Anda di halaman 1dari 98

BAB I

PENDAHULUAN
Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi dimulai sebagai ujung
tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan
gas bumi atau disebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal.
Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur
sumur baru atau eksplorasi development well.
Perdebatan ilmiah didalam ilmu pengetahuan sangat lumrah terjadi
terutama didalam era modern saat ini dimana semua analisa data dan
interprestasinya didukung oleh perangkat teknologi modern yang menghasilkan
alat alat canggih sebagai pencatat data perut bumi seperti log mekanik, seismik,
data data satelit yang akurasinya dapat dipertanggung jawabkan.
Industri perminyakan, merupakan industri yang tergantung dari data di
alam, oleh karena itu menjadi sangat penting keberadaan laboratorium dan
prasarananya yang semuanya sudah terkomputerisasi untuk memecahkan berbagai
persoalan yang timbulnya dan bahkan menghasilkan konsep konsep baru yang
dapat dipakai sebagai model baru.
Berdasarkan data data yang dikumpulkan dari alam, maka ilmu geologi
mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan berbagai cabang ilmu alam yang
lain seperti bidang Tata Lingkungan dan Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil dan
Bidang Pertambangan.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah
diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari
tentang bumi yang menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk
produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang
pernah hidup didalamnya.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan


Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip
prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang
Stratigrafi dan Dasar dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan
lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.
Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa
ada dua (2) faktor utama pembentukan bumi :
1.

Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang
umumnya bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak

dikontrol oleh struktur geologi atau deformasi bumi.


2. Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat
merubah, seperti pelapukan, erosi dan denudasi.
Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalam apa yang
disebut DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu :
Orogenesa (pembentukan pegunungan)
Glyptogenesa (penghancuran relief)
Lithogenesa (proses pengendapan

batuan

dalam

cekungan

pengendapan)
Gambar 1.1 Siklus Geologi

OROGENESA
ENDOGEN

EKSOGEN

LITHOGENESA

Bagian

GLYPTOGENESA

bagian dari Bumi

secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut :

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

UPPER MANTLE (0 670 km)


Terdiri dari :
1. Kerak Bumi atau Crust (0 80 km), terdiri dari
a. Batuan Sedimen, Beku, dan Metamorf
b. Lempeng Benua (ketebalan 15 km)
c. Lempeng Samudera (ketebalan 20 km)
2. Mantel Lithosfer (80 200 km)
3. Astenosfer atau Lithosfer bagian bawah
LOWER MANTLE (670 2900 km)
Batuan Ultra Basa dengan mineral mineral olivine, spinel, silikat, besi,
dan magnesium.
CORE atau INTI BUMI (2900 6370 km)
Terdiri dari 2 (dua) lapisan, yaitu :
1. Outter Core
Berupa cairan, kondisi plastis sampai kedalaman 5200 km.
2. Inner Core
Berupa padatan dengan kedalaman sampai 6370 km. Inti bumi terdiri dari
metal besi (Fe) dan nikel (Ni) dan Cobalt (Co), BJ antara 5 13.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

Gambar 1.2 Bagian bagian dari Bumi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

BAB II
PETROLOGI
2.1

PENDAHULUAN
Untuk

mengenalkan

praktikan

secara

langsung

bentuk

dan

karakteristik batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen dalam


contoh setangan serta memberikan pengarahan dalam mendeskripsikan
batuan secara megaskopis dengan benar.
2.2

DASAR TEORI
Batuan merupakan pembentuk bumi yang kita diami ini, terdapat 3
golongan utama batuan yang dibedakan berdasarkan cara terbentuknya
yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan
merupakan sekumpulan aggregate aggregate mineral yang terbentuk pada
lingkungan tertentu. Mineral merupakan komponen batuan, yang terbentuk
oleh proses alamiah dari satu atau lebih komposisi kimia.
A. JENIS BATUAN
1. BATUAN BEKU
Batuan hasil

pembekuan

magma,

dimana

dalam

proses

pembekuannya akan terbentuk batuan beku dengan karakteristik tekstur


dan struktur sangat bervariasi, dan sangat tergantung dari cepat atau
lambatnya penurunan suhu dan tekanannya.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

Definisi dari magma adalah cairan kental, liat larutan silikat pijar
bertemperatur tinggi (1500C 2500C), bersifat mobile, yang terbentuk
secara alamiah pada kerak bumi bagian bawah.
Dibedakan antara larutan magma yang mencapai permukaan bumi
yang disebut :
Ekstrusi, contoh : lava. Sedangkan larutan magma yang relatif
didalam bumi disebut
Intrusi, contoh : batolith, dike, dsb.
Pada penurunan suhu yang lambat akan menghasilkan batuan
bertekstur kasar atau fanerik yang relatif sempurna kristalnya di dalam
bumi, contoh : granit, granit porfiri, granodiorit yang termasuk dalam
batuan beku asam.
Pada penurunan suhu dan tekanan yang relatif cepat maka akan
menghasilkan batuan bertekstur halus atau afanitik, contoh : andesit,
diorit yang termasuk dalam batuan beku intermediet.
Pada penurunan suhu dan tekanan yang ekstrim/cepat sekali,
maka akan menghasilkan batuan tanpa kristal, contoh : obsidian,
glasshard, gelas volkanik yang termasuk dalam batuan beku basa ultra
basa.
Untuk memahami proses urut urutan penghabluran magma, dapat
menggunakan deret bowens reaction series yang dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu:
a. Discontinous Reaction Series
Kristal yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah
olivin, larutan sisa magma akan bereaksi segera setelah suhu turun,
dan membentuk kristal yang berbeda (piroksen) begitu seterusnya dan
pada suhu yang relatif rendah sekitar 670C akan terbentuk kwarsa.
Kwarsa karena proses pembentukannya pada suhu yang terendah
maka relatif lebih resisten terhadap proses pelapukan dibandingkan
dengan kristal mineral yang pada suhu tinggi.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

b. Continous Reaction Series


Kristal yang terbentuk pada suhu tinggi akan bereaksi dengan
laruan sisa magma begitu terus menerus proses tersebut berlanjut,
contoh golongan ini adalah plagioklas.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

Gambar 2.1 Bowens Reaction Series


Pengelompokan batuan beku berdasarkan tempat terjadinya :
Batuan beku dalam
Batuan beku gang/korok
Batuan beku luar
2. BATUAN METAMORF
Batuan yang telah ada sebelumnya mengalami perubahan menjadi
batuan metamorf pada temperature dan tekanan tinggi yang berlangsung
secara isokimia dari fase padat menuju fase padat tanpa melalu fase cair.
Proses Metamorfosa :

Rekristalisasi, perubahan ukuran kristal


Chemical recombination
Munculnya mineral baru oleh proses interaksi mineral batuan asli,
contoh : kwarsa dan kalsit pada P & T tinggi membentuk wollastonit.
Chemical replacement
Munculnya mineral baru yang berciri magma/intrusi.
Berdasarkan faktor faktor yang mempengaruhinya ada 3

jenis batuan metamorf :


a. Kontak/thermal
Metamorfosa akibat kenaikan temperatur (intrusi atau ekstrusi).
b. Dinamo
Metamorfosa akibat kenaikan tekanan (stress pada daerah sesar).
c. Regional
Metamorfosa yang terjadi akibat kenaikan tekanan dan
temperatur secara bersamaan, umumnya pada daerah geosinklin yang
dasarnya terus mengalami penurunan.
Berikut adalah gambar siklus batuan :

BATUAN BEKU

BATUAN METAMORF

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

BATUAN SEDIMEN

Gambar 2.2 Siklus Batuan


3. BATUAN SEDIMEN
Batuan yang telah ada sebelumnya (apakah itu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf), mengalami proses pelapukan (melalui
proses kimia, fisika, dan biologi) dan tererosi dalam bentuk butiran
dibawa media air atau angin ke dalam cekungan pengendapan.
Di cekungan proses pembentukan batuan sedimen dimulai, yang
termasuk proses sedimentasi adalah, kompaksi, lithifikasi serta
sementasi.
Koesoemadinata (1979) membagi batuan sedimen menjadi 5 (lima)
golongan yakni :
a. Detritus, ada 2 kelompok utama hasil sedimentasi secara mekanis
yaitu : detritus halus (ukuran butir <1/16 mm) dan detritus kasar
(ukuran butir > 1/16 mm).
b. Karbonat, merupakan hasil dari sedimentasi kimiawi (ukuran butir >
1/16 mm).
c. Evaporit, akibat evaporasi air laut bersifat monomineralik, (Gypsum,
Anhydrit).
d. Sedimen silika, silika yang bersifat monomineralik terjadi secara
kimia (chert) dan organik (diatomea dan radiolaria).
e. Batubara, tersusun dari sisa sisa tumbuhan.
DESKRIPSI MINERAL
Salah satu materi dari studi petrologi adalah meningkatkan keahlian
dan kemampuan didalam mendeskripsi batuan. Baik secara megaskopis
maupun mikroskopis untuk menentukan jenis batuan sebagai hasil akhir
pemerian.
1. Metode Megaskopis
Dilakukan oleh peneliti secara langsung dilapangan, dengan
bantuan loupe pada contoh setangan batuan.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

2. Metode mikroskopis
Penelitian dilakukan pada sebuah sayatan tipis batuan yang
diletakkan dibawah pandangan mikroskop polarisasi dengan penelitian
komposisi kristal lebih detil.
2.3

TUGAS PEMERIAN/ DESKRIPSI BATUAN


Prosedur Pendeskripsian Batuan :
1. Mengamati warna batuan, contoh: kuning lapuk atau abu-abu gelap.
2. Untuk batuan sedimen membedakan dahulu antara sedimen klastik dan
non klastik.
3. Mengamati struktur batuannya dengan cermat dan hati hati untuk tiap
jenis batuan sesuai dengan penggolongannya, batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf.
4. Mengamati tekstur batuannya dengan cermat dan hati hati untuk tiap
jenis batuan sesuai dengan penggolongannya, batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf.
5. Memberikan prosentase komposisi mineral yang didapatkan sesuai
kenampakan dalam contoh setangan yang dipegang dengan hati hati.
6. Untuk batuan beku dan sedimen, menjawab pertanyaan mengenai adanya
kemungkinan menjadi batuan reservoir, batuan penutup dan batuan
induk.
7. Memberikan alasan alasannya secara singkat.
8. Jika ada yang belum jelas, jangan sungkan untuk bertanya dan berdiskusi
dengan asisten yang bersangkutan.
9. Setiap kelompok mahasiswa berkewajiban mendeskripsikan batuan
masing masing :
a. Batuan beku dan batuan metamorf.
b. Batuan sedimen sebanyak 2 buah.
Kesemuanya dikerjakan selama praktikum berlangsung.
10. Praktikan diwajibkan mendapatkan ACC dari asisten pada setiap lembar
kerja deskripsi.
11. Setelah selesai praktikum, setiap lembar deskripsi yang telah di CC
disimpan dan dimasukkan dalam buku laporan setelah seluruh acara
praktikum berakhir.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

10

2.4

HASIL PENGAMATAN
DESKRISI BATUAN BEKU :
1. No. Urut
:3
2. Warna
: Hitam
3. Jenis batuan
: Batuan Beku Basa
4. Struktur
: Skoria
5. Tekstur
: - Kristalinitas
- Granularitas
- Bentuk Kristal
- Relasi
6. Komposisi mineral : - Kuarsa
- Feldspar
7. Genesa

: Holohyalin
: Afanatik
:::
: Ortoklas
:: Plagioklas
:- Mineral khas
: Mineral Mafik
: Terjadi secara Extrusif (pembekuan magma

8. Nama batuan

terjadi di permukaan bumi).


: Batuan Obsidian.

