Peran Perguruan Tinggi Dalam Membentuk Pribadi (Martha) PDF
Peran Perguruan Tinggi Dalam Membentuk Pribadi (Martha) PDF
Abstract
National resistance can be realized if supported by tough individuals. Tough
individuals are strong and very self confident. They are generally consistent in
struggle for life. Self confident and struggle for life are needed by university student
so that they are able to continue to be the next generation. Higher educational
institutions play important roles to produce strong and self confident students to
support and maintain national resistence. To implement the roles, lecturers and
members of staff should show good example through the Tridharma. The discussion of
this article is descriptive analytical, using comprehensive and integrative approach.
Keywords: self confident, national resistance
Pendahuluan
Ketahanan Nasional hanya dapat terwujud apabila ditopang oleh pribadipribadi tangguh. Pribadi tangguh merupakan pribadi yang sukar dikalahkan, kukuh,
tidak lembik, tidak lemah (tentang pendirian), tabah dan tahan (menderita dsb.).
Dalam pribadi-pribadi tangguh terdapat antara lain keuletan dan kejuangan, sehingga
dapat mengatasi Tantangan-Ancaman-Hambatan-Gangguan (TAHG), baik dari dalam
diri pribadi maupun dari luar pribadi, baik langsung maupun tidak langsung yang
sangat dibutuhkan demi terwujudnya ketahanan nasional.
Pribadi tangguh seperti diuraikan di atas dibutuhkan oleh mahasiswa. Apabila
hal tersebut diimiliki, maka mahasiswa akan menjadi pribadi yang tangguh. Namun
untuk menjadi pribadi yang tangguh, diperlukan suatu usaha, tidak dapat terjadi
dengan sendirinya. Jadi, diperlukan
dapat terjadi di
Tulisan ini merupakan tugas akhir dan telah dipresentasikan dihadapan tiga dosen penguji dan
peserta Suspim LEMHANNAS Jakarta pada tanggal 7 April 1999 dengan beberapa revisi.
luhur,
penerus
cita-cita
bangsa,
serta
insan
pewaris
pembangunan.
Seharusnyalah mereka memiliki sikap serta rasa percaya diri akan kemampuan dan
kekuatan sendiri. Mereka diharapkan menduduki posisi
bangsa di masa depan dan pelopor serta penggerak pembangunan yang produktif.
Untuk itu mareka harus menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh. Sebab hanya
mahasiswa dengan pripadi yang tangguhlah yang akan mampu menerima estafet
kepemimpinan, serta dapat mengatasi TAHG.
Karena sebagian waktu yang dimiliki mahasiswa dipergunakan di perguruan
tinggi, maka peran serta perguruan tinggi untuk membentuk pribadi yang tangguh
sangat dibutuhkan. Peran serta perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa
yang tangguh dapat secara langsung melalui keteladanan yang diberikan oleh
pimpinan Perguruan Tinggi, para dosen dan semua yang terlibat di dalamnya.
Keteladanan ini akhirnya akan berdampak pada kewibawaan. Orang berwibawa akan
disegani, dipercaya, sehingga apa saja yang dimaui akan diturut. Secara tidak
langsung melalui Tridharma Perguruan Tinggi. Namun untuk ini dibutuhkan sarana
dan prasarana yang memadai.
Perguruan Tinggi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam melakukan
perannya sebagai pembentuk pribadi yang tangguh. Di satu sisi terdapat sejumlah
kendala, namun di sisi lain terdapat peluang sebagai akibat pengaruh global, regional
dan nasional. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan, upaya, serta strategi yang tepat
untuk mengimplementasikannya.
Tulisan ini mengkaji peran Perguruan Tinggi dalam membentuk pribadi
mahasiswa yang tangguh untuk mewujudkan ketahanan nasional. Dengan demikian
artikel ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran guna
melakukan langkah-langkah dalam membentuk pribadi yang tangguh sekaligus
sebagai sarana wujudkan ketahanan nasional.
a. Peran Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan sebagai supra stuktur yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan pembangunan nasional, khususnya dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang yang diamanatkan dalam pembukaan
UUD 1945, mempunyai misi strategis yaitu efisiensi, peningkatan mutu, dan
relevansi
dengan
pembangunan.
