Anda di halaman 1dari 11

EBM

CRITICAL APPRAISAL
Endovascular Treatment for Acute Ischemic Stroke

Disusun oleh :
Riris Rizani Dewi 1102012248
Zakirah B F A 1102012316
Dosen Pembimbing :
dr. Atiek , Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2014/2015
JAKARTA PUSAT
TUGAS EVIDENCE BASED MEDICINE

SKENARIO:
Tuan toni 70 tahun mendadak jatuh ketika ingin bangun dari kursi meja makannya.
Bicaranya pelo dan tidak dapat menggerakan tangan dan kaki kirinya. Istrinya
langsung membawanya ke UGD Rumah Sakit terdekat dengan rumahnya. Pada
pemeriksaan CT- Scan tidak ditemukan tanda-tanda hemorrhagic. Tekanan darahnya
170/100 mm Hg. Setelah dilakukan konsultasi dengan ahli neuro, tuan toni didiagnosis
strok iskemik
akut sehingga dokter menyarankan pemberian terapi tissue
plasminogen activator (t- PA) secara intravena.
PERTANYAAN KLINIS:
Pada penderita strok iskemik akut dan mendapat terapi t-PA secara intravena, apakah
memiliki out come yang lebih baik jika dibandingkan dengan terapi endovascular?
KOMPONEN PICO:
Patient /Population/Problem
Intervention/ Indicator
Comparison/Control
Objective/Outcome

: Tuan toni 70 tahun dengan strok iskemik akut


: terapi t-PA secara intravena
: terapi endovascular
: pemberian terapi untuk penyembuhan strok iskemik
akut yang lebih baik

KATA KUNCI:
acute ischemic stroke AND intravenous tissue plasminogen activator OR
endovascular treatment AND future out come
PEMILIHAN SITUS:
http://www.nejm.org/
LIMITASI :
5 tahun terakhir
HASIL PENCARIAN
1 to 20 of 68

ARTIKEL YANG DIPILIH :


Ciccone, Alfonso.et al. 2013. Endovascular Treatment for Acute Ischemic Stroke.
N Engl J Med; 368:904-913.

REVIEW JURNAL

BACKGROUND
In patients with ischemic stroke, endovascular treatment results in a higher rate of
recanalization of the affected cerebral artery than systemic intravenous thrombolytic therapy.
However, comparison of the clinical efficacy of the two approaches is needed.
METHODS
We randomly assigned 362 patients with acute ischemic stroke, within 4.5 hours after onset,
to endovascular therapy (intraarterial thrombolysis with recombinant tissue plasminogen
activator [t-PA], mechanical clot disruption or retrieval, or a combination of these
approaches) or intravenous t-PA. Treatments were to be given as soon as possible after
randomization. The primary outcome was survival free of disability (defined as a modified
Rankin score of 0 or 1 on a scale of 0 to 6, with 0 indicating no symptoms, 1 no clinically
significant disability despite symptoms, and 6 death) at 3 months.
RESULTS
A total of 181 patients were assigned to receive endovascular therapy, and 181 intravenous tPA. The median time from stroke onset to the start of treatment was 3.75 hours for
endovascular therapy and 2.75 hours for intravenous t-PA (P<0.001). At 3 months, 55 patients
in the endovascular-therapy group (30.4%) and 63 in the intravenous t-PA group (34.8%)
were alive without disability (odds ratio adjusted for age, sex, stroke severity, and atrial
fibrillation status at baseline, 0.71; 95% confidence interval, 0.44 to 1.14; P = 0.16). Fatal or
nonfatal symptomatic intracranial hemorrhage within 7 days occurred in 6% of the patients in
each group, and there were no significant differences between groups in the rates of other
serious adverse events or the case fatality rate.
CONCLUSIONS
The results of this trial in patients with acute ischemic stroke indicate that endovascular
therapy is not superior to standard treatment with intravenous t-PA. (Funded by the Italian
Medicines Agency, ClinicalTrials.gov number, NCT00640367).

TELAAH KRITIS ARTIKEL PROGNOSIS


2

APAKAH HASIL PENELITIAN TERSEBUT VALID?


A. Petunjuk Primer
1. Apakah terdapat sampel yang representatif, terdefinisi jelas, dan berada pada
kondisi yang sama dalam perjalanan penyakitnya?
Ya, pasien dalam jurnal ini berada pada titik yang sama dalam pemberian terapinya yaitu saat
manifestasi klinik muncul pertama kali yaitu 4,5 jam setelah onset strok iskemik akut.

2. Apakah follow-up cukup lama dan lengkap?


Ya, cukup lama karena pengamatan dilakukan selama 90 hari dan lengkap sebab tidak ada
pasien yang hilang dalam pengamatan.

B. Petunjuk sekunder
1. Apakah kriteria outcome yang digunakan obyektif dan tanpa bias?
Ya, karena peneliti yang menilai outcome blinded terhadap karakteristik dan terapi yang
diberikan. Dan peneliti menetapkan kriteria yang spesifik untuk outcome.

2. Bila ditemukan subgrup dengan prognosis yang beda, apakah dilakukan


adjustment/penyesuaian untuk faktor-faktor prognostik yang penting?
Ya, peneliti melakukan pertimbangan terhadap karakteristik diantara kedua kelompok yang
digambarkan dalam table.1 dan figure 2.

APA HASILNYA?
1.
Bagaimana gambaran outcome menurut waktu?

2. Seberapa tepat perkiraan prognosis?

APAKAH HASIL PENELITIAN INI DAPAT DIAPLIKASIKAN?


1. Apakah pasien dalam penelitian tersebut serupa dengan pasien kami?
YA, sebab pasien kami adalah penderita stroke iskemik akut dengan usia 70 tahun
serupa dengan pasien dalam penelitian dengan rentang usia 18-80
2. Apakah hasil tersebut membantu memilih atau menghindari terapi tertentu?
YA, dalam jurnal penelitian ini disebutkan bahwa pemilihan terapi tertentu
mempengaruhi hasil prognosis stroke iskemik akut.

3. Apakah hasilnya membantu dalam memberikan konseling kepada pasien saya?


Ya, dalam jurnal ini disebutkan bahwa terapi endovascular tidak lebih unggul dibandingkan
terapi trombolisis intravena dalam hal waktu yang dihabiskan. Walaupun terapi endovascular
memiliki efek revaskularisasi yang lebih cepat dan efektif, tetapi tidak memberikan manfaat
klinis pada hampir setengah pasien. Sehingga dalam jurnal tersebut tidak memberikan
dukungan dalam penggunaan terapi endovascular yang mahal dan invasive.

10

Anda mungkin juga menyukai