Keterangan
1 = Skoria
2

2 = Holohyalin

Gambar 2.3 Batuan Beku Berupa Batuan Obsidian


DESKRISI BATUAN METAMORF :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

No. Urut
Jenis batuan
Warna
Struktur
Tekstur
Komposisi mineral
Nama batuan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

:3
: Batuan Metamorf Foliasi
: Abu Abu gelap
: Geneisic
: Granoblastik
: Mineral Stress
: Batuan Geneis

11

8. Genesa

: Batuan metamorf yang berasal dari


batuan sedimen (dengan proses
metamorfosa regional)

Keterangan
1 = Geneisic
1

2 = Granoblastik

Gambar 2.4 Batuan Metamorf Berupa Batuan Geneis

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN KE-1 :


1.
2.
3.
4.
5.

No urut
Warna
Jenis batuan
Struktur
Tekstur

:3
: Putih Kuning Kecoklatan
: Sedimen Klastik
: : - Ukuran butir
: Pasir halus
- Bentuk butir
: Membulat tanggung sampai
- Pemilahan
- Porositas
- Kemas
- Kompaksi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

12

bulat
:
Pemilahan
(moderately sorted)
: Sedang
: Kemas terbuka
: Getas / Bricle

sedang

- Permeabilitas

:-

6. Komposisi mineral :
a. Fragmen : Batu Gamping
b. Matriks : Ukuran pecahan batu gamping
c. Semen
: Karbonat
7. Nama batuan : Batuan gamping klastik berukuran pasir (calcanerite).
8. Ganesa
: Dari batuan non klastik yang terkena pelapukan,
mengendap, dan bercampur dengan pasir.
Keterangan

1 = Fragmen
(batugamping)
2 = Matrik (ukuran
pecahan
batugamping)
3 = semen (karbonat)

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN KE-2 :


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN KE-2 :
Gambar 2.5 Batuan Sedimen Berupa Batu gamping klastik (calcanerite)
1. No urut
:3
2. Warna
: Abu abu gelap
3. Jenis batuan
: sedimen klastik
4. Struktur
: 5. Tekstur
: - Ukuran butir
: Pasir sedang
- Bentuk butir
: Menyudut tanggung
- Pemilahan
: Pemilahan buruk (poor
sorted)
- Porositas
: Baik
- Kemas
: Kemas terbuka
- Kompaksi
: Getas / Bricle
- Permeabilitas
:6. Komposisi mineral :
a. Fragmen
: Batu Gamping
b. Matrik
: Ukuran pecahan batu gamping
c. Semen
: Karbonat
7. Nama batuan
: Batu gamping klastik berukuran pasir sedang
(calcanerite) lapuk.
8. Ganesa
: Dari batuan non klastik yang terkena pelapukan,
mengendap, dan bercampur dengan pasir.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

13

Gambar 2.6 Batuan Sedimen Berupa Batu gamping klastik (calcanerite) lapuk
Keterangan

Keterangan:
1 = Fragmen (batugamping)

1
2

2 = Matrik (ukuran pecahan


batugamping)
3 = semen (karbonat)
3

2.5

PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata dalam pemerian
atau deskripsi batuan beku, metamorf dan sedimen dapat dilakukan secara
Megaskopis dan Mikroskopis. Namun, kali ini penulis melakukannya secara
Megaskopis. Di bawah ini penjelasan tentang pemerian batuan beku.
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN BEKU
Berdasarkan prosentase kehadiran senyawa silika atau SiO 2
batuan beku dibedakan menjadi :
a. Batuan beku asam (66% SiO2)
b. Batuan beku intermediet (52% - 66% SiO2)
c. Batuan beku basa (45% - 52% SiO2)
d. Batuan beku ultra basa (< 45% SiO2)
WARNA
Warna adalah yang pertama kali dideskripsikan.
Warna yang terang disebut : abu abu cerah, biasanya merupakan
batuan beku asam.
Warna yang terang (sedang) disebut : abu abu sedang, biasanya
merupakan batuan beku intermediat.
Warna yang gelap di sebut : abu abu gelap, hitam, dan lain lain
biasanya merupakan batuan beku basa.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

14

Warna batuan beku yang penulis adalah hitam. Jadi, batuan


beku tersebut termasuk ke dalam batuan beku basa.
STRUKTUR
Struktur adalah kenampakan batuan tersebut yang meliputi :
1. Vesikuler
Adanya lubang lubang gas sewaktu penghabluran, arah lubang
teratur.
2. Skoria
Seperti vesikuler tetapi arah lubang tidak teratur.
3. Amigdaloidal
Lubang lubang gas berisi mineral sekunder.
4. Xenolitis
Fragmen batuan lain yang mengisi batuan yang mengintrusi.
Jika batuan tidak menampakkan tekstur seperti diatas disebut
struktur masif.
Struktur batuan yang penulis amati adalah Skoria, karena
secara megaskopis batuan tersebut memiliki arah lubang lubang
yang tidak teratur.
TEKSTUR
Pengamatan tekstur meliputi :
1. DERAJAT KRISTALISASI
a. Holokristalin : batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya.
b. Holohyalin
: batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya.
c. Hipokristalin : batuan terdiri dari massa kristal dan massa gelas.
Kristalinitas batuan beku yang penulis amati adalah
Holohyalin, karena batuan tersebut terdiri dari massa gelas
seluruhnya.
2. GRANULARITAS
a. Fanerik
: apabila kristalnya dapat terlihat jelas.
b. Afanitik
: kristalnya amat halus sulit dibedakan dengan mata
telanjang.
c. Porfiritik
: kristal kristal besar (phanerocryst) dilingkupi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

15

kristal kristal halus.


Granularitas batuan beku yang penulis amati adalah
Afanitik, karena secara megaskopis, penulis tidak dapat melihat
dengan jelas kristal yang terdapat pada batuan tersebut.
3. BENTUK KRISTAL
a. Euhedral
: batas mineral nampak sebagai bidang kristal masih
asli.
b. Subhedral
: sebagian batas mineral sudah tidak nampak lagi.
c. Anhedral
: bidang asli kristal tidak nampak lagi.
Bentuk kristal batuan beku yang penulis amati yaitu tidak
dapat teramati secara megaskopis.
4. HUBUNGAN ANTAR BUTIR (RELASI)
a. Equigranular : ukuran kristal relatif berukuran sama.
b. Ineguigranular : ukuran kristal relatif berukuran tidak sama.
Relasi batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat
teramati secara megaskopis akibat kristalnya sulit dilihat dengan
mata telanjang.

KOMPOSISI MINERAL
Sebagai petunjuk untuk menentukan komposisi mineral adalah
petunjuk indeks warna sebagai penentuan megaskopis :
1. Mineral Felsik (kristal mineral berwarna terang)
Kwarsa, Feldspar, Feldspatoid, Dan Muskovit.
2. Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap)
Biotite, Olivin, Piroksen, Amphibol.
Komposisi Mineral dari batuan beku yang penulis amati
merupakan Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap). Namun,
penulis tidak dapat menentukan mineral apa yang terdapat dalam
batuan tersebut secara megaskopis.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

16

GENESA
Genesa dari batuan beku basa yang penulis amati yaitu batuan ini
terbentuk secara Extrusif atau terbentuk dari magma yang membeku di
permukaan bumi dengan sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas
dominan dibanding kristal.
Berdasakan seluruh pendeskripsian batuan beku yang penulis
amati, batuan beku tersebut dalam batuan beku basa yang bernama
BATUAN OBSIDIAN.

Tabel 2.1 Klasifikasi Batuan Beku Asam, Intermediate dan Basa-Ultra Basa
Beserta Tekstur dan Komposisi Mineralnya
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN METAMORF

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

17

JENIS BATUAN
Batuan metamorf berdasarkan cara terbentuknya, dibedakan
menjadi 2, yaitu :
1. Foliasi: hasil metamorfosa regional yang memperhatikan kesan
perlapisan dari mineral mineral yang terorientasi secara paralel atau
sejajar.
2. Non Foliasi: hasil metamorfosa kontak / thermal yang tidak
memperlihatkan kesan.
Jenis batuan metamorf yang penulis amati, yaitu Batuan
Metamorf Foliasi yang dapat memperlihatkan kesan perlapisan yang
terorientasi sejajar.
WARNA
Warna dari batuan metamorf foliasi yang kita amati yaitu abu
abu gelap.
STRUKTUR
a. Foliasi
Slaty Cleavage : penjajaran kristal mineralnya sangat halus,
cenderung mudah membelah. Contoh: Batu

Filitik

Sekistos

Geneisic

Sabak.
: penjajaran kristal mineral pipih dari kepingankepingan mika. Contoh : Batu Filit.
: perulangan penjajaran kristal mineral piph dan
butiran. Contoh :Batu Sekis.
: perulangan penjajaran kristal mineral butiran/
granular,

ketebalan

perlapisan

Contoh: Batuan Geneis.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

18

antar

1mm.

Gambar 2.7 Macam


macam Struktur Foliasi
b. Non Foliasi

Hornfelsik : tidak menunjukkan orientasi butiran, di jumpai pada

batuan hornfels.
Kataklastik : merupakan pecahan atau fragmen batuan/mineral,
dijumpai pada zona patahan.

Milonitik : sama seperti kataklastik tetapi butirannya lebih


halus,zona patahan disini diperkirakan lebih kuat karena butiran
lebih halus dan berorientasi mineral.
Struktur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu

Geneisic,

disebabkan

perulangan

penjajaran

kristal

mineral

granular, ketebalan perlapisan antar 1 mm.


TEKSTUR
Dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kristaloblastik
Tekstur yang tumbuh saat metamorfosa, sehingga tekstur asal
batuan tidak nampak.
Lepidoblastik : kesan orientasi sejajar pada mineral pipih.
Nematoblastik : orientasi sejajar pada mineral prismatik.
Granoblastik : butiran mineral yang berorientasi.
Porfiroblastik : kristal besar tertanam dalam massa dasar kristal

lebih halus.
Idoblastik : berupa mineral euhedral.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

19

Xenoblastik : berupa mineral anhedral.

2. Palimpsest (tekstur sisa dari batuan asal)


Tekstur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu
termasuk Kristaloblastik dalam jenis Granoblastik, karena terlihat
dalam batuan tersebut butiran mineral berorientasi.
KOMPOSISI MINERAL
Dibedakan menjadi 2 golongan yaitu, :
1. Mineral Stress
Mineral berbentuk pipih, tabular atau prismatic (mika, hornblende,
biotit).
2. Mieral Anti Stress
Mineral berbentuk equidimensional (kuarsa, kalsit, granit, dan lain
lain).
Komposisi Mineral batuan metamorf foliasi yang penulis amati
yaitu termasuk dalam Mineral Stress, karena mineral dari batuan ini
berupa mika (berbentuk pipih). Namun, juga terdapat Mineral Anti
Stress berupa kuarsa dan lain lain.
GENESA
Genesa dari batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu
batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen yang terjadi dalam
temperatur dan tekanan yang tinggi.
Berdasarkan seluruh pendeskripsian batuan metamorf yang
penulis amati, batuan metamorf tersebut termasuk dalam Batuan
Metamorf Geneis.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

20

Tabel 2.2 Klasifikasi dan Identifikasi Batuan Metamorf

PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

21

Berdasarkan penelitian secara megaskopis

pada setangan batuan

sedimen yang penulis lakukan, penulis dapat mendeskirpsikan batuan


sedimen sebagai berikut:
WARNA
Warna batuan sedimen pertama yang penulis amati adalah warna
putih kuning kecoklatan. Sedangkan warna batuan sedimen kedua
berwarna abu abu gelap.
JENIS BATUAN
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. Sedimen klastik, yang terjadi melalu proses pelapukan / erosi baik
pelapukan

mekanik

ataupun

biokimia,

umumnya

berbentuk

butiran/detritus, telah tertransportasi ke tempat lain.


