Anda di halaman 1dari 2

Infeksi Saluran Pencernaan (Salmonella)

RENCANA MONITORING PASIEN

Gastroentreritis akut (entekolitis)

Demam Enterik

Pasien enterokolitis sering mengalami


mual,muntah dalam waktu 72 jam setelah
terinfeksi, kemudian diikuti nyeri, keram
perut, demam dan diare.

Apabila disebabkan oleh S.thypii disebut


demam tifoid, apabila dari sterotipe lain
desebut demam paratiroid. Gejala tidak
spesifik yang umum terjadi adalah demam,
sakit kepala tumpul, malaise, anoreksia,
dan mialgia. Monitoring awal dilakukan
pada pasien demam
dengan tanda
awalnya demam cendrung turun naik tetapi
kemudian bertahan meningkat selama
minggu pertama ke temperatur yang sering
menetap melebihi 40C. Jika demikian,
perlu dilakukan kultur darah untuk
pemastian demi penanganan terapi yang
tepat.

Setelah muncul tanda dan gejala,


dilakukan pemastian organisme penyebab
dengan kultur tinja, darah atau sumsum
tulang. Akan tetapi pemulihan organisme
berlangsung terus sejalan sewaktu dalam
waktu 3-4minggu. Jika diketahui positif
karena Salmonella segera dilakukan
penanganan yang sesuai.
Sebagian besar pasien dengan enterokolitis
tidak membutuhkan terapi. Terapi yang
dapat
dilakukan
adalah
dengan
penggantian cairan dan elektrolit. Obat
antimotilitas harus dihindari karena
meningkatkan
invasi
mukosa
dan
komplikasi. Penggunaan antibiotik dibatasi
pada paseien tertentu karena tidak
mempengaruhi durasi demam dan diare,
justru penggynaan antibiotik yang
berulang meningkatkan kemungkinan
resistensi dan durasi diare. Antibiotik
harus diberikan kepada neonatus atau bayi
kurang
dari
6
bulan
dengan
imunodefesiensi primer/sekunder, pasien
dengan gejala berat seperti demam dan
tinja berdarah, dan pasien sesudah
splaenektomi.
(Pemilihan antibiotik lihat di bagian terapi)
Setelah dilakukan penanganan terhadap
pasien, biasanya terdapat perbaikan klinis
dengan pengurangan gejala dalam 3
sampai 7 hari tanpa gejala sisa. Untuk
memastikan, dilakukan kultur tinja ulang.
Jika tidak terdapat perbaikan, diperlukan
pertimbangan penggunaan antibiotik atau
evaluasi pemilihan antibiotik, dapat juga
dengan penambahan beberapa terapi
pendukung.

Pasien yang positif demam enterik obat


yang tepat diberikan saat ini adalah
fluoroquinolone, seperti ciprofloxacin
(500mg oral, sehari 2 kali) selama 10 hari
kemudian
dilakukan
pemantauan
perbaikan tanda dan gejala klinis. Apabila
pada saat pemeriksaan kultur bakteri
Salmonella thypi yang sudah diisolasi
resistensi asam nalidixic dan resisten
fluoroquinolon. Jika menjadi resistensi
dengan asam nalidixic, pasien harus diberi
ciprofloxacin atau ofloxacin dengan dosisi
tinggi (10mg/kg dua kali sehari). Generasi
ketiga dari sefalosporin dan azitrimisin
(1000 mg sehari sekali diikuti hari kelima
menjadi 500 mg sehari) adalah alternatif
antimikroba untuk salmonella typi, dengan
konsentrasi hambat minimum (KHM)
untuk ciprofloxacin 2mcg/ml atau lebih.
Pasien dengan komplikasi demam thypi
(contohnya metastatic , ileal perforasi, dan
sebagainya) seharusnya menerima terapi
secara parental dengan ciprofloxacin 400
mg sehari dua kali atau ceftriaxone 2000
mg sehari sekali
Apabila dalam 3-5 hari tidak menunjukkan
perbaikan tanda dan gejala terapi, maka
perlu
dievaluasi
ulang
pemilihan
antibiotik. Pada kasus berat, pemberian

Siti Rachmadhani
13151038
Farmasi Matrikulasi A 2015

Infeksi Saluran Pencernaan (Salmonella)


antibiotik direkomendasikan minimum 10
hari. Kultur darah tetap dilakukan untuk
kepastian perbaikan klinis.

