Anda di halaman 1dari 24

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1.

Definisi remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut Adolescence, berasal dari bahasa
latin Adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase
remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang
diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Sitompul, 2010).
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi
berbagai macam perubahan dalam periode transisi ini, baik perubahan hormonal,
fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan
terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan
tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, perubahan perilaku serta
hubungan sosial dengan lingkungannya (Batubara, 2010). Masa remaja umumnya
dikatakan berawal dari usia 11 sampai 12 tahun dimana karakteristik seks
sekunder mulai tampak untuk pertama kalinya sampai dengan akhir usia belasan
ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap, yaitu pada usia 18 hingga 20 tahun .
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah mereka yang
berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) adalah
antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja adalah anak usia 10-20
tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan
sebagai titik awal proses reproduksi (Mutfika, 2011).
2.1.2

Tahapan remaja

Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja
menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensisitif terhadap bentuk tubuhnya dan
mencoba membandingkan dengan kehidupan sosialnya yaitu dengan teman-teman
sebaya. (Batubara, 2010).
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahapan. Tahapan untuk
mencapai kematangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) masa
remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun; 2) masa remaja
pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun; 3) masa remaja lanjut
(Late adolescence): umur 17-20 tahun .
1) Masa remaja awal/dini (Early adolescence).
Karakteristik remaja awal yaitu mengalami pertumbuhan fisik dan seksual.
Tahapan perkembangan masa remaja awal pada proses pertumbuhan fisik kerap
kali membandingkan sesuatu dengan teman sebayanya dan sangat mementingkan
penerimaan oleh teman sebaya (Kurnianingsih, 2009). Perkembangan seksualnya
mengalami

pematangan

sehingga

seringkali

terangsang

secara

seksual.

Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar


testosteron pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan . Rangkaian akibat
perubahan somatik dan fisiologis ini meningkatkan kecepatan kematangan seksual
dari remaja awal (early adolescene) .

2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence)


Masa remaja pertengahan ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan
berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun
individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Belajar mengendalikan
impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan
tujuan yang ingin dicapai .
Masa remaja pertengahan sudah mengalami pematangan fisik secara penuh
yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan
sudah mengalami haid. Bentuk tubuh sudah terlihat dan sering remaja merasa
tidak puas dengan bentuk tubuh mereka. Usaha untuk merubah citra tubuh sesuai
yang mereka inginkan sering ditemukan pada tahapan ini .
Rata-rata kecepatan pertumbuhan pada masa remaja pertengahan anak
perempuan dengan puncak pertumbuhan cepat pada usia 11,5 tahun dengan
kecepatan tertinggi 8,3 cm pertahun dan kemudian melambat dan berhenti pada
usia 16 tahun. Rata-rata anak laki-laki pertumbuhan cepatnya mulai memuncak
pada usia 13,5 tahun dengan 9,5 cm pertahun, kemudian melambat dan berhenti
pada usia 18 tahun (Mutfika, 2011).
3) Masa remaja lanjut (Late adolescence)
Karakteristik pada tahap ini umumnya sudah merasa nyaman dengan nilai
dirinya . Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan dan
mengembangkan Sense of Personal Identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi
matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa (Muftika,
2011). Tahap terakhir perkembangan payudara, penis, dan rambut kemaluan pada
usia 17-18 tahun pada 95% pria dan wanita juga menjadi ciri dalam tahapan ini .

Kesimpulan secara umum pada ciri-ciri yang dimiliki remaja berdasarkan


uraian diatas adalah sebagai berikut : terjadi pematangan fisik-biologik,
meningkatnya empati sesamanya, meningkatnya keinginan untuk bebas dari
ketergantungan, suka mengganggu sesamanya, meningkatnya hubungan dengan
teman sebayanya, meningkatnya orientasi seksual, memasuki masa menahan
birahi, dan masa mencoba-coba aktifitas seksual (Kemenkes, 2011 ; Siswianti
2012).
2.1.3

