Anda di halaman 1dari 20

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBENTUK PRIBADI

MAHASISWA YANG TANGGUH UNTUK MEWUJUDKAN


KETAHANAN NASIONAL1
Suster Martha Sri Martani CB2
Dosen Akademi Sekretari/LPk Tarakanita, E-mail: srmarthacb@yahoo.com

Abstract
National resistance can be realized if supported by tough individuals. Tough
individuals are strong and very self confident. They are generally consistent in
struggle for life. Self confident and struggle for life are needed by university student
so that they are able to continue to be the next generation. Higher educational
institutions play important roles to produce strong and self confident students to
support and maintain national resistence. To implement the roles, lecturers and
members of staff should show good example through the Tridharma. The discussion of
this article is descriptive analytical, using comprehensive and integrative approach.
Keywords: self confident, national resistance
Pendahuluan
Ketahanan Nasional hanya dapat terwujud apabila ditopang oleh pribadipribadi tangguh. Pribadi tangguh merupakan pribadi yang sukar dikalahkan, kukuh,
tidak lembik, tidak lemah (tentang pendirian), tabah dan tahan (menderita dsb.).
Dalam pribadi-pribadi tangguh terdapat antara lain keuletan dan kejuangan, sehingga
dapat mengatasi Tantangan-Ancaman-Hambatan-Gangguan (TAHG), baik dari dalam
diri pribadi maupun dari luar pribadi, baik langsung maupun tidak langsung yang
sangat dibutuhkan demi terwujudnya ketahanan nasional.
Pribadi tangguh seperti diuraikan di atas dibutuhkan oleh mahasiswa. Apabila
hal tersebut diimiliki, maka mahasiswa akan menjadi pribadi yang tangguh. Namun
untuk menjadi pribadi yang tangguh, diperlukan suatu usaha, tidak dapat terjadi
dengan sendirinya. Jadi, diperlukan

suatu proses dan hal ini

dapat terjadi di

perguruan tinggi. Di Perguruan Tinggi (PT), mahasiswa mendapat penggemblengan,


baik dari segi kecerdasan, ketrampilan maupun mental. Dengan demikian peran
1

Tulisan ini merupakan tugas akhir dan telah dipresentasikan dihadapan tiga dosen penguji dan
peserta Suspim LEMHANNAS Jakarta pada tanggal 7 April 1999 dengan beberapa revisi.

Adalah dosen Akademi Sekretari LPK Tarakanita Jakarta

perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi mahasiswa yang


tangguh.
Saat ini diindikasikan, pada umumnya mahasiswa belum sampai pada taraf
memiliki pribadi yang tangguh. Padahal mahasiswa adalah generasi muda pewaris
nilai

luhur,

penerus

cita-cita

bangsa,

serta

insan

pewaris

pembangunan.

Seharusnyalah mereka memiliki sikap serta rasa percaya diri akan kemampuan dan
kekuatan sendiri. Mereka diharapkan menduduki posisi

sebagai kader pimpinan

bangsa di masa depan dan pelopor serta penggerak pembangunan yang produktif.
Untuk itu mareka harus menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh. Sebab hanya
mahasiswa dengan pripadi yang tangguhlah yang akan mampu menerima estafet
kepemimpinan, serta dapat mengatasi TAHG.
Karena sebagian waktu yang dimiliki mahasiswa dipergunakan di perguruan
tinggi, maka peran serta perguruan tinggi untuk membentuk pribadi yang tangguh
sangat dibutuhkan. Peran serta perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa
yang tangguh dapat secara langsung melalui keteladanan yang diberikan oleh
pimpinan Perguruan Tinggi, para dosen dan semua yang terlibat di dalamnya.
Keteladanan ini akhirnya akan berdampak pada kewibawaan. Orang berwibawa akan
disegani, dipercaya, sehingga apa saja yang dimaui akan diturut. Secara tidak
langsung melalui Tridharma Perguruan Tinggi. Namun untuk ini dibutuhkan sarana
dan prasarana yang memadai.
Perguruan Tinggi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam melakukan
perannya sebagai pembentuk pribadi yang tangguh. Di satu sisi terdapat sejumlah
kendala, namun di sisi lain terdapat peluang sebagai akibat pengaruh global, regional
dan nasional. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan, upaya, serta strategi yang tepat
untuk mengimplementasikannya.
Tulisan ini mengkaji peran Perguruan Tinggi dalam membentuk pribadi
mahasiswa yang tangguh untuk mewujudkan ketahanan nasional. Dengan demikian
artikel ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran guna
melakukan langkah-langkah dalam membentuk pribadi yang tangguh sekaligus
sebagai sarana wujudkan ketahanan nasional.

Metode dan Pendekatan


Metode yang digunakan dalam pembahasan ini adalah deskriptif analitis yang
dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang bersifat deskriptif dan diolah secara
analitis. Pendekatannya komprehensif integral dengan menggunakan bahan dari
berbagai sumber dan pengalaman empiris, dikaitkan dengan peran Perguruan Tinggi
dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh.
Peran Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, dapat berbentuk: pendidikan akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi
atau Universitas. Bagaimana pemerintah, departemen lain, atau masyarakat,
menyelenggarakan pendidikan sehingga dapat membentuk pribadi mahasiswa yang
tangguh, sangat dipengaruhi oleh: peran penyelenggara yang terdiri dari pemerintah,
yayasan, dan pimpinan perguruan tinggi; sivitas akademika yang terdiri dari: dosen
dan mahasiswa, serta sarana-prasarana. Semuanya merupakan system terpadu dalam
penyelenggaraan PT.

a. Peran Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan sebagai supra stuktur yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan pembangunan nasional, khususnya dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang yang diamanatkan dalam pembukaan
UUD 1945, mempunyai misi strategis yaitu efisiensi, peningkatan mutu, dan
relevansi

dengan

pembangunan.

