Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH BAHAN BAKAR ETANOL DAN BIODISEL

KELOMPOK 7
1. Ady Achmad Fauzi
2. Bangun Ismullah
3. Fahmi Kurniawan

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sepantasnya dihaturkan kepada Allah SWT, karena rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan makalah
Bahan Bakar Etanol dan Biodesel ini meskipun masih terdapat banyak kekurangan.
Dalam menyelesaikan makalah ini penyusun banyak dibantu oleh orang-orang
di sekitar penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan
penuh rasa hormat penyusun menghaturkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu, diantaranya:
1. Prof. Dr. E.S. Margianti, SE, MM, selaku rektor Universitas Gunadarma.
2. Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. selaku Kepala Jurusan Teknik Mesin
Universitas Gunadarma.
3. Bapak Eko Susetyo Yulianto selaku dosen Energi Alternatif & Terbahaukan.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil.
5. Teman teman mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma.
Pada akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna karena segala kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT sedangkan kekurangan adalah milik kita sebagai
makhlukNya. Untuk itu, kekurangan yang ada akan menjadi sebuah pelajaran bagi
penyusun, dan penyusun mengharapkan koreksi berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca terutama pengoreksi untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Mudah-mudahan makalah yang telah penyusun sajikan ini dapat sangat
bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan umumnya bagi para pembaca serta
mahasiswa Jurusan Teknik Mesin. Bekasi,
2 Oktober 2016
Penyusun

BAB I
PEMBAHASAN MATERI
BioEtanol
1.

Latar Belakang
Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama

dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai bahan
bakar. Etanol seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi biofuel.
Produksi etanol dunia untuk bahan bakar transportasi meningkat 3 kali lipat dalam
kurun waktu 7 tahun, dari 17 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 52 miliar liter pada
tahun 2007. Dari tahun 2007 ke 2008, komposisi etanol pada bahan bakar bensin di
dunia telah meningkat dari 3.7% menjadi 5.4%. Pada tahun 2010, produksi etanol
dunia mencapai angka 22,95 miliar galon AS (86,9 miliar liter), dengan Amerika
Serikat sendiri memproduksi 13,2 miliar galon AS, atau 57,5% dari total produksi
dunia. Etanol mempunyai nilai "ekuivalensi galon bensin" sebesar 1.500 galon AS.
Etanol digunakan secara luas di Brasil dan Amerika Serikat. Kedua negara ini
memproduksi 88% dari seluruh jumlah bahan bakar etanol yang diproduksi di dunia.
Kebanyakan mobil-mobil yang beredar di Amerika Serikat saat ini dapat
menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol sampai 10%, dan penggunaan
bensin etanol 10% malah diwajibkan di beberapa kota dan negara bagian AS. Sejak
tahun 1976, pemerintah Brasil telah mewajibkan penggunaan bensin yang dicampur
dengan etanol, dan sejak tahun 2007, campuran yang legal adalah berkisar 25%
etanol dan 75% bensin (E25). Di bulan Desember 2010 Brasil sudah mempunyai 12
juta kendaraan dan truk ringan bahan bakar fleksibel dan lebih dari 500 ribu sepeda
motor yang dapat menggunakan bahan bakar etanol murni (E100).
Bioethanol adalah salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat diproduksi
dari tumbuhan. Etanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum,

misalnyatebu, kentang, singkong, dan jagung. Telah muncul perdebatan, apakah


bioetanol ini nantinya akan menggantikan bensin yang ada saat ini. Kekhawatiran
mengenai produksi dan adanya kemungkinan naiknya harga makanan yang
disebabkan karena dibutuhkan lahan yang sangat besar, ditambah lagi energi dan
polusi yang dihasilkan dari keseluruhan produksi etanol, terutama tanaman jagung.
Pengembangan terbaru dengan munculnya komersialisasi dan produksi etanol
selulosa mungkin dapat memecahkan sedikit masalah.
Etanol selulosa menawarkan prospek yang menjanjikan karena serat selulosa,
komponen utama pada dinding sel di semua tumbuhan, dapat digunakan untuk
memproduksi etanol. Menurut Badan Energi Internasional etanol selulosa dapat
menyumbangkan perannya lebih besar pada masa mendatang
2.

Reaksi Kimia

Glukosa (gula sederhana) dibuat oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis.


6 CO2 + 6 H2O + cahaya matahari C6H12O6 + 6 O2
Dalam fermentasi etanol, glukosa akan dipecah menjadi etanol dan karbon dioksida.
C6H12O6 2 CH3CH2OH+ 2 CO2 + panas
Ketika etanol dibakar (direaksikan dengan oksigen) maka akan dihasilkan karbon
dioksida, air, dan panas:
CH3CH2OH + 3 O2 2 CO2 + 3 H2O + panas
Setelah reaksi pembakaran digandakan (karena didapatkan 2 molekul etanol dari tiap
molekul glukosa]], dan ditambahkan 3 reaksi bersamaan, maka jumlah atom di
sebelah kiri akan sama dengan jumlah atom di sebelah kanan pada persamaan
tersebut, maka reaksi bersih dari produksi dan konsumsi etanol hanya berupa:
cahaya panas

Panas

yang

dihasilkan

dari

pembakaran

etanol

digunakan

untuk

menggerakkan piston pada mesin. Dapat dikatakan bahwa cahaya matahari digunakan
untuk menjalankan mesinnya.
Bukan hanya glukosa saja yang dapat difermentasi. Gula lainnya
seperti fruktosa juga dapat digunakan untuk fermentasi. 3 macam gula lainnya juga
dapat difermentasi dengan memecahnya melalui hidrolisis menjadi molekul-molekul
glukosa atau fruktosa. Amilum dan selulosa adalah molekul yang terdiri dari ikatanikatan glukosa. Sukrosa (atau gula tebu) merupakan molekul glukosa yang berikatan
dengan molekul fruktosa. Energi untuk membuat fruktosa berasal dari metabolisme
glukosa yang diperoleh dari fotosintesis (yang membutuhkan sinar matahari). Maka
dari itu, sinar matahari jga menyediakan energi yang dihasilkan oleh fermentasi dari
molekul-molekul ini.
Etanol juga dapat diproduksi dari etena (etilena). Dengan penambahan air ke dalam
etena maka akan mengubah etena menjadi etanol:
C2H4 + H2O CH3CH2OH
Ketika etanol dibakar di atmosfer (bukan di oksigen murni), maka akan ada
reaksi kimia yang lain yang menghasilkan 4 komponen kimia lainnya, termasuk
dengan gas nitrogen (N2). Gas nitrogen dapat menimbulkan munculnya nitrogen
oksida, salah satu polutan utama di udara
3.

