Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah sejarah kerajaan islam di pulau jawa
mata pelajaran SKI.
Namun lepas dari semua itu, penulis menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebarlebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada penulis
sehingga penulis dapat memperbaiki makalah sejarah kerajaan islam di pulau
jawa.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL..
KATA PENGANTAR
ii
A. Latar Belakang.... 1
B. Rumusan Masalah... 1
C. Tujuan.. 1
BAB II PEMBAHASAN...
2
2
3
A. Kesimpulan..
B. Saran
7
7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iii
Jawa adalah wilayah yang dahulunya banyak terdapat kerajaan-kerajaan. Mulai dari
kerajaan hindu sampai budha. Kehadiran dan penyebaran islam di pesisir utara pulau
Jawa dapat dibuktikan berdasarkan arkeologi dan sumber-sumber babad, hikayat,
legenda, serta berita-berita asing. Kehadiran islam baik para pedagang maupun mubalig
muslim melalui kota-kota sejak semula sudah berfungsi sebagai pelabuhan dibawah
kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha.
Agama dan peradaban Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat, Arab, dan Persia. Sambil berdagang, mereka membawa pengaruh dan
menyebarkan ajaran Islam. Para pedagang muslim masuk ke Indonesia kira-kira pada
abad ke-7. Dalam perkembangannya, pada abad ke-13 terbentuk masyarakat muslim di
Indonesia. Penyebaran agama Islam di Indonesia melalui beberapa jalur. Di antaranya,
jalur perdagangan, perkawinan, jalur pendidikan, serta jalur seni dan budaya.
Berita asing dari China yang ditulis oleh Ma-Huan 1433 M dan berita Tom Pires
1512-1515 dari Portugis menggambarkan kedatangan para pedagang dan ulama di pesisir
pantai Jawa. Berita H.J. de Graaf dan Th. G. Th Pigeaud, sangat membantu baik untuk
masa islamisasi maupun perkembagannya. Islamisasi yang terjadi di daerah pesisir utara
Jawa dari bagian timur-barat lambat laun menghasilkan munculnya kerajaan-kerajaan
islam, mulai dari kerajaan Demak ke barat Cirebon dan Banten, dari Demak ke
pedalaman muncul Kerajaan Pajang dan Mataram dan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Masuknya agama Islam di pulau jawa ?
2. Bagaimana peran walisongo terhadap kerajaan di jawa ?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan kerajaan Islam di pulau jawa ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang masuknya agama Islam di pulau jawa.
2. Mengetahui peran walisongo terhadap kerajaan di pulau jawa.
3. Mengetahui sejarah perkembangan kerajaan Islam di pulau jawa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Agama Islam di Pulau Jawa
Agama Islam lahir di Tanah Arab oleh Nabi Muhammad saw. yang dilahirkan pada
tanggal 12 Rabiul awal 571 M (20 April 571 M). Beliau adalah putra dari Abdullah bin
Abdul Mutholib dengan Aminah binti Wahab, dari suku bangsa Quraisy. Pada tanggal 17
Ramadhan 610 M (6 Agustus 610 M) ketika Muhammad sedang menyendiri dalam Gua
iii
Hira, datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang pertama. Peristiwa itu dikenal
sebagai Nuzulul Quran (turunnya wahyu Quran pertama) yang menjadi kitab suci
agama Islam.
Nenek moyang kita memiliki kebudayaan yang tinggi. Pada zaman kerajaankerajaan di Indonesia, telah dibuat berbagai bentuk bangunan. Pada masa HinduBuddha
dibangun candi-candi, sedangkan pada masa Islam banyak dibangun masjid. Bangunanbangunan tersebut dinamakan peninggalan sejarah.
Agama dan peradaban Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat, Arab, dan Persia. Sambil berdagang, mereka membawa pengaruh dan
menyebarkan ajaran Islam. Para pedagang muslim masuk ke Indonesia kira-kira pada
abad ke-7. Dalam perkembangannya, pada abad ke-13 terbentuk masyarakat muslim di
Indonesia. Penyebaran agama Islam di Indonesia melalui beberapa jalur. Di antaranya,
jalur perdagangan, perkawinan, jalur pendidikan, serta jalur seni dan budaya.
Pada abad ke-14, Malaka menjadi pusat perdagangan dan pusat pengembangan
Islam. Di Pulau Jawa, Islam berkembang dari kota-kota pelabuhan Banten, Cirebon,
Demak, Tuban, dan Gresik hingga mengawali munculnya kerajaan- kerajaan Islam di
Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, dan Banten
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raden Patah dibantu oleh para ulama dan
Wali Songo, terutama dalam masalah-masalah keagamaan.
Kerajaan Demak berlangsung kira-kira abad ke 15 dan abad ke16. Disamping itu,
berdiri pula kerajaaan Mataram, Cirebon, dan Banten.
Dalam mendirikan kerajaan Islam tersebut, peranan Wali Songo sangat besar. Di
samping
kekuasaan
politik
Islam
yang
memberi
kontribusi
besar
terhadap
Fatah memang lahir di Palembang. Menurut sejarah, ketika Raden Fatah masih dalam
kandungan ibunya yang berasal dari Cina, ibu muda ini diceraikan oleh Brawijaya V
dan dihadiahkan kepada Aryadama Adipati Palembang. Sementara itu, Prabu
Brawijaya VI yang memerintah Majapahit pada tahun 1498 M dikalahkan oleh Prabu
Udara yang kemudian menamakan dirinya Brawijaya VII.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana ini, Demak mengalami masa
kejayaan, tetapi juga merupakan akhir dari sejarahnya. Sultan Trenggana bercita-cita
untuk mengislamkan seluruh Jawa. Untuk Jawa Barat pengislamannya diserahkan
kepada pendatang yang luar pengetahuan islamnya, ahli dalam bidang strategi militer,
dan cakap pula mengatur pemerintahan, yaitu Fatahillah atau Syarif Hidayatullah
yang setelah wafat dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
2. Kerajaan Islam Pajang
Kesultanan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Islam Demak, Sultan
pertamanya ialah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu Sultan
Trenggana yang diberi kekuasaan di Pajang. Setelah ia mengambil alih kekuasaan dari
tangan Arya Panangsang tahun 1546 M seluruh kebesaran kerajaan dipindahkan ke
Pajanng, dan ia diberi gelar Sultan Adiwijaya.
Sepeninggal Sultan Adiwijaya tahun 1587 M kedudukannya digantikan oleh
Aria Panggiri, anak Sunan Prawoto. Sementara itu anak Sultan Adiwijaya yaitu
Pangeran Benawa diberi kekuasaan di Jipang. Akan tetapi, ia mengadakan
pemberontakan kepada Aria Panggiri dengan bantuan Panembahan Senopati dari
Mataram. Usahanya itu berhasil dan ia memberikan tanda terima kasih kepada
Panembahan Senopati berupa hak atas warisan ayahnya. Akan tetapi, Panembahan
Senopati menolak tawaran tersebut dan hanya meminta pusaka kerajaan Pajang untuk
dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian, Kerajaan Pajang berada di bawah
perlindungan Mataram yang kemudian menjadi daerah kekuasaan Mataram.
3. Kerajaan Islam Mataram
Setelah permohonan Panembahan Senopati Mataram atas penguasa Pajang
berupa pusaka kerajaan dikabulkan, keinginannya untuk menjadi raja sebenarnya
telah terpenuhi. Dalam tradisi Jawa, penyerahan pusaka seperti itu berarti penyerahan
kekuasaan.
Panembahan
Senopati
berkuasa
sampai
tahun
1601
dan
Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak bersenjata antara Kerajaan
Islam Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1646 M ia digantikan oleh
putranya Amangkurat I. pada saat terjadi perang saudara dengan Pangeran Alit, ia
mendapat dukungan dari para ulama. Akibatnya para ulama pendukung dibantai habis
pada tahun 1947M. pemberontakan itu kemudian diteruskan pleh Raden Kajoran
tahun 19677-1678M. pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang meruntuhkan
Kerajaan Islam Mataram.
