BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1.
Definisi remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut Adolescence, berasal dari bahasa
latin Adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase
remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang
diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Sitompul, 2010).
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi
berbagai macam perubahan dalam periode transisi ini, baik perubahan hormonal,
fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan
terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan
tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, perubahan perilaku serta
hubungan sosial dengan lingkungannya (Batubara, 2010). Masa remaja umumnya
dikatakan berawal dari usia 11 sampai 12 tahun dimana karakteristik seks
sekunder mulai tampak untuk pertama kalinya sampai dengan akhir usia belasan
ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap, yaitu pada usia 18 hingga 20 tahun .
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah mereka yang
berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) adalah
antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja adalah anak usia 10-20
tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan
sebagai titik awal proses reproduksi (Mutfika, 2011).
2.1.2
Tahapan remaja
Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja
menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensisitif terhadap bentuk tubuhnya dan
mencoba membandingkan dengan kehidupan sosialnya yaitu dengan teman-teman
sebaya. (Batubara, 2010).
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahapan. Tahapan untuk
mencapai kematangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) masa
remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun; 2) masa remaja
pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun; 3) masa remaja lanjut
(Late adolescence): umur 17-20 tahun .
1) Masa remaja awal/dini (Early adolescence).
Karakteristik remaja awal yaitu mengalami pertumbuhan fisik dan seksual.
Tahapan perkembangan masa remaja awal pada proses pertumbuhan fisik kerap
kali membandingkan sesuatu dengan teman sebayanya dan sangat mementingkan
penerimaan oleh teman sebaya (Kurnianingsih, 2009). Perkembangan seksualnya
mengalami
pematangan
sehingga
seringkali
terangsang
secara
seksual.
Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Organ-organ yang terdapat padah tubuh manusia terbentuk pada
periode prenatal (dalam kandungan). Perkembangan fisik individu meliputi empat
aspek, yaitu system saraf, otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan
dan kemampuan motorik, kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya polapola tingkah laku baru serta struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan
proporsi tubuh (Ramadan, 2013).
Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi, sehingga terjadi variasi
ukuran dan bentuk yang pada masa anak-anak masih belum tampak. Perbedaan itu
dapat dilihat pada laki-laki dan perempuan, di mana anak perempuan 2 tahun lebih
cepat memasuki masa remaja bila dibandingkan anak laki-laki. Parameter
pertumbuhan umum pada remaja salah satunya adalah tinggi badan. Tinggi badan
(TB) remaja adalah sekitar 20% sampai 25% dari tinggi badan saat dewasa .
Berat badan (BB) juga sering digunakan untuk menyatakan pertumbuhan.
Berat badan remaja perempuan sebelum pacu tumbuh sekitar 2 kg pertahun, saat
masuk usia pacu tumbuh rata-rata kenaikan berat badan sekitar 3 3,5 kg
10
pertahun. Puncak peningkatan berat badan remaja perempuan pada usia 18 tahun
dengan peningkatan sebanyak 8 kg pertahun. Pacu tumbuh otot tertinggal 3-6
bulan dari pacu tumbuh berat badan . Bagi anak laki-laki, permulaan periode
pertumbuhan pesat tinggi badan
berakhir rata-rata pada usia 15,3 tahun, dengan puncaknya pada empat belas
tahun. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setahun sesudah dimulainya
masa pubertas. Pertumbuhan mulai menurun dan berlangsung lambat sampai usia
dua puluh atau dua puluh satu. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama,
anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah matang
(Bangun, 2012).
Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal
tubuh yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan komposisi tubuh terjadi
karena pengaruh hormon steroid seks. Perubahan hormonal akan menyebabkan
terjadinya Breast Budding atau tunas payudara pertumbuhan rambut pubis,
meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, pertumbuhan rambut di lengan dan
muka serta menarche pada anak perempuan. Pubertas pada anak laki-laki ditandai
dengan pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan
muka, terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas
kelenjar keringat, meningkatnya volume testis dan timbulnya jerawat (Batubara,
2010).
Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis tumbuh, sedangkan kumis
dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan petanda
pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan suara terjadi
karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh
11
dari total
energi yang dibutuhkan pada saat beristirahat dan juga dibutuhkan dalam jumlah
12
lebih besar saat berolahraga. Massa lemak terdistribusi tidak merata dalam tubuh
kita bergantung pada jenis kelamin, hormonal, lingkunan, Genetik, usia, etnis dan
aktifitas fisik. Lemak disimpan dari tubuh dan berasal dari makanan yang
dikonsumsi yang disebut dengan lemak cadangan. Lemak cadangan dapat
terdistribusi di jaringan bawah kulit sebagai lemak Subkutan serta di sekitar alat-alat
Visceral yang terdapat didalam rongga dada dan rongga perut sebagai lemak Visceral.
13
14
berperan. Apabila sedikitnya memiliki satu orang tua (bapak atau ibu) yang
memiliki riwayat obesitas akan meningkatkan risiko seseorang menjadi obesitas
pada usia dewasa (Amelia, 2009).
2.3.2. Jenis kelamin
Sejak janin sudah terjadi perbedaan dalam deposisi lemak, namun perbedaan
ini lebih jelas terlihat saat masa puber. Perbedaan ini terutama berkaitan dengan
hormon seks steroid .
Terdapat perbedaan pola penyebaran lemak tubuh antara laki-laki dan perempuan
yang timbul sejak masa pubertas. Lemak pada laki-laki cenderung terdistribusi
massa mineral tulang dan otot lebih besar dibandingkan perempuan (Sudibjo,
2010).
2.3.3. Usia
Pengaruh usia terhadap komposisi tubuh menyebabkan perubahan komposisi
massa bebas lemak. Pada massa lemak, persentasenya masih tetap namun terjadi
redistribusi dari lemak subkutan ke lemak Viseral .
Perkembangan komposisi tubuh telah dimulai dengan cepat sejak usia anakanak, termasuk lemak tubuh yang menjadi salah satu indikator kesehatan. Lemak
tubuh akan meningkat pada usia lebih dari 20 hingga 40 tahun, atau dari dewasa
15
awal hingga usia pertengahan pada laki-laki dan usia tua pada perempuan
(Amelia, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kyle et al. (2001) menyimpulkan bahwa
pada perempuan Free Fatty Mass (FFM) meningkat pada usia 15 tahun dan sangat
meningkat di usia sekitar 45-54 tahun. Rata-rata FFM pada usia di atas 85 tahun
akan mengalami penurunan sekitar 14,3% dari rata-rata FFM tertinggi. Terdapat
perbedaan rata-rata massa lemak tubuh dalam hal ini, di mana persentasenya
meningkat sangat cepat antara usia 15 98 tahun.
2.3.4. Nutrisi
Keseimbangan energi merupakan hasil dari pengurangan input/asupan energ
terpakai (terdiri dari basal metabolisme, proses pencernaan makanan, dan aktivitas
fisik). Sumber energi bagi manusia terdiri dari karbohidrat lemak, dan protein,
ketiga zat tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan bagi tubuh manusia
dalam jumlah cukup besar dalam satuan gram (Nix, 2001). Tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual
dan hambatan pertumbuhan linier. Nutrisi penting untuk mencegah terjadinya
penyakit kronik pada masa ini yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis .
Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara
lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata
pada perempuan dibanding lelaki, sebaliknya tentang asupan makanan yang
berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih
banyak pada lelaki daripada perempuan .
16
Kalangi, 2013).
Aktivitas fisik pada remaja mempunyai pengaruh terhadap lemak tubuh dan
lingkar pinggang, namun tidak berpengaruh secara bermakna terhadap IMT.
Remaja dengan aktivitas fisik rendah mempunyai kemungkinan 2,3 kali lebih
besar untuk mempunyai persen lemak tubuh yang lebih besar dan 2,5 kali lebih
besar untuk mempunyai lingkar pinggang yang lebih besar daripada remaja
dengan aktivitas yang berat .
2.3.6. Sosio-ekonomi
Perubahan komposisi tubuh juga dipengaruhi faktor sosial ekonomi yang
meliputi: pendidikan orang tua, pekerjaan dan pendapatan, teknologi, budaya dan
lain-lain.. .
Status sosio-ekonomi memiliki kaitan erat dengan diet rendah lemak.
Masyarakat miskin akan menghabiskan 80% uangnya untuk membeli makanan
17
dan apabila ada peningkatan pendapatan maka makanan yang akan dipilih adalah
yang kaya akan protein. Mereka mencari pengganti lemak dengan makanan lain
yang padat energi sehingga mengurangi asupan mikronutrien. Data yang di
dapatkan di negara-negara maju hanya 45% uangnya dibelanjakan untuk makanan
dan uang yang berlebih biasanya susunan hidangan menjadi lebih baik (Depkes,
2009).
Keluarga dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan apapun, termasuk
makanan sehat bergizi namun juga makanan tinggi kalori/lemak/gula, junk food,
fast food, soft drink, yang merupakan penyumbang besar terhadap masalah
obesitas.
Sebaliknya,
keluarga
dengan
pendapatan
rendah
cenderung
18
19
1. Acromiale (a): titik pada tepi superior dan eksternal dari processus acromialis
ketika subyek pengukuran (SP) berdiri tegak dengan lengan atas yang rileks
(Marfell-Jones, 2006).
(Marfell-Jones, 2006)
Gambar 2.1
Titik Acromiale
2. Subscapulare (SSC): terletak di bawah angulus inferior scapulae. Untuk
memudahkan
pencarian
angulus
ini,
SP diminta
untuk menyentuh
punggungnya dengan tangan kanan. Pemberian tanda pada titik SSC dilakukan
setelah SP berada pada posisi anatomis (Marfell-Jones, 2006).
(Marfell-Jones, 2006)
Gambar 2.2
Titik Subscapulare
20
3. Radiale (r): terletak pada margo superolateralis caput radii. Titik ini dipalpasi
ke bawah dari bagian bawah cekungan kulit siku yang lateral. Untuk
memudahkan pencarian titik ini, SP diminta untuk melakukan pronasi/supinasi
ringan (Marfell-Jones, 2006).
(Marfell-Jones, 2006)
Gambar 2.3
Titik Radiale
4. Mid-acromiale-radiale: garis horisontal ini berada di pertengahan antara titik a
dan r (Marfell-Jones, 2006).
5. Stylion (sty): merupakan titik paling distal dari processus styloideus radii.
Untuk memudahkan pencarian titik ini, antropometris dapat menggerakkan
tangan SP ke kanan dan ke kiri (Marfell-Jones, 2006).
6. Iliocristale (suprailiaca): berada di atas dari titik tertinggi crista iliaca yang
berpotongan dengan garis mid-axilla (Eston et al, 2009)
21
badan yang maximal. Penilaian ini digunakan untuk anak di atas usia 2 tahun
atau lebih tua yang dapat berdiri tanpa membutuhkan bantuan. Pengukuran
dilakukan dalam posisi berdiri tegak (boleh bersandar), kaki rapat, kepala dalam
posisi dataran Frankfurt, dan menggunakan antropometer dengan satuan
centimeter (cm) .
22
Gambar 2.5
Posisi Pengukuran Tinggi Badan yang Benar
2.4.5. Pengukuran distribusi dan persen lemak tubuh dengan skinfold thickness
Cara Skinfold merupakan cara pemeriksaan lemak tubuh yang cukup akurat,
praktis dan dapat dilakukan hanya dengan sedikit latihan. Pengukuran lemak
tubuh dengan cara Skinfold sering dilakukan di lapangan terutama di bidang
olahraga untuk memonitor persentase lemak tubuh atlet selama latihan dan pada
masa pertandingan serta di tempat senam untuk memonitor hasil olahraga yang
ditujukan untuk menurunkan berat badan dari komponen lemak (Budiman, 2008).
Pengukuran Skinfold Thickness dilakukan dengan alat Skinfold Calipers. Obyek
yang bisa diukur adalah bayi berusia di atas 2 bulan. .
.
Gambar 2.6
Skinfold caliper
23
Gambar 2.7
Pengukuran lipatan kulit yang benar
Gambar 2.8
Pengukuran lipatan kulit yang salah
Pengukuran Skinfold Thickness dilakukan dengan Skinfold Caliper.
Lipatan kulit diambil dengan cara mencubit, sambil sedikit menggerakkan
kulit di antara ibu jari dan jari kedua tangan kiri. Agar hasil yang didapatkan
akurat, sebaiknya daerah yang akan diukur ditandai terlebih dahulu. Lipatan
kulit diangkat menjauhi permukaan tubuh subjek penelitian. Lipatan kulit
yang baik sumbu panjangnya parallel dengan garis-garis kulit dari langer dan
mencakup 2 lapis kulit beserta jaringan lemak dibawahnya. Bila lipatan kulit
susah diambil maka pengambilan lipatan dapat mencakup otot lalu sedikit
24
kulit
terus
dipegang
selama
pengukuran
dan
Caliper
25
26
d. Subscapular
Lipatan kulit diambil dengan arah oblik dari angulus inferior scapulae ke
inferolateral dengan sudut 450 dari garis horizontal. Caliper diaplikasikan 1
cm di distal lipatan kulit (Budiman, 2008)
27
f.
Abdomen
Skinfold vertical 2 cm lateral dari Umbilicus (Sudibjo, 2012).
(Mackenzie, 2002)
Gambar 2.14
Lipatan kulit abdomen
g. Femoris
Lutut fleksi 90, Skinfold vertikal di titik tengah antara inguinal dan batas
atas patella atau antara panggul (hip) dan patella (Sudibjo, 2012).
(Mackenzie, 2002)
Gambar 2.15
Lipatan kulit femoris
28
h. Midaxilla
Skinfold vertikal pada linea Axillaris media setinggi Processus Xiphoideus
(Budiman, 2008).
(Mackenzie, 2002)
Gambar 2.16
Lipatan kulit midaxilla
2.5 Kaitan Distribusi Lemak Tubuh dan Kesehatan
Ilmuwan dunia telah banyak meneliti tentang keterkaitan distribusi lemak
tubuh dengan obesitas, metabolisme dan kesehatan. Hasil dari beberapa penelitian
tersebut telah menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit
kardiovaskular dan kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular itu
sendiri .
Heyward (1995) dalam Amelia (2009) menjelaskan bahwa persentase massa
lemak tubuh dan massa bebas lemak bisa memberikan petunjuk dan mengetahui
apakah seseorang beresiko untuk mempunyai berbagai macam penyakit yang ada
hubungannya dengan status gizi seseorang (kurang, normal atau lebih). Lima
penyakit utama yang banyak menyebabkan kematian pada penduduk di Indonesia
adalah penyakit sistem sirkulasi darah (kardiovaskular) dengan persentase sebesar
39%, penyakit kanker dengan persentase sebesar 27%, penyakit sistem pernapasan
29