2. Sedimen Non klastik, pembentukannya biasanya in situ, dan tidak
berbentuk butiran, melalui proses pembentukan batuan sedimen secara
biologi atau kimiawi.
Jenis kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah batuan
sedimen

klastik,

karena

kedua

batuan

tersebut

berbentuk

butiran/detritus.
1. SEDIMEN KLASTIK
STRUKTUR
Struktur pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur
primer lapisan batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded
bedding, ripple mark dan lain lain.
Struktur kedua batuan sedimen yang penulis amati
tidak dapat diketahui, karena struktur pada batuan sedimen
hanya dapat diamati secara langsung di lapangan.
TEKSTUR

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

22

Pengamatn terdiri dari :


a. Ukuran butir
Menggunakan skala Wenworth sebagai pedoman pendeskripsian

Tabel 2.3 Skala Wenworth


Ukuran butir batuan sedimen yang pertama penulis
amati adalah berukuran pasir halus (fine sand). Sedangkan
batuan sedimen kedua yang penulis amati memiliki ukuran
butir lebih besar yaitu berukuran pasir sedang (medium sand).
b. Derajat pemilahan
Tingkat keseragaman butir pembentukan batuan sedimen :
Pemilahan baik (well sorted)
Pemilahan sedang (moderalely sorted)

Pemilahan buruk (poorly sorted)

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

23

Adapun derajat pemilahan batuan sedimen pertama


yang penulis amati adalah pemilahan sedang (moderalely
sorted), karena tingkat keseragaman butir pembentukan
batuannya lumayan seragam. Sedangkan derajat pemilahan
batuan sedimen kedua tergolong kepada pemilahan buruk
(poorly sorted). Karena butir pembentukan batuannya
sangat tidak seragam.
c. Bentuk Butir
Macam macam bentuk butir batua sedimen, yaitu:
Angular/menyudut
Sub angular/ menyudut tanggung
Sub rounded / membulat tanggung
Rounded / membulat
Well rounded / membulat sempurna
Setelah penulis amati, ternyata bentuk butir batuan
sedimen pertama adalah tanggung sampai membulat.
Sementara, bentuk butir batuan sedimen kedua yang
penulis amati adalah menyudut tanggung (sub angular).
d. Porositas
Porositas adalah kemampuan batuan untuk menyerap dan
menyimpan cairan dalam pori porinya. Hal ini sangat
tergantung pada kemas, ukuran butir, bentuk butir,dan kemas.
Porositas batuan sedimen pertama yang penulis amati
adalah porositas sedang. Berarti batuan tersebut cukup
mampu menyerap dan menyimpan cairan dalam pori
porinya. Sedangkan batuan sedimen kedua memiliki
porositas yang baik. Artinya batuan ini sangat mampu
menyerap dan menyimpan cairan dalam pori porinya.
e. Kemas
Kemas tertutup

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

24

Adanya kontak antar butiran tanpa massa dasar diantaranya.


Kemas terbuka
Adanya massa dasar yang memisahkan antar butirnya.
Kemas dari kedua batuan sedimen yang penulis amati

adalah kemas terbuka.


f. Kompaksi
Kompaksi adalah proses penyatuan pada material
material sedimen asehingga jarak antar material semakin dekat
dan menyebabkan sedimen dapat menjadi kompak.
Kompaksi dari kedua batuan sedimen yang telah
penulis amati adalah getas / bricle.
g. Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk dilalui
fluida melalui media yang berpori pori dan saling
berhubungan.
Permeabilitas kedua batuan sedimen yang penulis
amati tidak dapat diketahui karena tidak dapat diamati
secara megaskopis.

KOMPOSISI MINERAL
Dibagi menjadi 3 komponen :
Fragmen,butiran atau fosil dengan ukuran relatif besar.
Matrik, butiran pembentuk dengan ukuran relatif lebih kecil dan

kemas.
Semen, ada 3 jenis yaitu karbonat, silikat dan oksida besi.
Komposisi mineral dari kedua batuan sedimen yang

penulis amati adalah sama, yaitu :


Fragmennya berupa batu gamping.
Matriknya berupa ukuran pecahan batu gamping.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

25

Semennya berupa karbonat.


GENESA
Kedua batuan sedimen yang penulis amati terbentuk dari
batuan non klastik yang mengalami pelapukan, mengendap, dan
bercampur dengan pasir.
Dari pendeskripsian dua contoh setangan batuan
sedimen yang penulis lakukan, dapat diketahui nama batuan
sedimen yang penulis amati adalah:
1) Batuan gamping klastik berukuran pasir (calcanerite).
2) Batuan

gamping

klastik

berukuran

pasir

sedang

(calcanerite) lapuk.
2. SEDIMEN NON KLASTIK
a. Struktur
Pada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan
monomineralik.
b. Tekstur
Tekstur terdiri dari : kristalin, amorf, gelas, dan fibrous.

Tabel 2.4 Klasifikasi dan Identifikasi Batuan Sedimen


2.6

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, penulis dapat
mendeskripsikan batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.
Pada pemerian batuan beku yaitu batuan obsidian warna hitam
termasuk batuan beku basa. Batuan ini termasuk dalam struktur scoria.
Tekstur massa gelas seluruhnya. Bergranularitas Afanitik, sehingga
mendeskripsikan bentuk kristal dan relasi sulit dilakukan. Komposisi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

26

mineral berupa mineral mafik. Batuan ini terbentuk secara extrusif dengan
sangat cepat sehingga terbentuk gelas yang lebih dominan dibanding kristal.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

27

Pada pemerian batuan metamorf yaitu batuan metamorf foliasi berupa


batuan geneis warna abu-abu gelap berstruktur Geneisic. Teksturnya
termasuk Kristaloblastik yaitu Granoblastik. Komposisi mineral termasuk
mineral stress berupa mika. Batuan Geneis berasal dari batuan sedimen yang
terjadidalam temperatur dan tekanan tinggi.
Pada pemerian batuan sedimen pertama yaitu batugamping klastik
berukuran pasir (calcanerite) berwarna putih kuning kecoklatan dan
berjenis batuan sedimen klastik. Dilihat dari struktur, ukuran butirnya fine
sand,

berbentuk

membulat

tanggung

sampai

membulat.

Derajat

pemilahannya adalah moderately sorted, berporositas sedang, berkemas


terbuka dan kompaksinya getas/bricle. Permeabilitasnya tidak dapat diamati
secara

megaskopis.

Komposisi

mineralnya

yaitu

fragmen

berupa

batugamping. Matrik berupa ukuran pecahan batugamping dan semen


berupa karbonat. Batu tersebut terbentuk dari batuan non-klastik yang
mengalami pelapukan, mengendap dan bercampur dengan pasir.
Sedangkan batuan sedimen kedua yaitu batugamping klastik
beruikuran pasir (calcanerite) lapuk berwarna abu-abu gelap. Jenis,
struktur, permeabilitas, kemas, kompaksi, komposisi mineral dan genesa
batuannya sama dengan batuan sedimen pertama. Sementara ukuran butir
batu ini berukuran medium sand dengan bentuk butir menyudut tanggung.
Derajat pemilahannya termasuk poorly sorted. Porositasnya cukup baik.
Jadi, dalam pengamatan secara megaskopis dapat dideskripsikan sifat
dan ciri batuan melalui beberapa unsur yang dapat digunakan sebagai
pembeda dengan batuan batuan lain.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

28

BAB III
PETA TOPOGRAFI
3.1

PENDAHULUAN
Untuk memberikan bekal kepada praktikan didalam membuat dan
terutama membaca peta topografi. Sehingga praktikan mempunyai
pengetahuan tentang bagaimana proses pembentukan peta topografi, serta
dapat membuat dan membaca profil penampang vertikal dengan baik.

3.2

DASAR TEORI
Peta merupakan miniature dua dimensi yang menggambarkan bagian
bagian bumi dan penyebaran dari permukaan bumi secara horizontal yang
terlihat dari atas dengan skala tertentu, yang kurang lebih sesuai dengan
daerah yang sebenarnya.
Dengan penggambaran peta topografi, relief digambarkan dengan :
a. Garis Hachures
Berupa garis garis lurus dari titik tertinggi ke arah titik terendah, searah
lerengnya.
b. Shading (bayangan)
Pada daerah curam diberi bayangan gelap dan pada daerah landai
bayangan cerah.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

29

c. Painting (pewarnaan)
Pada umumnya warna akan semakin gelap pada daerah curam.
d. Garis Kontur
Digambarkan dengan cara cara menghubungkan titik titik yang
mempunyai ketinggian yang sama.

Dalam kenyataannya metoda garis kontur lebih banyak digunakan.


Peta kontur mempunyai :
Sifat kualitatif
Hanya menunjukkan pola penyebaran bentuk roman muka bumi.
Sifat kuantitatif
Menunjukkan pola dan penyebaran secara horizontal dan vertical dengan
besaran besarannya.
Ada 3 unsur yang penting dalam peta topografi :
1. Relief
Fenomena di alam yang memperlihatkan tinggi atau rendahnya
suatu daerah, meliputi: dataran, bukit, lembah, dan lain lain.
Pembentukan relief sangat dipengaruhi oleh factor endogen dan eksogen.
2. Drainage
Pola pengaliran adalah segala macam bentuk yang berhubungan
dengan penyaluran air, baik di permukaan maupun dibawah permukaan
bumi.
3. Culture
Segala bentuk hasil budidaya aktivitas manusia seperti: perumahan,
jalan, pasar, dan sebagainya.
Unsur unsur kelengkapan Peta Topografi antara lain :
1. Skala
Perbandingan jarak horizontal sebenarnya dengan jarak pada peta, ada 3
macam skala :
a. Skala RF (representative fraction scale)
1 : 60.000 atau 1/60.000

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

30

Artinya, 1 cm pada peta sama dengan 60.000 cm atau 600 meter


sebenarnya.
b. SkalaGrafis
Perbandingan dengan menggunakan garis.
0

50.00

kilometers
c. Skala Verbal
Dinyatakan dengan ukuran panjang 1 cm = 10 km
Biasanya merupakan kombinasi antara skala RF (representative
fraction scale) dengan skala verbal.
2. Orientasi Peta
Arah utara harus selalu dicantumkan, sebagai penyesuaian antara arah
utara peta dan arah utara jarum kompas. Ada 2 arah utara:
a. Arah utara magnetik
b. Arah utara sebenarnya
Dalam peta topografi keduanya akan membentuk sudut yang
disebut Deklinasi.
3. Legenda
Ditunjukkan dengan simbol dan gambar serta keterangan.
4. Indeks Administrasi
Berhubungan dengan perizinan di lapangan.
5. Coverage Diagram
Menunjukkan dari mana dan bagaimana memperoleh data (foto udara,
pengukuran di lapangan atau berdasarkan sketsa).
6. Indeks to adjoining sheet
Lokasi atau kedudukan peta terhadap lembar peta disekitarnya (sistem
quadrangle).
7. Edisi Peta
8. Judul Peta
Didalam pembuatan peta kontur kita harus dapat memahami sifat
sifat kontur :
1. Garis kontur merupakan garis tertutup.
2. Garis kontur tidak bercabang.
3. Garis kontur tidak akan saling bertemu dengan garis kontur yang
berbeda nilainya.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

31

4. Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut (0 meter).
5. Garis kontur rapat menunjukkan lereng curam.
6. Garis kontur renggang menunjukkan lereng landai.
7. Pada cliff garis kontur bisa saling memotong.
8. Garis kontur membelok ke arah hulu jika memotong sungai.
9. Garis kontur bergerigi menunjukkan suatu lembah atau cekungan.
10. Garis kontur putus putus menunjukkan bagian puncak bukit.
Ada beberapa hal lagi yang diperhatikan yaitu didalam menentukan :
Interval Kontur
Merupakan jarak ventrikel antara garis kontur yang satu dengan garis
kontur yang lain secara berurutan, dengan menggunakan rumus :
1
IK = skala peta 2000
Kontur Indeks
Garis kontur yang tercetak lebih tebal dari pada garis kontur yang
lainnya.
Profil Topografi
Merupakan salah satu cara untuk memperagakan konfigurasi dari
permukaan bumi sepanjang penampang vertikal kerak bumi.
Fungsinya untuk memvisualisasikan bentang alam secara tegak/vertikal.
Untuk itu perlu skala, H : V = 1: 1 atau H : V = 1 : 2
Sistem Quadrangle
Di Indonesia ada 2 sistem :
1. Sistem Lama
Peninggalan Belanda dan hanya dipakai di Indonesia, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pembagian kotak dengan luas 20 x 20 berskala 1:100.000
b. Titik 0 bujur ada di Jakarta dan titik 0 lintang ada di equatorial.
c. Penomoran garis lintang dengan angka romawi sedang penomoran
garis bujur dengan angka arab.
Contoh :

40

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

32

XX

No lembar peta 40/XX, skala

1 : 100.000

No lembar peta 40/XX-A, skala

1 : 50.000

No lembar peta 40/XX-a, skala

1 : 25.000 (luas 9 X 9 km).