Karena

melalui

perguruan

tinggi

yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi, entah berbentuk pendidikan Akademi,


Politeknik, Sekolah Tinggi atau Universitas, hendaknya dapat membentuk pribadi
mahasiswa yang tangguh, di mana bekal ilmu yang diperoleh (intelektualitas), dapat
mewujudkan ketahanan nasional.
Peran pemerintah adalah membina perguruan tinggi dengan memperhatikan
tema pokok kebijaksanaan pendidikan tinggi, yaitu pemerataan dan efisiensi untuk
menunjang peningkatan mutu dan relevansi dengan pembangunan. Karena kenyataan
menunjukkan bahwa pada tahun 1999 perguruan tinggi swasta (PTS) berjumlah 1.439

sedangkan perguruan negeri (PTN) hanya berjumlah 52, maka pembinaan pemerintah
untuk pengembangan profesionalisme khususnya diarahkan pembinaan pada
perguruan tinggi swasta, meliputi semua komponen yang terkait: sivitas akademika,
Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta (BP-PTS), Badan Pelaksana Harian
(BPH), Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), Gutiswa/Dikti.
Pembinaan pemerintah terhadap PTS berpegang pada prinsip yang telah
digariskan dalam rangka: optimalisasi, efektifitas dan efisiensi pengembangan PTS.
Ada dua prinsip pokok yaitu: optimasi sumber daya dan sumber dana yang tersedia
dan optimasi hasil-hasil yang telah dapat dicapai.

b. Peran Yayasan
Yayasan sebagai infra struktur dan partner pemerintah dalam menyelenggarakan dan
penanggung jawab PTS berperan penting dalam usaha melaksanakan pendidikan
nasional sesuai TAP MPR (secara umum) : Perguruan swasta mempunyai peranan
dan tanggung jawab dalam usaha melaksanakan pendidikan nasional untuk itu perlu
dikembangkan pertumbuhan sesuai kemampuan yang ada berdasarkan pada
pendidikan nasional yang mantap dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas
perguruan tinggi yang bersangkutan.
Yayasan dalam menyelenggarakan PTS mengacu pada misi umum yaitu
pemerataan dan efisiensi untuk menunjang peningkatan mutu, dan relevansi dengan
pembangunan, sehingga dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, di mana
bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) seimbang dengan sikap perilaku individu
(intelektualitas), sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional.
PTS yang diselenggarakan oleh yayasan pada hakekatnya mempunyai
potensi untuk berkembang. Maka supaya potensi yang ada dapat dikembangkan,
peran Yayasan sebagai membina sangat dibutuhkan. Kenyataannya Yayasan dalam
melakukan perannya membina PT mengalami hambatan pada dua aspek yaitu: aspek
teknis yaitu manajerial dan finansial, meliputi: keterbatasan dana, kekurangan
gedung, kekurangan dosen tetap, kurang pengetahuan dalam mengelola PT, kurang
perhatian dalam pelaksanakan yang berkaitan antara RIP dan statuta dan kurang
publikasi (performance) untuk menampilkan tridharmanya serta aspek kultur yang

meliputi: sikap, pandangan, system nilai para penyelenggara kurang kondusif bagi
perkembangan, sifat tertutup dan menyendiri dari kalangan pengurus yayasan.
Terhadap kedua aspek tersebut terkesan statis terhadap tujuan yang ingin
dicapai dan tidak ada rencana yang dipedomi. Berdasarkan dua aspek hambatan
tersebut menyebabkan:rendahnya tingkat kesadaran dan tanggung jawab yayasan
dalam membina dan menyelenggarakan PT, rendahnya percaya pada diri sendiri dan
sempitnya cakrawala pandangan pada para pengurus yayasan sebagai pembina PT.
Hal tersebut merupakan kelemahan yayasan sebagai penyelenggara dan pembina PT.
c. Peran Pimpinan Perguruan Tinggi
Pemimpin perguruan tinggi tidak kalah pentingnya dalam melakukan
perannya membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Hal ini mengingat bekal ilmu
yang diperoleh (IPTEK) seimbang dengan sikap perilaku individu (intelektualitas),
sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional. Pimpinan perguruan tinggi dalam
kepemimpinannya mengalami hambatan di bidang manajerial dan akademik pada
aspek teknis dan kultur secara rinci seperti pada peran yayasan. Sebagai akibat
hambatan aspek teknis dan kultur, para pimpinan PTS kurang percaya pada diri
sendiri dan memiliki cakrawala pandangan sempit.
Kelemahan pimpinan PT

masih ditambah lagi dengan

kurang serasinya

hubungan dengan yayasan sebagai penyelenggara PTS. Untuk menjembatani


hubungan yang kurang serasi antara pimpinan PTS dengan yayasan sebagai
penyelenggara PTS (BP-PTS), berdasarkan Kepmen Nomor 0339/U/1994, wajib
membentuk Badan Pelaksana Harian yang disingkat BPH. BPH berfungsi dan
bertugas sebagai pelaksana harian, sedangkan fungsi dan tugas yayasan adalah
sebagai penyelenggara PTS. Dengan demikian BPH berfungsi menjembatani
pimpinan PT dengan yayasan. Kenyataan yang ada masih banyak yayasan yang
belum membentuk BPH.
d. Peran Sivitas Akademika
Yang dimaksud sivitas akademika adalah satuan yang terdiri atas dosen dan
mahasiswa pada perguruan tinggi.