Sumber
Etanol merupakan salah satu sumber energi terbaharui karena energi ini

didapatkan dari energi matahari. Pembuatan etanol diawali tanaman seperti tebu atau
jagung yang melakukan fotosintesis sehingga tumbuh sampai besar. Nantinya
tanaman ini yang diproses menjadi etanol.
Sekitar 5% dari etanol yang diproduksi di dunia pada tahun 2003 sebenarnya malah
merupakan produk minyak bumi. Etanol dari minyak bumi ini dibuat dengan hidrasi

katalis dari etilena dengan memakai asam sulfat sebagai katalisnya. Etanol juga bisa
dihasilkan via etilena atau asetilena, kalsium karbida, gas bumi, dan sumber lainnya.
2 juta ton etanol yang berasal dari minyak mentah dihasilkan setiap tahunnya. Etanol
yang berasal dari minyak bumi (etanol sintetik) secara kimia sama dengan bio etanol
dan hanya bisa dibedakan melalui penanggalan radiokarbon.
Bio-etanol biasanya diperoleh dari tanaman pertanian. Tanaman pertanian ini
dianggap bisa diperbaharui karena mereka mendapatkan energi dari matahari
melalui fotosintesis. Etanol dapat diproduksi dari banyak macam tanaman seperti
tebu, bagasse, miscanthus, bit

gula, sorgum,

grain sorghum, switchgrass, jelai,hemp, kenaf, kentang, ubijalar, singkong, bungamat


ahari, buah, molasses, jagung,stover, serealia, gandum, straw, kapas, biomassa lainny
a, termasuk berbagai macam sampah selulosa.
Sebuah proses alternatif untuk memproduksi bioetanol dari algae (rumput
laut) saat ini sedang dikembangkan oleh perusahaan Algenol. Daripada algae hanya
ditanam dan lalu dipanen jika sudah matang, algae dapat memproduksi etanol secara
langsung tanpa membunuh tanaman itu sendiri. Diklaim bahwa proses dari algae ini
dapat menghasilkan 6000 galon per acre per tahun, daripada tanaman jagung yang
hanya 400 galon per acre per tahun.
Saat ini, pemrosesan etanol generasi pertama untuk memproduksi etanol dari jagung
hanya menggunakan sebagian kecil dari tanaman jagung itu sendiri. Hanya bagian
amilum dari kernel jagung saja yang diproses menjadi etanol. Amilum ini massanya
hanya 50% dari massa kernel kering. 2 pemrosesan tingkat lanjut sedang
dikembangakan

saat

ini.

Proses

tersebut

adalah

penggunaan enzim dan fermentasi ragi untuk mengubah selulosa tanaman menjadi
etanol. Proses yang kedua adalah menggunakan pirolisis untuk mengubah seluruh
bagian tanaman menjadi cairan minyak bio atau syngas. Pemrosesan generasi kedua
ini juga bisa digunakan untuk tanaman lain misalnya rumput-rumputan atau kayu.

4.

Proses produksi
Langkah

dasar

yang

dibutuhkan

untuk

adalah fermentasi jamur khamir, distilasi, dehidrasi,

memproduksi

dandenaturasi.

etanol
Sebelum

dilakukan fermentasi, beberapa tanaman membutuhkan hidrolisis karbohidrat seperti


selulosa dan amilum menjadi gula. Hidrolisis selulosa disebut sebagai selulosis.
Enzim digunakan untuk mengubah amilum menjadi gula
5.

Fermentasi
Etanol diproduksi dengan cara fermentasi mikroba pada gula. Fermentasi

mikroba saat ini hanya bisa dilakukan langsung pada gula. 2 komponen utama dalam
tanaman, amilum dan selulosa, dua-duanya terdiri dari gula dan bisa diubah menjadi
gula melalui fermentasi. Sekarang ini, hanya gula (contohnya tebu) dan amilum
(contohnya jagung) yang masih bernilai ekonomis jika dikonversi.
6.

Distilasi
Jika etanol ingin digunakan sebagai bahan bakar, maka sebagian besar

kandungan airnya harus dihilangkan dengan cara distilasi. Tingkat kemurnian etanol
setelah didistilasi masih sekitar 95-96%. (masih ada kandungan airnya 3-4%).
Campuran ini dinamakan etanol hidrat dan bisa digunakan sebagai bahan bakar, tapi
tidak bisa dicampur sama sekali dengan bensin. Jadi, biasanya kandungan air dalam
etanol hidrat dibuang habis terlebih dahulu dengan pengolahan lainnya sehingga baru
bisa dicampurkan dengan bensin
7.

Dehidrasi
Pada dasarnya ada 5 tahap proses dehidrasi untuk membuang kandungan air

dalam campuran etanol azeotropik (etanol 95-96%). Proses yang pertama, yang sudah
digunakan di banyak pabrik etanol sejak dulu, adalah proses yang disebut distilasi
azeotropik.

Distilasi

azeotropik

menambahkan benzena atausikloheksana ke

dilakukan
dalam

campuran.

dengan
Ketika

cara
zat

ini

ditambahkan, maka akan membentuk campuran azeotropik heterogen. Hasil akhirnya


nanti adalah etanol anhidrat dan campuran uap dari air dan sikloheksana/benzena.
Ketika dikondensasi, uap ini akan menjadi cairan. Metode lama lainnya yang
digunakan

adalah distilasi

ekstraktif.

Metode

ini

digunakan

dengan

cara

menambahkan komponen terner dalam etanol hidrat sehingga akan meningkatkan


ketidakstabilan relatif etanol tersebut. Ketika campuran terner ini nantinya didistilasi,
maka akan menghasilkan etanol anhidrat.
Saat ini penelitian juga sedang mengembangkan metode pemurnian etanol
dengan menghemat energi. Metode yang saat ini berkembang dan mulai banyak
digunakan oleh pabrik-pabrik pembuatan etanol adalah penggunaan saringan
molekuluntuk membuang air dari etanol. Dalam proses ini, uap etanol bertekanan
melewati semacam tatakan yang terdiri dari butiran saringan molekul. Pori-pori dari
dari saringan ini dirancang untuk menyerap air. Setelah beberapa waktu, saringan ini
pun divakum untuk menghilangkan kandungan air di dalamnya. 2 tatakan biasanya
digunakan sekaligus sehingga ketika satu sedang dikeringkan, yang satunya bisa
dipakai untuk menyaring etanol. Teknologi dehidrasi ini diperkirakan dapat
menghemat energi sebesar 3.000 btus/gallon (840 kJ/L) jika dibandingkan dengan
distilasi azeotropik
8.