2. Sistem Baru
Notasinya semua ditulis dengan angka arab, pembagian kotakkotaknya mempunyai luas 30 x 20 dengan 0 derajat dihitung dari
Greenwich. Cara penulisannya adalah misal 5018 dengan angka 50
merupakan angka perubahan secara horizontal dengan angka 18
merupakan perubahan secara vertikal.
Contoh:
2019

2119

2018

IV

III

II

2118

Peta no. 2019

berskala 1 : 100.000

Peta no. 2019-IV

berskala 1 : 50.000

Peta topografi biasanya dipergunakan sebagai peta dasar, yang


mempunyai fungsi untuk merekam segala data-data bentang alam,
seperti penyebaran batuan, sesar, lipatan, morfologi bentang alam, dan
sebagainya.
Pembuatan peta topografi dibuat dan disesuaikan untuk berbagai
kegunaan, seperti bidang militer, teknik sipil, pertambangan, dan
sebagainya.
3.3

TUGAS PEMBUATAN PENAMPANG DAN PETA TOPOGRAFI

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

33

Prosedur Pembuatan Penampang dan Peta Topografi :


1. Memperhatikan lembar berisi angka-angka ketinggian (gambar dari
asisten praktikum) yang harus dihubungkan satu dengan yang lainnya
cukup dengan metode Free Hand Contur dan memperhatikan pula
penggunaan metode perhitungan yang akan diberikan oleh asisten saat
praktikum.
2. Setelah dihubungkan, Memulai menarik garis konturnya dengan skala
1:100.000, dengan masing masing kontur bernilai 50 meter.
3. Memberikan interval kontur, IK = Skala Peta x 1/2000.
4. Membuat penampang vertical dari garis AB dan CD, sehingga bisa
terlihat topografi apa yang nampak.
5. Menyelesaikan gambar tersebut di rumah setelah mendapat petunjuk
dari asisten dan meminta ACC dari asisten yang bertugas saat praktikum
stratigrafi.

3.4 HASIL PENGAMATAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

34

Gambar 3.1 Peta Topografi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

35

PENAMPANG TOPOGRAFI

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

36

Gambar 3.2 Penampang Topografi

3.5 PEMBAHASAN
Pada peta topografi ini menggunakan interval kontur dengan kelipatan
25. Didalam peta topografi yang kita kerjakan, hulu berada diatas peta yaitu
garis sungai yang tidak bercabang. Jika garis kontur melewati atau
memotong maka garis kontur itu akan dibuat belokan yang arahnya ke arah
hulu sungai supaya pembaca mengetahui dan memahami bahwa yang
dilewati adalah sungai, danau, dan lain sebagainya. Di peta juga ditemukan
ketinggian yang berada diantara ketinggian 410 dan ketinggian 465 yaitu
ketinggian 480 yang dianggap sebagai suatu daratan tinggi atau gunung.
Kemudian dibuatlah penampang dari garis kontur yang sudah
dibuat di peta topografi tersebut yang menghasilkan suatu lereng. Lereng
didalam peta topografi ini menunjukkan bahwa didalam peta topografi,
semakin menuju ke hulu maka semakin tinggi dan curam lereng yang
terbentuk. Gunung atau dataran tinggi ditunjukkan dengan angka yang lebih
besar diantara bilangan angka yang lebih kecil atau dengan pewarnaan yang
lebih terang dari pewarnaan lembah yang diwarnai dengan warna lebih
gelap.

3.6 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah penulis lakukan, penulis dapat
menambah pengetahuan tentang pembuatan dan bagaimana cara membaca
peta topografi sehingga penulis mempunyai pengetahuan tentang bagaimana
proses pembentukan peta topografi sekaligus membuat dan membaca profil
penampang secara vertikal. Penulis juga dapat berlatih menggambar relief
dengan garis kontur. Dalam peta topografi ini, penulis dapat menyimpulkan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

37

adanya relief didalam peta topografi yang dibuat. Di dalamnya terdapat


lereng dan gunung atau dataran tinggi, di dalam peta topografi ini
ditunjukkan dengan angka 480 yang dikelilingi oleh angka 410 dan angka
465 yang

disimbolkan sebagai ketinggian menyimpulkan bahwa di

ketinggian 480 di anggap sebagai dataran tinggi atau gunung sedangkan


untuk ketinggian 410 dan ketinggian 465 merupakan lereng atau dataran
rendah. Setelah kita dapat membuat garis kontur kita juga membuat
penampang dari garis kontur yang sudah terbentuk. Hal ini dilakukan untuk
dapat membaca profil penampang vertikal dengan baik.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

38

BAB IV
STRATIGRAFI
4.1

PENDAHULUAN
Memberikan peragaan secara langsung proses pembuatan kolom
penampang stratigrafi melalui langkah langkah tertentu serta sejarah
pengendapannya.

4.2

DASAR TEORI
Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari gambaran serta
hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya dalam ruang dan
waktu geologi. Dasar dari penyusunan lapisan batuan dari yang tertua di
bagian bawah sampai yang termuda di bagian atas berdasarkan data-data
yang diketemukan di alam, telah menggambarkan sejarah geologinya.
Dengan menyusun stratigrafi kita bisa menafsirkan kemungkinan
terjadinya jebakan ekonomis seperti : migas.
Penyusunan stratigrafi batuan didasarkan pada :
1. Lithostratigrafi
2. Biostratigarfi
3. Kronostratigrafi
Unsur-unsur stratigrafi, meliputi : Batuan, Struktur sedimen dan Waktu.
Berdasarkan metode dipakai untuk menentukan waktu geologi, antara lain :
Metode fossil ; biostratigrafi
Metode lapisan ; lithostratigrafi
Metode paleomagnetik

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

39

Metode radioaktif
Metode fission track
Beberapa Konsep Dasar Stratigrafi
N. Steno, 1667
1. Hukum Superposisi
Pada kondisi normal, maka lapisan yang tua
tertutup oleh lapisan lebih muda yang terletak
diatasnya.
2. Hukum Keaslian Horisontal
Lapisan
diendapkan
sejajar

batuan
pada

dengan

sedimen

pada

awalnya

permukaan

horisontal/relatif

permukaan

dasar

tempat

pengendapan.
3. Hukum Kesinambungan Lateral
Lapisan sedimen pada suatu cekungan akan terbentuk lateral dan
membaji pada bagian tepinya. Terkecuali pada lingkungan pengendapan
dibawah ini :

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

40

Gambar 4.1 Lingkungan Pengendapan Pengecualian Pembentukan Lateral


J. Hutton, 1785, Hukum Keseragaman
Proses-proses yang terjadi di masa lampau akan mengikuti hukumhukum yang berlaku pada masa sekarang.
De Soulovie, 1877, Hukum Urutan Fauna
Fossil pada setiap lapisan bawah akan berbeda dengan fossil
lapisan diatasnya.
William Smith, 1816, Hukum Identifikasi Lapisan Dengan Fossil
Lapisan-lapisan batuan dibedakan berdasarkan sifat-sifat fossil
berupa fossil diagnostik/fossil indeks.
George Cuvier, 1769, Hukum Kepunahan Organik
Gambar
Lapisan batuan yang lebih muda mengandung fossil yang
menyerupai makhluk sekarang dibanding masa lampau yang terkandung
pada lapisan yang lebih tua.
Hukum Penerobosan
Suatu penerobosan atau intrusi umurnya akan lebih muda daripada
lapisan batuan yang diterobosnya.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

41

Gambar 4.2 Intrusi Batuan


Hubungan Strata
Dibedakan menjadi 2 :
1. Ketidakselarasan (unconformity)
Peristiwa tidak menerusnya sedimentasi karena adanya gap atau
bidang erosi. Ada 4 jenis ketidakselarasan :

Disconformity.
Batas ketidakselarasan atau bidang erosi sejajar dengan
perlapisan batuan, faktor penyebabnya bisa tektonik pengangkatan.

Gambar 4.3 Disconformity

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

42

Nonconformity
Batas ketidakselarasan merupakan persentuhan antara batuan
beku/metamorfosa dengan batuan sedimen.

Gambar 4.4 Nonconformity

Angular Unconformity
Batas ketidakselarasan antara lapisan batuan sedimen dengan
batuan sedimen lainnya membentuk sudut seperti pada pegunungan
lipatan.

Gambar 4.5 Angular Conformity

Para Conformity.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

43

Bidang ketidakselarasan sejajar perlapisan batuan sedimen,


sehingga agak sulit untuk dideteksi dan biasanya bidang erosi
berupa basal konglomerat.

Gambar 4.6 Para Conformity


2. Keselarasan (Conformity)
Hubungan antar lapisan batuan sedimen menerus tidak
mengalami gangguan.
KORELASI
Adalah menghubungkan perlapisan-perlapisan batuan sedimen yang
mempunyai kesamaan waktu yang berada dalam satu posisi stratigrafi yang
sama atau dalam cekungan sedimen yang sama, dengan membandingakn
kemiripan antar batuannya.
Ada 2 macam korelasi :
1. Korelasi Fisik
Berdasarkan kesamaan lithologi dan variasi lateralnya dibedakan :

Sifat batuan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

44

Keteraturan variasi lithologi


Adanya ketidakselarasan
Sifat kelistrikan batuan
Sifat radioaktif
2. Korelasi Paleontologi
Fossil Indeks

Evolusi fossil

PENAMPANG STRATIGRAFI
Penampang stratigrafi digunakan untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh urut-urutan lapisan antar abtuan secara vertikal menurut waktu.
Dalam pembuatannya harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Deskripsi batuan pada setiap lapisan.


Ketebalan dan skalanya.
Hubungan antara batuan atau kontaknya.
Interpretasi lingkungan pengendapan dari fossilnya.
Menyusun urutan sedimentasi.
Menyusun urutan umur batuan dalam ruang dan waktu geologi.