1) Peran Dosen
Keberadaan

dosen

sangat

menentukan

pembentukan

pribadi

mahasiswa yang tangguh seperti yang telah diuraikan atau dijelaskan sebelumnya.
Sekalipun dosen lebih banyak berperan sebagai informator, transmitter, motivator,
katalisator, moderator, dan fasilisator dalam proses belajar mengajar, namun
perannya sangat menentukan bagi kemajuan Perguruan Tinggi.
Dosen berperan sebagai informatory, artinya orang yang memberi
informasi; sebagai transmitter artinya orang yang memindahkan, dalam hal ini
memindahkan atau menstransfer ilmu; sebagai motivator adalah orang yang
memberi dorongan; sebagai katalisator artinya alat yang dapat mempercepat
reaksi (misal : cepat tanggap terhadap perubahan); moderator artinya orang yang
berdiri di tengah; fasilitator artinya orang yang memberi segala kemudahan.
Dosen diharapkan mampu memberikan proses perubahan terhadap
sikap dan perilaku peserta didik. Karena produk perguruan tinggi harus seimbang
antara bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) dengan sikap perilaku individu
(inteletualitas). Supaya ada perubahan sikap dan perilaku peserta didik, perlu
ditanamkan nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral dapat ditanamkan melalui masingmasing disiplin ilmu. Karena sikap, pandangan, sistem nilai dosen yang kurang
kondusif bagi perkembangan PT, dosen beranggapan bahwa dalam mengajar
hanya bertugas untuk menstranfer

ilmu, sehingga kurang, bahkan tidak

menanamkan nilai-nilai moral.


Dosen beranggapan bahwa nilai-nilai moral ditanamkan pada
mahasiswa melalui mata kuliah tersendiri yang diajarkan oleh dosen lain. Hal ini
semakin jelas dengan diperbincangkannya mata kuliah budipekerti agar diajarkan
sebagai

mata

kuliah

tersendiri.

Bahkan

dalam

Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/1998 tentang


pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan
Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai Haluan Negara, kebijaksanaan yang
diambil dalam bidang agama dan sosial budaya antara lain: peningkatan akhlak
mulia dan budi luhur dilaksanakan melalui budi pekerti di sekolah. Padahal bila

para dosen menyadari, melalui disiplin ilmu yang diajarkan sekaligus dapat
menanamkan nilai-nilai moral.
Balas jasa dosen yang belum memadai, dan situasi serta tuntutan
ekonomi khususnya di kota-kota besar, menjadikan dosen terpaksa mengajar ke
berbagai tempat dengan beberapa mata kuliah yang diampunya. Hal ini tentu saja
mengakibatkan dosen tersebut kurang dapat mempersiapkan diri dalam mengajar,
sehingga hasilnya tidak maksimal. Dilihat dari segi kualitas, hal tersebut kurang
menguntungkan.
Dilihat dari segi kuantitatif, pada tahun 1997 dosen PTN berjumlah
47.445 dengan

mahasiswa sejumlah

902.200, sehingga rata-rata per dosen

bertanggung jawab adalah 19 mahasiswa. Sedangkan jumlah dosen di PTS


sebanyak 110.912 dengan jumlah mahasiswa 1.448.771, sehingga rata-rata per
dosen bertanggung jawab terhadap adalah 13 mahasiswa. Dengan demikian beban
dosen PTN lebih berat daripada dosen PTS, sebab dosen PTN rata-rata
menanggung mahasiswa lebih banyak dari dosen PTS.
2) Peran Mahasiswa
Mahasiswa sebagai generasi muda, pewaris nilai luhur budaya, penerus citacita bangsa, serta pewaris pembangunan merupakan kader pimpinan bangsa di
masa depan dan pelopor serta penggerak pembangunan yang produktif, namun :
a) Sebagai pribadi, yang berasal dari pelbagai SMTA l dari seluruh pelosok tanah
air masih bersifat labil, dengan karakter adat kebiasaan yang berbeda, sifat
ketergantungan masih besar, belum memiliki pola pikir dan pola sikap yang
sama, sehingga belum memiliki perilaku yang sama.
b) Sebagai kelompok, setelah memasuki masa orientasi yang telah dikenalkan
dengan situasi kampus mulai memasuki masa menyesuaikan diri dengan adat
kebiasaan perguruan tinggi. Mereka mulai berkembang ke arah lebih dewasa,
sifat ketergantungan sudah mulai berkurang, ada kemandirian. Sekalipun
karakter berbeda sudah mulai ada gerak yang sama. Justru karakter yang
berbeda merupakan aset yang memperkaya perguruan tinggi (kampus). Bila