Pemberian vaksin tifus dapat mengurangi


resiko terjangkit. Tiga vaksin yang dikenal
saat ini yauitu oral vaksin dari virus yg
dilemahkan, vaksin fenol parenteral panas
yang tidak aktif dan vaksin polisakarida
parentelar kapsular. Imunisasi hanya
dianjurkan untuk wisatawan yang akan ke
daerah endemis seperti Amerika Latin,
Asia dan Afrika serta keluarga yang
memiliki anggota keluarga pengidap
penyakit
kronis,
dan pekerja di
laboratorium yang sering bekerja dengan
S. typhi.

Bakterimia
S. choleraesuis dan S.dublin adalah
organisme yang menjadi penyebab paling
umum. Resiko bekterimia lebih besar
untuk bayi, orang tua dan pasien dengan
kekebalan tubuh yang lemah.
Pasien terkena bakterimia Salmonella
dapat tanpa demam enterik atau demam
enterokolitis klasik. Gejala klink ditandai
dengan bakterimia menetap dan demam
menggigil
kekambuhan
memanjang.
Kultur tinja sering kali negatif, untuk itu
diharuskan melakukan pemeriksaan kultur
darah untuk menegakkan diagnosa.
Setelah diketahui positif, dilakukan
penanganan terapi. Pada bakterimia terapi
antibiotik yang diberikan yang dapat
menyelamatkan jiwa harus meliputi
kombinasi sefalosporin generasi 3
(ceftriaxone 2g/hari,i.v) dan ciprofloxacin
(500mg 2 kali sehari oral). Durasi
antibiotik
ditentukan
pada
tempat.Seseorang dengan penyakit AIDS
dan pertama kali terserang bakterimia
salmonella, diberikan terapi antibiotik
lebih panjang (1-2 minggu terapi
parenteral diikuti dengan 4 minggu terapi

floroquinolon yang diberikan secara oral),


ini direkomendasikan untuk mencegah
kambuhnya bakteremia.
Pemantauan terapi terus dilakukan dengan
perbaikan tanda dan gejala, apabila dalam
48 sampai 72 jam tidak menunjukkan
perbaikan tanda dan gejala klinis perlu
dilakukan peninjauan ulang penaganan
terapi. Kultur darah tetap dilakukan untuk
kepastian diagnosis.

Pembawa Penyakit Kronis


Keadaan ini jika didapati kultur tinja
positif atau kultur urin yang lebih dari 12.
Dilakukan pemberian terapi antibiotik.
Norfloksasin adalah pilihan obat untuk
Salmonella carier kronik saat ini dengan
dosis 400mg sehari duakali selama 28
hari. Pada pasien dengan kelainan anatomi,
seperti empedu atau batu ginjal,
pengobatan dikombinasikan dengan terapi
antibiotik yang diindikasikan.
Pemantauan terapi terus dilakukan dengan
perbaikan tanda dan gejala, apabila dalam
48 sampai 72 jam tidak menunjukkan
perbaikan tanda dan gejala klinis perlu
dilakukan peninjauan ulang penaganan
terapi. Kultur tinja dan urin tetap
dilakukan untuk kepastian diagnosis.
Vaksinasi
direkomendasikan
untuk
kelompok resiko tinggi. Vaksin oral Ty21a
yang dilemahkan dan vaksin parenteral
polisakarida menunjukkan efikasi meliputi
42%-77% selama 3-5tahun

Sumber :
1. Sukandar., et al.
Farmakoterapi buku
PT. ISFI Penerbitan.
2. Dipiro

2013. ISO
1. Jakarta:

Siti Rachmadhani
13151038
Farmasi Matrikulasi A 2015

Anda mungkin juga menyukai