Karena
melalui
perguruan
tinggi
yang
sedangkan perguruan negeri (PTN) hanya berjumlah 52, maka pembinaan pemerintah
untuk pengembangan profesionalisme khususnya diarahkan pembinaan pada
perguruan tinggi swasta, meliputi semua komponen yang terkait: sivitas akademika,
Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta (BP-PTS), Badan Pelaksana Harian
(BPH), Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), Gutiswa/Dikti.
Pembinaan pemerintah terhadap PTS berpegang pada prinsip yang telah
digariskan dalam rangka: optimalisasi, efektifitas dan efisiensi pengembangan PTS.
Ada dua prinsip pokok yaitu: optimasi sumber daya dan sumber dana yang tersedia
dan optimasi hasil-hasil yang telah dapat dicapai.
b. Peran Yayasan
Yayasan sebagai infra struktur dan partner pemerintah dalam menyelenggarakan dan
penanggung jawab PTS berperan penting dalam usaha melaksanakan pendidikan
nasional sesuai TAP MPR (secara umum) : Perguruan swasta mempunyai peranan
dan tanggung jawab dalam usaha melaksanakan pendidikan nasional untuk itu perlu
dikembangkan pertumbuhan sesuai kemampuan yang ada berdasarkan pada
pendidikan nasional yang mantap dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas
perguruan tinggi yang bersangkutan.
Yayasan dalam menyelenggarakan PTS mengacu pada misi umum yaitu
pemerataan dan efisiensi untuk menunjang peningkatan mutu, dan relevansi dengan
pembangunan, sehingga dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, di mana
bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) seimbang dengan sikap perilaku individu
(intelektualitas), sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional.
PTS yang diselenggarakan oleh yayasan pada hakekatnya mempunyai
potensi untuk berkembang. Maka supaya potensi yang ada dapat dikembangkan,
peran Yayasan sebagai membina sangat dibutuhkan. Kenyataannya Yayasan dalam
melakukan perannya membina PT mengalami hambatan pada dua aspek yaitu: aspek
teknis yaitu manajerial dan finansial, meliputi: keterbatasan dana, kekurangan
gedung, kekurangan dosen tetap, kurang pengetahuan dalam mengelola PT, kurang
perhatian dalam pelaksanakan yang berkaitan antara RIP dan statuta dan kurang
publikasi (performance) untuk menampilkan tridharmanya serta aspek kultur yang
meliputi: sikap, pandangan, system nilai para penyelenggara kurang kondusif bagi
perkembangan, sifat tertutup dan menyendiri dari kalangan pengurus yayasan.
Terhadap kedua aspek tersebut terkesan statis terhadap tujuan yang ingin
dicapai dan tidak ada rencana yang dipedomi. Berdasarkan dua aspek hambatan
tersebut menyebabkan:rendahnya tingkat kesadaran dan tanggung jawab yayasan
dalam membina dan menyelenggarakan PT, rendahnya percaya pada diri sendiri dan
sempitnya cakrawala pandangan pada para pengurus yayasan sebagai pembina PT.
Hal tersebut merupakan kelemahan yayasan sebagai penyelenggara dan pembina PT.
c. Peran Pimpinan Perguruan Tinggi
Pemimpin perguruan tinggi tidak kalah pentingnya dalam melakukan
perannya membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Hal ini mengingat bekal ilmu
yang diperoleh (IPTEK) seimbang dengan sikap perilaku individu (intelektualitas),
sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional. Pimpinan perguruan tinggi dalam
kepemimpinannya mengalami hambatan di bidang manajerial dan akademik pada
aspek teknis dan kultur secara rinci seperti pada peran yayasan. Sebagai akibat
hambatan aspek teknis dan kultur, para pimpinan PTS kurang percaya pada diri
sendiri dan memiliki cakrawala pandangan sempit.