kebhinekaan ini dibina akan merupakan kekuatan dari perguruan tinggi


tersebut dan menjadikan kekuatan bagi negara Indonesia pada umumnya.
c) Sebagai satuan, mahasiswa yang sudah berkembang dewasa semakin
didewasakan setelah bergabung dan aktif dalam senat dan kegiatan
mahasiswa. Senat dan kegiatan mahasiswa sebagai sarana bagi mahasiswa
untuk belajar memimpin dan sebagai pemimpin. Dari sini akan muncul caloncalon pemimpin bangsa seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Dari rangkaian tersebut

nampak bahwa perguruan tinggi berperan untuk

menciptakan suasana yang kondusif yang memungkinkan mahasiswa dapat


mengembangkan dirinya. Dalam realita mahasiswa mudah dipengaruhi berbagai
perkembangan lingkungan yang nampak dari gejala sebagai berikut :
(1) Karena pengaruh reformasi politik Indonesia, di satu pihak para
mahasiswa sadar dan peka, serta memperjuangkan keadilan serta
kebenaran, tetapi di lain pihak semangat belajar menurun karena ikut
demo, tidak disiplin, tidak percaya pada para penguasa atau pemimpin
bangsa (krisis kepercayaan).
(2) Karena krisis moneter dan ekonomi yang dialami Indonesia, serta
kurangnya keuletan dan daya juang mengakibatkan kegagalan berupa
drop out. Jumlah mahasiswa mengalami penurunan sebanyak 220.333 atau
9.37 %. Sedangkan mahasiswa yang drop out dapat dilihat dari jumlah
yang ditamatkan tahun 1997 = 2.64 % x 2.350.971 = 62.066.
(3) Pengaruh global yang ditandai dengan fenomena teknologi serba canggih
dan perkembangan media elektronik serta perkembangan global, baik
liberalisme maupun kapitalisme membawa berbagai dampak. Di satu
pihak berdampak positif, antara lain : ada kemudahan, ada motivasi untuk
maju, karena persaingan yang ketat, dan ada peluang untuk meningkatkan
dan mengembangkan diri. Di lain pihak berdampak negative, yaitu
nampak pada perilaku: individualistis, materialistis, lunturnya nilai-nilai
pancasila, bergaul secara bebas, ketergantungan pada obat terlarang, dan
kurang percaya diri. Bisa jadi hal ini juga

sebagai akibat pengurus

yayasan dan pimpinan PT yang kurang percaya diri.

Dampak yang dialami oleh mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa


pribadi mahasiswa belum tangguh, sebab mudah terpengaruh lingkungan.
Ketergantungan mahasiswa yang menggunakan obat terlarang pada tahun
1997 menunjukkan rawat jalan = 34,3 % dan yang rawat inap 41.9 % dari
pasien yang masuk ke RS ketergantungan obat Departemen Kesehatan. Ada
kemungkinan persentase (%) mahasiswa yang menggunakan obat terlarang
akan meningkat.

3) Peran Tridharma Perguruan Tinggi


a) Pendidikan Proses Belajar Mengajar
Tridharma perguruan tinggi meliputi pendidikan, penelitian dan
pengabdian

masyarakat.

memerlukan

berbagai

Pada

darma

komponen

pendidikan,

dalam

proses

perguruan
belajar

tinggi

mengajar,

pengembangan kurikulum, maupun peningkatan intra kurikuler dan ekstra


kurikuler. Proses belajar mengajar dengan pendekatan sistem input-output.
Keluaran (lulusan) yang dimaksud di sini adalah lulusan yang berpribadi
tangguh. Lulusan yang berpribadi tangguh melalui pendidikan meliputi
edukatif (intra kurikuler) dan non-educatif (ekstra kurikuler).
Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa komponen strategis
sebagai penunjang utama untuk menghasilkan output yang diharapkan.
Komponen proses belajar mengajar tersebut berupa : kurikulum, kuliah atau
kegiatan akademik, mahasiswa, dosen, evaluasi hasil studi.
Dalam kurikulum kelompok MKU merupakan kelompok mata kuliah
yang dapat membantu mahasiswa menjadi pribadi tangguh, di samping mata
kuliah yang lain. Namun kenyataannya kelompok mata kuliah MKU hanya
mendapat porsi sebagai berikut:
D-1 minimal MKU = 6 SKS = 18.75 %
D-2 minimal MKU = 6 SKS = 8.82 %
D-3 minimal MKU = 8 SKS = 9.09 %
D-4 minimal MKU = 10 SKS = 8.70 %
S-1 Ilmu Tehnik minimal MKU = 10 SKS = 13.33 %
S-1 Matematika minimal MKU = 10 SKS = 12.99 %

S-1 Pendidikan minimal


S-1 Sospol
minimal
S-1 Ilmu Kesehatan min.
S-1 Pertanian
minimal
S-1 Ilmu seni
minimal
S-1 Sastra & Filsafat min
S-1 Hukum
minimal

MKU = 10 SKS = 10.42 %


MKU = 10 SKS = 13.20 %
MKU = 22 SKS = 19.64 %
MKU = 10 SKS = 11.76 %
MKU = 10 SKS = 9.9 %
MKU = 10 SKS = 13.15 %
MKU = 10 SKS = 12.20 %

Berdasarkan komponen kurikulum, kuliah atau kegiatan akademik, mahasiswa,


dosen, evaluasi hasil studi, proses kegiatan belajar mengajar :
(1) Mata Kuliah Umum (MKU) sebagai mata kuliah yang ada muatan nilai-nilai
moral rata-rata hanya 173.44 % : 14 = 12.39 %. Hal ini belum mendukung
keluaran berpribadi tangguh. Idealnya antara 20 % - 25 %
(2) Mahasiswa yang bercirikan seperti uraian pada sub d.2)

belum mendukung

keluaran yang berpribadi tangguh.