Mesin Berbahan Bakar Etanol


Etanol merupakan cairan yang sering digunakan pada mobil, meskipun juga

mungkin digunakan pada kendaraan lainnya, seperti traktor, perahu, dan pesawat
terbang. Konsumsi etanol dalam mesin lebih boros 51% dibandingkan bensin, karena
energi per unit volume etanol 34% lebih rendah dibandingkan dengan bensin. Rasio
kompresi pada mesin yang berbahan bakar etanol saja, dapat membuat mesin ini lebih
bertenaga dan lebih irit bahan bakar. Pada umumnya, mesin yang hanya berbahan
bakar

etanol

dikonfigurasi

untuk

menambahkan

sedikit

tambahan

tenaga

dan torsi yang lebih baik dibandingkan dengan mesin berbahan bakar bensin.

Padakendaraan bahan bakar fleksibel, rasio kompresi yang lebih rendah


menyebabkan mesinnya perlu dikonfigurasi ulang, sehingga bisa mendapatkan
keluaran tenaga yang sama saat memakai bahan bakar bensin atau etanol. Untuk
mendapatkan keuntungan maksimal dari etanol, maka rasio kompresi harus
dinaikkan. Rasio kompresi pada mobil bermesin berbahan bakar etanol murni saat ini
didesain kira-kira lebih boros 20-30% dibandingkan dengan versi bahan bakar
bensinnya.
Etanol mengandung bahan-bahan yang dapat larut dan tidak dapat larut.
Bahan-bahan yang dapat larut, yaitu ion-ion klorida, mempunyai sifat korosif. Ion
halidameningkatkan korosi dengan 2 cara: secara kimia, ion ini akan menyerang
pasivator film oksida pada logam sehingga akan menimbulkan korosi, dan kedua, ion
ini akan meningkatkan konduktivitas bahan bakar. Konduktivitas elektrik yang
meningkat menyebabkan korosi pada elektrik dan galvanis pada sistem bahan bakar.
Bahan-bahan yang dapat larut, seperti aluminium hidroksida yang merupakan produk
dari ion halida tadi, akan menyumbat sistem bahan bakar sedikit demi sedikit.
Etanol bersifat higroskopis, yang artinya etanol akan menyerap uap air
langsung dari atmosfer. Karena menyerap air akan mengencerkan nilai bahan bakar
etanol

(dan

juga

akan

menimbulkan knocking pada

mesin),

maka

dalam

pengepakannya, bahan bakar etanol harus ditutup rapat. Karena etanol dengan amat
mudah bercampur dengan air, maka etanol tidak dapat didistribusikan dengan pipa
yang lebih efisien dan modern. Para teknisi sekarang juga melihat dampak yang
ditimbulkan karena adanya kandungan air dalam etanol yang menyebabkan kerusakan
pada mesin-mesin kecil, terutama pada karburatornya.
Sebuah

studi

sebuah paper yang

yang

dilakukan

dipublikasika

oleh MIT pada

oleh Society

of

tahun

2004 dan

Automotive

Engineers

mengidentifikasikan sebuah metode yang lebih baik untuk mengeksplorasi


karakteristik bahan bakar etanol daripada jika hanya mencampurkannya dengan

bensin. Metode ini akan memunculkan kemungkinan bahwa alkohol nantinya akan
memperbaiki efektifitas pada mobil elektrik hibrida. Perubahan ini akan
menggunakan mesin 2 bahan bakar (dual-fuel) yaitu alkohol murni (atau azeotrop
atau E85) dengan injeksi langsung turbocharger, dengan rasio kompresi tinggi,
volume silinder kecil, tapi menghasilkan tenaga yang sama dengan mesin yang
memiliki volume silinder 2 kalinya. Setiap bahan bakar akan ditempatkan terpisah,
dengan tangki alkohol yang berukuran jauh lebih kecil. Mesin berkompresi tinggi ini
(yang berarti juga efisiensinya tinggi), akan menggunakan bahan bakar bensin pada
kondisi daya jelajah rendah. Alkohol hanya akan diinjeksikan ke silinder ketika
dibutuhkan, yaitu misalnya saat ingin berakselerasi dengan cepat. Injeksi silinder
langsung ini akan meningkatkan nilai oktan etanol yang sudah tinggi sampai 130.
Dari sini, penggunaan bensin serta emisi gas buang akan berkurang sampai 30%.
Nilai oktan etanol yang lebih tinggi meningkatkan rasio kompresi mesin dan
juga meningkatkan efisiensi termal. Dalam sebuah studi, kontrol mesin yang
kompleks ditambah sirkulasi ulang pipa gas buang yang ditingkatkan bisa
meningkatkan rasio kompresi sampai 19,5 dengan bahan bakarnya etanol murni
sampai E50. Hal ini nantinya akan menghasilkanekonomi bahan bakar mobil etanol
sama dengan ekonomi bahan bakar mobil bensin.
Sejak tahun 1989 juga telah dioperasikan mesin etanol yang memakai basis
dari mesin diesel di Swedia. Mesin-mesin ini dipakai di bus kota, juga digunakan di
truk-truk distribusi dan pengangkut sampah. Mesin ini dibuat oleh perusahaan Scania,
mempunyai rasio kompresi yang telah dimodifikasi dan bahan bakarnya adalah
93.6 % etanol dan 3.6 % peningkat pembakaran, dan 2.8% denaturan (bahan bakar ini
disebut sebagai ED95).[35] Adanya peningkat pembakaran memungkinkan mesin ini
melakukan pembakaran seefisien dengan siklus pembakaran pada mesin diesel.
Mesin-mesin ini telah digunakan di Britania Raya oleh Reading Transport tapi
penggunaan bahan bakar bioetanol saat ini akan ditutup.

9.

Menyalakan mobil di musim dingin


Campuran

etanol yang

tinggi

akan

memunculkan

masalah

yaitu

kurangnya tekanan uap bahan bakar tersebut sehingga susah untuk menguap dan
memicu pembakaran di musim dingin selagi musim dingin (hal ini terjadi karena
etanol cenderung menaikkan kalor penguapan bahan bakar). Ketika tekanan uap
kurang dari 45kPa maka mesin akan suusah untuk dinyalakan. Maka, untuk
menghindari masalah ini, terutama ketika suhu kurang dari 11 C (52 F), maka
pemerintah Amerika Serikat dan Uni Eropa sepakat untuk menggunakan E85 sebagai
campuran etanol maksimum yang digunakan di kendaraan bahan bakar fleksibel di
negara mereka. Di tempat-tempat yang suhunya sangat dingin, pemerintah Amerika
Serikat mengurangi campuran etanol pada bahan bakar menjadi E70, meskipun
namanya tetap dijual sebagai E85. Selain itu, di tempat yang suhunya turun sampai
dibawah 12 C (10 F), maka disarankan untuk menambahkan sistem pemanas
mesin, berlaku untuk bensin dan kendaraan E85. Pemerintah Swedia juga mempunyai
sistem pengurangan campuran etanol ini, mereka mengurangi campuran etanol
menjadi E75 selagi musim dingin.
Kendaraan bahan bakar fleksibel di Brasil dapat dioperasikan menggunakan
etanol sampai E100. Mesin kendaraan ini juga akan menimbulkan turunnya uap
penguapan seperti pada kendaraan E85. Untuk mengatasinya, kendaraan bahan bakar
fleksibel di Brasil juga dibuatkan tangki bensin kecil cadangan yang diletakkan dekat
mesin. Ketika mesin akan dinyalakan, maka bensin akan diinjeksikan ke ruang bakar
sehingga tidak menimbulkan masalah di suhu rendah. Bensin ini biasanya dibutuhkan
bagi penduduk yang tinggal di Brasil bagian tengah atau selatan, dimana saat musim
dingin suhunya akan turun sampai dibawah 15 C (59 F). Pada tahun 2009, akhirnya
diluncurkan mesin berbahan bakar fleksibel generasi terbaru yang tidak
membutuhkan

