Anda di halaman 1dari 40

TEKNIK PENGELASAN TIG DAN MIG

Laporan Praktikum
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah teknik pengelasan TIG dan
MIG dengan dosen pengempu :
Asep Hadian Sasmita, M.Pd

Disusun oleh :
Nama : Arif Sukmawan
NIM : 1005372

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas perkenanNYA laporan
praktikum Pengelasan TIG dan MIG dapat diselesaikan. Salawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Teknik Pengelasan TIG dan MIG dengan dosen pengempu Bapak Asep
Hadian Sasmita, M.Pd.
Penyusun mengharapkan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan pembuatan laporan praktek di kemudian hari. Semoga laporan
praktikum ini dapat menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur dalam pelaksanaan
Pengelasan TIG dan MIG dan menjadi bahan perbaikan untuk masa yang akan
datang.
Bandung,

Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

BAB II

.............................................................................

............................................................................................

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................
C. Tujuan Penulisan .................................................................

i
ii
1
1
1

LANDASAN TEORI
1. Pengelasan TIG
A. Teknologi Las GTAW ....................................................
B. Elektroda Tungsten .........................................................
C. Bahan Consumable Las GTAW ......................................
D. K3 Pengelasan GTAW ....................................................
E. Teknik Pengelasan GTAW pada posisi bawah tangan ....
2. Pengelasan MIG
A. Proses Mesin Las MIG ...................................................
B. Aplikasi Penggunaan Las MIG .......................................
C. Kelebihan dan Kelemahan Las MIG ...............................
D. Peralatan Utama Las MIG ...............................................
E. Peralatan Bantu Las Mig .................................................
F. Pemasangan atau Pengetesan Mesin Las MIG ................
G. Penyetelan Peralatan MIG ...............................................
H. Macam-macam Teknik Pengelasan .................................

2
5
7
9
12
14
15
15
16
20
20
21
22

BAB III PEMBAHASAN PRAKTIKUM


1.
2.

Pengelasan TIG .....................................................................


Pengelasan MIG ....................................................................

25
30

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran

............................................................................. 35

....................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36


LAMPIRAN

.................................................................................................. 37

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan dibuatnya laporan ini, sebagai hasil praktikum yang sudah
dilakukan dan berberapa pengalaman maupun temuan semasa praktikum, kita
dapat mengevaluasinya secara tertulis melalui laporan ini, baik dari tinjuan
langsung ketika praktek, landasan teori maupun dari segi kesalahan atau
sesuatu yang menghambat proses pengerjaan pada benda kerja. Untuk itu,
fungsi hasil dari pada laporan praktikum ini dapat kita pelajari dan
memahaminya agar lebih siap dan fokus ketika melakukan praktikum atau
terjun kedunia pekerjaan.
B. Rumusan Masalah
Berikut

merupakan

rumusan

masalah

pada

praktikum Teknik

Pengelasan TIG dan MIG, diantaranya :


1. Bagaimana cara membuat rencana kerja yang benar.
2. Bagaimana cara mengoperasikan mesin las TIG sesuai prosedur dengan
benar.
3. Bagaimana cara mengoperasikan mesin las MIG sesuai prosedur dengan
benar.
4. Bagaimana cara menyambung specimen menggunakan las TIG sesuai
dengan prosedur dan rencana kerja.
5. Bagaimana cara menyambung specimen menggunakan las MIG sesuai
dengan prosedur dan rencana kerja.
C. Tujuan Penulisan
Berikut ini merupakan tujuan dari praktikum teknik pengelasan TIG
dan MIG, antara lain :
1. Memberikan wawasan kepada mahasiswa dalam mengoperasikan
peralatan pengelasa TIG dan MIG dengan baik.
2. Memberikan pengarahan kepada mahasiswa bagaimana prosedur proses
pengelasan TIG dan MIG dengan benar.

3. Melatih mahasiswa dalam membuat rencana kerja yang akan dipakai


dalam proses pengelasan TIG dan MIG sesuai dengan aturan yang
berlaku.
4. Melatih mahasiswa dalam rencana kerja.
5. Melatih mahasiswa menyambungkan specimen dengan pengelasan TIG
dan MIG sesuai dengan rencana kerja.
6. Melatih mahasiswa bekerja secara efisien.

BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas).
A. Teknologi Las GTAW.
Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas)
merupakan salah satu pengembangan dari pengelasan yang telah ada
yaitu pengembangan dari pengelasan secara manual yang khususnya
untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan dan lainlain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosif.lainnya

Gambar 1. Proses Las TIG / GTAW


Juga Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan
proses elektroda sekali habis (non consumable electrode) , Temperatur
yang dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 30.000 0F atau
16.648 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghindari terjadinya
oksidasi udara luar terhadap cairan logam yang dilas, maka
menggunakan gas Argon, helium murni atau campuran salah satu sifat
dari gas ini adalah bukan merupakan bahan bakar,melainkan sebagai gas
pelindung. Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan pengelasan
yang sangat tinggi kualitasnya, serta dapat meningkatkan :
a) Kontrol yang sangat baik terhadap kemampuan adanya perubahan
arus listrik dalam pengelasan.
b) Hasil pengelasan pada sambungan secara visual sangat baik.
c) Ujung elektroda terpusat pada bagian yang akan di las.
Las TIG ( Tungsten Inert Gas Welding) adalah nama dalam bahasa
Inggris untuk Wolfram Inert Gas (WIG schweissen) dalam bahasa

Jerman atau kalau dalam bahasa Indonesia dapat kita sebut sebagai las
busur gas elektroda tungsten. Jenis las ini adalah salah satu metode yang
termasuk paling penting dalam pengerjaan baja paduan tingggi (highalloy) dan logam bukan besi (non-ferrous) seperti aluminium, tembaga,
titanium, Molibdenum dan paduan dari padanya. Karena stabilitas busur
yang tinggi, maka las TIG atau GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
adalah yang terbaik dari proses las listrik modern, karena penyebaran
panas yang berlebihan pada benda kerja dikurangi dengan adanya
penambahan gas pelindung inert yang sekaligus sebagai gas pendingin.
(http://www.manulia.de/, 10.12.2013)
Las GTAW (TIG welding, EN ISO 4063:. Proses 141) berasal dari
Amerika Serikat, di mana pada saat itu tahun 1936 dikenal sebagai argon
arc welding. Tidak sampai awal tahun 1950-an, mulai dikembangkan di
Eropa. Di negara-negara berbahasa Inggris, berarti proses las TIG atau
GTAW. Dalam kedua singkatan tersebur ditemukan kata "Tungsten", itu
adalah istilah dalam bahasa Inggris untuk Wolfram, didaratan Eropa
terutama Jerman atau negara-negara yang berbahasa Jerman, disebut las
WIG (Wolfram Inert Gas). Sebutan tersebut didasarkan pada karakter
komponen yang digunakan, yakni elektrodanya terbuat dari logam
wolfram (tungsten) dan gas pelindung yang digunakan berupa gas inert
(netral).
Metode ini dibandingkan dengan proses pengelasan fusi lainnya,
lebih memiliki sejumlah keunggulan. Dalam hubungannya dengan las
TIG berpulsa dan TIG arus bolak-balik dalam proses pengelasannya
dapat meningkatkan kemampuan pencairan material las. Dalam
pengelasan TIG, hampir tidak ada cacat las, dan beban kesehatan karena
asap las relatif rendah. Sebuah keuntungan tertentu dari pengelasan TIG
adalah bahwa juru las tidak bekerja dengan elektroda habis sekali pakai.
Pengelasan dilakukan dengan penambahan logam pengisi. Juru las dapat
menyesuaikan kekuatan las secara optimal untuk tugas pengelasan dan
harus memahami hanya sebanyak pengisian yang diperlukan. Hal ini
membuat metode ini sangat cocok untuk akar lasan (root) dan segala