4.3 TUGAS PENAMPANG STRATIGRAFI DAN SEJARAH GEOLOGI


Prosedur pembuatan kolom stratigrafi :
1. Memperhatikan tugas gambar yang diberikan asisten.
2. Membuat urut-urutan batuan sesuai degan gambar yang menggambarkan
pula urut-urutan umur lapisan batuannya.
3. Menceritakan sejarah pengendapannya.
4. Memberikan pula lapisan batuan mana yang merupakan batuan
reservoir, batuan induk atau batuan penutup.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

45

5. Memberikan alasan-alasannya.
6. Menyelesaikan gambar tersbut di rumah setelah mendapatkan petunjuk
dari asisten dan minta ACC asisten yang bertugas saat praktikum
stratigrafi.
4.4 HASIL PENGAMATAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

46

Gambar 4.7 Stratigrafi Batuan

PEWARNAAN LAPISAN BATUAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

47

Gambar 4.8 Pewarnaan Lapisan Batuan

4.5 PEMBAHASAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

48

Berdasarkan gambar pada praktikum yang penulis lakukan, ada


beberapa batuan yang mengalami keselarasan (conformity) yaitu mulai
batulempung, batupasir, napal, dan breksi karena antar batuan sedimen
tersebut berlapis menerus tidak mengalami gangguan. Namun, pada lapisan
batugamping mengalami disconformity, hal tersebut terjadi karena ada
kegiatan

tektonik

sehingga

mengakibatkan

kekosongan

ditengah

batugamping yang terisi konglomerat.


Dari segi umur batuan tersebut, jika di urut dari umur batuan paling
tua yaitu: batulempung, batupasir, napal, breksi, batugranit (sebagai batu
instrusi yang menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai
batuan penutup.
Dari pewarnaan batuannya, batulempung yang berada di lapisan
terbawah berwarna hijau tua, kemudian batu pasir berwarna kuning, napal
berwarna hijau muda, batu breksi berwarna orange, batugamping berwarna
biru muda sedangkan batuan yang menginstrusinya berwarna jingga. Batu
lempung di lapisan teratas merupakan batulempung yang umurnya muda
sehingga berwarna hijau tua yang lebih muda dari batu lempung yang
berada di lapisan terbawah.
4.6 KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan

praktikum

stratigrafi,

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa pada gambar yang diberikan oleh asisten ternyata ada
selaras atau conformity yaitu: batulempung, batupasir, batunapal, dan
batubreksi. Hal tersebut terjadi karena antar batuan sedimen tersebut
berlapis menerus. Selain itu, juga terdapat batugamping yang tersusun
secara tidak selaras atau unconformity disebabkan adanya kegiatan tektonik
sehingga terjadi kekosongan di tengah batugamping. Lain halnya dengan
batuan beku yang menerobos batu lempung, batupasir, napal dan breksi
sehingga terjadi nonconformity karena umur batuan beku tersebut lebih
muda.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

49

Umur batuan tersebut dari yang paling tua yaitu : batulempung,


batupasir, batunapal, batubreksi, batugranit(yang menerobos), batugamping,
dan batulempung muda sebagai batuan penutup.

BAB V
GEOLOGI STRUKTUR

5.1

PENDAHULUAN
Mengenalkan praktikan gambaran secara dua dimensi (peta geologi),
serta pada tiga dimensi (blok diagram). Disamping memahami bagaimana
kontrol struktur (lipatan dan sesar) menyebabkan perubahan atau deformasi
terhadap lapisan batuan sedimen.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

50

5.2

DASAR TEORI
Geologi Struktur adalah merupakan ilmu yang mempelajari bentuk
arsitektur bumi termasuk gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada kulit bumi.
Ada 2 macam Struktur Geologi :
1. Struktur Primer
Struktur ini terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan
batuan sedimen. Contoh : struktur sedimen; perlapisan, silang siur, dan
lain-lain.
2. Struktur Sekunder
Struktur ini terbentuknya setelah proses pengendapan batuan
sedimen, berupa deformasi akibat gaya-gaya dari dalam bumi. Contoh:
sesar, lipatan, kekar.

STRUKTUR PRIMER
Harus diperhatikan disini adalah karena adanya perlapisan batuan
maka perlu diukur :

Jurus lapisan batuan

Kemiringan lapisan batuan

STRUKTUR SEKUNDER
Kekar atau joint

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

51

Suatu rekahan pada massa batuan tetapi tidak mengalami


pergeseran pada bidang rekahanya, lebih dipengaruhi oleh pengurangan
atau hilangnya tekanan/tarikan yang bekerja dalam kerak bumi.
Klasifikasi Kekar :
1. Berdasarkan bentuknya :
Sistematik joint, dijumpai berpasangan dengan arah saling sejajar.

Non Sistematik joint, dapat saling bertemu tetapi tidak memotong


kekar lainnya.

2. Berdasarkan ukurannya :
Micro joint, ukuran kekar sangat kecil, hanya dapat diamati dengan

mikroskop.
Major joint, dapat dilihat secara megaskopis.

Master joint, ukuran kekar dapat mencapai 100 ft, dapat diamati
dengan foto udara.

3. Berdasarkan cara terjadinya :


Shear joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh tekanan.
Tension joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau

hilangnya tekanan.
Release joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau
hilangnya tekanan

Perlipatan
Proses epirogenesa/orogenesa yang mengakibatkan batuan sedimen
mengalami pengangkatan jalur gerak bumi oleh tenaga endogenik
sehingga terbentuk pembubungan batuan berupa antiklin. Tenaga
endogenik disini adalah gaya tekanan dan tarikan.
Bagian-bagian dari perlipatan :
Sinklin
Antiklin
Limb, sayap
Axial plane, bidang planar lipatan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

52

Axial surface
Axial line, garis poros/garis khayal yang menghubungkan titik-titik
lengkung maksimum pada permukaan bidang lipatan.

Jenis-jenis Lipatan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Lipatan Overturned
Lipatan Recumben atau Rebah
Lipatan Menunjam
Lipatan Tidak Menunjam
Lipatan Simetri
Lipatan Asimetri

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

53

Gambar 5.1 Bentuk Geometri Lipatan dan Bagian-bagiannya

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

54

Gambar 5.2 Struktur Lipatan Dalam Blok Diagram dan Kenampakan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

55

Dalam Peta Topografi


Patahan/Sesar
Bidang rekahan dalam kulit bumi yang mengalami pergeseran,
dimana arahnya sejajar dengan bidang rekahannya dan menyebabkan
perbedaan posisi dari massa batuan yang satu dengan yang lain. Sesar
terjadi pada zona lemah yang terjadi pada batuan yang keras dan rapuh
dimana pergeserannya mencapai ribuan kilometer, contoh : Sesar
Semangko Sumatera.
Unsur-Unsur Sesar :
1. Hanging Wall, massa batuan di bagian atas bidang sesar.
2. Foot Wall, massa batuan di bagian bawah bidang sesar.
3. Bidang Sesar, bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang
tergeserkan.
4. Throw, jarak pergeseran secara vertikal.
Klasifikasi Sesar berdasarkan pergerakan relatif bidang sesarnya :
1. Sesar Naik
Arah poros utama tegasan terbesar adalah vertikal/gaya berat,
sehingga sering disebut sebagai Gravity Fault. Hanging wall relatif
naik terhadap foot wall.
2. Sesar Turun
Arah poros utama tegasan terbesar adalah horisontal. Hanging
wall relatif nai terhadap foot wall. Berdasarkan dip/kemiringannya
sesar naik dibedakan menjadi 3 yaitu :
Reverse Fault, dip bidang sesar > 450.
Thrust Fault, dip bidang sesar < 450.
Overthrust Fault, dip bidang sesar < 100.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

56

Gambar 5.3 Bagian bagian Struktur Sesar Turun

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

57

Gambar 5.4 Sesar Turun, Sesar Naik, Sesar Geser, Horst dan Graben
3. Sesar Mendatar
Poros utama tegasan terbesar adalah horizontal dengan arah
gerakan sejajar dengan jurus bidang sesarnya.

KONSEP TEKTONIK LEMPENG

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

58

Konsep tektonik lempeng pada perkembangannya dapat diterima


dengan baik oleh para ahli kebumian, terutama berkenaan dengan
penerapannya didalam eksplorasi migas. Dimana banyak penemuan
cekungan-cekungan migas ditemukan dengan mempergunakan model
tektonik lempeng.
Indonesia merupakan produk daripada pertemuan 3 lempeng
besar :
a. Lempeng Samudra hindia-Australia, bergerak relatif ke utara.
b. Lempeng Benua Asia, bergerak relatif ke selatan.
c. Lempeng Samudra Pasifik, bergerak relatif ke barat.
Akibatnya interaksi ketiga lempeng diatas, maka Indonesia memiliki
sekitar 60 cekungan.
5.3

TUGAS GEOLOGI STRUKTUR


Prosedur :
Perhatikan tugas gambar yang diberikan asisten :
A. Tugas struktur lipatan
1. Memblok diagram pada lembar tugas, adalah berupa lipatan antiklin
dan sinklin tersesarkan (A dan E).
2. Sesar berupa sesar naik (B dan F).
3. Pada bagian yang naik mengalami erosi (C dan G).
4. Memberikan gambaran dalam dua dimensi pada kotak D dan H.
B. Tugas Struktur Sesar
1. Membuat blok diagram dari lapisan batuan yang mengalami sesar naik
dan turun dengan data data:
d. Kemiringan lapisan batuan sedimen 30o.
e. Kemiringan bidang sesar naik 64o.
f. Kemiringan bidang sesar turun jarak pergeseran 1 cm.
2. Melengkapi gambar dan memperhatikan pergeseran
batuannya.

5.4

HASIL PENGAMATAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

59

lapisan

5.5

PEMBAHASAN

Gambar 5.5 Struktur Lipatan

Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, dapat dijelaskan bahwa


pada gambar A terdapat 3 lapisan yaitu lapisan a,b, dan c. Pada gambar
penulis, a berwarna kuning, b berwarna hijau dan c berwarna merah.
Gambar tersebut ada dalam keadaan Antiklin.
Pada gambar B, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar
tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Dan bagian

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

60

belakangnya naik. Sedangkan pada gambar C dapat dijelaskan bahwa dari


pengangkatan tersebut terjadi erosi sehingga bagian belakang dari lapisan
lapisan tersebut hilang, dan menjadi gambar C. Saat erosi itu terjadi, lapisan
C hilang sehingga hanya tertinggal lapisan a dan b.

Gambar 5.6 Lapisan Sesudah Terjadi Erosi Dalam Keadaan Antiklin


Setelah itu, penulis membuat gambar dua dimensi dari gambar C.
Gambar dua dimensi tersebut digambar di kolom D.
Gambar gambar selanjutnya berada keadaan sinklin. Penulis
menentukan lapisan a berwarna kuning, lapisan b berwarna hijau dan
lapisan c berwarna merah. Gambar E berada dalam keadaan normal dan
pada gambar F, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut
terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Bagian belakangnya naik.
Sedangkan pada gambar G, dari pengangkatan itu terjadilah erosi sehingga
bagian belakang

hilang dan menjadi gambar G. Saat erosi itu terjadi,

lapisan hilang dan hanya tertinggal lapisan b dan c.

Gambar 5.7 Lapisan Sesudah Terjadi Erosi Dalam Keadaan Sinklin

5.6

KESIMPULAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

61

Setelah menyelesaikan praktikum geologi dasar, penulis dapat


menyimpulkan bahwa pada lipatan antiklin yang tersesarkan, gambar B
adalah sesar naik karena bagian belakang lapisan lapisan tersebut naik
dilanjutkan pada gambar C, bagian yang naik tersebut mengalami erosi.
Sehingga akhirnya pada kotak D, menggambarkan gambaran dua dimensi
dari gambar C.
Sedangkan pada lipatan sinklin yang tersesarkan, gambar F berupa
sesar naik karena bagian belakang lapisan lapisan tersebut naik dan pada
gambar G, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya
pada kotak H, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar G.