Perubahan fisik remaja

Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Organ-organ yang terdapat padah tubuh manusia terbentuk pada
periode prenatal (dalam kandungan). Perkembangan fisik individu meliputi empat
aspek, yaitu system saraf, otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan
dan kemampuan motorik, kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya polapola tingkah laku baru serta struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan
proporsi tubuh (Ramadan, 2013).
Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi, sehingga terjadi variasi
ukuran dan bentuk yang pada masa anak-anak masih belum tampak. Perbedaan itu
dapat dilihat pada laki-laki dan perempuan, di mana anak perempuan 2 tahun lebih
cepat memasuki masa remaja bila dibandingkan anak laki-laki. Parameter
pertumbuhan umum pada remaja salah satunya adalah tinggi badan. Tinggi badan
(TB) remaja adalah sekitar 20% sampai 25% dari tinggi badan saat dewasa .
Berat badan (BB) juga sering digunakan untuk menyatakan pertumbuhan.
Berat badan remaja perempuan sebelum pacu tumbuh sekitar 2 kg pertahun, saat
masuk usia pacu tumbuh rata-rata kenaikan berat badan sekitar 3 3,5 kg

10

pertahun. Puncak peningkatan berat badan remaja perempuan pada usia 18 tahun
dengan peningkatan sebanyak 8 kg pertahun. Pacu tumbuh otot tertinggal 3-6
bulan dari pacu tumbuh berat badan . Bagi anak laki-laki, permulaan periode
pertumbuhan pesat tinggi badan

dimulai rata-rata pada usia 12,8 tahun dan

berakhir rata-rata pada usia 15,3 tahun, dengan puncaknya pada empat belas
tahun. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setahun sesudah dimulainya
masa pubertas. Pertumbuhan mulai menurun dan berlangsung lambat sampai usia
dua puluh atau dua puluh satu. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama,
anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah matang
(Bangun, 2012).
Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal
tubuh yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan komposisi tubuh terjadi
karena pengaruh hormon steroid seks. Perubahan hormonal akan menyebabkan
terjadinya Breast Budding atau tunas payudara pertumbuhan rambut pubis,
meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, pertumbuhan rambut di lengan dan
muka serta menarche pada anak perempuan. Pubertas pada anak laki-laki ditandai
dengan pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan
muka, terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas
kelenjar keringat, meningkatnya volume testis dan timbulnya jerawat (Batubara,
2010).
Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis tumbuh, sedangkan kumis
dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan petanda
pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan suara terjadi
karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh

11

testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan dengan


pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah atau Wet
Dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan
tinggi badan. Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya Breast
Budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara
bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun.
Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan
lengkap pada usia 14 tahun. Menarche terjadi pada fase akhir perkembangan
pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun (Batubara, 2010).
2.2 Komposisi Tubuh
Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Zat padat menyusun 40 %
tubuh manusia seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, material organik dan
non organik, 60 % sisanya adalah cairan. Pembagian 60 % dari komposisi cairan,
20 % merupakan cairan ekstraselular dan 40 % nya adalah cairan intraselular .
Proporsi komponen badan seperti lemak, otot, cairan badan, kerangka akan
mengalami perubahan. Berat badan akan semakin meningkat karena energi dari
makanan yang dikonsumsi setiap hari akan ditimbun sebagai lemak cadangan
(Storage Fat). Penurunan aktivitas kerja fisik terjadi secara bersamaan dengan
penimbunan lemak cadangan (Storage Fat) dimana akan berpengaruh terhadap
komposisi tubuh. Komposisi tubuh manusia tersusun atas massa lemak (Fat
Mass) dan massa non lemak (Free Fat Mass) (Sudibjo, 2010).
2.2.1 Massa lemak tubuh
Lemak merupakan sumber nutrisi yang menyumbangkan 60%

dari total

energi yang dibutuhkan pada saat beristirahat dan juga dibutuhkan dalam jumlah

12

lebih besar saat berolahraga. Massa lemak terdistribusi tidak merata dalam tubuh
kita bergantung pada jenis kelamin, hormonal, lingkunan, Genetik, usia, etnis dan
aktifitas fisik. Lemak disimpan dari tubuh dan berasal dari makanan yang
dikonsumsi yang disebut dengan lemak cadangan. Lemak cadangan dapat
terdistribusi di jaringan bawah kulit sebagai lemak Subkutan serta di sekitar alat-alat
Visceral yang terdapat didalam rongga dada dan rongga perut sebagai lemak Visceral.