Kelemahan pimpinan PT
kurang serasinya
1) Peran Dosen
Keberadaan
dosen
sangat
menentukan
pembentukan
pribadi
mahasiswa yang tangguh seperti yang telah diuraikan atau dijelaskan sebelumnya.
Sekalipun dosen lebih banyak berperan sebagai informator, transmitter, motivator,
katalisator, moderator, dan fasilisator dalam proses belajar mengajar, namun
perannya sangat menentukan bagi kemajuan Perguruan Tinggi.
Dosen berperan sebagai informatory, artinya orang yang memberi
informasi; sebagai transmitter artinya orang yang memindahkan, dalam hal ini
memindahkan atau menstransfer ilmu; sebagai motivator adalah orang yang
memberi dorongan; sebagai katalisator artinya alat yang dapat mempercepat
reaksi (misal : cepat tanggap terhadap perubahan); moderator artinya orang yang
berdiri di tengah; fasilitator artinya orang yang memberi segala kemudahan.
Dosen diharapkan mampu memberikan proses perubahan terhadap
sikap dan perilaku peserta didik. Karena produk perguruan tinggi harus seimbang
antara bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) dengan sikap perilaku individu
(inteletualitas). Supaya ada perubahan sikap dan perilaku peserta didik, perlu
ditanamkan nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral dapat ditanamkan melalui masingmasing disiplin ilmu. Karena sikap, pandangan, sistem nilai dosen yang kurang
kondusif bagi perkembangan PT, dosen beranggapan bahwa dalam mengajar
hanya bertugas untuk menstranfer
mata
kuliah
tersendiri.
Bahkan
dalam
Ketetapan
Majelis
para dosen menyadari, melalui disiplin ilmu yang diajarkan sekaligus dapat
menanamkan nilai-nilai moral.
Balas jasa dosen yang belum memadai, dan situasi serta tuntutan
ekonomi khususnya di kota-kota besar, menjadikan dosen terpaksa mengajar ke
berbagai tempat dengan beberapa mata kuliah yang diampunya. Hal ini tentu saja
mengakibatkan dosen tersebut kurang dapat mempersiapkan diri dalam mengajar,
sehingga hasilnya tidak maksimal. Dilihat dari segi kualitas, hal tersebut kurang
menguntungkan.
Dilihat dari segi kuantitatif, pada tahun 1997 dosen PTN berjumlah
47.445 dengan
mahasiswa sejumlah
masyarakat.
memerlukan
berbagai
Pada
darma
komponen
pendidikan,
dalam
proses
perguruan
belajar
tinggi
mengajar,
belum mendukung
10
baik, apabila sivitas akademika melakukan suatu pengkajian dan penelitian dengan
baik. Perguruan tinggi harus mampu melakukan penelitian untuk memecahkan
masalah praktis maupun pengembangan ilmu dan teknologi untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan pembangunan. Hasil dari kegiatan ini secara simultan tentu
merupakan bahan yang sangat berharga bagi perguruan tinggi, yaitu dalam rangka
mendukung pengembangan lebih lanjut pada pelaksanaan darma pendidikan maupun
darma pengabdian masyarakat. Kecuali itu dengan melakukan penelitian, mahasiswa
dihadapkan untuk menemukan sesuatu. Hal ini melatih mahasiswa tekun dan ulet,
sebagai unsur pribadi mahasiswa menjadi tangguh.
Penelitian dan pengkajian PT yang berpengaruh terhadap pribadi tangguh
mahasiswa antara lain:
1) dari gambaran kondisi dosen sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, sulit
diharapkan perguruan tinggi mampu menghasilkan suatu karya ilmiah yang dapat
diandalkan. Dengan kata lain peranan perguruan tinggi dalam menghasilkan
penelitian dan karya ilmiah untuk pengembangan IPTEK maupun kebutuhan
terapan belum memperoleh porsi yang memadai.