posisi pengelasan. Sistem pengelasan TIG terdiri dari sumber daya yang
dapat dihubungkan, dalam banyak kasus pada pengelasan arus searah
atau bolak-balik, dan pembakar las yang terhubung ke sumber arus las
melalui paket selang dan kabel. Paket selang dan kabel saat pengelasan
mengalirkan pasokan gas pelindung, arus las, dan air pendingin (untuk
sistem pendingin air).
Gambaran tentang Las Busur Gas adalah cara pengelasan dimana
aliran gas pelindung menyelubungi daerah lasan dan melindunginya dari
pengaruh buruk udara atmosfer, busur las menyala diantara elektroda
wolfram (tidak mencair) dan benda kerja. Gas inert yang tidak
menimbulkan reaksi kimia, seperti Argon dan Helium atau campuran dari
padanya menyelubungi sekaligus melindungi elektroda wolfram dan
kawah las dari pengaruh udara.

Gambar 2. Konstruksi perangkat Las TIG / GTAW.


Keterangan gambar:
1. Sambungan (konektor) sumber arus listrik.
2. Sumber arus las dan unit kontrol: sistem pendingin air dengan tangki
pendingin tambahan, pompa pendingin dan sirkulasi pendingin
(chiller).
3. Botol gas pelindung.
4. Katup pengatur aliran gas dengan meter aliran gas.
5. Sistem pengendali pembakar las.
6. Saluran gas pelindung.
7. Kabel arus las.
8. Pembakar las dengan tombol.

9. Kabel masa dengan penjepit benda kerja.


10. Elektroda tungsten.
11. Gas pelindung
B. Elektroda Tungsten.
Elektroda Tungsten merupakan elektroda pembangkir busur pada
proses las GTAW. Elektroda ini memiliki berbagai macam jenis dan
karakteristik yang berbeda.
a) Jenis dan Karakteristik Elektroda Tungsten
Elektroda Tungsten dibuat dari Tungsten sinter dan untuk
memperbaiki sifat-sifatnya, dapat ditambah dengan oksida logam
lain, pada umumnya thoriumoxid atau zirhoniumoxid. Elektroda
Tungsten terdiri dari Elektroda Tungsten Murni dan Elektroda
Tungsten Paduan. Baik elektroda Tungsten murni maupun paduan,
memiliki keuntungan dan kerugian.

Elektroda Tungsten Murni


Keuntungan : harga lebih murah, pada arus bolak-balik efek
rectifier tidak ada dan busur las stabil.

Kerugian : daya nyala rendah, kurang awet, muatan arus rendah.


Elektroda Tungsten Paduan
Keuntungan : lebih awet, muatan arus tinggi, daya nyala lebih
baik.
Kerugian : lebih mahal, dengan arus bolak-balik ada efek rectifier
dan stabilitas busur rendah.

Karakteristik Elektroda Tungsten Berdasarkan Unsur Paduan

Thoriated Tungsten Electrodes


Karakteristik: Thoriated Tungsten merupakan tungsten yang
sangat umum digunakan di Amerika dan beberapa negara lain.
Secara khusus, ia bekerja dengan baik ketika kelebihan
beban/arus. Semenjak ia beresiko radioaktif tingkat rendah
banyak pengguna beralih ke alternatif lainnya. Tungsten ini

utamanya digunakan bagi pengelasan arus DC untuk bajakarbon ,


stainless steels, paduan nickel dan titanium,dll.

Zirconiated Tungsten Electrodes


Karakteristik: Zirconiated Tungsten mempunyai unjuk kerja
yang baik dalam pengelasan AC. Ia memiliki busur yang lebih
stabil

dibandingkan

Pure

tungsten.

Terutama

dengan

kesempurnaan unjuk kerja pada beban arus AC yang tinggi. Ia


juga tahan terhadap kontaminasi dalam pengelasan AC.
Zirconiated Tungsten paling umum digunakan untuk pengelasan
arus AC seperti aluminum dan paduan magnesium.

Lanthanated Tungsten Electrodes


Karakteristik: Lanthanated Tungsten merupakan bahan nonradioactive

dengan

unjuk

kerja

pengelasan

yang

baik.

Konduktifitas listriknya hampir sama dengan 2% Thoriated


Tungsten. Welder dapat dengan mudah mengganti Thoriated
Tungsten Electrodes dengan Lanthanated tanpa mengubah
program pengelasan. Di Eropa dan Jepang, Lanthanated Tungsten
paling populer sebagai alternatif bagi 2% Thoriated Tungsten.
Tungsten ini utamanya digunakan untuk pengelasan DC tapi juga
menunjukkan hasil bagus untuk pengelasan arus AC.

Ceriated Tungsten Electrodes


Karakteristik:

Ceriated

Tungsten

adalah

bahan

non-

radioactive. Dikenal secara khusus untuk pengelasan arus DC


dengan amper rendah karena sangat mudah dinyalahkan dan
biasanya membutuhkan arus 10% lebih kecil dari kebutuhan arus
untuk operasional bahan thoriated. Sangat populer digunakan
untuk pengelasan pipa,, komponen sangat kecil serta siklus
pengelasan yang pendek.
b) Normalisasi / Pengkodean Elektroda Tungsten
Normalisasi / pengkodean elektroda Tungsten menurut ISO
6848 didasarkan pada komposisi kimia dan kode warna elektroda
Tungsten .

Tabel 2.1 Kode dan komposisi kimia elektroda Tungsten.