(3) Dosen seperti yang diuraikan pada sub d.1) belum mendukung keluaran yang
berpribadi tangguh.
(4) Kuliah atau kegiatan akademik terganggu karena demo yang dilakukan
mahasiswa.
(5) Evaluasi hasil akhir tidak lepas dari point b s.d. d.
(6) Adanya budaya nyontek (ketidak jujuran dan kurang percaya diri).
Kegiatan ekstra kurikuler, seperti : olah raga, kesenian, menwa, pencinta
alam, seminar dan sebagainya, dapat membantu mahasiswa bersikap: sportif,
mencintai serta melestarikan kebudayaan nasional dan mencintai lingkungan hidup,
melatih keberanian mengemukakan pendapat dan argumentasi, kritis dan sebagainya.
Namun itu semua membutuhkan sarana dan prasarana yang memadahi,
yang tidak sedikit biayanya. Karena keterbatasan anggaran dan krisis moneter serta
ekonomi yang berkepanjangan, dengan demikian cukup banyak perguruan tinggi
yang belum menyelenggarakan.
b. Penelitian
Sebuah perguruan tinggi mempunyai tugas memelihara, mengembangkan, dan
menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas ini akan dapat terlaksana dengan

10

baik, apabila sivitas akademika melakukan suatu pengkajian dan penelitian dengan
baik. Perguruan tinggi harus mampu melakukan penelitian untuk memecahkan
masalah praktis maupun pengembangan ilmu dan teknologi untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan pembangunan. Hasil dari kegiatan ini secara simultan tentu
merupakan bahan yang sangat berharga bagi perguruan tinggi, yaitu dalam rangka
mendukung pengembangan lebih lanjut pada pelaksanaan darma pendidikan maupun
darma pengabdian masyarakat. Kecuali itu dengan melakukan penelitian, mahasiswa
dihadapkan untuk menemukan sesuatu. Hal ini melatih mahasiswa tekun dan ulet,
sebagai unsur pribadi mahasiswa menjadi tangguh.
Penelitian dan pengkajian PT yang berpengaruh terhadap pribadi tangguh
mahasiswa antara lain:
1) dari gambaran kondisi dosen sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, sulit
diharapkan perguruan tinggi mampu menghasilkan suatu karya ilmiah yang dapat
diandalkan. Dengan kata lain peranan perguruan tinggi dalam menghasilkan
penelitian dan karya ilmiah untuk pengembangan IPTEK maupun kebutuhan
terapan belum memperoleh porsi yang memadai.
2) penelitian masih belum terlaksana, karena kurang tenaga ahli, sarana dan prasarana
3) terbatasnya dana dan waktu, meskipun ada semangat untuk meneliti
4) lemahnya penelitian juga disebabkan oleh dosen senior yang kurang menaruh
minat, sementara dosen muda masih mengusahakan pemenuhan

tuntutan

ekonomi
Dengan demikian jelas bahwa peranan perguruan tinggi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembangunan belum menunjukkan hasil yang
diharapkan. Jumlah penelitian di perguruan tinggi (PTN dan PTS) selama 5 tahun
terakhir ini hanya menghasilkan sebanyak 3.294 judul atau 658 per tahun dengan
perbandingan jumlah dosen PTN dan PTS sebesar 80.441 orang.
Kondisi tridharma perguruan tinggi dapat dilihat, bahwa pembangunan
intelektual, pribadi dan fisik yang merupakan komponen dapat membentuk pribadi
mahasiswa yang tangguh, belum sesuai seperti yang diharapkan.

11

c. Pengabdian Masyarakat
Agar perguruan tinggi tidak dijauhi masyarakat, maka

harus mampu

melakukan kegiatan kemasyarakatan. Hal ini dapat berupa penerapan ilmu dan hasil
penelitian untuk kepentingan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Sivitas akademika menjadi pioner dan penggerak pembangunan masyarakat di
sekitarnya, baik melalui program pelatihan, pemecahan masalah pembangunan,
inovasi-inovasi untuk kemajuan, program kuliah kerja nyata, memberikan motivasi
berswadaya dalam pembangunan.
Program pengabdian pada masyarakat dilakukan bukan saja bermanfaat bagi
masyarakat, tetapi juga bermanfaat bagi perguruan tinggi, lebih-lebih bagi mahasiswa
dan dosen. Bagi mahasiswa dan dosen akan tertanam pengertian dan pemahaman
terhadap arti pembangunan nasional, integritas kebangsaan, kesetiakawanan sosial
dan nilai-nilai budaya bangsa, sehingga akan tercipta manusia terdidik yang memiliki
wawasan kebangsaan yang dalam.
Pada dasarnya pengabdian kepada masyarakat

adalah positif karena

mendukung dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Namun karena


kekurangan dana, banyak perguruan tinggi belum melaksanakan kegiatan ini,
sementara itu dosen juga memiliki keterbatasan waktu karena mengajar di berbagai
perguruan tinggi.
Tata Hubungan Perguruan Tinggi
Mewujudkan Ketahanan Nasional

dan

Mahasiswa

dalam

Fungsinya

a. Hubungan Perguruan Tinggi dengan Mahasiswa


Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan
tinggi tertentu, merupakan salah satu sivitas akademika yang mempunyai hubungan
timbal balik dengan perguruan tinggi tempatnya belajar. Bila hubungan timbal balik
antara perguruan tinggi dengan mahasiswa dijalin secara baik, akan dapat terwujud
ketahanan di lingkungan perguruan tinggi, yang akhirnya akan berdampak pada
terwujudnya ketahanan nasional.