2) penelitian masih belum terlaksana, karena kurang tenaga ahli, sarana dan prasarana
3) terbatasnya dana dan waktu, meskipun ada semangat untuk meneliti
4) lemahnya penelitian juga disebabkan oleh dosen senior yang kurang menaruh
minat, sementara dosen muda masih mengusahakan pemenuhan
tuntutan
ekonomi
Dengan demikian jelas bahwa peranan perguruan tinggi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembangunan belum menunjukkan hasil yang
diharapkan. Jumlah penelitian di perguruan tinggi (PTN dan PTS) selama 5 tahun
terakhir ini hanya menghasilkan sebanyak 3.294 judul atau 658 per tahun dengan
perbandingan jumlah dosen PTN dan PTS sebesar 80.441 orang.
Kondisi tridharma perguruan tinggi dapat dilihat, bahwa pembangunan
intelektual, pribadi dan fisik yang merupakan komponen dapat membentuk pribadi
mahasiswa yang tangguh, belum sesuai seperti yang diharapkan.
11
c. Pengabdian Masyarakat
Agar perguruan tinggi tidak dijauhi masyarakat, maka
harus mampu
melakukan kegiatan kemasyarakatan. Hal ini dapat berupa penerapan ilmu dan hasil
penelitian untuk kepentingan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Sivitas akademika menjadi pioner dan penggerak pembangunan masyarakat di
sekitarnya, baik melalui program pelatihan, pemecahan masalah pembangunan,
inovasi-inovasi untuk kemajuan, program kuliah kerja nyata, memberikan motivasi
berswadaya dalam pembangunan.
Program pengabdian pada masyarakat dilakukan bukan saja bermanfaat bagi
masyarakat, tetapi juga bermanfaat bagi perguruan tinggi, lebih-lebih bagi mahasiswa
dan dosen. Bagi mahasiswa dan dosen akan tertanam pengertian dan pemahaman
terhadap arti pembangunan nasional, integritas kebangsaan, kesetiakawanan sosial
dan nilai-nilai budaya bangsa, sehingga akan tercipta manusia terdidik yang memiliki
wawasan kebangsaan yang dalam.
Pada dasarnya pengabdian kepada masyarakat
dan
Mahasiswa
dalam
Fungsinya
12
berhak
13
Jika jumlah inovasi semakin meningkat, ilmu pengetahuan dan teknologi akan
menghasilkan hal baru dengan kelajuan yang sangat pesat, baik berupa barang, jasa,
layanan, komunikasi, maupun tatacara berekonomi. Globalisasi dalam berbagai
bentuk kini mengubah wajah kehidupan di seluruh dunia.
Pengaruh globalisasi komunikasi dan informasi yang mengubah pola aliran
informasi secara mendasar telah menjadi pengalaman sehari-hari. Globalisasi
ekonomi dengan pasar bebasnya dalam waktu dekat akan pula menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Arus barang dan jasa, serta juga tenaga ahli, akan melintas
batas Negara tanpa hambatan.
Keberhasilan usaha dalam pasar terbuka ditentukan produktivitasnya dan
efisiensi dalam berproduksi. Modal penggeraknya adalah dana, penguasaan teknologi,
dan sumber daya manusia yang andal.
Uraian singkat di atas menunjukkan betapa besar tantangan yang harus
dihadapi saat ini dan di masa depan, serta betapa penting peran pendidikan tinggi
dalam menghasilkan tenaga akademik dan profesional andal, berkemampuan tinggi,
sekaligus bermoral, yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
berproduksi. Kondisi tersebut sangat dibutuhkan agar industri di Indonesia berdaya
saing tinggi.
Gambaran tentang hal yang harus dihadapi dalam era ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dalam era globalisasi menunjukkan mutlaknya kualitas dari hasil
pendidikan tinggi. Demikian pula halnya dengan relevansi dari program-program
yang diselenggarakan terhadap keperluan nyata dunia kerja dan industri.
Relevansi dan kualitas adalah persoalan keberadaan di masa depan, dan
selayaknya diangkat sebagai masalah utama untuk ditangani. Sisi lain lingkup tugas
sistem pendidikan tinggi menyangkut implementasi asas adil dan merata yang
digariskan dalam GBHN, yaitu asas bahwa pembangunan nasional yang diusahakan
sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan masyarakat di seluruh tanah air.