Kode
W
WT 10
WT 20
WT 30
WT 40
WZ 3
WZ 8
WL 10
WL 20

Paduan Oksid dalam %


Tanpa paduan
0,9 1,2 thorium oksid
1,8 2,2 thorium oksid
2,8 3,2 thorium oksid
3,8 4,2 thorium oksid
0,15 0,5 Zirconium oksid
0,7 0,9 Zirconium oksid
0,9 1,2 Lanthanium oksid
1,8 2,2 % Lanthanium

Kode warna
Hijau
Kuning
Merah
Violet
Orange
Coklat
Putih
Hitam
Biru muda

WC 20

oksid
1,8 2,2 % Cherium oksid

Abu-abu

Elektroda Tungsten tersedia dalam ukuran :


Diameter : 1.0/1.6/2.0/2.4/3.0/3.2/4.0/4.8/6.4/8.0/10.0(mm).
C. Bahan Consumable Las GTAW.
Bahan Consumable Las GTAW merupakan bahan yang bisa habis
terpakai pada saat proses pengelasan GTAW. Bahan Consumable Las
GTAW terdiri dari, yaitu:
a) Gas pelindung untuk pengelasan (shielding gas).
Diudara bebas terdapat gas Nitrogen dan Oksigen. Pada
temperature tinggi satu sama lain gas tersebut bereaksi dengan
kebanyakan logam dan menimbulkan logam oksida dan gas-gas
oksida yang membahayakan kesehatan. Disamping itu pengaruh
terhadap hasil lasan sangat negatif. Terhadap pengaruh negatif
tersebut maka dengan gas yang sesuai, udara harus dijauhkan dari
kawah las dan elektroda Tungsten.
Untuk itu diperlukan gas yang tidak menimbulkan reaksi kimia
terhadap logam maupun pada temperatur tinggi. Sifat-sifat netral
tersebut ternyata hanya dimiliki oleh gas-gas mulia yaitu Argon dan
Helium. Yang selanjutnya gas-gas tersebut disebut gas inert yang
berarti netral, tak bereaksi.
Pada las GTAW yang paling umum / sering digunakan sebagai
gas pelindungnya adalah gas Argon (Ar). Gas Argon dikenal karena

kemurnian kimianya, pada suhu yang tinggi. Argon, baik murni


maupun mengandung sedikit karbon dioksida, oksigen, hidrogen dan
helium, banyak dipergunakan sebagai as pelindung dalam aplikasi
pengelasan terhadap baja karbon dan stainless, aluminium,
magnesium, dan sebagainya.
Kebutuhan gas pelindung yang memerlukan penyetelan jumlah
aliran gas pelindung dipengaruhi oleh tebal benda kerja dan bahan
dasar benda kerja. Grafik hubungan antara kebutuhan gas pelindung
dengan tebal benda kerja ditunjukkan seperti grafik dibawah ini:

Gambar 3. Grafik hubungan antara kebutuhan gas pelindung dengan


tebal benda kerja
Disamping itu, kebutuhan gas juga tergantung dari : Macam gas,
jarak nosel dari benda kerja, posisi las, luas kawah las, luas daerah
panas, kecepatan pengelasan dan gerakkan pembakar las.
b) Bahan tambah las (filler rod).
Merupakan logam pengisi kampuh las (filler metal) pada proses
las GTAW / TIG. Pemilihan bahan tambah TIG tergantung dari
logam dasar (base metal) yang akan dilas. Biasanya filler rod dibuat
dari logam yang komposisinya lebih unggul dibanding logam dasar.
Mengingat dalam proses pengelasan ada beberapa unsur logam yang
berkurang atau bertransformasi strukturnya sehingga berdampak
pada pengurangan sifat-sifat mekanik logam. Sehingga filler metal
harus dibuat komposisinya lebih unggul agar mampu mengatasi
dampak-dampak tersebut diatas.

Ada banyak sekali bahan tambah las GTAW, yang mana


macamnya tergantung dari macam logam induk yang akan dilas.
Untuk memudahkan pemilihan dan me-standarkan kebutuhan bahan
tambah las GTAW maka dibuat kodefikasi. Kodefikasi bahan tambah
las GTAW banyak sekali ragamnya, karena beberapa negara maju
membuat standar di negaranya masing-masing. Contoh; Negara
Amerika dengan AWS (American Welding Society)-nya, Negara
Jerman dengan DIN (Deutsche Industri Norm)-nya, Negara Jepang
dengan JIS (Japan Industrie Standard)-nya. Batang pengisi untuk las
TIG diberi umpan secara manual oleh tangan yang kedua sedangkan
yang pertama memegang pembakar las (torch). Batang ini biasanya
panjangnya 1 meter dan dikemas dalam kotak (atau tabung) 5 Kg
dan
10 Kg. Diameter filler rod untuk las TIG tersedia dalam ukuran
standar yaitu: 1.0, 1.2, 1.6, 2.0, 2.4, 3.2, 4.0 dan 5.0 mm.
D. K3 Pengelasan GTAW.
Dalam pengelasan GTAW faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) merupakan prioritas yang sangat penting untuk dipelajari secara
tuntas. Mengingat pada proses las GTAW banyak sekali resiko terhadap
keselamatan dan kesehatan bagi seorang welder atau orang yang
melakukan proses pengelasan tersebut.
Pengelasan GTAW memiliki resiko terhadap:
a) Bahaya pada tabung gas
Resiko besar kebakaran dan ledakan terjadi dari gas-gas teknik
yang digunakan untuk proses welding dan cutting. Gas-gas ini
disimpan dalam tabung silinder dengan tekanan dan identitas warna
tertentu. Botol-botol dicat dengan identifikasi warna sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Identitas Warna Tabung


Nama Gas
Oksigen
Nitrogen

Warna Lama
Biru
Hijau

Warna Baru
Putih/biru
Hitam/abu-abu

Gas-gas lain yang tidak Abu-abu

Hijau/abu-abu

mudah terbakar
Asetilen
Kuning
Gas-gas lain yang mudah Merah

Coklat
Merah/merah

terbakar
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kebocoran tabung yaitu
melakukan inspeksi secara berkala. Untuk itu semua tabung gas
bertekanan mempunyai masa inspeksi secara reguler. Interval waktu
inspeksi yang dianjurkan.
Lindungi silinder, terutama bagian krannya, dari kerusakan fisik baik
dalam keadaan isi atau kosong. Jangan biarkan bagian manapun dari
silinder itu terkena panas di atas 55 C. Periksa apakah silinder-silinder
telah berlabel.
Jika tabung gas mengalami kebocoran maka tindakan yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut: Pindahkan ke tempat yang berventilasi
baik., Hentikan kebocoran bila memungkinkan, Kosongkan tempattempat dari arah pergerakan gas, Bila kebocoran tidak dapat dihentikan,
pindahkan silinder ke tempat yang aman dan biarkan sampai menjadi
kosong.
b) Bahaya pada arus listrik
Pada proses las dengan energi listrik, bahaya arus listrik
sangatlah tinggi. Perangkat keselamatan kerja untuk mencegah
bahaya ini adalah isolasi yang baik. Sarung tangan kulit dan sepatu
boot merupakan isolasi yang baik, artinya mereka memiliki nilai
hambatan listrik yang besar. Dalam beberapa kasus kita harus
menggunakan mesin las dengan batas tegangan sirkuit terbuka.
Berikut ini tabel tegangan terbuka maximum yang dianjurkan untuk
operasional mesin-mesin pengelasan.
Tabel 3.2 Tegangan terbuka maximum yang dianjurkan untuk
operasional mesinmesin pengelasan