BAB VI
INTERPRETASI PETA GEOLOGI
6.1

PENDAHULUAN
Meningkatkan kemampuan praktikan dalam membaca peta geologi
dan profil penampang vertical, yang akan sangat berguna dalam menentukan
lokasi pipa bor (wildcat) pada eksplorasi pemboran awal.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

62

6.2

DASAR TEORI
Didalam eksplorasi migas yang bertujuan untuk menemukan lokasi
jebakan hidrokarbon. Setiap tahapan yang dilakukan untuk menemukan
jebakan hidrokarbon lebih bersifat interpretasi berdasarkan data-data yang
didapat.
Eksplorasi sangat tergantung pada keakuratan hasil pendataan yang
ada, dimulai dari penginderaan jarak jauh berupa foto udara atau foto satelit,
pemetaan atau survey geologi baik regional maupun lokasi penelitian
dilanjutkan dengan survey geofisika berupa metode gaya berat dan seismik
dan diakhiri dengan tahap pemboran awal (wildcat).
Eksplorasi berasal dari kata kerja to explore yang artinya to travel
through (a place) for the purpose of discovery atau to examine more
carefully in order to learn more. Dari pengertian dasar tersebut
menunjukkan bahwa didalam eksplorasi migas terdapat dua pengertian
pokok yaitu mencari dan menunjukkan lokasi dari akumulasi hidrokarbon
untuk dibor, diproduksi dan akhirnya dipelajari dalam artian yang luas.

Metode Eksplorasi
Setiap produksi petroleum di dunia melalui beberapa tahap penelitian
sebagai berikut :
1. Tahap Pengumpulan dan Analisa Data
Yang diharapkan dari metode ini adalah mendeteksi tebal dan
kualitas batuan reservoir, penyebaran batuan secara lateral dan vertikal,
kehadiran batuan induk dan sistem perangkapnya.

Tahap Eksplorasi Geologi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

63

a. Geologi permukaan, berupa pemetaan geologi, pemetaan rembesan


migas.
b. Geologi bawah permukaan, berupa struktur kontur, peta isopach,
korelasi struktur dan reservoir serta prosentasi pasir.

Tahap Survey Detail Geologi


Terdiri dari analisa struktur, analisa dan evaluasi reservoir,
analisa stratigrafi, dan lain-lain.

Tahap Survey Geofisika


a. Metode grafitasi/gaya berat, didasarkan densitas batuan.
b. Metode seismik, didasarkan pada rambat gelombang buatan dalam
media padat.

2. Tahap Pemboran Eksplorasi Detail


Setelah dilakukan berbagai analisa dan interpretasi dari data-data
geologi dan geofisika maka diputuskan untuk meletakkan titik-titik bor
awal atau sering disebut dengan pemboran liar (wild cat exploration
drilling). Pemboran awal tersebut sekaligus juga untuk mendapatkan
data-data sebagai berikut:
a. Analisa core dan cutting.
b. Analisa akualitatif dan kuantitatif dari log mekanik.
c. Korekasi sumur.
Data-data tersebut diatas biasanya digunakan untuk studi reservoir
serta evaluasi formasi. Dari data-data tersebut diharapkan akan
menghasilkan informasi yang akurat seperti: volume migas yang
terkandung, jumlah cadangan yang dapat di produksi, jenis perangkap
dan informasi susunan stratigrafi batuan.
Apabila didapatkan minyak yang potensial secara ekonomis maka
akan menjadi sumur pengembangan yang berproduksi.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

64

Sehingga dari seluruh penjelasan diatas dapat kita mengerti betapa


pentingnya keakuratan dan keamatian pengamatan di lapangan untuk
dapat menghasilkan data data geologi yang dapat dipertanggung
jawabkan.

Dalam

hal

ini

seorang

petroleum

geologist

akan

menitikberatkan penelitian terhadap ada tidaknya batuan reservoir,


batuan penutup, kemungkinan perangkapnya serta ada tidaknya seepage
oil/gas di sekitar lokasi.
6.3

TUGAS PETA GEOLOGI


Prosedur Pembuatan Struktur Geologi:
1. Memperhatikan tugas gambar yang diberikan asisten dan membuat
profilnya.
2. Sebelum memulai profil vertical, memperhatikan arah kemiringan
masing masing batuan dan kemiringan sesarnya. Memperhatikan
keterangan asisten.
3. Kemiringan bidang sesar naik 62o dan kemiringan sesar turun 57o
kemiringan lapisan batuan ada pada peta.
4. Memberikan pula lapisan batuan mana yang merupakan batuan
reservoir, batuan induk atau batuan penutup.
5. Apakah jenis perangkap migasnya.
6. Dimanakah lokasi pemborannya, sehingga penulis dapat menset pipa
untuk wildcat.
7. Menyelesaikan gambar tersebut di rumah setelah mendapatkan petunjuk
dari asisten dan meminta ACC dari asisten yang bertugas saat
praktikum.

6.4 HASIL PENGAMATAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

65

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

66

Gambar 6.1 Peta Topografi, Sesar Naik, Sesar Turun

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

67

Gambar 6.2 Peta Morfologi


6.5

PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata di dalam
Pembuatan struktur geologi, terlebih dahulu penulis menentukan berbagai
hal. Pertama, penulis membuat penampang terlebih dahulu berdasarkan
garis cross section pada gambar yang disediakan. Kedua, membuat sesar
naik dengan kemiringan 50o dan sesar turun. Lalu, perhatikan batas antar
batuan dari garis cross section dan tarik lurus ke bawah dengan memberikan
garis putus putus serta menandai pada garis penampang yang lurus dengan
angka garis kontur.
Kemudian pada gambar peta topografi yang terdapat pembatas
antar

batuannya,

diluruskan

ujung

terakhir

pembatas

batuannya

menggunakan penggaris dan memberi tanda pada garis penampang. Setelah


diberi tanda, ditariklah garis pembatas antar batuan pada struktur geologi
yang akan dibuat. Saat bertemu dengan sesar naik, maka terjadilah
pergeseran naik pada lapisan lapisan batuan, sedangkan saat bertemu
dengan sesar turun, maka terjadilah pergeseran menurun pada lapisan
lapisan batuan itu.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

68

Setelah itu, menggambar lambang batuan berdasarkan garis


pembatas yang sudah digambarkan.
6.6

KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktikum struktur geologi, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam membuat peta morfologi, harus memerhatikan
hal hal tertentu. Yaitu, harus membuat penampang terlebih dahulu, setelah
menyatukan garis penampangnya, menentukan sudut sesar. Untuk sesar naik
kemiringannya 50o dan sesudah itu membuat sesar turun. Selanjutnya,
meluruskan ujung garis pembatas antar batuan pada peta topografi dengan
garis penamapang dan dilanjutkan dengan penarikan garis pembatas antar
batuan pada peta geologi yang akan dibuat. Saat garis bertemu dengan sesar
naik, akan terjadi pergeseran naik dan juga sebaliknya. Akhirnya,
menggambar lambang batuan batuan berdasarkan garis pembatas lapisan
batuannya.

BAB VII
KUNJUNGAN LAPANGAN GEOLOGI KULON PROGO
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Formasi Nanggulan merupakan batuan yang paling tua pada
Cekungan Kulon Progo (Stratigrafi daerah Kulon Progo). Formasi ini
tersingkap dengan baik di daerah Kalisonggo, Kecamatan Girimulyo,
Kabupaten Kulon Progo.
Banyak ahli geologi yang melakukan penelitian di daerah ini,
diantaranya meneliti tentang intrusi batuan beku, mengkaji keberadaan

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

69

lapisan batubara, termasuk Potensi Serpih Eosen Formasi Nanggulan


sebagai Batuan Sumber Hidrokarbon.
2. Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih memahami aplikasi Mata
Kuliah dan Praktikum Geologi Dasar, sedangkan tujuannya adalah agar
lebih mengenal kondisi lapangan yang pada akhirnya akan memberikan
pemahaman dalam mengikuti mata kuliah selanjutnya maupun dunia kerja
bagi mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta.
3. Lokasi Daerah Penelitian
Formasi Nanggulan tersingkap baik di daerah Kalisonggo, yang
terletak sekitar 25 Km sebelah barat Kota Yogyakarta. Daerah ini berada
dilereng timur pegunungan Kulon Progo (Gambar 7.1).

Gambar 7.1. Peta Lokasi Lapangan Kalisonggo

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

70

B. PEMBAHASAN
STRATIGRAFI REGIONAL
Urut-urutan stratigrafi regional dari tua ke muda (Gambar 7.2) adalah
sebagai berikut : (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987).
1. Formasi Nanggulan
Litologi

Formasi

Nanggulan

terdiri

dari

batupasir,

napal,

batugamping, batulempung dengan fosil foraminifera besar dan batupasir


dengan sisipan batubara muda (lignite). Umur Eosen Tengah sampai
Oligosen Bawah.Tebal + 400 m.
Interpretasi dari data graviti (Gambar 7.3) menunjukkan bahwa
batuan sedimen Eosen bawah permukaan mencapai ketebalan 1.100 m
yang penyebarannya meliputi wilayah Kulon Progo sampai Sub-Cekungan
Yogyakarta (Winardi dkk, 2013).
1.1 Anggota Seputih
Pada daerah telitian tidak dijumpai adanya Anggota Seputih tetapi
peneliti mengetahui bahwa hubungan antara Formasi Nanggulan dengan
Anggota Seputih adalah selaras, singkapan napal anggota seputih dapat
teramati dengan jelas di daerah Watumurah sebelah barat G. Mujil.
2. Formasi Kaligesing
Formasi Kaligesing tidak selaras di atas Formasi Nanggulan, terdiri
dari breksi laharik dengan sisipan lava andesit dan batupasir tufaan.
Formasi Kaligesing merupakan endapan darat. Umur Formasi Kaligesing
adalah Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Tebal lebih dari 660 m.
Hubungan silang jari dengan Formasi Dukuh.
3. Formasi Dukuh
Formasi Dukuh terdiri dari perselingan breksi, batupasir kerikilan,
batulempung dan batugamping yang mengandung foraminifera. Formasi
Dukuh diendapkan pada laut terbuka dan kipas laut dalam. Umur Formasi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

71

Dukuh adalah Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Ketebalan lebih dari
660 m.
4. Formasi Jonggrangan
Litologi Formasi Jonggrangan terdiri dari batugamping terumbu,
koral, moluska dan foraminifera besar, dengan sisipan napal, diendapkan
pada lingkungan laut. Umur Formasi Jonggrangan Miosen Tengah dan
mempunyai ketebalan 150 m.
5. Formasi Sentolo
Formasi ini terletak tidak selaras di atas Formasi Kaligesing maupun
Formasi Dukuh. Litologi pada bagian atas formasi ini dominan
batulempung sedang pada bagian bawah dominan napal dengan sisipan
batugamping. Diendapkan pada lingkungan laut terbuka. Umurnya adalah
Miosen Tengah sampai Pliosen. Tebal tidak kurang dari 1100 m.
6. Aluvial Kuarter

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

72

Tabel 7.2. Stratigrafi Progo Barat (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987)


Aluvial Kuarter merupakan endapan vulkanik darat, terdiri dari
breksi, Lava dan lahar hasil produk vulkanik Kuarter. Tebal rata-rata 7 m.
Umur endapan vulkanik adalah Plistosen.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

73

Gambar 7.3. Interpretasi bawah perrmukaan dari data gravity penampang


Kulon Progo dan titik dimana model sejarah pengendapan dibangun
(Pertamina, 2008 dalam Winardi, 2013)

STRATIGRAFI DAERAH KALISONGGO


Stratigrafi daerah Kalisonggo berdasarkan kesamaan dan ciri-ciri
litologi, mengikuti pembagian dan tatanan stratigrafi dari Pringgoprawiro dan
Riyanto (1987). Stratigrafi daerah ini dapat dilihat pada Gambar 7.3.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

74

Gambar 7.4. Stratigrafi daerah Kalisonggo (Widiyanto, 2007)

C. HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DI KULON PROGO


1. Lokasi Pertama
Lokasi pertama, berada di formasi nanggulan, di lokasi tersebut
kami menemukan adanya ketidakselarasan, yaitu intrusi (berada di dekat
sungai). Batuan beku yang mengintrusi adalah batuan beku basa ekstrusif
karena tekstur batuannya halus dan menembus permukaan. Diperkirakan
umur absolut batuan tersebut kurang lebih 57 juta

tahun lalu. Lebih

tepatnya nama batuan yang mengintrusi adalah batuan basalt, ciri ciri dari
batu basalt berbentuk seperti bantal, intrusi tersebut menembus sampai
lapisan breksi yang masih berada di formasi nanggulan itu sendiri.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

75

Gambar 7.5. Singkapan Jenis Dike


2. Lokasi Kedua
Lokasi kedua, masih berada di formasi nanggulan, di lokasi tersebut
kita menemukan lapisan batu serpih atau

lanau

(batuan sedimen),

letaknyapun berdekatan dengan aliran sungai. Stuktur batuan di lokasi


tersebut bersusun. Lokasi tersebut di lihat dari stuktur dan jenis batuannya
sangat cocok untuk source rock atau batuan induk dimana oil dan gas
terjadi. Pada lokasi tersebut, didalam susunan lapisannya juga terdapat
batu bara yang masih tergolong muda atau disebut juga liknit. Dibawah ini
gambar Intrusi Batuan Beku.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

76

Gambar 7.6. Intrusi Batuan Beku

Gambar 7.7. BatuLanau di Sekitar Sungai

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

77

Gambar 7.8 BatuBara yang Ditemukan di Sekitar Sungai

3. Lokasi Ketiga
Lokasi ketiga, sangat dekat dengan lokasi kedua, dan juga masih
terkena aliran sungai yang sama. Di lokasi tersebut terdapat batu gamping
sempat terjadi ketidakselarasan di lokasi tersebut yaitu sesar atau patahan.
Untuk mengetahui semen pada batuan tersebut mengandung karbonat atau
tidak dengan diteteskannya HCl (0,1n) kemudian apakah reaksinya
berbuih atau tidak, jika berbuih kanduan karbonat ada pada batuan
tersebut. Begitupun sebaliknya.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

78

Gambar 7.9. Batu Breksi

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kuliah lapangan di kulon progo yang kami lakukan,
dapat disimpulkan bahwa di lokasi pertama ditemukan ketidakselarasan oleh
batuan beku basa ekstrusif yang disebut batuan basalt dengan tekstur hlus dan
menembus permukaan.
Di lokasi kedua ditemukan lapisan batu serpih atau lanau (Sedimen),
dengan struktur bersusun. Batu tersebut sangat cocok untuk menjadi source
rock dilihat dari struktur dan jenis batuannya. Di lokasi ini juga ditemukan
liknit (batu bara yang tergolong muda)

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

79

Sedangkan di lokasi ketiga ditemukan batugamping yang telah


mengalami ketidakselarasan, sehingga terbentuklah sesar atau patahan.
Untuk mengetahui kandungan karbonat pada semen batuan dapat
diteteskan HCl (0,1n). Jika berbuih kanduan karbonat ada pada batuan
tersebut.

BAB VIII
PEMBAHASAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN
Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa ada
dua (2) faktor utama pembentukan bumi :
1.

Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang umumnya
bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak dikontrol

oleh struktur geologi atau deformasi bumi.


2. Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat merubah,
seperti pelapukan, erosi dan denudasi.
Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalam apa
yang disebut DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu :
Orogenesa (pembentukan pegunungan)
Glyptogenesa (penghancuran relief)
Lithogenesa (proses pengendapan batuan dalam cekungan pengendapan)
Bagian bagian dari Bumi secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut :
UPPER MANTLE (0 670 km)
Terdiri dari :
1. Kerak Bumi atau Crust (0 80 km), terdiri dari
a. Batuan Sedimen, Beku, dan Metamorf
b. Lempeng Benua (ketebalan 15 km)
c. Lempeng Samudera (ketebalan 20 km)

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

80

2. Mantel Lithosfer (80 200 km)


3. Astenosfer atau Lithosfer bagian bawah

LOWER MANTLE (670 2900 km)


Batuan Ultra Basa dengan mineral mineral olivine, spinel, silikat, besi,
dan magnesium.
CORE atau INTI BUMI (2900 6370 km)
Terdiri dari 2 (dua) lapisan, yaitu :
1. Outter Core
Berupa cairan, kondisi plastis sampai kedalaman 5200 km.
2. Inner Core
Berupa padatan dengan kedalaman sampai 6370 km. Inti bumi terdiri dari
metal besi (Fe) dan nikel (Ni) dan Cobalt (Co), BJ antara 5 13.
BAB II PETROLOGI
Pemerian atau deskripsi batuan beku, metamorf dan sedimen dapat
dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis. Namun, kali ini penulis
melakukannya secara megaskopis.
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN BEKU
WARNA
Warna batuan beku yang penulis amati adalah hitam. Jadi, batuan
beku tersebut termasuk ke dalam batuan beku basa.
STRUKTUR
Struktur batuan yang penulis amati adalah Skoria, karena secara
megaskopis batuan tersebut memiliki arah lubang-lubang yang tidak
teratur.
TEKSTUR
Pengamatan tekstur meliputi :
1. DERAJAT KRISTALISASI

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

81

Kristalinitas batuan beku yang penulis amati adalah Holohyalin,


karena batuan tersebut terdiri dari massa gelas seluruhnya.
2. GRANULARITAS
Granularitas batuan beku yang penulis amati adalah Afanitik,
karena secara megaskopis, penulis tidak dapat melihat dengan jelas
kristal yang terdapat pada batuan tersebut.
3. BENTUK KRISTAL
Bentuk kristal batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat
teramati secara megaskopis.
4. HUBUNGAN ANTAR BUTIR (RELASI)
Relasi batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat
teramati secara megaskopis akibat kristalnya sulit dilihat dengan
mata telanjang.

KOMPOSISI MINERAL
Komposisi Mineral dari batuan beku yang penulis amati merupakan
Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap). Namun, penulis tidak
dapat menentukan mineral apa yang terdapat dalam batuan tersebut
secara megaskopis.
GENESA
Genesa dari batuan beku basa yang penulis amati yaitu batuan ini
terbentuk secara Extrusif atau terbentuk dari magma yang membeku di
permukaan bumi dengan sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas
dominan dibanding kristal.
Berdasakan seluruh pendeskripsian batuan beku yang penulis
amati, batuan beku tersebut dalam batuan beku basa yang bernama
BATUAN OBSIDIAN.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

82

Lihat Tabel 1.1


PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN METAMORF
JENIS BATUAN
Jenis batuan metamorf yang penulis amati, yaitu Batuan Metamorf
Foliasi yang dapat memperlihatkan kesan perlapisan yang terorientasi
sejajar.
WARNA
Warna dari batuan metamorf foliasi yang kita amati yaitu abu
abu gelap.
STRUKTUR
Struktur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu
Geneisic, disebabkan perulangan penjajaran kristal mineral granular,
ketebalan perlapisan antar 1 mm (Lihat Gambar 1.8).
TEKSTUR
Dibedakan menjadi 2, yaitu:
Tekstur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu
termasuk Kristaloblastik dalam jenis Granoblastik, karena terlihat dalam
batuan tersebut butiran mineral berorientasi.
KOMPOSISI MINERAL
Komposisi Mineral batuan metamorf foliasi yang penulis amati
yaitu termasuk dalam Mineral Stress, karena mineral dari batuan ini
berupa mika (berbentuk pipih). Namun, juga terdapat Mineral Anti Stress
berupa kuarsa dan lain lain.
GENESA

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

83

Genesa dari batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu


batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen yang terjadi dalam
temperatur dan tekanan yang tinggi.
Berdasarkan seluruh pendeskripsian batuan metamorf yang
penulis

amati,

batuan

metamorf

tersebut

termasuk

dalam

BATUAN METAMORF GENEIS (Lihat Tabel 1.2).

PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN


Berdasarkan penelitian secara megaskopis

pada setangan batuan

sedimen yang penulis lakukan, penulis dapat mendeskirpsikan batuan


sedimen sebagai berikut:
WARNA
Warna batuan sedimen pertama yang penulis amati adalah warna
putih kuning kecoklatan. Sedangkan warna batuan sedimen kedua
berwarna abu abu gelap.
JENIS BATUAN
Jenis kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah batuan
sedimen klastik, karena kedua batuan tersebut berbentuk butiran/detritus.
i. SEDIMEN KLASTIK
STRUKTUR
Struktur kedua batuan sedimen yang penulis amati tidak
dapat diketahui, karena struktur pada batuan sedimen hanya dapat
diamati secara langsung di lapangan.
TEKSTUR
Pengamatan terdiri dari :
a. Ukuran butir

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

84

Menggunakan skala Wenworth sebagai pedoman pendeskripsian


(Lihat tabel 1.3).
Ukuran butir batuan sedimen yang pertama penulis amati
adalah berukuran pasir halus (fine sand). Sedangkan batuan
sedimen kedua yang penulis amati memiliki ukuran butir lebih
besar yaitu berukuran pasir sedang (medium sand).
b. Derajat pemilahan
Adapun derajat pemilahan sedimen pertama yang penulis
amati adalah pemilahan sedang (moderately sorted), karena
tingkat keseragaman butir pembentukan batuannya lumayan
seragam. Sedangkan derajat pemilahan batuan sedimen yang
kedua tergolong kepada pemilahan buruk (poorly sorted).
Karena butir pembentukan batuannya sangat tidak seragam.
c. Bentuk butir
Bentuk butir batuan sedimen pertama adalah tanggung
sampai membulat. Sementara, bentuk butir batuan sedimen
kedua yang penulis amati adalah menyudut tanggung (sub
angular).
d. Porositas
Porositas

batuan sedimen pertama adalah porositas

sedang. Berarti batuan sedimen tersebut cukup mampu


menyerap dan menyimpan cairan dalam pori porinya.
Sedangkan batuan sedimen kedua memiliki porositas yang baik.
Artinya batuan sedimen tesebut sangat mampu menyerap dan
menyimpan cairan dalam pori porinya.
e. Kemas

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

85

Kemas dari kedua batuan sedimen yang penulis amati


adalah kemas terbuka.
f. Kompaksi
Kompaksi dari kedua batuan sedimen yang telah penulis
amati adalah getas / bricle.
g. Permeabilitas
Permeabilitas kedua batuan sedimen yang penulis amati
tidak dapat diketahui karena tidak dapat diamati secara
megaskopis.
KOMPOSISI MINERAL
Komposisi mineral dari kedua batuan sedimen yang
penulis amati adalah sama, yaitu :
Fragmennya berupa batu gamping.
Matriknya berupa ukuran pecahan batu gamping.
Semennya berupa karbonat.
GANESA
Kedua batuan sedimen yang penulis amati terbentuk dari
batuan non klastik yang mengalami pelapukan, mengendap, dan
bercampur dengan pasir.
Dari pendeskripsian dua contoh setangan batuan sedimen
yang penulis lakukan, dapat diketahui nama batuan sedimen
yang penulis amati adalah:
1) Batuan gamping klastik berukuran pasir (calcanerite).
2) Batuan gamping klastik berukuran pasir sedang
(calcanerite) lapuk.
Lihat Tabel 1.4
3. SEDIMEN NON KLASTIK

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

86

a. Struktur
Pada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan
monomineralik.
b. Tekstur
Tekstur terdiri dari : kristalin, amorf, gelas, dan fibrous.
BAB III PETA TOPOGRAFI
Pada peta topografi ini menggunakan interval kontur kelipatan 25. Dan hulu
berada diatas peta yaitu garis sungai yang tidak bercabang. Jika garis kontur
melewati atau memotong maka garis kontur itu akan dibuat belokan yang arahnya
ke arah hulu sungai supaya pembaca mengetahui dan memahami bahwa yang
dilewati adalah sungai, danau, dan lain sebagainya. Di peta juga ditemukan
ketinggian yang berada diantara ketinggian 410 dan ketinggian 465 yaitu
ketinggian 480 yang dianggap sebagai suatu daratan tinggi atau gunung.
Kemudian dibuatlah penampang dari garis kontur yang sudah dibuat di peta
topografi dan menghasilkan suatu lereng. Lereng didalam peta topografi ini
menunjukkan bahwa didalam peta topografi, semakin menuju ke hulu maka
semakin tinggi dan curam lereng yang terbentuk. Gunung atau dataran tinggi
ditunjukkan dengan angka yang lebih besar diantara bilangan angka yang lebih
kecil atau dengan pewarnaan yang lebih terang dari pewarnaan lembah yang
diwarnai dengan warna lebih gelap.
BAB IV STRATIGRAFI
Berdasarkan gambar pada praktikum yang dilakukan, ada beberapa batuan
yang mengalami keselarasan (conformity) yaitu mulai batulempung, batupasir,
napal, dan breksi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus tidak
mengalami

gangguan.