Untuk pendidikan tinggi persoalannya menyangkut pemerataan kesempatan
dalam memperoleh pendidikan tinggi bagi warga negara dalam kelompok usia 19
24 tahun. Pemerataan merupakan suatu persoalan besar tersendiri, yang diangkat
menjadi masalah utama pengembangan pendidikan tinggi jangka panjang. Topik yang
14
diangkat
15
1. Kebijaksanaan
Pembentukan pribadi mahasiswa yang tangguh melalui perguruan tinggi harus
dilaksanakan dengan mengingat kepada asas serasi, selaras, seimbang yang dilandasi
atau didasari Pancasila dan UUD 1945.
2. Strategi
Strategi adalah rumusan cara, atau cara-cara (ways), yang dipilih untuk mencapai
tujuan (ends) dengan menggunakan sarana (means) yang tersedia. Tujuanya adalah
membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Sasarannya adalah:
16
17
1.
2.
3.
4.
5.
Saran-saran
Guna mewujudkan terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh, diperlukan
beberapa langkah perbaikan antara lain:
1. Hilangnya kepercayaan mahasiswa terhadap pimpinan, perlu dipulihkan
kembali, termasuk dalam kapasitas dan kredibilitas pemerintah.
2. Para penyelenggara dan pengelola perguruan tinggi sebaiknya meningkatkan
diri dan
18
DAFTAR PUSTAKA
Derektorat PerguruanTtinggi Swasta Depdikbud. 1995. Himpunan Kurikulum.
Kartanegara M, Fahrud. 1994. Catatan seorang aktifis kampus, Golden Terayon Press
Suseno, Franz Magnis. 1990. Etika dasar masalah-masalah pokok filsafat moral.
Kanisius: Yogyakarta.
Hildegard Wenzler-Cremer Maria Fiscer-Siregar.1993. Proses Pengembangan diri,
Grasindo: Jakarta.
Powell, John SJ & Loretta Brady, M.S.W. 1991. Tampilkan jati dirimu, Kanisius:
Yogyakarta.
Chisthoper Gleesan SJ. 1997. Menciptakan Keseimbangan mengajarkan nilai dan
kebebasan. Grasindo: Jakarta.
Ketetapan-ketetapan sidang MPR. 1998. Sinar grafika: Jakarta.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. 2003. UNDANG-UNDANG RI NO. 20
TAHUN 2003 TENTANG SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). 2003.
Dilengkapi Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
.
Joetata Hadihardjaja. 1999. Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta. Lemhannas.
Mayjen (Purn) Naryadi R, S.E. 1999. Teori Dasar Strategi dan Perkembanganny.
Lemhannas.
Poerwadarminta W.J.S 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Purnomo Yusgiantoro. 1999. Masalah-masalah. Lemhannas.
Purwa Hadiwardoyo A1. MSF, DR. 1990. Moral dan masalahny. Pustaka filsafat.
Kanisius: Yogyakarta.
Rosita S Noer. 1999 Prospek Perekonomian di Masa Mendatang dalam Era
Globalisasi. Lemhannas.
______________________. 1999 Ketahanan nasional Indonesia dan pemikiran
pengembangannya, Lemhannas.
19
Shelton Charles M. Sj, 1987. Spiritualitas Kaum Muda, Bagaimana Mengenal dan
Mengembangkannya. Kanisius: Yogyakarta.
Sunardi SM. 1999. Teori Ketahanan Nasional. Lemhannas.
---------------------------------. 1999. Naskah Akademik Tentang Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional. Lemhannas
Soemarno Soedarsono. 1997. Ketahanan pribadi dan ketahanan keluarga sebagai
tumpuhan pertahanan nasional. PT Intermasa:
Soemarno Soedarsono, Implementasi Konsepsi Ketahanan.
Ruwiyanto, Wahyudi. 1997. Manajemen Sistem Pendidikan Nasional dalam Rangka
Peningkatan Ketahanan Nasional. Balai Pustaka: Jakarta.
Econit advisory group. 1998. Pemulihan ekonomi Indonesia : Perlu Pemimpin
Bangsa yang Dipercaya. Grasindo: Jakarta.
20