4. Kerajaan Islam Cirebon
Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Ilam pertama di Daerah Jawa Barat.
Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Ia diperkirakan lahir tahun 1448 M
dan wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun. karena kedudukannya sebagai
Walisongo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja di Jawa seperti seperti Demak
dan Pajang. Setelah Cirebon resmi berdiri, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan
Pajajaran yang masih belum menganut ajaran Islam.
Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan ajaran Islam ke daerahdaerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan
Banten. Pada tahun 1525 M ia kembali ke Cirebon dan Banten diserahkan kepada
anaknya yang bernama Sultan Hasanudin. Sultan inilah yang menurunkan raja-raja
Banten.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar
Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu wafat tahun 1650M dan
digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Girilaya. Sepeninggalnya,
kesultanan Cirebon diperintah oleh dua orang putranya, yaitu Martawijaya atau
Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom. Panembahan sepuh
memimpin kesultanan Kasepuhan yang bergelar Syamsudin, sedangkan panembahan
Anon memimpin Kesultanan Kanoman yang bergelar Badruddin.
diangkatlah putranya, Hasanudin sebagai raja. Ia kawin dengan putri demak dan
mendapat dua orang anak laki-laki. Yang sulung, Maulana Yusuf, dicalonkan untuk
menjadi gantinya nanti. Adiknya, pangeran Aryo diasuh oleh bibi dari pihak ibunya
Ratu Kalinyamat di Jepara yang tidak berputra (mungkin karena suaminya, Pangeran
Hadiri terbunuh oleh Arya Penangsang). Setelah bibinya meninggal, ia menjadi
adipati di Jepara dan terkenal dengan nama Pangeran Jepara.
Sultan Hasanudin wafat pada tahun yang sama dengan ayahnya, 1570 M setelah
sempat memisahkan diri dari Demak. Dalam cerita Banten, ia terkenal dengan nama
Anumerna Pangeran Saba Kingking sesuai dengan tempat ia dimakamkan yang tidak
jauh dari Banten. Sebagai gantinya ia Maulana Yusuf Panembahan Pangkalan Gede,
memerintah antara tahun 1570-1580. selama masa pemerintahannya, ia mendirikan
Masjid Agung Banten, membuat perbentengan yang kuat, memperluas perkampungan
dan pesawahan, serta mengusahakan irigasi dan bendungan-bendungan. Pada tahun
1579 M, ia berhasil menaklukan Raja Pakuan, benteng terakhir Hindu Jawa Barat.
Menurut sejarah Banten, penyerbuan ke Pakuan ini mengikutsertakan para penguasa
dan alim ulama. Raja dan keluarganya menghilang, sedangkan golongan bangsawan
Sunda masuk Islam. Sesudah selesai menaklukan Pakuan, Sultan Maulana Yusuf
mendirikan ibukota baru, Banten Sura Sowan (Sura Saji).
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Agama dan peradaban Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat,
iii
Arab, dan Persia. Sambil berdagang, mereka membawa pengaruh dan menyebarkan
ajaran Islam.
Dalam percaturan politik, Islam mulai memposisikan diri ketika melemahnya
kekuasaan Majapahit yang memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk
membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen.
Pada abad ke-14, Malaka menjadi pusat perdagangan dan pusat pengembangan
Islam. Di Pulau Jawa, Islam berkembang dari kota-kota pelabuhan Banten, Cirebon,
Demak, Tuban, dan Gresik hingga mengawali munculnya kerajaan- kerajaan Islam di
Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, dan Banten
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kangmujib.tk/peran-wali-songo-dalam-bidang-politik.xhtml
http://fenyindaryani.blogspot.co.id/2013/05/makalah-masuknya-islam-di-jawa.html
http://anganhopie.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-perkembangan-kerajaan-islam-di.html
iii