12

Semakin besar dan kompleksnya tantangan di masa mendatang sebagai akibat


pengaruh global, maka diperlukan manajemen perguruan tinggi yang berorientasi
kualitas yang dapat mendukung terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh.
Sebagai mahasiswa

yang terdaftar di perguruan tinggi mereka

berhak

mendapatkan pendidikan, sedangkan perguruan tinggi berkewajiban memberikan


pendidikan sesuai dengan yang digariskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1.
Karenanya penyelenggaraan perguruan tinggi memperhatikan minat, kemampuan
dan prakarsa pribadi, mahasiswa dapat berkembang dan mengembangkan dirinya,
sehingga menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri (tidak menjadi seperti orang lain)
merupakan salah satu unsur pribadi yang tangguh. Bila masing-masing mahasiswa
berkembang menjadi diri sendiri, di perguruan tinggi tersebut terwujud ketahanan
kampus, yang akan berdampak pada terwujudnya ketahanan nasional.
b. Hubungan antara Mahasiswa dengan Ketahanan Nasional
Mahasiswa adalah warga masyarakat kampus, dan

atau perguruan tinggi

merupakan satuan atau lingkungan. Apabila setiap mahasiswa di lingkungan kampus


telah menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh, maka akan terwujud ketahanan
lingkungan (kampus). Bila di suatu daerah ada beberapa perguruan tinggi, dengan
masing-masing memiliki ketahanan kampus, maka akan tercipta atau terwujud
ketahaanan daerah. Bila di setiap daerah mempunyai ketahanan daerah, akan terwujud
ketahanan nasional. (tingkat ketahanan : Soemarno Soedarsono, Ketahanan pribadi
dan ketahanan keluarga sebagai tumpuan ketahanan nasional).

c. Manajemen Perguruan Tinggi Berorientasi Kualitas


Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dihadapkan pada
keadaan masa depan yang sukar diramal. Namun dapat dipastikan bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan sumber penggerak utama pertumbuhan
ekonomi atau bahkan kemajuan kehidupan masyarakat di sebagian besar negara di
dunia.

13

Jika jumlah inovasi semakin meningkat, ilmu pengetahuan dan teknologi akan
menghasilkan hal baru dengan kelajuan yang sangat pesat, baik berupa barang, jasa,
layanan, komunikasi, maupun tatacara berekonomi. Globalisasi dalam berbagai
bentuk kini mengubah wajah kehidupan di seluruh dunia.
Pengaruh globalisasi komunikasi dan informasi yang mengubah pola aliran
informasi secara mendasar telah menjadi pengalaman sehari-hari. Globalisasi
ekonomi dengan pasar bebasnya dalam waktu dekat akan pula menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Arus barang dan jasa, serta juga tenaga ahli, akan melintas
batas Negara tanpa hambatan.
Keberhasilan usaha dalam pasar terbuka ditentukan produktivitasnya dan
efisiensi dalam berproduksi. Modal penggeraknya adalah dana, penguasaan teknologi,
dan sumber daya manusia yang andal.
Uraian singkat di atas menunjukkan betapa besar tantangan yang harus
dihadapi saat ini dan di masa depan, serta betapa penting peran pendidikan tinggi
dalam menghasilkan tenaga akademik dan profesional andal, berkemampuan tinggi,
sekaligus bermoral, yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
berproduksi. Kondisi tersebut sangat dibutuhkan agar industri di Indonesia berdaya
saing tinggi.
Gambaran tentang hal yang harus dihadapi dalam era ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dalam era globalisasi menunjukkan mutlaknya kualitas dari hasil
pendidikan tinggi. Demikian pula halnya dengan relevansi dari program-program
yang diselenggarakan terhadap keperluan nyata dunia kerja dan industri.
Relevansi dan kualitas adalah persoalan keberadaan di masa depan, dan
selayaknya diangkat sebagai masalah utama untuk ditangani. Sisi lain lingkup tugas
sistem pendidikan tinggi menyangkut implementasi asas adil dan merata yang
digariskan dalam GBHN, yaitu asas bahwa pembangunan nasional yang diusahakan
sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan masyarakat di seluruh tanah air.
Untuk pendidikan tinggi persoalannya menyangkut pemerataan kesempatan
dalam memperoleh pendidikan tinggi bagi warga negara dalam kelompok usia 19
24 tahun. Pemerataan merupakan suatu persoalan besar tersendiri, yang diangkat
menjadi masalah utama pengembangan pendidikan tinggi jangka panjang. Topik yang

14

diangkat

adalah pemerataan pendidikan tinggi, yang di samping menanggapi

pemerataan kesempatan untuk mengikuti pendidikan tinggi, juga menanggapi


asimetri dalam penyebaran geografis lembaga pendidikan unggulan. Lembaga
pendidikan yang baik perlu dikembangkan di pusat populasi dan pusat industri
potensial di luar Jawa.
Masalah terakhir yang menyangkut manajemen pendidikan tinggi adalah soal
manajemen mutu. Telah disadari sejak lama bahwa masukan sumber daya yang benar
tanpa mengembangkan manajemen yang tepat, akan menghamburkan uang, material,
tenaga, pikiran dan waktu.
Persoalan manajemen diangkat sebagai masalah utama ketiga yang harus
ditangani dalam kerangka pengembangan jangka panjang 1996 -2005. Sosoknya
adalah dalam bentuk suatu paradigma baru, atau kerangka berpikir baru, dalam
manajemen.
Tujuan format manajemen baru ini adalah peningkatan kualitas secara
berkelanjutan. Di dalamnya dimasukkan otonomi sebagai gerak untuk membuat
sistem lebih dinamis, akuntabiliti atau tanggung jawab. Hal ini dimaksudkan agar
otonomi terselenggara secara bertanggung jawab, akreditasi untuk menjamin kualitas
lulusan, dan evaluasi diri agar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan
didasarkan atas data dan informasi nyata. Pada akhirnya diharapkan bahwa penataan
sistem pendidikan tinggi dengan paradigma baru akan menciptakan sistem yang lebih
dinamis, cerdas, bijaksana dan efektif, tanpa mengesampingkan moral.

Perkembangan Lingkungan Strategi


Kehidupan suatu bangsa, perubahan dan perkembangannya tidak terlepas dari
pengaruh lingkungan strategis pada kurun waktu tertentu, baik berupa pengaruh yang
berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Dalam kaitannya dengan pribadi
mahasiswa yang tangguh, perubahan dan perkembangan lingkungan global, regional
dan nasional, sangat berpengaruh baik secara positif maupun negatif.
Dalam proses menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh, lingkungan global
bila tidak disikapi dan ditanggapi secara serius justru berpengaruh negatif. Demikian
juga lingkungan regional dan nasional.

15

Kebijakan, Strategi dan Upaya Perguruan Tinggi dalam Membentuk Pribadi


Mahasiswa Yang Tangguh Untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional

Berdasarkan analisis peran perguruan tinggi dalam membentuk pribadi


mahasiswa yang tangguh dan lingkungan strategis yang mempengaruhinya, maka
dapat disusun kebijaksanaan dan strategi serta upaya-upaya dalam membentuk
pribadi mahasiswa yang tangguh. Supaya kebijaksanaan dan strategi yang diambil,
serta upaya-upaya dalam implementasinya (misinya) ada gerak yang sama perlu
terlebih dahulu dirumuskan visi.
Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pribadi tangguh seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya dan didukung UUSPN sebagai pemenuhan amanat UUD
1945, penyelenggaraan pendidikan pada gilirannya akan memenuhi prasyarat bagi
terwujudnya ketahanan nasional.
Visi PT adalah Perguruan tinggi adalah komunitas masyarakat ilmiah yang
bermoral Pancasila dan berwawasan luas (wawasan budaya bangsa), memiliki
keyakinan dan kebebasan disertai tanggung jawab dalam membentuk pribadi
mahasiswa yang tangguh untuk mewujudkan ketahanan nasional . Kebijaksanaan,
strategi, dan upaya-upaya berikut secara keseluruhan diharapkan dapat menjawab
pribadi mahasiswa yang tangguh dengan mempertimbangkan segenap peluang dan
kendala yang telah diuraikan sebelumnya.

1. Kebijaksanaan
Pembentukan pribadi mahasiswa yang tangguh melalui perguruan tinggi harus
dilaksanakan dengan mengingat kepada asas serasi, selaras, seimbang yang dilandasi
atau didasari Pancasila dan UUD 1945.
2. Strategi
Strategi adalah rumusan cara, atau cara-cara (ways), yang dipilih untuk mencapai
tujuan (ends) dengan menggunakan sarana (means) yang tersedia. Tujuanya adalah
membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Sasarannya adalah:

16

a. Terwujudnya pimpinan perguruan tinggi yang dapat mengayomi dan menjadi


contoh keteladanan bagi seluruh sivitas akademika.
b. Menyiapkan piranti lunak yang dapat mempercepat terbentuknya pribadi
mahasiswa yang tangguh.
c. Meningkatkan kualitas dosen atau pendidik secara konsisten dan berlanjut.
d. Terciptanya kondisi kondusif, yang memungkinkan mahasiswa dapat
menyatakan dirinya, menuangkan dan mengembangkan kreatifitasnya, serta
mengaktualisasikan dirinya, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri.
e. Terciptanya iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa
percaya diri dan budaya belajar yang gilirannya mampu menumbuhkan dan
menciptakan sikap serta perilaku yang kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk
maju.
f. Terjalin dan terbinanya kerjasama dengan lembaga pemerintah dan swasta
yang dilakukan secara selektif dan kritis.
g. Terciptanya suasana disiplin, dengan adanya peraturan secara tertulis yang
memungkinkan mahasiswa melatih diri untuk berdisiplin dan tanggung jawab.
h. Terdapatnya kurikulum yang dapat menunjang terbentuknya pribadi
mahasiswa yang tangguh.
i. Tersedianya anggaran dan dana yang cukup.
j. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang akademik, berupa: gedung,
peralatan, laboratorium (bahasa, computer, bengkel), perpustakaan.
k. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstra kurikuler,
berupa: lapangan yang luas, peralatan kegiatan ekstrakurikuler (bola, band,
drumband, piano, kulintang, dsb).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan kajian dan analisis di atas dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:

17

1.

Peran perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang


tangguh harus melibatkan banyak pihak, bersifat komprehensif
integral.

2.

Untuk membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh perlu


keteladanan, baik di lingkungan kampus maupun dari para pimpinan
bangsa.

3.

Diprperlukan kondisi yang memungkinkan agar mahasiswa tidak


takut untuk menampilkan dirinya sendiri, sehingga menumbuhkan
rasa percaya diri, dan berani mengemukakan pendapat secara jujur.

4.

Diperlukan suasana disiplin, sebab dengan adanya peraturan secara


tertulis akan mendorong mahasiswa melatih diri untuk berdisiplin
dan tanggung jawab.

5.

Pengaruh global menyebabkan mahasiswa dapat mengembangkan


dirinya, dan berwawasan luas. Untuk itu perlu kerja sama antar
instansi, baik swasta maupun pemerintah, baik dalam maupun luar
negeri.

Saran-saran
Guna mewujudkan terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh, diperlukan
beberapa langkah perbaikan antara lain:
1. Hilangnya kepercayaan mahasiswa terhadap pimpinan, perlu dipulihkan
kembali, termasuk dalam kapasitas dan kredibilitas pemerintah.
2. Para penyelenggara dan pengelola perguruan tinggi sebaiknya meningkatkan
diri dan

mempunyai wawasan luas.

3. Matakuliah budipekerti tidak perlu diberikan tersendiri, tetapi diintegrasikan


dengan disiplin ilmu. Mata kuliah penunjang kepribadian perlu ditambah
antara 20 % - 25 %, mata kuliah pengetahuan agama denganbeban 4 SKS
diberikan pada semester awal dan semester akhir.
4. Perlu ditambah mata kuliah etika umum untuk menanamkan nilai-nilai moral.

18

5. Pengabdian kepada masyarakat, seperti kuliah kerja nyata (KKN) supaya


diaktifkan kembali, sebab dapat menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan rasa
percaya diri.
6. Bidang ekonomi supaya dipulihkan, sehingga dosen tidak perlu mengajar di
beberapa perguruan tinggi, dan mahasiswa yang putus kuliah dapat kembali
ke bangku kuliah.

DAFTAR PUSTAKA
Derektorat PerguruanTtinggi Swasta Depdikbud. 1995. Himpunan Kurikulum.
Kartanegara M, Fahrud. 1994. Catatan seorang aktifis kampus, Golden Terayon Press
Suseno, Franz Magnis. 1990. Etika dasar masalah-masalah pokok filsafat moral.
Kanisius: Yogyakarta.
Hildegard Wenzler-Cremer Maria Fiscer-Siregar.1993. Proses Pengembangan diri,
Grasindo: Jakarta.
Powell, John SJ & Loretta Brady, M.S.W. 1991. Tampilkan jati dirimu, Kanisius:
Yogyakarta.
Chisthoper Gleesan SJ. 1997. Menciptakan Keseimbangan mengajarkan nilai dan
kebebasan. Grasindo: Jakarta.
Ketetapan-ketetapan sidang MPR. 1998. Sinar grafika: Jakarta.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. 2003. UNDANG-UNDANG RI NO. 20
TAHUN 2003 TENTANG SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). 2003.
Dilengkapi Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
.
Joetata Hadihardjaja. 1999. Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta. Lemhannas.
Mayjen (Purn) Naryadi R, S.E. 1999. Teori Dasar Strategi dan Perkembanganny.
Lemhannas.
Poerwadarminta W.J.S 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Purnomo Yusgiantoro. 1999. Masalah-masalah. Lemhannas.
Purwa Hadiwardoyo A1. MSF, DR. 1990. Moral dan masalahny. Pustaka filsafat.
Kanisius: Yogyakarta.
Rosita S Noer. 1999 Prospek Perekonomian di Masa Mendatang dalam Era
Globalisasi. Lemhannas.
______________________. 1999 Ketahanan nasional Indonesia dan pemikiran
pengembangannya, Lemhannas.

19

Shelton Charles M. Sj, 1987. Spiritualitas Kaum Muda, Bagaimana Mengenal dan
Mengembangkannya. Kanisius: Yogyakarta.
Sunardi SM. 1999. Teori Ketahanan Nasional. Lemhannas.
---------------------------------. 1999. Naskah Akademik Tentang Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional. Lemhannas
Soemarno Soedarsono. 1997. Ketahanan pribadi dan ketahanan keluarga sebagai
tumpuhan pertahanan nasional. PT Intermasa:
Soemarno Soedarsono, Implementasi Konsepsi Ketahanan.
Ruwiyanto, Wahyudi. 1997. Manajemen Sistem Pendidikan Nasional dalam Rangka
Peningkatan Ketahanan Nasional. Balai Pustaka: Jakarta.
Econit advisory group. 1998. Pemulihan ekonomi Indonesia : Perlu Pemimpin
Bangsa yang Dipercaya. Grasindo: Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai