Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah sejarah kerajaan islam di pulau jawa
mata pelajaran SKI.
Namun lepas dari semua itu, penulis menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebarlebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada penulis
sehingga penulis dapat memperbaiki makalah sejarah kerajaan islam di pulau
jawa.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.

Kedungpring, 05 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
iii

HALAMAN JUDUL..

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI.. iii


BAB I PENDAHULUAN..

A. Latar Belakang.... 1
B. Rumusan Masalah... 1
C. Tujuan.. 1
BAB II PEMBAHASAN...

A. Masuknya Agama Islam Di Pulau Jawa...


B. Peran Walisongo Terhadap Kerajaan Di Pulau Jawa.
C. Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam Di Pulau Jawa.

2
2
3

BAB III PENUTUP...

A. Kesimpulan..
B. Saran

7
7

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

iii

Jawa adalah wilayah yang dahulunya banyak terdapat kerajaan-kerajaan. Mulai dari
kerajaan hindu sampai budha. Kehadiran dan penyebaran islam di pesisir utara pulau
Jawa dapat dibuktikan berdasarkan arkeologi dan sumber-sumber babad, hikayat,
legenda, serta berita-berita asing. Kehadiran islam baik para pedagang maupun mubalig
muslim melalui kota-kota sejak semula sudah berfungsi sebagai pelabuhan dibawah
kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha.
Agama dan peradaban Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat, Arab, dan Persia. Sambil berdagang, mereka membawa pengaruh dan
menyebarkan ajaran Islam. Para pedagang muslim masuk ke Indonesia kira-kira pada
abad ke-7. Dalam perkembangannya, pada abad ke-13 terbentuk masyarakat muslim di
Indonesia. Penyebaran agama Islam di Indonesia melalui beberapa jalur. Di antaranya,
jalur perdagangan, perkawinan, jalur pendidikan, serta jalur seni dan budaya.
Berita asing dari China yang ditulis oleh Ma-Huan 1433 M dan berita Tom Pires
1512-1515 dari Portugis menggambarkan kedatangan para pedagang dan ulama di pesisir
pantai Jawa. Berita H.J. de Graaf dan Th. G. Th Pigeaud, sangat membantu baik untuk
masa islamisasi maupun perkembagannya. Islamisasi yang terjadi di daerah pesisir utara
Jawa dari bagian timur-barat lambat laun menghasilkan munculnya kerajaan-kerajaan
islam, mulai dari kerajaan Demak ke barat Cirebon dan Banten, dari Demak ke
pedalaman muncul Kerajaan Pajang dan Mataram dan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Masuknya agama Islam di pulau jawa ?
2. Bagaimana peran walisongo terhadap kerajaan di jawa ?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan kerajaan Islam di pulau jawa ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang masuknya agama Islam di pulau jawa.
2. Mengetahui peran walisongo terhadap kerajaan di pulau jawa.
3. Mengetahui sejarah perkembangan kerajaan Islam di pulau jawa.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Agama Islam di Pulau Jawa
Agama Islam lahir di Tanah Arab oleh Nabi Muhammad saw. yang dilahirkan pada
tanggal 12 Rabiul awal 571 M (20 April 571 M). Beliau adalah putra dari Abdullah bin
Abdul Mutholib dengan Aminah binti Wahab, dari suku bangsa Quraisy. Pada tanggal 17
Ramadhan 610 M (6 Agustus 610 M) ketika Muhammad sedang menyendiri dalam Gua
iii

Hira, datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang pertama. Peristiwa itu dikenal
sebagai Nuzulul Quran (turunnya wahyu Quran pertama) yang menjadi kitab suci
agama Islam.
Nenek moyang kita memiliki kebudayaan yang tinggi. Pada zaman kerajaankerajaan di Indonesia, telah dibuat berbagai bentuk bangunan. Pada masa HinduBuddha
dibangun candi-candi, sedangkan pada masa Islam banyak dibangun masjid. Bangunanbangunan tersebut dinamakan peninggalan sejarah.
Agama dan peradaban Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat, Arab, dan Persia. Sambil berdagang, mereka membawa pengaruh dan
menyebarkan ajaran Islam. Para pedagang muslim masuk ke Indonesia kira-kira pada
abad ke-7. Dalam perkembangannya, pada abad ke-13 terbentuk masyarakat muslim di
Indonesia. Penyebaran agama Islam di Indonesia melalui beberapa jalur. Di antaranya,
jalur perdagangan, perkawinan, jalur pendidikan, serta jalur seni dan budaya.
Pada abad ke-14, Malaka menjadi pusat perdagangan dan pusat pengembangan
Islam. Di Pulau Jawa, Islam berkembang dari kota-kota pelabuhan Banten, Cirebon,
Demak, Tuban, dan Gresik hingga mengawali munculnya kerajaan- kerajaan Islam di
Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, dan Banten

B. Peran Walisongo Terhadap Kerajaan Di Jawa


Para ahli sejarah sependapat bahwa penyebar Islam di Pulau Jawa adalah para Wali
Songo. Mereka tidak hanya memiliki otoritas dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam
bidang politik dan pemerintahan. Bahkan seringkali seorang raja seakan-akan baru sah
sebagai raja jikalau ia sudah dakui dan diberkahi oleh Wali Songo.
Islam telah tersebar di pulau Jawa, paling tidak semenjak Maulana Malik Ibrahim
dan Maulana Ishak yang bergelar Syaikh Awal Al-Islam diutus sebagai juru dakwah oleh
Sultan Zainal Abidin Bahiyah Syah (1349-1406) ke Gresik.
Dalam percaturan politik, Islam mulai memposisikan diri ketika melemahnya
kekuasaan Majapahit yang memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk
membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen.
Di bawah pimpinan Sunan Ampel, Wali Songo bersepakat untuk mengangkat Raden
Patah sebagai raja pertama Kerajaan Islam Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
iii

Dalam menjalankan pemerintahannya, Raden Patah dibantu oleh para ulama dan
Wali Songo, terutama dalam masalah-masalah keagamaan.
Kerajaan Demak berlangsung kira-kira abad ke 15 dan abad ke16. Disamping itu,
berdiri pula kerajaaan Mataram, Cirebon, dan Banten.
Dalam mendirikan kerajaan Islam tersebut, peranan Wali Songo sangat besar. Di
samping

kekuasaan

politik

Islam

yang

memberi

kontribusi

besar

terhadap

perkembangannya, agama Islam yang telah hidup di masyarakat, memberi dorongan


kepada penguasa non-muslim untuk memeluknya.
Sebagaimana J.C Van Leur menyebutkan bahwa motivasi bupati pantai utara Jawa
memeluk Islam bertujuan untuk mempertahankan kedudukannya. Dengan kata lain, para
bupati telah menjadikan agama Islam sebagai instrumen politik untuk memperkuat
kedudukannya. Keterangan ini memberikan gambaran kepada kita bahwa agama Islam di
Jawa pada masa kerajaan Islam telah menjadi agama rakyat.
Para penguasa/bupati pesisir memeluk Islam karena tanpa adanya konversi agama,
tampaknya kedudukan mereka tidak dapat dipertahankan.

C. Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam di Pulau Jawa


1. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa setelah jatuhnya
Kerajaan Hindu Majapahit. Kerajaan Islam di Jawa Tengah ini, semula bernama
Glagahwangi, sebuah desa di sebelah selatan Jepara, hadiah dari Prabu Brawijaya V
(Kertabumi, Raja Majalahit) pada putranya, Raden Fatah yang juga disebut Pangeran
Jinggun. Disitulah didirikan pesantren masjid Agung Demak. Oleh Prabu Brawijaya,
Raden Fatah diangkat menjadi Pangeran Adipati Bintara. Tahun 1478, Majapahit
ditaklukan Prabu Giridrawardana dari Kediri yang mengangkat dirinya sebagai Prabu
Brawijaya VI. Peristiwa ini ditandai dengan canda sengkala Sirna hilang kertaning
bumi (1478/1400 saka). Pada kesempatan ini, para wali mengangkat Raden Fatah
sebagai pelanjut keturunan Brawijaya V sebagai Sultan di Bintara Demak dengan
gelar Alam Akbar Al-Fatah.
Menurut sumber lain, Sunan Ampel memberi nama kepada Raden Fatah
Senapati Jinbun Abdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden
iii

Fatah memang lahir di Palembang. Menurut sejarah, ketika Raden Fatah masih dalam
kandungan ibunya yang berasal dari Cina, ibu muda ini diceraikan oleh Brawijaya V
dan dihadiahkan kepada Aryadama Adipati Palembang. Sementara itu, Prabu
Brawijaya VI yang memerintah Majapahit pada tahun 1498 M dikalahkan oleh Prabu
Udara yang kemudian menamakan dirinya Brawijaya VII.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana ini, Demak mengalami masa
kejayaan, tetapi juga merupakan akhir dari sejarahnya. Sultan Trenggana bercita-cita
untuk mengislamkan seluruh Jawa. Untuk Jawa Barat pengislamannya diserahkan
kepada pendatang yang luar pengetahuan islamnya, ahli dalam bidang strategi militer,
dan cakap pula mengatur pemerintahan, yaitu Fatahillah atau Syarif Hidayatullah
yang setelah wafat dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
2. Kerajaan Islam Pajang
Kesultanan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Islam Demak, Sultan
pertamanya ialah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu Sultan
Trenggana yang diberi kekuasaan di Pajang. Setelah ia mengambil alih kekuasaan dari
tangan Arya Panangsang tahun 1546 M seluruh kebesaran kerajaan dipindahkan ke
Pajanng, dan ia diberi gelar Sultan Adiwijaya.
Sepeninggal Sultan Adiwijaya tahun 1587 M kedudukannya digantikan oleh
Aria Panggiri, anak Sunan Prawoto. Sementara itu anak Sultan Adiwijaya yaitu
Pangeran Benawa diberi kekuasaan di Jipang. Akan tetapi, ia mengadakan
pemberontakan kepada Aria Panggiri dengan bantuan Panembahan Senopati dari
Mataram. Usahanya itu berhasil dan ia memberikan tanda terima kasih kepada
Panembahan Senopati berupa hak atas warisan ayahnya. Akan tetapi, Panembahan
Senopati menolak tawaran tersebut dan hanya meminta pusaka kerajaan Pajang untuk
dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian, Kerajaan Pajang berada di bawah
perlindungan Mataram yang kemudian menjadi daerah kekuasaan Mataram.
3. Kerajaan Islam Mataram
Setelah permohonan Panembahan Senopati Mataram atas penguasa Pajang
berupa pusaka kerajaan dikabulkan, keinginannya untuk menjadi raja sebenarnya
telah terpenuhi. Dalam tradisi Jawa, penyerahan pusaka seperti itu berarti penyerahan
kekuasaan.

Panembahan

Senopati

berkuasa

sampai

tahun

1601

dan

sepeninggalnya, ia digantikan oleh putranya bernama Seda Ing Krapyak yang


memerintah sampai tahun 1613M. Seda Ing Krapyak digantikan oleh putranya Sultan
Agung (1913-1646M)
iii

Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak bersenjata antara Kerajaan
Islam Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1646 M ia digantikan oleh
putranya Amangkurat I. pada saat terjadi perang saudara dengan Pangeran Alit, ia
mendapat dukungan dari para ulama. Akibatnya para ulama pendukung dibantai habis
pada tahun 1947M. pemberontakan itu kemudian diteruskan pleh Raden Kajoran
tahun 19677-1678M. pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang meruntuhkan
Kerajaan Islam Mataram.
4. Kerajaan Islam Cirebon
Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Ilam pertama di Daerah Jawa Barat.
Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Ia diperkirakan lahir tahun 1448 M
dan wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun. karena kedudukannya sebagai
Walisongo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja di Jawa seperti seperti Demak
dan Pajang. Setelah Cirebon resmi berdiri, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan
Pajajaran yang masih belum menganut ajaran Islam.
Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan ajaran Islam ke daerahdaerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan
Banten. Pada tahun 1525 M ia kembali ke Cirebon dan Banten diserahkan kepada
anaknya yang bernama Sultan Hasanudin. Sultan inilah yang menurunkan raja-raja
Banten.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar
Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu wafat tahun 1650M dan
digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Girilaya. Sepeninggalnya,
kesultanan Cirebon diperintah oleh dua orang putranya, yaitu Martawijaya atau
Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom. Panembahan sepuh
memimpin kesultanan Kasepuhan yang bergelar Syamsudin, sedangkan panembahan
Anon memimpin Kesultanan Kanoman yang bergelar Badruddin.

5. Kerajaan Islam Banten


Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang terletak di ujung barat Jawa
Barat, pendirinya adalah Sunan Gunung Jati (Fatahilah) setelah berhasil merebut kota
pelabuhan dari tangan Bupati Sunda yang menjadi penguasa kota itu dengan bantuan
laskar dari Demak. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1525 M.
Setelah kerajaan itu cukup kokoh, lebih-lebih setelah dapat menguasai Sunda
Kelapa, pada tahun 1522 Sunan Gunung Jati pindah ke Cirebon dan wafat disana, dan
iii

diangkatlah putranya, Hasanudin sebagai raja. Ia kawin dengan putri demak dan
mendapat dua orang anak laki-laki. Yang sulung, Maulana Yusuf, dicalonkan untuk
menjadi gantinya nanti. Adiknya, pangeran Aryo diasuh oleh bibi dari pihak ibunya
Ratu Kalinyamat di Jepara yang tidak berputra (mungkin karena suaminya, Pangeran
Hadiri terbunuh oleh Arya Penangsang). Setelah bibinya meninggal, ia menjadi
adipati di Jepara dan terkenal dengan nama Pangeran Jepara.
Sultan Hasanudin wafat pada tahun yang sama dengan ayahnya, 1570 M setelah
sempat memisahkan diri dari Demak. Dalam cerita Banten, ia terkenal dengan nama
Anumerna Pangeran Saba Kingking sesuai dengan tempat ia dimakamkan yang tidak
jauh dari Banten. Sebagai gantinya ia Maulana Yusuf Panembahan Pangkalan Gede,
memerintah antara tahun 1570-1580. selama masa pemerintahannya, ia mendirikan
Masjid Agung Banten, membuat perbentengan yang kuat, memperluas perkampungan
dan pesawahan, serta mengusahakan irigasi dan bendungan-bendungan. Pada tahun
1579 M, ia berhasil menaklukan Raja Pakuan, benteng terakhir Hindu Jawa Barat.
Menurut sejarah Banten, penyerbuan ke Pakuan ini mengikutsertakan para penguasa
dan alim ulama. Raja dan keluarganya menghilang, sedangkan golongan bangsawan
Sunda masuk Islam. Sesudah selesai menaklukan Pakuan, Sultan Maulana Yusuf
mendirikan ibukota baru, Banten Sura Sowan (Sura Saji).

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Agama dan peradaban Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat,

iii

Arab, dan Persia. Sambil berdagang, mereka membawa pengaruh dan menyebarkan
ajaran Islam.
Dalam percaturan politik, Islam mulai memposisikan diri ketika melemahnya
kekuasaan Majapahit yang memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk
membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen.
Pada abad ke-14, Malaka menjadi pusat perdagangan dan pusat pengembangan
Islam. Di Pulau Jawa, Islam berkembang dari kota-kota pelabuhan Banten, Cirebon,
Demak, Tuban, dan Gresik hingga mengawali munculnya kerajaan- kerajaan Islam di
Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, dan Banten
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kangmujib.tk/peran-wali-songo-dalam-bidang-politik.xhtml
http://fenyindaryani.blogspot.co.id/2013/05/makalah-masuknya-islam-di-jawa.html
http://anganhopie.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-perkembangan-kerajaan-islam-di.html

iii

Anda mungkin juga menyukai