Kondisi operasional
Menimbulkan bahaya listrik

Jenis
arus
DC
AC

Tegangan maksimum
Tegangan Tegangan
puncak
113 V
68 V

efektif
48V

Tanpa menimbulkan bahaya


listrik
Batas

operasional

tanpa

menimbulkan bahaya listrik


Torch
busur
yang
dioperasikan

secara

mekanis
Proses plasma
Bawah air dengan orang
dalam air

DC
AC

113 V
113 V

80 V

DC
AC

113 V
78 V

55 V

DC
AC

141 V
141 V

100 V

DC
AC
DC
AC

710 V
710 V
65 V
Tidak

500 V
Tidak

diijinkan

diijinkan

c) Bahaya pada busur las


Busur Las sangat beresiko terhadap keselamatan dan kesehatan
juru las. Hal ini disebabkan busur las menghasilkan radiasi sinar las
yang membahayakan bagi mata. Untuk itu saat proses pengelasan
mata harus dilindungi dari radiasi sinar las.
Radiasi sinar infra merah telah diketahui menyebabkan
pembakaran retina dan katarak. Bahkan sebuah pancaran singkat dari
sinar ultra violet (UV) dapat menyebabkan mata terbakar atau sering
dikenal sebagai welder flash. Dalam kondisi ini seseorang tidak akan
mampu melihat objek secara jelas hingga beberapa jam. Penderita ini
akan terasa sangat tidak nyaman dimana mata akan terasa bengkak,
mata berair, dan mengalami kebutaan sementara. Secara normal,
welder flash bersifat sementara, tapi jika berulang-ulang atau terkena
dalam waktu yang panjang dapat menyebabkan kesakitan mata yang
permanen. Untuk melindungi mata dari radiasi sinar las maka
diperlukan lensa pelindung yang memiliki berbagai ukuran
kegelapan (shade).
d) Bahaya pada gas/asap
Asap pengelasan adalah campuran dari partikel yang sangat
halus dan gas. Banyak zat-zat dalam asap pengelasan, seperti
chromium, nickel, arsenic, asbestos, manganese, silica, beryllium,
cadmium, nitrogen oxides, phosgene, acrolein, fluorine compounds,
carbon monoxide, cobalt, copper, lead, ozone, selenium, dan zinc

yang merupakan racun luar biasa berbahaya. Umumnya, asap dan


gas pengelasan berasal dari:
Bahan dasar yang sedang dilas atau bahan tambah yang
digunakan;
Lapisan dan cat pada logam yang dilas, atau salutan elektroda;
Gas pelindung yang disuplai dari tabung gas;
Reaksi kimia yang dihasilkan oleh aksi sinar ultraviolet dari busur
las dan panas;
Proses pengelasan dan bahan tambah yang digunakan; dan
Pencemar dalam udara, misal uap dari cleaner dan degreaser.
E. Teknik Pengelasan GTAW pada posisi bawah tangan.
Teknik pengelasan GTAW pada posisi di bawah tangan merupakan
praktek tahap awal dari pengelasan GTAW. Dalam kegiatan belajar ini
peserta didik berlatih membuat :
a) Rigi-rigi las GTAW pada bahan pelat baja.
Setelah dapat mempertahankan busur las tetap hidup maka
pembakar las harus diposisikan pada posisi pengelasan yaitu sudut
kemiringan terhadap benda kerja adalah 75 85o dan panjang busur
2 mm. Kawat las dijalankan dari arah berlawanan dengan sudut
kemiringan 10 30o dengan jarak maju-mundur menuju kawah las
(lihat gambar)

Gambar 4 Mengelas Rigi-rigi


b) Sambungan T pada pelat baja.

Gambar 5. Sambungan T
Sambungan T merupakan jenis sambungan yang paling sering
dijumpai pada suatu konstruksi baja. Setiap pertemuan dari
percabangan suatu pipa maupun pelat akan membentuk suatu
sambungan T atau Fillet Joint.
c) Sambungan I pada pelat baja.

Gambar 6. Sambungan I
d) Sambungan V pada pelat baja.

Gambar 7. Sambungan V
2. Pengelasan MIG (Metal Inert Gas).
Las MIG ( Metal Inert Gas ) yaitu merupakan proses penyambungan
dua material logam atau lebih menjadi satu melalui proses pencairan
setempat, dengan menggunakan elektroda gulungan (filler metal) yang sama
dengan logam dasarnya (base metal) dan menggunakan gas pelindung (
inert gas ). Las MIG (Metal Inert Gas) merupakan las busur gas yang
menggunakan kawat las sekaligus sebagai elektroda. Elektroda tersebut
berupa gulungan kawat ( rol ) yang gerakannya diatur oleh motor listrik. Las

ini menggunakan gas argon dan helium sebagai pelindung busur dan logam
yang mencair dari pengaruh atmosfer.
Secara bagan perkembangan las GMAW (Gas Metal Arc Welding)
dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 2.1. Bagan alur Las MIG


A. Proses Mesin Las MIG
Proses pengelasan MIG, panas dari proses pengelasan ini
dihasilkan oleh busur las yang terbentuk diantara elektroda kawat
dengan benda kerja. Selama proses las MIG, elektroda akan meleleh
kemudian menjadi deposit lagam las dan membentuk butiran las. Gas
pelindung digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi dan
melindungi hasil las selama masa pembekuan. Prose pengelasan MIG
beroperasi menggunakan arus searah (DC), biasanya menggunakan
elektroda kawat positif. Ini dikenal sebagai polaritas terbalik.
Polaritas searah sangat jarang digunakan karena transfer logam yang
kurang baik dari elektroda kawat ke benda kerja. Hal ini karena pada
poleritas searah, panas terletak pada elektroda. Proses pengelasan MIG
menggunakan arus sekitar 50 A hingga mencapai 600 A. biasanya
digunakan untuk las 15 volt hingga 32 volt.
B. Aplikasi Penggunaan Las MIG
Penggunaan las MIG ( Metal Inert Gas ) misalnya digunakan dalam
pengelasan di dunia Industri untuk pembuatan suatu barang atau alat.

Dengan contoh dalam pembuatan kapal terbang, rangka mobil, teralis besi
dan sebagainya. Adapun contoh gambar aplikasi pengunaan las MIG dapat
dilihat seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.2. Aplikasi Las MIG


C. Kelebihan dan Kelemahan Las MIG
a) Kelebihan Las MIG ( Metal Inert Gas )
Penggunaan Las MIG ( Metal Inert Gas ) dalam berbagai
pengelasan memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat disebutkan
berikut ini :
Sangat efisien dan proses pengerjaan yang cepat.
Dapat digunakan untuk semua posisi pengelasan (welding
positif).
Tidak menghasilkan slag atau terak,layaknya terjadi pada las
SMAW.
Memiliki angka deposisi (deposition rates) yang lebih tinggi
dibandingkan SMAW
Membutuhkan kemampuan operator yang baik.
Proses pengelasan MIG ( metal inert gas )sangat cocok untuk
pekerjaan konstruksi.

Membutuhkan sedikit pembersihan post-weld.


Kelemahan Las MIG ( Metal Inert Gas ).

Pada proses pengelasan MIG ( Metal Inert Gas ) memiliki


beberapa kelemahan, antara lain :
Wire-feeder yang memerlukan pengontrolan yang kontinu

Sewaktu waktu dapat terjadi Burnback


Cacat las porositi sering terjadi akibat pengunaan kualitas gas
pelindung yang tidak baik.
Busur yang tidak stabil, akibat ketrampilan operator yang kurang
baik.
Pada awalnya set-up pengelasan merupakan permulaan yang sulit
D. Peralatan Utama Las MIG
Peralatan utama adalah peralatan yang berhubungan langsung
dengan proses pengelasan, yakni minimum terdiri dari:

a) Mesin las
Sistem pembangkit tenaga pada mesin MIG ( metal inert gas
) pada prinsipnya adalah sama dengan mesin SMAW yang dibagi
dalam 2 golongan, yaitu : Mesin las arus bolak balik (Alternating
Current / AC Welding Machine) dan Mesin las arus searah (Direct
Current/DC Welding Machine), namun sesuai dengan tuntutan
pekerjaan dan jenis bahan yang di las yang kebanyakan adalah jenis
baja, maka secara luas proses pengelasan dengan MIG (metal inert
gas) adalah menggunakan mesin las DC. Adapun gambar rangkaian
perlengkapan mesin las adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3. Rangkaian Mesin Las MIG.


Mesin las MIG merupakan mesin las DC, umumnya
berkemampuan sampai 250 ampere. Dilengkapi dengan sistem
kontrol, penggulung kawat gas pelindung, system pendingin dan
rangkaian lain. Sumber tenaga untuk Las MIG (metal inert gas)
merupakan

mesin

las

bertegangan

konstan.

Tenaga

yang

dikeluarkan dapat berubah-ubah sendiri sesuai dengan panjang


busur. Panjang busur adalah jarak antara ujung elektroda ke benda
kerja. Panjang busur ini bisa distel. Bila busur berubah menjadi
lebih pendek dari setelan semula, maka arus bertambah dan
kecepatan kawat berkurang. Sehingga panjang busur kembali
semula. Sebaliknya bila busur berubah menjadi lebih panjang, arus
berkurang, kecepatan kawat elektroda bertambah. Dengan sistem
otomatis seperti ini, yaitu mesin yang mengatur sendiri, maka
panjang busur akan konstan dan hasil pengelasan akan tetap baik.

b) Welding Gun

Gambar 2.2. Welding gun las MIG.


c) Kabel las dan kabel control
Pada mesin las terdapat kabel primer (primary powercable)
dan kabel sekunder atau kabel las (welding cable). Kabel primer
ialah kabel yang menghubungkan antara sumber tenaga dengan
mesin las. Jumlah kawat inti pada kabel primer disesuaikan dengan
jumlah phasa mesin las ditambah satu kawat sebagai hubungan
pentanahan dari mesin las. Kabel sekunder ialah kabel-kabel yang
dipakai untuk keperluan mengelas, terdiri dari kabel yang
dihubungkan dengan tang las dan benda kerja serta kabel-kabel
control.
Inti Penggunaan kabel pada mesin las hendaknya disesuaikan
dengan kapasitas arus maksimum dari pada mesin las. Makin kecil
diameter kabel atau makin panjang ukuran kabel, maka
tahanan/hambatan kabel akan naik, sebaliknya makin besar
diameter kabel dan makin pendek maka hambatan akan rendah.
Pada ujung kabel las biasanya dipasang sepatu kabel untuk
pengikatan kabel pada terminal mesin las dan pada penjepit
elektroda maupun pada penjepit masa.

d) Regulator gas pelindung


Fungsi utama dari regulator adalah untuk mengatur
pemakaian gas. Untuk pemakaian gas pelindung dalam waktu yang
relatif lama, terutama gas CO2 diperlukan pemanas (heatervaporizer) yang dipasang antara silinder gas dan regulator.Hal ini
diperlukan agar gas pelindung tersebut tidak membeku yang
berakibat terganggunya aliran gas.

Gambar 2.3. Regulator Gas Pelindung.


e) Pipa kontak
Pipa pengarah elektroda biasa juga disebut pipa kontak. Pipa
kontak terbuat dari tembaga, dan berfungsi untuk membawa arus
listrik ke elektroda yang bergerak dan mengarahkan elektroda tersebut
ke daerah kerja pengelasan. Torch dihubungkan dengan sumber listrik
pada mesin las dengan menggunakan kabel. Karena elektroda harus
dapat bergerak dengan bebas dan melakukan kontak listrik dengan
baik, maka besarnya diameter lubang dari pipa kontak sangat
berpengaruh.

f) Nozzle gas pelindung


Nozzle gas pelindung akan mengarahkan jaket gas pelindung
kepada daerah las. Noozle yang besar digunakan untuk proses
pengelasan dengan arus listrik yang tinggi. Nozzle yang lebih kecil
digunakan untuk pengelasan dengan arus listrik yang lebih kecil.

E. Peralatan Bantu Las Mig


1. Sikat baja
Untuk membersihkan hasil las, yaitu pengaruh oksidasi udara
luar sehingga rigi-rigi las benar-benar bebas dari kotoran. Selain itu
digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum dilas.
2. Smith Tang/Tang panas
Untuk memegang benda kerja yang panas dipergunakan smith
tang atau tang panas penjepit dengan macam-macam bentuk, seperti
bentuk moncong rata, moncong ulat, moncong serigala dan moncong
kombinasi.
3. Tang pemotong kawat
Pada kondisi tertentu, terutama

setiap akan memulai

pengelasan kawat elektroda perlu dipotong untuk memperoleh


panjang yang ideal. Untuk itu diperlukan tang pemotong kawat.
4. Palu
Setelah proses pengelasan biasanya benda kerja mengalami
kerusakan atau cacat pengelasan. Untuk itu dugunakan palu untuk
membantu proses pembersihan benda kerja akibat cacat las.
F. Pemasangan atau Pengetesan Mesin Las MIG
Pengesetan atau pemasangan dalam sebuah alat berfungsi agar
supaya alat atau mesin dapat berfungsi maupun digunakan sesuai
dengan fungsinya. Pemasangan atau pengesetan dalam sebuah
pengerjaan menggunakan Las MIG (metal inert gas) sedikit rumit
apabila dibandingkan dengan las SMAW. Dalam pemasangan mesin las
MIG (metal inert gas) dibutuhkan kehati-hatian, hal ini untuk
mengurangi kesalahan dalam sebuah pengelasan.
Didalam mesin las MIG terdapat dua jenis mesin las yang
sebenarnya adalah perata arus (rectifier), yakni:

1. Tipe berputar (rotating) yaitu generator yang di gerakkan mesin (engine


driven generator)
2. Tipe statis, yaitu transformer rectifier dan inverter
Untuk pekerjaan di bengkel lebih suka di sukai tipe statis yang
acap menggunakan sumber listrik AC bertegangan 230 V atau 460 V.
Tipe ini memiliki cepat tanggap (quick respone), lebih tenang, dan tidak
menghasilkan polusi asap. Sedangkan tipe berputar (rotating)
diperlukan dilokasi yang tidak memiliki sumber tenaga listrik dab di
daerah atau medan terbuka di mana faktor polusi asap tidak terlalu
dirisaukan. Kedua jenis ini dapat didesaian dan di konstruksi untuk
memasok tenaga listrik Voltase tetap (CV).
G. Penyetelan Peralatan MIG
Sebelum dilakukan pengelasan, perlu dilakukan penyetelanpenyetelan pada peralatan las. Hal ini dilakukan agar peralatan atau
mesin las disiapkan sesuai dengan jenis dan tuntutan pekerjaan.
Penyetelan-penyetelan tersebut dilakukan, baik pada mesin las maupun
pada alat-alat pendukung lainnya, seperti: wire feeder dan pada tang las
serta nozzle.
1. Penyetelan mesin las
Pada mesin las tidak banyak diperlukan penyetelan,kecuali
hanya penyetelan penggunaan jenis arus pengelasan, yaitu DCRP
atau DCSP atau disesuaikan dengan jenis/tuntutan pekerjaan.
Namun, khusus untuk penggunaan kawat elektroda solid (solid
wire) selalu menggunakan pengkutuban DCRP (welding gun
dihubungkan dengan kutup positif ).
2. Penyetelan wire feeder
Penyetelan pada wire feeder merupakan hal yang penting
dalam pengelasan dengan MIG (metal inert gas), di mana pada
wire feeder terdapat roda (rol) yang berjumlah 2 atau 4 buah yang
berfungsi untuk memutar atau mendorong kawat elektroda pada
saat proses pengelasan terjadi. Adapun penyetelan wire feeder
adalah sebagai berikut:

a. Menyesuaikan ukuran alur roda dengan ukuran kawat


elektroda. Beberapa tipe roda hanya cukup dengan membalik
posisi roda supaya sesuai dengan ukuran kawat elektroda, tapi
pada pada tipe yang yang lain kadang kala harus mengganti
ukuran roda yang sesuai.
b. Mengatur/menyetel tekanan roda terhadap kawat elektroda
agar kawat dapat terputar secara lancar.
3. Penyetelan pada welding gun
Ada dua hal utama yang perlu dilakukan pada welding gun,
yaitu menyesuaikan ukuran contact tip dengan diameter kawat
elektroda dan menyesuaikan tipe nozzle dengan kebutuhan
pekerjaan.
H. Macam-macam Teknik Pengelasan
1. Posisi Di Bawah Tangan
Kemiringan elektroda 10 derajat sampai 20 derajat terhadap
garis vertikal kearah jalan elektroda dan 70 derajatsampai 80 derajat
terhadap benda kerja.
2. Posisi Tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau ke bawah. Dengan kemiringan elektroda
sekitar 10 derajat sampai 15 derajat terhadap vertikal dan 70 derajat
sampai 85 derajat terhadap benda kerja.
3. Posisi Datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas
merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah
elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat
miring sekitar 5 derajat sampai 10 derajat terhadap garis vertikal dan
70 derajat sampai 80 derajat kearah benda kerja.
4. Posisi Di Atas Kepala (Overhead)
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian
atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat sampai 20

derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap


benda kerja.
5. Posisi Datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu
zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat
dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan
penetrasi pada satu sisi saja. Tipe posisi datar (1G) didalam
pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diaplikasikan pada material
pipa dengan jalan pipa diputar.
6. Posisi Horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu
pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal
mengelilingi pipa. posisi sudut elektrode pengelasan pipa 2G yaitu
90 Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode.
Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las.
Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu kali diameter
elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan
melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua
sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi
untuk pengisian berikutnya.
7. Posisi vertikal (3G)
Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G
ini dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal.
8. Posisi Horizontal Pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
A. Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal
karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik
kecepatannya lebih rendah dibandingkan pengelasan dengan arah
turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi
dibanding dengan pengelasan turun.Posisi pengelasan 5G pipa
diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan

mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka


diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2.
Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan
kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui
jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah
berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur kali diameter
elektrode.
B. Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran
minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih
menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis.
Macam-Macam Teknik Las posisi pengelasan Posisi Di Bawah
Tangan Kemiringan elektroda 10 derajat sampai 20 derajat terhadap
garis vertical kearah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat
terhadap benda kerja. Posisi Tegak (vertical) Mengelas posisi tegak
adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah.
Dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat sampai 15 derajat
terhadap vertikal dan 70 derajat sampai 85 derajat.