Penentuan distribusi lemak ini dapat dilakukan dengan Computed Tomography


(CT) scan yang berhasil membedakan lemak subkutan dan lemak viseral .
Akumulasi lemak viseral lebih berkaitan dengan sindroma metabolik termasuk
intoleransi glukosa dan hiperlipidemia bila dibandingkan dengan lemak subkutan
abdominal. Hal ini disebabkan oleh karakteristik lemak viseral yang aktif untuk
lipolisis dan kurang responsif terhadap efek adipogenik dari insulin. Lemak
viseral juga memiliki lebih banyak gen (30% dari seluruh gen) yang mensekresi
adipositokin dibandingkan dengan pada lemak subkutan (20% dari seluruh gen).
Lemak subkutan dapat digunakan untuk mengukur total massa lemak tubuh.
Pengukuran Skinfold Thickness dapat mewakili lemak subkutan .
Terdapat perbedaan pola penyebaran lemak badan antara pria dan wanita yang
terutama disebabkan karena faktor hormonal. Wanita mempunyai lemak spesifik
yang mulai timbul sejak masa pubertas dan biasanya tersebar di daerah payudara,
perut bagian bawah, paha dan sekitar alat genital. Sehingga berbeda dengan pria,
pada wanita setelah mengalami pubertas mempunyai pola distribusi lemak yang
khas. Sedangkan pada pria tidak memiliki pola distribusi lemak yang khas setelah
pubertas dan biasanya hanya terjadi penimbunan di daerah dinding depan
abdomen (Sudibjo, 2010).

13

Perbedaan distribusi lemak juga telah dibuktikan berhubungan dengan


penyakit terkait obesitas. Hubungan antara perbedaan distribusi lemak dengan
penyakit yang terkait obesitas disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi yang
memudahkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan, sehingga kerja tubuh semakin
berkurang (Sudibjo, 2010).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Tubuh


Komposisi tubuh, termasuk massa lemak tubuh dapat berubah dan berbeda
pada tiap individu. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi distribusi lemak tubuh yaitu usia, faktor genetik, etnis, jenis
kelamin yang nantinya dipengaruhi oleh hormon, serta faktor lingkungan
termasuk asupan makanan, aktivitas fisik dan kondisi sosio-ekonomi (Sakina,
2014).
2.3.1. Faktor genetik dan hormonal
Faktor genetik dapat dilihat dari adanya kemiripan anak dengan orang tuanya.
Kemiripan tersebut dipengaruhi oleh gen yang secara tidak langsung
menyebabkan perbedaan komposisi tubuh . Gen bertugas mengatur produksi dan
pelepasan hormon-hormon seperti hormon pertumbuhan, sehingga menstimulasi
pertumbuhan sel dan perkembangan jaringan. Sistem hormonal juga merespon
pengaruh faktor-faktor lingkungan yang berefek terhadap perkembangan, dan
mungkin berfungsi sebagai suatu mekanisme yang menyatukan interaksi antara
gen dan lingkungan untuk membentuk pola pertumbuhan tiap-tiap manusia .
Telah banyak diteliti hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian
obesitas, meski orangtua obesitas tidak semuanya mempengaruhi genetik, namun
kebiasaan atau pola makan dan aktifitas fisik orangtua tersebut akan turut

14

berperan. Apabila sedikitnya memiliki satu orang tua (bapak atau ibu) yang
memiliki riwayat obesitas akan meningkatkan risiko seseorang menjadi obesitas
pada usia dewasa (Amelia, 2009).
2.3.2. Jenis kelamin
Sejak janin sudah terjadi perbedaan dalam deposisi lemak, namun perbedaan
ini lebih jelas terlihat saat masa puber. Perbedaan ini terutama berkaitan dengan
hormon seks steroid .
Terdapat perbedaan pola penyebaran lemak tubuh antara laki-laki dan perempuan
yang timbul sejak masa pubertas. Lemak pada laki-laki cenderung terdistribusi

sentral, sedangkan pada perempuan distribusinya cenderung ke perifer . Perempuan


mempunyai lemak spesifik yang mulai timbul sejak masa pubertas dan biasanya
tersebar di daerah payudara, perut bagian bawah, paha dan sekitar alat genital.
Berbeda dengan laki-laki, pada perempuan setelah mengalami pubertas mempunyai
pola distribusi lemak yang khas. Sedangkan pada laki-laki tidak memiliki pola
distribusi lemak yang khas setelah pubertas. Laki-laki memiliki massa non lemak,

massa mineral tulang dan otot lebih besar dibandingkan perempuan (Sudibjo,
2010).

2.3.3. Usia
Pengaruh usia terhadap komposisi tubuh menyebabkan perubahan komposisi
massa bebas lemak. Pada massa lemak, persentasenya masih tetap namun terjadi
redistribusi dari lemak subkutan ke lemak Viseral .
Perkembangan komposisi tubuh telah dimulai dengan cepat sejak usia anakanak, termasuk lemak tubuh yang menjadi salah satu indikator kesehatan. Lemak
tubuh akan meningkat pada usia lebih dari 20 hingga 40 tahun, atau dari dewasa

15

awal hingga usia pertengahan pada laki-laki dan usia tua pada perempuan
(Amelia, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kyle et al. (2001) menyimpulkan bahwa
pada perempuan Free Fatty Mass (FFM) meningkat pada usia 15 tahun dan sangat
meningkat di usia sekitar 45-54 tahun. Rata-rata FFM pada usia di atas 85 tahun
akan mengalami penurunan sekitar 14,3% dari rata-rata FFM tertinggi. Terdapat
perbedaan rata-rata massa lemak tubuh dalam hal ini, di mana persentasenya
meningkat sangat cepat antara usia 15 98 tahun.
2.3.4. Nutrisi
Keseimbangan energi merupakan hasil dari pengurangan input/asupan energ
terpakai (terdiri dari basal metabolisme, proses pencernaan makanan, dan aktivitas
fisik). Sumber energi bagi manusia terdiri dari karbohidrat lemak, dan protein,
ketiga zat tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan bagi tubuh manusia
dalam jumlah cukup besar dalam satuan gram (Nix, 2001). Tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual
dan hambatan pertumbuhan linier. Nutrisi penting untuk mencegah terjadinya
penyakit kronik pada masa ini yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis .
Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara
lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata
pada perempuan dibanding lelaki, sebaliknya tentang asupan makanan yang
berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih
banyak pada lelaki daripada perempuan .

16

2.3.5. Aktivitas fisik


Perkembangan teknologi, media elektronik dan gaya hidup Sedentary menjadi
penyebab berkurangnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan keluaran energi.
Perilaku kehidupan modern yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak
dan kolesterol juga berdampak meningkatkan risiko obesitas. (Tiala, Tanudjaja
dan Kalangi, 2013).
Obesitas umumnya disebabkan karena masukan energi melebihi penggunaan
energi oleh tubuh yaitu untuk kepentingan metabolisme basal, aktivitas fisik,
pembuangan sisa makanan dan pertumbuhan. Kelebihan energi yang dikonsumsi
tanpa disertai penggunaan energi yang memadai akan menyebabkan peningkatan
penyim-panan energi dalam sel lemak yang berakibat meningkatnya jumlah dan
ukuran sel lemak. Keadaan ini yang mengakibatkan obesitas (Tiala, Tanudjaja dan

Kalangi, 2013).
Aktivitas fisik pada remaja mempunyai pengaruh terhadap lemak tubuh dan
lingkar pinggang, namun tidak berpengaruh secara bermakna terhadap IMT.
Remaja dengan aktivitas fisik rendah mempunyai kemungkinan 2,3 kali lebih
besar untuk mempunyai persen lemak tubuh yang lebih besar dan 2,5 kali lebih
besar untuk mempunyai lingkar pinggang yang lebih besar daripada remaja
dengan aktivitas yang berat .
2.3.6. Sosio-ekonomi
Perubahan komposisi tubuh juga dipengaruhi faktor sosial ekonomi yang
meliputi: pendidikan orang tua, pekerjaan dan pendapatan, teknologi, budaya dan
lain-lain.. .
Status sosio-ekonomi memiliki kaitan erat dengan diet rendah lemak.
Masyarakat miskin akan menghabiskan 80% uangnya untuk membeli makanan

17

dan apabila ada peningkatan pendapatan maka makanan yang akan dipilih adalah
yang kaya akan protein. Mereka mencari pengganti lemak dengan makanan lain
yang padat energi sehingga mengurangi asupan mikronutrien. Data yang di
dapatkan di negara-negara maju hanya 45% uangnya dibelanjakan untuk makanan
dan uang yang berlebih biasanya susunan hidangan menjadi lebih baik (Depkes,
2009).
Keluarga dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan apapun, termasuk
makanan sehat bergizi namun juga makanan tinggi kalori/lemak/gula, junk food,
fast food, soft drink, yang merupakan penyumbang besar terhadap masalah
obesitas.

Sebaliknya,

keluarga

dengan

pendapatan

rendah

cenderung

mengonsumsi makanan yang kurang bergizi sehingga sering mengantarkan


mereka pada kondisi buruk (Nurmalina, 2011).
Ulasan di atas menunjukkan bahwa tingkat pendapatan menentukan pola
makan dan apa yang akan dibeli baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga jelas
bahwa ada hubungan yang erat antara pendapatan dan asupan makanan.
2.4 Antropometri
2.4.1. Definisi antropometri
Pada abad ke 19, studi tentang variasi dikembangkan dari rata-rata pengukuran
antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti Man (orang)
dan Metron yang berarti ukur. Antropometri adalah studi tentang pengukuran
individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia. Antropometri
berkembang sebagai ilmu yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan
ras dan jenis kelamin (Yagain, Pai, Kalthur, Chetan, dan Hemalatha, 2012)

18

2.4.2. Tujuan antropometri


Tujuan antropometri menurut National Health and Nutrition Examination
Surveys (NHANES) adalah untuk mengumpulkan data pengukuran tubuh yang
berkualitas dengan menggunakan prosedur yang baku dan alat yang sudah
terkalibrasi dengan tepat .
Hasil pengukuran antropometri menandakan kondisi tubuh manusia yang
diukur. Data pada bayi dan anak-anak dapat menggambarkan status kesehatan
umum serta kecukupan diet. Hasil pengukuran antropometri ini telah digunakan
secara luas dan diterapkan dalam pembuatan pakaian, peralatan rumah tangga
bahan alat perkakas rumah serta mendeteksi kaitan komposisi tubuh dengan
penyakit yang diderita .
2.4.3. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri antara lain untuk mengetahui indeks massa tubuh
(IMT) dengan mengukur berat badan (BB), tinggi badan (TB) saat berdiri,
panjang tubuh saat berbaring. Pengukuran komposisi tubuh dibagi menjadi dua
yaitu pengukuran lemak tubuh dan pengukuran massa bebas lemak. Pengukuran
yang termasuk pengukuran lemak tubuh yaitu pengukuran Skinfold Thickness,
rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), lingkar Pinggang, dan lingkar perut.
Pengukuran yang termasuk pengukuran massa bebas lemak yaitu pengukuran
lingkar lengan atas (LILA).
Sebelum melakukan pengukuran antropometri, sebaiknya dicari terlebih
dahulu titik-titik yang dapat digunakan sebagai penanda dalam melakukan
pengukuran. Titik-titik itu antara lain adalah :

19

1. Acromiale (a): titik pada tepi superior dan eksternal dari processus acromialis
ketika subyek pengukuran (SP) berdiri tegak dengan lengan atas yang rileks
(Marfell-Jones, 2006).

(Marfell-Jones, 2006)
Gambar 2.1
Titik Acromiale
2. Subscapulare (SSC): terletak di bawah angulus inferior scapulae. Untuk
memudahkan

pencarian

angulus

ini,

SP diminta

untuk menyentuh

punggungnya dengan tangan kanan. Pemberian tanda pada titik SSC dilakukan
setelah SP berada pada posisi anatomis (Marfell-Jones, 2006).

(Marfell-Jones, 2006)
Gambar 2.2
Titik Subscapulare

20

3. Radiale (r): terletak pada margo superolateralis caput radii. Titik ini dipalpasi
ke bawah dari bagian bawah cekungan kulit siku yang lateral. Untuk
memudahkan pencarian titik ini, SP diminta untuk melakukan pronasi/supinasi
ringan (Marfell-Jones, 2006).

(Marfell-Jones, 2006)
Gambar 2.3
Titik Radiale
4. Mid-acromiale-radiale: garis horisontal ini berada di pertengahan antara titik a
dan r (Marfell-Jones, 2006).
5. Stylion (sty): merupakan titik paling distal dari processus styloideus radii.
Untuk memudahkan pencarian titik ini, antropometris dapat menggerakkan
tangan SP ke kanan dan ke kiri (Marfell-Jones, 2006).
6. Iliocristale (suprailiaca): berada di atas dari titik tertinggi crista iliaca yang
berpotongan dengan garis mid-axilla (Eston et al, 2009)

21

(Eston et al, 2009)


Gambar 2.4
Titik Iliocristale
2.4.4. Pengukuran ukuran-ukuran antropometris
a.Berat Badan (BB)
Pengukuran BB akan dilakukan menggunakan timbangan digital yang
diukur dalam posisi berdiri di atas timbangan badan tanpa sepatu dan pakaian
yang minimum dengan satuan kilogram (Kg) .
b.

Tinggi Badan (TB)


Pengukuran tinggi dengan berdiri merupakan penilaian ukuran tinggi

badan yang maximal. Penilaian ini digunakan untuk anak di atas usia 2 tahun
atau lebih tua yang dapat berdiri tanpa membutuhkan bantuan. Pengukuran
dilakukan dalam posisi berdiri tegak (boleh bersandar), kaki rapat, kepala dalam
posisi dataran Frankfurt, dan menggunakan antropometer dengan satuan
centimeter (cm) .

22

Gambar 2.5
Posisi Pengukuran Tinggi Badan yang Benar
2.4.5. Pengukuran distribusi dan persen lemak tubuh dengan skinfold thickness
Cara Skinfold merupakan cara pemeriksaan lemak tubuh yang cukup akurat,
praktis dan dapat dilakukan hanya dengan sedikit latihan. Pengukuran lemak
tubuh dengan cara Skinfold sering dilakukan di lapangan terutama di bidang
olahraga untuk memonitor persentase lemak tubuh atlet selama latihan dan pada
masa pertandingan serta di tempat senam untuk memonitor hasil olahraga yang
ditujukan untuk menurunkan berat badan dari komponen lemak (Budiman, 2008).
Pengukuran Skinfold Thickness dilakukan dengan alat Skinfold Calipers. Obyek
yang bisa diukur adalah bayi berusia di atas 2 bulan. .

.
Gambar 2.6
Skinfold caliper

23

Gambar 2.7
Pengukuran lipatan kulit yang benar

Gambar 2.8
Pengukuran lipatan kulit yang salah
Pengukuran Skinfold Thickness dilakukan dengan Skinfold Caliper.
Lipatan kulit diambil dengan cara mencubit, sambil sedikit menggerakkan
kulit di antara ibu jari dan jari kedua tangan kiri. Agar hasil yang didapatkan
akurat, sebaiknya daerah yang akan diukur ditandai terlebih dahulu. Lipatan
kulit diangkat menjauhi permukaan tubuh subjek penelitian. Lipatan kulit
yang baik sumbu panjangnya parallel dengan garis-garis kulit dari langer dan
mencakup 2 lapis kulit beserta jaringan lemak dibawahnya. Bila lipatan kulit
susah diambil maka pengambilan lipatan dapat mencakup otot lalu sedikit

24

demi sedikit ditarik menjauhi permukaan tubuh SP (Marfell-Jones, 2006 dan


CDC, 2007).
Lipatan

kulit

terus

dipegang

selama

pengukuran

dan

Caliper

diaplikasikan di bawahnya. Tekan pelatuk pada Caliper dengan jari kedua


tangan kanan, lepaskan jari, tunggu kurang lebih 2 detik, lalu baca hasilnya.
Semua pengukuran Skinfold dilakukan pada tubuh sebelah kiri sampel yang
berdiri dalam posisi anatomis. Skinfold diukur pada 8 tempat yaitu:
a. Pectoral
Skinfold vertikal pada linea axillaris media setinggi processus Xiphoideus
(Budiman, 2008)

(Mackenzie et al., 2011)


Gambar 2.9
Lipatan kulit pectoral
b. Biceps
Posisi sama dengan triceps, Skinfold vertikal di titik tengah acromion dan
olecranon bagian anterior; (Budiman, 2008)

25

(Marfell dan Jones, 2011)


Gambar 2.10
Lipatan kulit biceps
c. Triceps
Lipatan kulit diambil pada pertengahan garis acromiale-radiale di
permukaan posterior lengan kanan. Caliper diaplikasikan 1 cm di distal
lipatan kulit (Budiman, 2008)

(Marfell dan Jones, 2011)


Gambar 2.11
Lipatan kulit triceps

26

d. Subscapular
Lipatan kulit diambil dengan arah oblik dari angulus inferior scapulae ke
inferolateral dengan sudut 450 dari garis horizontal. Caliper diaplikasikan 1
cm di distal lipatan kulit (Budiman, 2008)

(Marfell dan Jones, 2011)


Gambar 2.12
Lipatan kulit subsapula
e. Suprailiaca
Lipatan kulit diambil pada titik di atas tepi crista iliaca yang tertinggi pada
garis mid axilla. Lipatan kulit yang diambil akan sejajar dengan garis-garis
lipatan kulit dari langer. Caliper diaplikasikan 1 cm di distal lipatan kulit
(Budiman, 2008)

(Marfell dan Jones, 2011)


Gambar 2.13
Lipatan kulit suprailliaca

27

f.

Abdomen
Skinfold vertical 2 cm lateral dari Umbilicus (Sudibjo, 2012).

(Mackenzie, 2002)
Gambar 2.14
Lipatan kulit abdomen
g. Femoris
Lutut fleksi 90, Skinfold vertikal di titik tengah antara inguinal dan batas
atas patella atau antara panggul (hip) dan patella (Sudibjo, 2012).

(Mackenzie, 2002)
Gambar 2.15
Lipatan kulit femoris

28

h. Midaxilla
Skinfold vertikal pada linea Axillaris media setinggi Processus Xiphoideus
(Budiman, 2008).

(Mackenzie, 2002)
Gambar 2.16
Lipatan kulit midaxilla
2.5 Kaitan Distribusi Lemak Tubuh dan Kesehatan
Ilmuwan dunia telah banyak meneliti tentang keterkaitan distribusi lemak
tubuh dengan obesitas, metabolisme dan kesehatan. Hasil dari beberapa penelitian
tersebut telah menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit
kardiovaskular dan kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular itu
sendiri .
Heyward (1995) dalam Amelia (2009) menjelaskan bahwa persentase massa
lemak tubuh dan massa bebas lemak bisa memberikan petunjuk dan mengetahui
apakah seseorang beresiko untuk mempunyai berbagai macam penyakit yang ada
hubungannya dengan status gizi seseorang (kurang, normal atau lebih). Lima
penyakit utama yang banyak menyebabkan kematian pada penduduk di Indonesia
adalah penyakit sistem sirkulasi darah (kardiovaskular) dengan persentase sebesar
39%, penyakit kanker dengan persentase sebesar 27%, penyakit sistem pernapasan

29

dan penyakit sistem pencernaaan dengan persentase sebesar 30%, serta 4%


kematian disebabkan oleh diabetes (Kemenkes RI, 2010).
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak
pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah
simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh.
Keadaan ini lebih dikarenakan masukan energi yang lebih dari kebutuhan untuk
metabolisme basal terhadap makanan yang dimakan, pengeluaran eksreta,
pertumbuhan dan perkembangan serta berbagai kegiatan jasmani (Amelia, 2009
dan WHO, 2000).
Obesitas juga sering dikaitkan dengan diabetes mellitus (DM) dari pada
dikaitkan dengan status gizi lebih. Free Fatty Acids (FFA), yang berasal dari
simpanan lemak visceral dapat menyebabkan resistensi insulin pada otot dan hati
serta meningkatkan Hepatic Gluconeogenesis serta produksi lipoprotein
(Bjorntorp, 1999). Penelitian di Swedia membuktikan bahwa jumlah dari hasil
pengukuran 3 lokasi Skinfold Thickness (triceps, subscapular, midpectoral)
mempunyai hubungan bermakna dengan risiko terjadinya diabetes mellitus.
Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa distribusi lemak pada daerah
abdominal berkorelasi positif dengan risiko diabetes mellitus .

Anda mungkin juga menyukai