tangki

bensin

tambahan

lagi.[41][42] Di

bulan

Maret

2009, Volkswagen do Brasil meluncurkan Polo E-Flex, mobil berbahan bakar


fleksibel pertama di Brasil yang tidak lagi menggunakan tangki bensin tambahan
untuk menyalakan mesin.
10.

Campuran Bahan Bakar Etanol


Banyak negara mewajibkan kendaraan-kendaraannya menggunakan bahan

bakar bensin yang dicampur dengan etanol. Semua kendaraan ringan di Brasil bisa
beroperasi dengan menggunakan etanol dengan campuran sampai 25% (E25). Sejak
tahun 1993, pemerintahan federal sudah mewajibkan campuran etanol berkisar antara
22% sampai 25%, dan di bulan Juli 2011 adalah 25%. Di Amerika Serikat, semua
kendaraan ringan bisa memakai campuran etanol dalam bahan bakar sampai 10%
(E10). Di akhir tahun 2010, lebih dari 90 persen bensin yang dijual di AS dicampur
dengan etanol. Di bulan Januari 2011, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika
Serikat mengeluarkan surat pernyataan untuk mencampurkan etanol dalam bensin
sampai 15% (E15). Bahan bakar dengan etanol 15% ini hanya dijual untuk mobil
kecil dan truk ringan dengan keluaran tahun 2001 atau lebih baru. Negara lainnya
juga telah menerapkan peraturan serupa, dengan kebijakan masing-masing.
11.

Ekonomi Bahan Bakar


Secara teori, semua kendaraan yang beroperasi dengan bahan bakar akan

mempunyai nilai ekonomi bahan bakar yang satuannya adalah liter per 100 kilometer.
Nilai ekonomi bahan bakar ini biasanya berbanding lurus dengan energi yang
terkandung dalam bahan bakar. Tapi, pada faktanya ada banyak variabel yang dapat
memengaruhi performa bahan bakar di dalam mesin. Etanol sendiri memiliki energi
per unit volume 34% lebih rendah daripada bensin. Maka, teorinya adalah jika
memakai bahan bakar etanol, maka jumlah bahan bakar yang dikonsumsi akan lebih
boros 34% daripada bensin biasa. Tapi etanol memiliki kelebihan lain yaitu nilai
oktan yang tinggi, maka mesin dapat dibuat lebih efisien dengan cara meningkatkan
rasio kompresinya. Misalnya, dengan penambahan turbocharger variabel maka rasio

kompresi dapat menjadi optimum, sehingga ekonomi bahan bakar nantinya bisa
konstan dengan campuran etanol berapapun. Untuk campuran E10 (10% etanol dan
90% bensin), maka efeknya akan kecil jika dibandingkan dengan bensin biasa. Untuk
bahan bakar etanol E85 (85% etanol), maka efeknya akan menjadi signifikan. E85
memang lebih boros daripada bensin sehingga pemilik mobil akan lebih sering
mengisi bahan bakar. Performa kendaraan sendiri tergantung dari mobilnya apa.
Sebuah tes yang dilakukan pada tahun 2006 oleh Badan Perlindungan Lingkungan
AS (EPA) pada mobil-mobil E85 menyebutkan bahwa ekonomi bahan bakar mobil
E85 lebih boros sekitar 25,56% daripada bensin. Rating ekonomi bahan bakar yang
dikeluarkan oleh EPA ini berpengaruh ketika orang akan membeli mobil. Tapi, karena
E85 ini adalah bahan bakar dengan performa tinggi (nilai oktannya 94-96), maka
semestinya juga dibandingkan dengan bensin yang mahal. Harga ritel etanol E85 di
Amerika Serikat adalah 2,62 dolar AS per galon AS, sedangkan harga bensin biasa
adalah 3,03 dolar AS per galon AS. Harga etanol murni di Brasil (E100) adalah 3,88
dolar, sedangkan harga bensin campuran E25 adalah 4,91 dolar (pada bulan Juli
2007)
12.

Produksi Per Negara


Produsen etanol terbesar di dunia pada tahun 2010 adalah Amerika Serikat

dengan jumlah 13,2 miliar galon AS dan Brasil dengan 6,92 galon AS. 2 negara ini
memproduksi 88% etanol dunia, yang total semuanya adalah 22,95 galon AS (86,9
miliar liter). Insentif yang diberikan pemerintah, diikuti dengan pengembangan
inisiatif

dari

industri,

telah

mendorong

negara-negara

seperti Jerman, Spanyol, Perancis, Swedia, China, Thailand, Kanada, Kolombia, Indi
a, Australia, dan beberapa negara Amerika Tengah untuk mengembangkan industri
etanol.

Tabel Produksi Bahan Bakar Etanol

Produksi Bahan bakar etanol Per tahun Per negara


(20072010)
Top 10 negara/kawasan
(Satuan dalam juta galon AS)
Per.
Dunia

Negara/wilayah

2010

2009

2008

2007

Amerika Serikat

13,230.00 10,600.00

9,000.00

6,498.60

Brasil

6,921.54

6,577.89

6,472.2

5,019.2

Uni Eropa

1,176.88

1,039.52

733.60

570.30

541.55

541.55

501.90

486.00

435.20

89.80

79.20

290.59

237.70

211.30

Republik
4

Rakyat

Tiongkok
5

Thailand

Kanada

India

91.67

66.00

52.80

Kolombia

83.21

79.30

74.90

Australia

56.80

26.40

26.40

356.63

66.04

10

Lainnya
Total dunia

247.27
22,946.87 19,534.993 17,335.20 13,101.7

Semua biomassa paling tidak pasti mempunyai tahap-tahap seperti ini:


ditanam, dipanen, dikeringkan, difermentasi, dan kemudian dibakar. Semua tahaptahap ini membutuhkan sumber daya dan infrastruktur. Total energi yang digunakan
untuk menghasilkan etanol jika dibandingkan dengan total energi yang dihasilkan
etanol maka akan menghasilkan "keseimbangan energi" atau "hasil energi bersih".
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh majalah National Geographic pada tahun 2007
menjelaskan tentang etanol dari jagung yang dihasilkan oleh Amerika Serikat: satu
unit energi bahan bakar fosil dibutuhkan untk memproduksi 1,3 unit energi bahan
bakar etanol. Keseimbangan energi dari etanol yang diproduksi di Brasil lebih baik,
yaitu 1:8. Estimasi untuk keseimbangan energi ini sebenarnya juga tidak pasti, karena
beberapa laporan menyatakan yang sebaliknya. Contohnya adalah sebuah survei yang
terpisah menyatakan bahwa etanol yang diproduksi dari tebu dapat mengembalikan 8
sampai 9 kali energi yang dibutuhkan untuk membuatnya, jika dibandingkan dengan
jagung yang hanya mengembalikan 1,34 kali energi yang dibutuhkan untuk
membuatnya. Studi yang dilakukan oleh Universitas California, Berkeley pada tahun
2006 menyatakan bahwa memproduksi etanol dari jagung menggunakan minyak
mentah yang lebih sedikit daripada memproduksi bensin.
Karbon dioksida, yang termasuk dalam gas rumah kaca, akan dihasilkan
selama proses fermentasi dan pembakaran. Karbon dioksida ini nantinya bisa
digunakan oleh tanaman untuk memproduksi biomassa lagi. Ketika dibandingkan
dengan bensin, tergantung dari metode produksinya juga, etanol akan menghasilkan
gas rumah kaca yang lebih sedikit.
13.

Efek

Etanol adalah bahan bakar yang jika dibakar dengan oksigen maka akan
menghasilkan karbon dioksida, air, dan aldehida. Bensin sendiri menghasilkan
2,44 kg CO2 per liter dan etanol 1,94 kg/liter.[63] Karena energi yang dihasilkan oleh
etanol hanya 2/3 energi yang dihasilkan bensin, maka etanol menghasilkan CO2 19%
lebih banyak daripada bensin dengan energi yang sama. Undang-undang Kebersihan
Udara AS mengharuskan penambahan oksigenat untuk mengurangi emisi karbon
dioksida di Amerika Serikat. Zat adiktif yang biasa digunakan pada bensin, MTBE,
saat ini mulai dikurangi penggunaannya karena ternyata mencemari air tanah,
sehingga etanol dianggap sebagai aditif alternatif yang menjanjikan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti atmosfer di Universitas
Stanford mengemukakan bahwa bahan bakar E85 dapat meningkatkan risiko
kematian akibat pencemaran udara sampai 9% di kota Los Angeles. Level ozon juga
meningkat secara signifikan, kabut asap meningkat dan penyakit seperti asma juga
meningkat.
Penghitungan pasti berapa banyak karbon dioksida yang dihasilkan untuk
memproduksi bioetanol sangatlah kompleks dan prosesnya juga tidak pasti, sehingga
sangat tergantung dari bagaimana etanol itu diproduksi dan nantinya akan dibuat
asumsi dalam penghitungan tersebut. Penghitungan karbon dioksida itu semestinya
termasuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Biaya untuk menanam tanaman


Biaya untuk mengangkut tanaman ke pabrik
Biaya untuk mengolah tanaman itu menjadi bioetanol
Penghitungan itu juga mungkin termasuk:
Biaya penggantian penggunaan lahan dimana tanaman bio itu ditanam.
Biaya transportasi bioetanol dari pabrik ke tempat penggunaan.
Efisiensi bioetanol jika dibandingkan dengan bensin biasa.
Banyaknya karbon dioksida yang dihasilkan di pipa pembuangan.

Keuntungan lain yang didapat dari produksi sampingan seperti pakan ternak atau
listrik.

Grafik di kanan menunjukkan penghitungan yang dilakukan oleh pemerintah


Inggris untuk keperluan obligasi bahan bakar transportasi terbaharukan.
Pada bulan Januari 2006, sebuah artikel sains dari ERG UC Berkeley
mengestimasi pengurangan gas rumah kaca dari etanol jagung adalah 13% setelah
mempelajari berbagai macam studi. Tak lama kemudian, mereka mengeluarkan versi
revisi dari artikel itu dan menurunkan angkanya menjadi 7,4% saja. Sebuah ulasan
dari Majalah National Geographic pada tahun 2007 mengemukakan bahwa produksi
dan penggunaan etanol dari jagung akan mengurangi emisi CO2 sebesar 22% jika
dibandingkan dengan bensin, sedangkan untuk etanol dari tebu maka pengurangan
emisinya adalah 56%. Perusahaan Ford mengatakan bahwa akan ada pengurangan
emisi CO2 sebesar 70% untuk penggunaan bahan bakar bioetanol pada kendaraan
bahan bakar fleksibel mereka.
14.

Perubahan Penggunaan Lahan


Perkebunan skala besar dibutuhkan untuk memproduksi alkohol dan ini

membutuhkan lahan yang luas juga. Universitas Minnesota melaporkan bahwa jika
semua jagung yang ditanam di A.S. digunakan untuk memproduksi etanol maka akan
menggantikan 12% konsumsi bensin A.S. sekarang ini. Mereka mengklaim bahwa
lahan yang digunakan untuk memproduksi etanol diperoleh melalui deforestasi hutan,
dan lainnya juga telah meneliti bahwa area yang sekarang ini dipakai untuk menanam
tanaman ini biasanya tanahnya tidak cocok. Dalam beberapa hal, pertanian dapat saja
membuat

kesuburan

tanah

berkurang

karena

berkurangnya

organisme

organik, turunnya kualitas dan kuantitas air, penggunaan pestisida yang semakin
besar, dan potensi penggusuran komunitas lokal. Teknologi yang semakin modern
memungkinkan para petani untuk memperoleh hasil yang sama besar dengan
pengorbanan yang lebih sedikit.
Produksi etanol selulosa merupakan salah satu pendekatan baru yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah penggunaan lahan ini. Etanol selulosa dapat

diproduksi dari bagian mana saja dari sebuah tanaman, sehingga berpotensi akan
melipatgandakan hasil, sehingga akhirnya konflik makanan vs. bahan bakar akan bisa
diminimalkan. Daripada biasanya yang hanya menggunakan amilumnya saja,
produksi etanol selulosa akan memaksimalkan penggunaan seluruh bagian tumbuhan.
Dengan ini, maka pengeluaran karbon pun menjadi lebih sedikit karena mendapatkan
hasil yang lebih banyak dengan menggunakan material yang masih bisa dipakai.
Teknologi untuk memproduksi etanol selulosa ini sampai saat ini sudah sampai
pada tahap komersialisasi.
15.

Penggunaan Etanol Untuk Listrik


Mengubah biomassa menjadi listrik untuk kemudian digunakan untuk mengisi

baterai mobil elektrik mungkin akan lebih "ramah lingkungan" daripada


menggunakan biomassa untuk memproduksi etanol, menurut salah satu publikasi
ilmiah. "Anda akan menggunakan lahan lebih efisien dan penggunaan yang lebih
efisien juga dengan mengubah biomassa menjadi listrik daripada menjadi etanol,"
kata Elliott Campbell, seorang peneliti lingkungan di Universitas California di
Merced, yang memimpin penelitian ini. "Daripada untuk membuat bahan bakar bio
cair, lebih baik kita menjadikannya sebagai sumber daya alam bio."
Karena bioenergi saat ini telah menjadi solusi dari masalah iklim global maka
pengembangan teknologi diperlukan, kata analis. Para peneliti terus mencari
bagaimana cara mencari pengembangan yang paling efektif, baik di etanol selulosa
maupun baterai kendaraan listrik.
16.

Ongkos Biaya Akibat Emisi Etanol


Untuk setiap satu miliar galon bahan bakar etanol yang diproduksi dan

dibakar di AS, maka diperkirakan ongkos produksi disertai dengan perubahan iklim
adalah 469 juta dolar AS untuk bensin, 472952 juta dolar AS untuk etanol jagung
tergantung dari sumber panas pengilangannya beserta teknologinya, dan hanya 123

208 juta dolar AS untuk etanol selulosa tergantung dari tanamannya (biomassa
prairie, Miscanthus, stover jagung, atau switchgrass).
17.

Efisiensi Tanaman
Ketika hasil etanol semakin meningkat dan tanaman yang bisa dipakai untuk

etanol semakin banyak, maka produksi etanol bisa semakin ekonomis. Sekarang ini,
penelitian untuk meningkatkan hasil etanol dari tanaman jagung sedang dilakukan
menggunakan bioteknologi. Juga, selama harga minyak tetap tinggi, maka
penggunaan

tanaman

sebagai

bahan

bakar

akan

semakin

dipilih.

Tanaman switchgrass, yang tumbuhnya cepat, bisa ditanam di lahan yang tidak cocok
untuk tanaman lain dan menghasilkan etanol banyak per unit wilayah.
Tabel Efisiensi Tanaman

Jenis
tanaman

Miscanthus

Hasil per tahun


(Liter/hektar,
galon AS/acre)
7300 L/ha,
780 g/acre

Penghematan
gas rumah
kaca

Keterangan

vs. bensin[a]
37%73%

Produksi etanol bergantung dari


kemajuan teknologi selulosa.
Produksi etanol bergantung dari
kemajuan teknologi selulosa.

31007600
Switchgrass

L/ha,

Usaha peranakan dilakukan untuk


37%73%

330810 g/acre

meningkatkan hasil. Kemungkinan


produksi biomassa lebih besar
dengan campuran dari rumput
perennial lainnya.

Poplar

37006000
L/ha,

51%100%

Tanaman cepat tumbuh. Produksi


etanol bergantung dari kemajuan

teknologi selulosa. Jika proyek


pengurutan genomik tanaman ini
400640 g/acre

selesai, maka bisa diusahakan


untuk meningkatkan hasil
tanaman.
Tanaman yang digunakan sebagai
sumber utama untuk etanol di
Brasil Pabrik pemrosesan terbaru

68008000
Tebu

L/ha,

87%96%

727870 g/acre

dapat membakar residu yang tidak


digunakan untuk etanol untuk
menghasilkan listrik. Hanya
tumbuh di iklim tropis dan
subtropis.
Produksi etanol dapat
menggunakan teknologi yang ada

Sorgum
manis

25007000
L/ha,

saat ini. Tumbuh di tempat


Tidak ada data

270750 g/acre

beriklim tropis dan sedang, tapi


hasil etanol tertinggi bisa didapat
kalau ditanam di tempat tropis.
Tidak dapat disimpan lama.

Jagung

31004000

10%20%

Digunakan sebagai tanaman utama

L/ha,

penghasil bioetanol di Amerika

330424 g/acre

Serikat. Saat ini hanya kernelnya


saja yang dapat diproses.
Pengembangan teknologi selulosa
akan memungkinkan
brangkasannya digunakan juga dan

dapat meningkatkan hasil etanol


sampaui 1.100 - 2.000 liter/ha.
Sumber: Nature 444 (7 December 2006): 673-676.
[a] - Savings of GHG emissions assuming no land use change (using existing crop
lands).

18.

Penggunaan Lain
Bahan bakar etanol juga bisa digunakan sebagai bahan bakar roket. Sampai

tahun 2010, ada etanol meskipun dalam jumlah sedikit yang digunakan di Pesawat
ringan contohnya Mark-III X-racer.[82]
Sampai saat ini masih banyak penggunaan kerosin untuk penerangan dan
memasak di negara-negara yang masih kurang berkembang. Etanol bisa digunakan
sebagai sumber untuk menggantikan minyak ini juga. Sebuah proyek non-profit yang
bernama Proyek Gaia sedang mengusahakan agar kompor berbahan etanol bisa
menggantikan kayu bakar, arang, atau kerosin.

Biodiesel
1.

Latar Belakang
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkil ester

dari rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternative bagi bahan bakar
dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui sepetri minyak nabati atau lemak
hewan.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari proses transesterifikasi lipid untuk
mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang lemak bebas.
Setelah melewati proses ini tidak seperti minyak nabati langsung biodiesel memiliki
sifat pembakaran yang mirip dengan diesel dari minyak bumi dan dapat
menggantikan mingak bumi dalam banyak kasus. Namun biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum.

Gambar sirkulasi biodiesel


Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat
pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin
Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi

dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi
yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi
masyarakat.
Oleh sebab itu pada kali ini kami akan mencoba untuk menbuat minyak biodiesel dari
minyak goreng murni sehingga nantinya diharapkan mahasiswa dapat membuat
biodiesel ataupun memahami prinsip kerjanya untuk dapat diimplementasikan
dikehidupan nantinya.

2.

Sejarah Biodiesel
Biodiesel pertama kali dikenalkan di Afrika selatan sebelum perang dunia II

sebagai bahan bakar kenderaan berat. Biodiesel didefinisikan sebagai metil/etil ester
yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas untuk
digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel. Sedangkan minyak yang
didapatkan langsung dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak (oilseed),
yang kemudian disaring dan dikeringkan (untuk mengurangi kadar air), disebut
sebagai minyak lemak mentah. Minyak lemak mentah yang diproses lanjut guna
menghilangkan kadar fosfor (degumming) dan asam-asam lemak bebas (dengan
netralisasi dan steam refining) disebut dengan refined fatty oil atau straight vegetable
oil (SVO).
SVO didominasi oleh trigliserida sehingga memiliki viskositas dinamik yang
sangat tinggi dibandingkan dengan solar (bisa mencapai 100 kali lipat, misalkan pada
Castor Oil). Oleh karena itu, penggunaan SVO secara langsung di dalam mesin diesel
umumnya memerlukan modifikasi/tambahan peralatan khusus pada mesin, misalnya
penambahan pemanas bahan bakar sebelum sistem pompa dan injektor bahan bakar
untuk menurunkan harga viskositas. Viskositas (atau kekentalan) bahan bakar yang
sangat tinggi akan menyulitkan pompa bahan bakar dalam mengalirkan bahan bakar
ke ruang bakar. Aliran bahan bakar yang rendah akan menyulitkan terjadinya

atomisasi bahan bakar yang baik. Buruknya atomisasi berkorelasi langsung dengan
kualitas pembakaran, daya mesin, dan emisi gas buang.
Pemanasan bahan bakar sebelum memasuki sistem pompa dan injeksi bahan
bakar merupakan satu solusi yang paling dominan untuk mengatasi permasalahan
yang mungkin timbul pada penggunaan SVO secara langsung pada mesin diesel.
Pada umumnya, orang lebih memilih untuk melakukan proses kimiawi pada minyak
mentah atau refined fatty oil/SVO untuk menghasilkan metil ester asam lemak (fatty
acid methyl ester - FAME) yang memiliki berat molekul lebih kecil dan viskositas
setara dengan solar sehingga bisa langsung digunakan dalam mesin diesel
konvensional.

Biodiesel

umumnya

diproduksi

dari refined

vegetable

oil menggunakan proses transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya bertujuan


mengubah [tri, di, mono] gliserida berberat molekul dan berviskositas tinggi yang
mendominasi komposisi refined fatty oil menjadi asam lemak methil ester (FAME).
Konsep penggunaan minyak tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pembuatan
bahan bakar sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel
(Jerman, 1858-1913) mengembangkan mesin kompresi pertama yang secara khusus
dijalankan dengan minyak tumbuh-tumbuhan. Mesin diesel atau biasa juga disebut
Compression Ignition Engine yang ditemukannya itu merupakan suatu mesin motor
penyalaan yang mempunyai konsep penyalaan di akibatkan oleh kompressi atau
penekanan campuran antara bahan bakar dan oxygen didalam suatu mesin motor,
pada suatu kondisi tertentu. Konsepnya adalah bila suatu bahan bakar dicampur
dengan oxygen (dari udara) maka pada suhu dan tekanan tertentu bahan bakar
tersebut akan menyala dan menimbulkan tenaga atau panas. Pada saat itu, minyak
untuk mesin diesel yang dibuat oleh Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal
dari minyak sayuran. Tetapi karena pada saat itu produksi minyak bumi (petroleum)
sangat melimpah dan murah, maka minyak untuk mesin diesel tersebut digunakan
minyak solar dari minyak bumi. Hal ini menjadi inpirasi terhadap penerus Karl Diesel
yang mendesain motor diesel dengan spesifikasi minyak diesel.

Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat
pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin
Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi
dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi
yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi
masyarakat.
Keuntungan lain dari biodiesel antara lain :
1. Termasuk bahan bakar yang dapat diperbaharui.
2. Tidak memerlukan modifikasi mesin diesel yang telah ada.
3. Tidak memperparah efek rumah kaca karena siklus karbon yang terlibat
pendek.
4. Kandungan energi yang hampir sama dengan kandungan energi petroleum
diesel.
5. Penggunaan biodiesel dapat memperpanjang usia mesin diesel karena
memberikan lubrikasi lebih daripada bahan bakar petroleum.
6. Memiliki flash point yang tinggi, yaitu sekitar 200OC, sedangkan bahan bakar
petroleum diesel flash pointnya hanya 70 OC.
7. Bilangan setana (cetane number) yang lebih tinggi daripada petroleum diesel
Biodiesel tergolong bahan bakar yang dapat diperbaharui karena diproduksi dari
hasil pertanian, antara lain : jarak pagar, kelapa, sawit, kedele, jagung, rape seed,
kapas, kacang tanah. Selain itu biodiesel juga bisa dihasilkan dari lemak hewan dan
minyak ikan. Penggunaan biodiesel cukup sederhana, dapat terurai (biodegradable),
tidak beracun dan pada dasarnya bebas kandungan belerang (sulfur).

3.

Sifat Fisik Biodiesel

Tabel Sifat Biodiesel

No
.

Value
Parameter

1.

Density, g/ml (15)

2.

Kinematik

Viscoity

Palm

Jatropha

Biodiesel

Biodiesel

0.868

0.879

0.83

5.3

4.84

5.2

Solar

(Cst) (40C)
3.

Cloud Point (C)

16

18

4.

Flash Point (C)

174

191

70

5.

Calorific

37-38

37-38

41

< 50 ppm

< 50 ppm

Max 0.5

62

51

42

209.7

198

NA

45-62

95-107

NA

Value,

LHV (MJ/kg)
6.

Sulfur content (%-w)

7.

Cetane Number

8.

Bilangan
Penyabunan

(mg

KOH/g)
9.

Iodine

Value

(mg

I2/g)

4.

Minyak Nabati sebagai Komponen Biodiesel


Industri pengolahan minyak sawit menghasilkan fraksi olein dan stearin.

Fraksi olein lebih baik digunakan untuk pembuatan minyak goreng, karena asam
lemak tak jenuh yang terkandung di dalamnya lebih mudah dihancurkan di dalam
tubuh. Fraksi stearin biasanya digunakan sebagai bahan baku pada pabrik oleokimia

dan untuk diekspor. Akan tetapi, saat ini ekspor stearin mendapat saingan dari negara
lain yang juga penghasil kelapa sawit seperti Malaysia. Akibatnya, fraksi stearin akan
terus berlimpah karena produksi oleokimia dalam negeri sampai kini juga masih
sangat sedikit dibanding produksi bahan baku yang terus meningkat.
Stearin memiliki asam lemak jenuh yang lebih banyak daripada fraksi olein,
karena itu fraksi stearin memiliki bilangan setana lebih besar. Kedua alasan di atas
menjadikan fraksi stearin sebagai sumber yang tepat untuk dijadikan bahan baku
pembuatan biodiesel .
5.