Namun,

pada

lapisan

batugamping

mengalami

disconformity, hal tersebut terjadi karena ada kegiatan tektonik sehingga


mengakibatkan kekosongan ditengah batugamping yang terisi konglomerat.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

87

Dari segi umur batuan, jika di urut dari umur batuan paling tua yaitu:
batulempung, batupasir, napal, breksi, batugranit (sebagai batu instrusi yang
menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai batuan penutup.
Dari pewarnaan batuannya, batulempung yang berada di lapisan terbawah
berwarna hijau tua, kemudian batu pasir berwarna kuning, napal berwarna hijau
muda, batu breksi berwarna orange, batugamping berwarna biru muda sedangkan
batuan yang menginstrusinya berwarna jingga. Batu lempung di lapisan teratas
merupakan batulempung yang umurnya muda sehingga berwarna hijau tua yang
lebih muda dari batulempung yang berada di lapisan terbawah. Batuan beku
berwarna merah.
BAB V GEOLOGI STRUKTUR
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, dapat dijelaskan bahwa pada
gambar A terdapat 3 lapisan yaitu lapisan a,b, dan c. Pada gambar penulis, a
berwarna kuning, b berwarna hijau dan c berwarna merah. Gambar tersebut ada
dalam keadaan Antiklin.
Pada gambar B, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut
terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Dan bagian belakangnya naik.
Sedangkan pada gambar C dapat dijelaskan bahwa dari pengangkatan tersebut
terjadi erosi sehingga bagian belakang dari lapisan lapisan tersebut hilang, dan
menjadi gambar C. Saat erosi itu terjadi, lapisan C hilang sehingga hanya
tertinggal lapisan a dan b (Lihat gambar 1.24).
Setelah itu, penulis membuat gambar dua dimensi dari gambar C. Gambar
dua dimensi tersebut digambar di kolom D.
Gambar gambar selanjutnya berada keadaan sinklin. Penulis menentukan
lapisan a berwarna kuning, lapisan b berwarna hijau dan lapisan c berwarna
merah. Gambar E berada dalam keadaan normal dan pada gambar F, terjadilah
pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan
belakang. Bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar G, dari
pengangkatan itu terjadilah erosi sehingga bagian belakang hilang dan menjadi

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

88

gambar G. Saat erosi itu terjadi, lapisan hilang dan hanya tertinggal lapisan b dan
c. (Lihat gambar 1.25).

BAB VI PETA GEOLOGI


Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata di dalam
pembuatan struktur geologi, terlebih dahulu penulis membuat penampang terlebih
dahulu berdasarkan garis cross section pada gambar yang disediakan. Kedua,
membuat sesar naik dengan kemiringan 50o dan sesar turun. Lalu, perhatikan
batas antar batuan dari garis cross section dan tarik lurus ke bawah dengan
memberikan garis putus putus serta menandai pada garis penampang yang lurus
dengan angka garis kontur.
Kemudian pada gambar peta topografi yang terdapat pembatas antar
batuannya, diluruskan ujung terakhir pembatas batuannya menggunakan
penggaris dan memberi tanda pada garis penampang. Setelah diberi tanda,
ditariklah garis pembatas antar batuan pada struktur geologi yang akan dibuat.
Saat bertemu dengan sesar naik, maka terjadilah pergeseran naik pada lapisan
lapisan batuan, sedangkan saat bertemu dengan sesar turun, maka terjadilah
pergeseran menurun pada lapisan lapisan batuan itu.
Setelah itu, menggambar lambang batuan berdasarkan garis pembatas yang
sudah digambarkan.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

89

BAB IX
KESIMPULAN UMUM
Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi di mulai sebagai ujung
tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan
gas bumi atau di sebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal.
Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur
sumur baru atau eksplorasi development well.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah
diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari
tentang bumi yang menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk
produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang
pernah hidup didalamnya.
Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan
Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip
prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang
Stratigrafi dan Dasar dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan
lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.
BAB II PETROLOGI
Berdasarkan

praktikum

yang

penulis

lakukan,

penulis

dapat

mendeskripsikan batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.


Pada pemerian batuan beku yang penulis amati yaitu batuan obsidian warna
hitam termasuk Batuan Beku Basa. Dilihat dari strukturnya, batuan obsidian
termasuk dalam skoria. Tekstur massa gelas seluruhnya. Granularitasnya termasuk
Afanitik. Sehingga mendeskripsikan bentuk kristal dan relasi sulit dilakukan.
Komposisi mineral berupa mineral mafik. Batuan obsidian terbentuk secara

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

90

extrusif dengan sangat cepat sehingga terbentuk gelas yang lebih dominan
dibanding kristal.
Pada pemerian batuan metamorf yang penulis amati yaitu batuan metamorf
foliasi berupa batuan geneis warna abu -abu gelap berstruktur Geneisic.
Teksturnya termasuk Kristaloblastik yaitu Granoblastik. Komposisi mineral
termasuk mineral stress berupa mika. Batuan Geneis berasal dari batuan sedimen
yang terjadidalam temperatur dan tekanan tinggi.
Pada pemerian batuan sedimen pertama yang penulis amati yaitu
batugamping klastik berukuran pasir (calcanerite) berwarna putih kuning
kecoklatan. Batu ini termasuk jenis batuan sedimen klastik. Dilihat dari
strukturnya, ukuran butirnya berukuran fine sand, berbentuk membulat tanggung
sampai membulat. Derajat pemilahannya adalah moderately sorted, berporositas
sedang. Batu ini berkemas terbuka dan kompaksinya berupa getas/bricle.
Permeabilitasnya tidak dapat diamati secara megaskopis. Komposisi mineralnya
yaitu fragmen berupa batugamping. Matrik berupa ukuran pecahan batugamping
dan semen berupa karbonat. Batu tersebut terbentuk dari batuan non-klastik yang
mengalami pelapukan, mengendap dan bercampur dengan pasir.
Sedangkan batuan sedimen kedua yang penulis amati yaitu batugamping
klastik beruikuran pasir (calcanerite) lapuk berwarna abu-abu gelap. Jenis,
struktur, permeabilitas, kemas, kompaksi, komposisi mineral dan genesa
batuannya sama dengan batuan sedimen pertama. Sementara ukuran butir batu ini
berukuran medium sand dengan bentuk butir menyudut tanggung. Derajat
pemilahannya termasuk poorly sorted. Porositasnya cukup baik.
Jadi, dalam pengamatan secara megaskopis dapat dideskripsikan sifat dan
ciri batuan melalui beberapa unsur yang dapat digunakan sebagai pembeda
dengan batuan batuan lain.
BAB III PETA TOPOGRAFI
Berdasarkan praktikum yang telah penulis lakukan, penulis dapat
menambah pengetahuan tentang pembuatan dan bagaimana cara membaca peta
topografi sehingga penulis mempunyai pengetahuan tentang bagaimana proses
pembentukan peta topografi sekaligus membuat dan membaca profil penampang
secara vertikal. Penulis juga dapat berlatih menggambar relief dengan garis

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

91

kontur. Dalam peta topografi ini, penulis dapat menyimpulkan adanya relief
didalam peta topografi yang dibuat. Di dalamnya terdapat lereng dan gunung atau
dataran tinggi, di dalam peta topografi ini ditunjukkan dengan angka 480 yang
dikelilingi oleh angka 410 dan angka 465 yang disimbolkan sebagai ketinggian
menyimpulkan bahwa di ketinggian 480 di anggap sebagai dataran tinggi atau
gunung sedangkan untuk ketinggian 410 dan ketinggian 465 merupakan lereng
atau dataran rendah. Setelah kita dapat membuat garis kontur kita juga membuat
penampang dari garis kontur yang sudah terbentuk. Hal ini dilakukan untuk dapat
membaca profil penampang vertikal dengan baik.
BAB IV STRATIGRAFI
Setelah menyelesaikan praktikum stratigrafi, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pada gambar yang diberikan oleh asisten ternyata ada selaras atau
conformity yaitu : batulempung, batupasir, batunapal, dan batubreksi. Hal tersebut
terjadi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus. Selain itu, juga
terdapat batugamping yang tersusun secara tidak selaras atau unconformity
disebabkan adanya kegiatan tektonik sehingga terjadi kekosongan di tengah
batugamping. Lain halnya dengan batuan beku yang menerobos batu lempung,
batupasir, napal dan breksi sehingga terjadi nonconformity karena umur batuan
beku tersebut lebih muda.
Umur batuan tersebut dari yang paling tua yaitu : batulempung, batupasir,
batunapal,

batubreksi,

batugranit(yang

menerobos),

batugamping,

dan

batulempung muda sebagai batuan penutup.


BAB V GEOLOGI STRUKTUR
Setelah

menyelesaikan

praktikum

geologi

dasar,

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa pada lipatan antiklin yang tersesarkan, gambar B adalah


sesar naik karena bagian belakang lapisan lapisan tersebut naik dilanjutkan pada
gambar C, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada
kotak D, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar C.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

92

Sedangkan pada lipatan sinklin yang tersesarkan, gambar F berupa sesar


naik karena bagian belakang lapisan lapisan tersebut naik dan pada gambar G,
bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak H,
menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar G.
BAB VI PETA GEOLOGI
Setelah

melaksanakan

praktikum

struktur

geologi,

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa dalam membuat peta morfologi, harus memerhatikan hal


hal tertentu. Yaitu, harus membuat penampang terlebih dahulu, setelah
menyatukan garis penampangnya, menentukan sudut sesar. Untuk sesar naik
kemiringannya 50o dan sesudah itu membuat sesar turun. Selanjutnya, meluruskan
ujung garis pembatas antar batuan pada peta topografi dengan garis penamapang
dan dilanjutkan dengan penarikan garis pembatas antar batuan pada peta geologi
yang akan dibuat. Saat garis bertemu dengan sesar naik,akan terjadi pergeseran
naik dan juga sebaliknya. Akhirnya, menggambar lambang batuan batuan
berdasarkan garis pembatas lapisan batuannya.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

93

DAFTAR PUSTAKA
Modul Buku Petunjuk Praktikum Geologi Fisik Laboratorium Geologi Fisik
Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta 2013.

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

94

LAMPIRAN

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

95

LAMPIRAN (KELOMPOK 3)
A. Batuan Beku (Batuan Obsidian)

B. Batuan Metamorf (Batuan Geneis)

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

96

C.

Batuan Sedimen 1 (Batugamping klastik berukuran pasir (Calcanerite))

D. Batuan Sedimen 2 (Batugamping klastik berukuran pasir (Calcanerite) lapuk)

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

97

Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar

98

Anda mungkin juga menyukai