BAB III
PEMBAHASAN PRAKTIKUM
1. Pengelasan TIG
A. Pengelasan rigi tanpa bahan tambah
-

Alat dan bahan

Kategori
Alat utama

Mesin

las

Perlengkapan
TIG dan perlengkapannya

(pendingin mesin las, tabung gas, meja las,


Alat bantu

dsb.
Sikat kawat
Penjepit las
Penggores

Alat keselamatan kerja

Penggaris
Topeng las
Safety shoes
Sarung tangan las

Gambar kerja
Bahan
-

Apron
Terlampir.
Baja ST40 (70x30x3,7 mm).

Langkah pengelasan

1) Persiapkan peralatan utama, peralatan bantu, peralatan keselamatan


kerja dan gambar kerja.
2) Sambungkan konektor mesin las TIG dan pompa air pendingin ke arus
listrik.
3) Sambungkan kabel massa pada meja las.
4) Buka keran tabung gas, atur tekanan aliran gas 5 bar, nyalakan
mesin las TIG lalu setting mesin las TIG pada control panel sesuai
kebutuhan dengan arus mencapai 60 A.
5) Bersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
6) Atur posisi benda kerja sesuai dengan gambar kerja.
7) Pastikan ujung tungsten sesuai ketentuan.

8) Pastikan gas keluar ketika handel pada slang las ditekan. Tekan handle
kemudian atur jarak dengan benda kerja serta atur sudut pengelasan
75-800.
9) Lakukan proses pengelasan sesuai dengan gambar kerja.
10) Periksa hasil lasan kemudian bersihkan benda kerja.
11) Bersihkan tempat kerja dan simpan peralatan sesuai dengan
tempatnya.

Temuan praktikum
Ditengah hasil lasan terjadi retakan yang memanjang dari ujung ke
ujung, hal ini disebabkan karena terlalu lama laju kecepatan mengelas
praktikan.

B. Pengelasan rigi dengan bahan tambah


-

Alat dan bahan

Kategori
Alat utama

Mesin

las

Perlengkapan
TIG dan perlengkapannya

(pendingin mesin las, tabung gas, meja las,


Alat bantu

dsb.
Sikat kawat
Penjepit las
Penggores

Alat keselamatan kerja

Penggaris
Topeng las
Safety shoes
Sarung tangan las

Gambar kerja
Bahan

Apron
Terlampir.
Baja ST40 (70x30x3,7 mm).
Bahan tambah tembaga.

Langkah pengelasan

1) Persiapkan peralatan utama, peralatan bantu, peralatan keselamatan


kerja dan gambar kerja.
2) Sambungkan konektor mesin las TIG dan pompa air pendingin ke arus
listrik.
3) Sambungkan kabel massa pada meja las.
4) Buka keran tabung gas, atur tekanan aliran gas 5 bar, nyalakan
mesin las TIG lalu setting mesin las TIG pada control panel sesuai
5)
6)
7)
8)

kebutuhan dengan arus mencapai 60 A.


Bersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
Atur posisi benda kerja sesuai dengan gambar kerja.
Pastikan ujung tungsten sesuai ketentuan.
Pastikan gas keluar ketika handel pada slang las ditekan. Tekan handle
kemudian atur jarak dengan benda kerja serta atur sudut pengelasan

75-850. Sudut antara bahan tambah dengan benda kerja 15o.


9) Lakukan proses pengelasan sesuai dengan gambar kerja.
10) Periksa hasil lasan kemudian bersihkan benda kerja.
11) Bersihkan tempat kerja dan simpan peralatan sesuai dengan
tempatnya.

Temuan praktikum
Hasil lasan praktikan cukup bagus tapi diujung lasan terjadi lelehan
yang disebabkan semburan las.

C. Pengelasan sambungan I
-

Alat dan bahan

Kategori
Alat utama

Mesin

las

Perlengkapan
TIG dan perlengkapannya

(pendingin mesin las, tabung gas, meja las,


Alat bantu

dsb.
Sikat kawat
Penjepit las
Penggores

Alat keselamatan kerja

Penggaris
Topeng las
Safety shoes

Sarung tangan las


Gambar kerja
Bahan

Apron
Terlampir.
Baja ST40 (70x30x3,7 mm).
Bahan tambah tembaga.

Langkah pengelasan
1) Persiapkan peralatan utama, peralatan bantu, peralatan keselamatan
kerja dan gambar kerja.
2) Sambungkan konektor mesin las TIG dan pompa air pendingin ke
arus listrik.
3) Sambungkan kabel massa pada meja las.
4) Buka keran tabung gas, atur tekanan aliran gas 5 bar, nyalakan
mesin las TIG lalu setting mesin las TIG pada control panel sesuai
5)
6)
7)
8)

kebutuhan dengan arus mencapai 60 A.


Bersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
Atur posisi benda kerja sesuai dengan gambar kerja.
Pastikan ujung tungsten sesuai ketentuan.
Pastikan gas keluar ketika handel pada slang las ditekan. Tekan
handle kemudian atur jarak dengan benda kerja serta atur sudut
pengelasan 75-850. Sudut antara bahan tambah dengan benda kerja

15o.
9) Lakukan proses pengelasan sesuai dengan gambar kerja.
10) Periksa hasil lasan kemudian bersihkan benda kerja.
11) Bersihkan tempat kerja dan simpan peralatan sesuai dengan
tempatnya.

Temuan praktikum
Hasil lasan praktikan cukup bagus tapi diujung lasan terjadi lelehan
yang disebabkan semburan las.

D. Pengelasan sambungan sudut


-

Alat dan bahan

Kategori
Alat utama

Mesin

las

Perlengkapan
TIG dan perlengkapannya

(pendingin mesin las, tabung gas, meja las,


Alat bantu

dsb.
Sikat kawat
Penjepit las
Penggores

Alat keselamatan kerja

Penggaris
Topeng las
Safety shoes
Sarung tangan las

Gambar kerja
Bahan

Apron
Terlampir.
Baja ST40 (70x30x3,7 mm).
Bahan tambah tembaga.

Langkah pengelasan
1) Persiapkan peralatan utama, peralatan bantu, peralatan keselamatan
kerja dan gambar kerja.
2) Sambungkan konektor mesin las TIG dan pompa air pendingin ke
arus listrik.
3) Sambungkan kabel massa pada meja las.
4) Buka keran tabung gas, atur tekanan aliran gas 5 bar, nyalakan
mesin las TIG lalu setting mesin las TIG pada control panel sesuai
5)
6)
7)
8)

kebutuhan dengan arus mencapai 60 A.


Bersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
Atur posisi benda kerja sesuai dengan gambar kerja.
Pastikan ujung tungsten sesuai ketentuan.
Pastikan gas keluar ketika handel pada slang las ditekan. Tekan
handle kemudian atur jarak dengan benda kerja serta atur sudut
pengelasan 75-850. Sudut antara bahan tambah dengan benda kerja

15o.
9) Lakukan proses pengelasan sesuai dengan gambar kerja.
10) Periksa hasil lasan kemudian bersihkan benda kerja.
11) Bersihkan tempat kerja dan simpan peralatan sesuai dengan
tempatnya.

Temuan praktikum

Hasil lasan praktikan cukup bagus tapi diujung lasan terjadi lelehan
yang disebabkan semburan las.
2. Pengelasan MIG
A. Pengelasan rigi posisi 2G.
-

Alat dan bahan

Kategori
Alat utama

Mesin

Alat bantu

(elektroda, tabung gas, meja las, dsb.


Sikat kawat

las

Perlengkapan
MIG dan perlengkapannya

Penjepit las
Penggores
Alat keselamatan kerja

Penggaris
Topeng las
Safety shoes
Sarung tangan las

Gambar kerja
Bahan
-

Apron Dada
Terlampir.
Baja ST40 (70x30x3,7 mm).

Langkah pengelasan
1) Persiapkan peralatan utama, peralatan bantu, peralatan keselamatan
kerja dan gambar kerja.
2) Sambungkan konektor mesin las MIG ke arus listrik.
3) Sambungkan kabel massa pada meja las.
4) Buka keran tabung gas, atur tekanan aliran gas 5 bar, nyalakan
mesin las MIG lalu setting mesin las MIG pada control panel
5)
6)
7)
8)

sesuai kebutuhan dengan arus mencapai 3 A.


Bersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
Atur posisi benda kerja sesuai dengan gambar kerja.
Pastikan elektroda tersedia pada gulungan.
Pastikan elektroda keluar ketika handel pada stang las ditekan.

Tekan handle kemudian atur jarak stang las dengan benda kerja.
9) Lakukan proses pengelasan sesuai dengan gambar kerja.
10) Periksa hasil lasan kemudian bersihkan benda kerja.

11) Bersihkan tempat kerja dan simpan peralatan sesuai dengan


tempatnya.

Temuan praktikum
Hasil lasan praktikan kurang bagus dikarenakan stang las yang tidak
otomatis serta laju kecepatan pengelasan yang tidak konstan.

B. Pengelasan sambungan I posisi 2G.


-

Alat dan bahan

Kategori
Alat utama

Mesin

Alat bantu

(elektroda, tabung gas, meja las, dsb.


Sikat kawat

las

Perlengkapan
MIG dan perlengkapannya

Penjepit las
Penggores
Alat keselamatan kerja

Penggaris
Topeng las
Safety shoes
Sarung tangan las

Gambar kerja
Bahan
-

Apron Dada
Terlampir.
Baja ST40 (70x30x3,7 mm).

Langkah pengelasan
1) Persiapkan peralatan utama, peralatan bantu, peralatan keselamatan
kerja dan gambar kerja.
2) Sambungkan konektor mesin las MIG ke arus listrik.
3) Sambungkan kabel massa pada meja las.
4) Buka keran tabung gas, atur tekanan aliran gas 5 bar, nyalakan
mesin las MIG lalu setting mesin las MIG pada control panel
sesuai kebutuhan dengan arus mencapai 3 A.
5) Bersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
6) Atur posisi benda kerja sesuai dengan gambar kerja.
7) Pastikan elektroda tersedia pada gulungan.

8) Pastikan elektroda keluar ketika handel pada stang las ditekan.


Tekan handle kemudian atur jarak stang las dengan benda kerja
2mm.
9) Lakukan proses pengelasan sesuai dengan gambar kerja.
10) Periksa hasil lasan kemudian bersihkan benda kerja.
11) Bersihkan tempat kerja dan simpan peralatan sesuai dengan
tempatnya.

Temuan praktikum
Hasil lasan praktikan kurang bagus dikarenakan stang las yang tidak
otomatis serta laju kecepatan pengelasan yang tidak konstan.

C. Pengelasan pipa.
-

Alat dan bahan

Kategori
Alat utama

Mesin

Alat bantu

(elektroda, tabung gas, meja las, dsb.


Sikat kawat

las

Perlengkapan
MIG dan perlengkapannya

Penjepit las
Penggores
Alat keselamatan kerja

Penggaris
Topeng las
Safety shoes
Sarung tangan las

Gambar kerja
Bahan
-

Apron Dada
Terlampir.
Baja ST40 (70x30x3,7 mm).

Langkah pengelasan
1) Persiapkan peralatan utama, peralatan bantu, peralatan keselamatan
kerja dan gambar kerja.
2) Sambungkan konektor mesin las MIG ke arus listrik.

3) Sambungkan kabel massa pada meja las.


4) Buka keran tabung gas, atur tekanan aliran gas 5 bar, nyalakan
mesin las MIG lalu setting mesin las MIG pada control panel
5)
6)
7)
8)

sesuai kebutuhan dengan arus mencapai 3 A.


Bersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas.
Atur posisi benda kerja sesuai dengan gambar kerja.
Pastikan elektroda tersedia pada gulungan.
Pastikan elektroda keluar ketika handel pada stang las ditekan.

Tekan handle kemudian atur jarak stang las dengan benda kerja.
9) Lakukan proses pengelasan sesuai dengan gambar kerja.
10) Periksa hasil lasan kemudian bersihkan benda kerja.
11) Bersihkan tempat kerja dan simpan peralatan sesuai dengan
tempatnya.

Temuan praktikum
Hasil lasan praktikan kurang bagus dikarenakan stang las yang tidak
otomatis serta laju kecepatan pengelasan yang tidak konstan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum teknik pengelasan TIG dan MIG,
praktikan dapat menyimpulkan diantaranya :
1) Sebelum melakukan pengelasan TIG dan MIG, pastikan benda kerja
bersih dari karat atau kotoran, hal ini akan berpengaruh pada hasil lasan.
2) Pada pengelasan TIG dan MIG, laju kecepatan pengelasan harus konstan,
hal ini akan berpengaruh pada hasil lasan terutama yang memerlukan
tembusan pada celah antara benda kerja.
3) Pada pengelasan MIG, pastikan kecepatan putaran chuck benda kerja
harus sesuai sehingga lelehan akan menembus dan tidak akan terjadi
lelehan berlebih.
B. Saran
Pengelasan TIG dan MIG bias dibilang lebih mudah dan lebih aman
dilakukan, dibandingkan dengan pengelasan dengan las listrik. Terlepas dari
hal tersebut, tetap perlu adanya latihan untuk mendapatkan hasil lasan yang
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Dadang (2013). Teknik Las GTAW Edisi Pertama. Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tim Fakultas teknik UNY. 2004 . Mengelas Dengan Proses Las Gas Metal.

LAMPIRAN (GAMBAR KERJA)

Anda mungkin juga menyukai