Cara Membuat Biodiesel


Pada skala kecil dapat dilakukan dengan bahan minyak goreng 1 liter yang

baru atau bekas. Methanol sebanyak 200 ml atau 0.2 liter. Soda api atau NaOH 3,5
gram untuk minyak goreng bersih, jika minyak bekas diperlukan 4,5 gram atau
mungkin lebih. Kelebihan ini diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas atau
FFA yang banyak pada minyak goreng bekas. Dapat pula mempergunakan KOH
namun mempunyai harga lebih mahal dan diperlukan 1,4 kali lebih banyak dari soda.
Proses pembuatan; Soda api dilarutkan dalam Methanol dan kemudian dimasukan
kedalam minyak dipanaskan sekitar 55 oC, diaduk dengan cepat selama 15-20 menit
kemudian dibiarkan dalam keadaan dingin semalam. Maka akan diperoleh biodiesel
pada bagian atas dengan warna jernih kekuningan dan sedikit bagian bawah
campuran antara sabun dari FFA, sisa methanol yang tidak bereaksi dan glyserin
sekitar 79 ml. Biodiesel yang merupakan cairan kekuningan pada bagian atas
dipisahkan dengan mudah dengan menuang dan menyingkirkan bagian bawah dari
cairan. Untuk skala besar produk bagian bawah dapat dimurnikan untuk memperoleh
gliserin yang berharga mahal, juga sabun dan sisa methanol yang tidak bereaksi.
Manfaat :
1.

Mengurangi pencemaran hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon


monoksida, sulfur dan hujan asam.

2.

Bahan dasar nya adalah minyak goring bekas, dengan adanya


pembuatan biodiesel ini dapat menggurangi beban lingkungan karena

3.

sampah/limbah.
Tidak menambah jumlah gas karbon dioksida, karena minyak berasal
dari tumbuhan/nabati.
Energi yang dihasilkan mesin diesel lebih sempurna dibandingkan solar

hingga yang menggunakan biodiesel tidak mengeluarkan asap hitam berupa


karbon atau CO2, sedangkan mesin yang menggunakan solar mengeluarkan
asap hitam. Biodiesel mengeluarkan aroma khas seperti minyak bekas
menggoreng makanan.
Keunggulan :
1.
2.

Mengurangi emisi karbon monoksida dan SO2


Bahan baku biodiesel tidak hanya dari lemak hewan atau dari tanaman
jarak pagar yang sudah dikenal, tetapi juga dapat terbuat dari limbah
penggorengan yang tidak sulit didapat memungkinkan diproduksi
dalam skala kecil menengah dan juga dapat membuka lapangan kerja

3.

baru.
Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung

4.
5.

racun.
Tidak memerlukan teknologi tinggi dalam pembuatannya.
Limbah dari biodiesel ini merupakan Glyserin. Glyserin ini merupakan
bahan dasar pembuatan sabun, sehingga ramah lingkungan dan
mengurangi polusi. Limbahnya pun bisa menjadi berguna.

Mengapa minyak bekas mengandung asam lemak bebas?


Ketika minyak digunakan untuk menggoreng terjadi peristiwa oksidasi,
hidrolisis yang memecah molekul minyak menjadi asam. Proses ini bertambah besar
dengan pemanasan yang tinggi dan waktu yang lama selama penggorengan makanan.

Adanya asam lemak bebas dalam minyak goreng tidak bagus pada kesehatan. FFA
dapat pula menjadi ester jika bereaksi dengan methanol, sedang jika bereaksi dengan
soda akan mebentuk sabun. Produk biodiesel harus dimurnikan dari produk samping,
gliserin, sabun sisa methanol dan soda. Sisa soda yang ada pada biodiesel dapat
henghidrolisa dan memecah biodiesel menjadi FFA yang kemudian terlarut dalam
biodiesel itu sendiri. Kandungan FFA dalam biodiesel tidak bagus karena dapat
menyumbat filter atau saringan dengan endapan dan menjadi korosi pada logam
mesin diesel.

BAB II
PENUTUP
2.1

Kesimpulan Bioetanol

Bioethanol dihasilkan karena proses fermentasi gula dari karbohidrat dengan


menggunakan bantuan
mikroorganisme. Bioetanol berasal dari sumber
hayati yaitu dari karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku seperti tebu, nira
sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, jerami, bonggol jagung dan kayu.

Bakteri pada pembuatan bioetanol terbentuk pada proses fermentasi dengan


menggunakan yeast. Mikroba yang dapat digunakan dalam pembuatan etanol
adalahSaccharomyces cerevisiae, Clostridium thermocellum, dan Zymomonas
mobilis. Produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan
Bahan baku, fermentasi, dan destilasi (pemurnian).
Secara umum bioethanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, bahan
dasar minuman beralkohol, bahan kimia dasar senyawa organik, dan dimanfaatkan
dalam industri farmasi dan kosmetik
2.2

Saran

Dari pembuatan makalah ini, diharapkan pembaca dapat menambah pengetahuan


mengenai pembuatan bioetanol. Serta dapat mensosialisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat.

2.3

Kesimpulan Biodiesel

Dari hasil penelusuran beberapa literatur dan pembahasan yang kami lakukan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Bioenergi yang baik sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) fosil, adalah
minyak jelantah yang dapat dijadikan biodiesel sebagai pengganti solar dalam
kehidupan sehari-hari maupun industri dan biodiesel minyak jelantah ini juga ramah
lingkungan karena hasil emisi yang dikeluarkan jauh lebih rendah daripada solar.
2. Dengan pengembangan usaha pembuatan biodiesel minyak jarak ini akan
memunculkan wirausahawan yang berkompeten di dalam pelestarian lingkungan
hidup dan membuka lapangan pekerjaan, sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
3. Usaha pengolahan biodiesel ini mudah dan murah sehingga semua kalangan
masyarakat dapat menekuninya, mulai dari kalangan bawah (ground level) hingga
menengah keatas.

2.4 Saran

Dalam sosisalisasi pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel, ada


baiknya ada pilot biodiesel yang dapat memantau perkembangan usaha yang
dilakuakan di daerah yang telah disosialisasi tentang sumber daya ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Biodiesel. Diunduh 26 Maret 2013 : 14.15.
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jarak. Diunduh 26 Maret 2013 : 14.30.
3. SNI 04-7182-2006 : Biodiesel. Diunduh 28 Maret 2013 : 14.10.

Anonim. 2010. Minyak Jelantah. www. id.wikipedia.org. Diakses tanggal 5 Oktober


2010: Samarinda.
Atmojo, S. W. 2005. Bioenergi, BBM Alternatif Ramah Lingkungan. Artikel Solo Pos

Firdaus, I.U. 2010. Usulan Teknis Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jelantah. PT.
Nawapanca Engineering: Bandung.
Hambali, E, dkk. 2005. Teknologi Bioenergi. Agro Media: Jakarta.
Kelompok Ilmiah Pelajar. 2009. Cara Membuat Biodiesel Dari Minyak Jelantah.
Bandung.
Ridhotulloh, D. M. 2008. Jangan Buang Minyak Jelantah. http://www.inilah.com.
Diakses tanggal 5 Oktober 2010: Samarinda.
Wawicaksono. 2007. Bahan Bakar Minyak Jelantah, Kabar Gembira Buat
Lingkungan Hidup. http://www.beritahabitat.net. Diakses tanggal 5 Oktober 2010:
Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai