dan perbedaan format presentasi dalam preditive accuracy
dengan sample undergraduate business students. Hasilnya adalah grafik yang
berwarna tidak efektif ketika tugasnya kompleks dan wanita lebih tertarik terhadap
grafik yang berwarna. Penelitian yang lain dilakukan dengan mengajak decision
makers bekerja dengan satu dari seperangkat data; kombinasi tabel dan bar charts,
atau table dengan muka chernoff atau hanya dengan table. Ketika situasi dimana
complexity dari informasi tinggi, penggunaan hanya dengan tabel membawa
kepada

keakuratan

yang

lebih

tinggi,

penggunaan

grafik

dan

pictorial

representatations data membawa kepada penurunan dari keefektifan pengguna dari


pembuatan keputusan. Alasannya adalah decision maker memilih pilihan yang lebih
mudah ketika situasi kompleks, tetapi graphical dan pictorical yang mewakili data
terkadang lebih abstrak dan kurang detail dibandingkan informasi yang disajikan
dalam bentuk tabel

Probabilistic Judgement Studies ----The Evidence

Dalam banyak konteks akuntansi dan terutama pengauditan tidak ada solusi
yang benar dengan penilaian yang dapat dibandingkan untuk menilai akurasi dari
mereka. Satu cara untuk mengatasi kurangnya benchmarks dalam penilaian kinerja
adalah memeriksa konsensus mengenai keputusan tertentu di sejumlah pembuat
keputusan. Cara yang lain adalah menggunakan model matematik atau statistika.
Penelitian HJT dalam model ini telah secara konsistensi didemonstrasikan bahwa
manusia mempunyai keahlian yang bervariasi dan tugas yang berbeda, merevisi
probabilitas mereka ke tingkat yang lebih rendah daripada teori Bayess.
konservatisme ini telah dihubungkan ke penggunaan rules of thumb dan bias yang
diadopsikan sebagai sarana mempermudah judgements yang kompleks agar
manusia bisa mengatasi.
Three rules of thumb

Representativeness

Aturan

ini

menyatakan

bahwa

ketika

penilaian

probabilitas berasal dari populasi. Penilaian orang akan ditentukan dengan


sejauh mana item mewakili populasi. Item atau kejadian yang dilihat oleh
pembuat keputusan more representative akan dinilai mempunyai probabilitas
yang lebih besar kejadiannya daripada yang less representative. Peneliti
menunjukkan bahwa penggunaan rule of thumb dapat membawa kepada
keputusan yang miskin karena pembuat keputusan mengabaikan data lain
yang relevan yang bukan bagian dari stereotype.

Availability Ketersediaan rule of thumb mengacu kepada probabilitas suatu


kejadian berdasarkan kemudahan contoh-contoh seperti yang ada di pikiran.
Probabilitas yang berhubungan dengan kejadian yang sensasional biasnya
overestimated.

Anchoring and adjustment Mengacu kepada proses judgement secara umum


dimana proses awalnya dihasilkan atau diberikan repons seperti jangkar dan
informasi lain digunakan untuk menyesuaikan respons. Akibat dari rule of
thumb adalah kemungkinan penyesuaian yang tidak mencukupi dalam
perubahan keadaan.

REPRESENTATIVENESS : THE EVIDENCE


Orang yang pertama kali melaporkan keberadaan dari representativeness dan
kencenderungan untuk mengabaikan base rates adalah Kahneman dan Tversky.
Penggunaan

base-rate

information

telah

membawa

kepada

hipotesis

yang

beralasan probabilistik yang melibatkan contingent processing.


Availabilty : Evidence
Basis dari rule of thumb ini adalah kemungkinan judgment berdasarkan on retrieval
dari ingatan cotoh yang relevan atau skenario yang masuk akal. Bagaimanapun
juga hal ini membutuhkan sampel probabilitas yang besar untuk meningkatkan
prediksi akurasi.
Anchoring dan Adjusment : Evidence
Kinney dan Uecker menemukan bukti tentang anchoring dan adjusment dalam
analytical review (analisa rasio) dan compliance test (audit test of control internal).
Expert Judgment and Rules of Thumb
Penilitian yang melibatkan expert judgment memberikan kesimpulan bahwa
manusia mempunyai ingatan jangka pendek dengan kapasitas yang sangat terbatas
(4-7 chunks) dan virtually ingatan jangka panjang yang tak terbatas.
ACCOUNTING AND BEHAVIOUR
Akuntansi hadir sebagai fungsi yang mengatur secara langsung untuk
aktivitas- aktivitas individu maupun kelompok. Ada beberapa cara pandang yang
berbeda tentang akuntansi, yang mengindikasikan adanya beberapa kemungkinan
perspektif

akuntansi. Isu utama adalah

teknik

apakah

yang diadopsi

dan

interprestasi dari sebuah informasi yang dilaporkan. Selain itu, adanya persaingan

kepentingan diantara orang-orang yang bervariasi yang memberikan interprestasi


terhadap laporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan.
Informasi akuntansi akan memberikan pengaruh terhadap perilaku baik
metode yang diadopsi untuk mengukur dan melaporkan informasi serta merespon
informasi yang diberitahukan. Menurut Zimmerman, sistem akuntansi adalah
komponen fundamental dari sebuah arsitektur organisasi dengan manajer yang
secara konstan beradaptasi untuk memastikan struktur terbaik bagi perusahaan.
Zimmerman menawarkan 2 pengamatan penting tentang factor yang memengaruhi
sistem akuntansi, yaitu:
1. Sistem akuntansi berubah ketika ada perubahan strategi bisnis perusahaan dan
perubahan organisasi lainnya dalam waktu yang bersamaan, khususnya terkait
dengan posisi keputusan yang benar dan sistem evaluasi kinerja dan juga reward.
2. Perubahan dalam arsitektur organisasi, termasuk perubahan di dalam sistem
akuntansi disebabkan oleh adanya external shocks dari teknologi dan pergeseran
kondisi pasar.
Informasi akuntansi secara signifikan mempengaruhi perilaku individu, baik di
dalam entitas maupun eksternal. Bagaimanapun adanya pengaruh dua arah, untuk
individu secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi struktur sistem
akuntansi dan pengungkapan informasi.
LIMITATION OF BAR
Peninjauan terhadap BAR telah menunjukkan bahwa ada peranan yang besar dari
informasi akuntansai daslasm pengambilasn keputusan. Proses informasi yang
kompleks menyadarkan kita bahwa perkembangan penelitian teori-teori dan
metode

akuntansi

saat

ini

masih

belum

cukup.

BAR

memiliki

beberapa

keterbatasan, yaitu:
1. Penelitian pada topik yang sama memberikan hasil yang kontradikitif, sehingga
membingungkan saat pengambilan keputusan.

2. Subjek percobaan yang digunakan dalam penelitian tersebut seringkali berbeda


dengan real judgement. 3. Peneliti akuntansi mempertanyakan apakah peraturan
harus dipengaruhi oleh hasil penelitian pembuat keputusan individu atau tidak.
Secara keseluruhan, keterbatasan terbesar dalam BAR adalah tidak adanya satu
landasan teori yang dapat membantu menggabungkan beragamnya pertanyaan
pertanyaan dalam penelitian dan penemuan BAR. Peneliti BAR banyak meminjam
pemikiran dari berbagai disiplin ilmu dan tidak memiliki persamaan framework satu
sama lain. Hal ini menyebabkan sulitnya mengeneralisasi bagi policy makers.
Walalupun begitu tidak dipungkiri bahwa metode BAR merupakan alat penelitian
yang berharga. Metode Bar telah banyak digunakan untuk mengembangkan
information processing dan training di dunia pekerjaan. Selain itu BAR juga dapat
menunjukkan systematic error.

E. Keterbatasan Behaviour Accounting Research


Pekembangan riset akuntansi Indonesia di bidang keperilakuan masih merupakan
hal yang relative baru dibandingkan dengan riset akuntansi di bidang lainnya. Misalnya,
bila dibandingkan dengan penelitian di bidang akuntansi keuangan, dengan topic
penelitian

pada

kemampuan

rasio-rasio

keuangan

memprediksi

harga

saham,

kebangkrutan, dan lain-lain maka riset akuntansi di bidang keperilakuan masih dapat
dikatakan tertinggal. Hal ini dapat dimaklumi mengingat mata kuliah akuntansi
keperilakuan sendiri masih tergolong baru. Sebagai contoh, Jurusan Akuntansi Universitas
Gadjah Mada, Jogjakarta, memperkenalkan matakuliah ini pada tahun 1995. Selain itu,
apakah bidang keperilakuan, yang selama ini menjadi kajian utama ahli psikologi, juga
perlu menjadi kajian para akuntan, masih diperdebatkan oleh para akuntan sendiri.
Beberapa kritikan yang menolak terhadap penelitian akuntansi keperilakuan karena

adanya keterbatasan diantaranya.


Banyaknya perbedaan dalam pengukuran variabel, yang berarti dalam satu
variable ada berbagai instrument yang bisa dipergunakan dan masing-masing sangat
berbeda.
Sebab tidak adanya landasan konseptual yang jelas atas pengembangan variabel.
Kelemahan metodologi selanjutnya yang paling dominan adalah lemahnya
pengembangan landasan teoritis. Dengan adanya kelemahan tersebut, sehingga perlu

adanya pemahaman lebih dalam tentang berbagai landasan teoritis dan pendekatan dalam
penelitian akuntansi.

F. Masalah Bagi Auditor


BAR dapat memberikan pertanyaan tentang bagaimana orang-orang menggunakan
dan memproses informasi akuntansi, penelitian auditing keperilakuan dapat memeriksa
bagaimana auditor menunjukkan tugas audit dan membuat opini.BAR memeriksa
karakteristik high-performing auditor dan faktor yang mempengaruhi opini auditor.
Hasilnya menunjukkan bahwa auditor spesialis industri membutuhkan auditor lain ketika
mereka dalam lingkungan spesialisasi industri. Mereka tampil untuk memproses bagian
kecil informasi secara lebih efisien dan efektif untuk mencerminkan eksistensi dari laporan
keuangan.

Penelitian eksperimental juga menunjukkan bahwa terdapat interaksi

kompleks antara pengalaman dan keadaan (context) dalam keputusan pelaporan auditor.
Apalagi, penelitian ini menunjukkan bahwa investor memberi reaksi sebagai rasa bahwa
auditor independen lemah ketika auditor menerima pendapatan layanan non-audit dari
klien yang mereka audit bahkan jika auditor independent memang tidak membuat-buat
(dalam membuat keputusan). Bagaimanapun, penelitian eksperimental menantang ketika
mereka mencoba untuk merealisasikan keseimbangan dan kesederhanaan dalam desain
penelitian.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Behavioural accounting research didefinisikan sebagai:Studi perilaku akuntan
atau perilaku non akuntan dimana mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan
laporan.Tipe utama BAR dalam area ini yang telah diketahui seperti human judgement
theory (HJT) atau human information processing (HIP) dan meliputi pertimbangan dan
pembuatan keputusan akuntan dan auditor dan mempengaruhi fungsi output pada
pengguna pembuatan pertimbangan dan keputusan. Pentingnya BAR diantaranya:
a.

Telah catat pada awal chapter ini bagaimana kelompok penelitian akuntansi yang lain
seperti pasar modal dan teori agensi tidak memperlengkapi dengan jawaban pertanyaan
tentang bagaimana orang-orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi. Untuk
mengisi kekosongan membutuhkan penelitian yang secara spesifik menguji aktivitas
pengambilan keputusan yang menyiapkan (penyaji), pengguna, dan auditor informasi
akuntansi.

b. BAR dapat memberikan arti berharga dalam jenis cara yang berbeda pada hasil, proses,
dan reaksi pengambil keputusan pada fakta-fakta (keterangan) informasi akuntansi dan
metode komunikasi. Kita dapat menggunakannya untuk memperbaiki pengambilan
keputusan dalam berbagai macam cara.
BAR dapat memberikan pertanyaan tentang bagaimana orang-orang menggunakan dan
memproses informasi akuntansi, penelitian auditing keperilakuan dapat memeriksa
bagaimana auditor menunjukkan tugas audit dan membuat opini.

Anda mungkin juga menyukai