PENDAHULUAN
Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi dimulai sebagai ujung
tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan
gas bumi atau disebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal.
Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur
sumur baru atau eksplorasi development well.
Perdebatan ilmiah didalam ilmu pengetahuan sangat lumrah terjadi
terutama didalam era modern saat ini dimana semua analisa data dan
interprestasinya didukung oleh perangkat teknologi modern yang menghasilkan
alat alat canggih sebagai pencatat data perut bumi seperti log mekanik, seismik,
data data satelit yang akurasinya dapat dipertanggung jawabkan.
Industri perminyakan, merupakan industri yang tergantung dari data di
alam, oleh karena itu menjadi sangat penting keberadaan laboratorium dan
prasarananya yang semuanya sudah terkomputerisasi untuk memecahkan berbagai
persoalan yang timbulnya dan bahkan menghasilkan konsep konsep baru yang
dapat dipakai sebagai model baru.
Berdasarkan data data yang dikumpulkan dari alam, maka ilmu geologi
mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan berbagai cabang ilmu alam yang
lain seperti bidang Tata Lingkungan dan Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil dan
Bidang Pertambangan.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah
diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari
tentang bumi yang menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk
produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang
pernah hidup didalamnya.
Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang
umumnya bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak
batuan
dalam
cekungan
pengendapan)
Gambar 1.1 Siklus Geologi
OROGENESA
ENDOGEN
EKSOGEN
LITHOGENESA
Bagian
GLYPTOGENESA
BAB II
PETROLOGI
2.1
PENDAHULUAN
Untuk
mengenalkan
praktikan
secara
langsung
bentuk
dan
DASAR TEORI
Batuan merupakan pembentuk bumi yang kita diami ini, terdapat 3
golongan utama batuan yang dibedakan berdasarkan cara terbentuknya
yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan
merupakan sekumpulan aggregate aggregate mineral yang terbentuk pada
lingkungan tertentu. Mineral merupakan komponen batuan, yang terbentuk
oleh proses alamiah dari satu atau lebih komposisi kimia.
A. JENIS BATUAN
1. BATUAN BEKU
Batuan hasil
pembekuan
magma,
dimana
dalam
proses
Definisi dari magma adalah cairan kental, liat larutan silikat pijar
bertemperatur tinggi (1500C 2500C), bersifat mobile, yang terbentuk
secara alamiah pada kerak bumi bagian bawah.
Dibedakan antara larutan magma yang mencapai permukaan bumi
yang disebut :
Ekstrusi, contoh : lava. Sedangkan larutan magma yang relatif
didalam bumi disebut
Intrusi, contoh : batolith, dike, dsb.
Pada penurunan suhu yang lambat akan menghasilkan batuan
bertekstur kasar atau fanerik yang relatif sempurna kristalnya di dalam
bumi, contoh : granit, granit porfiri, granodiorit yang termasuk dalam
batuan beku asam.
Pada penurunan suhu dan tekanan yang relatif cepat maka akan
menghasilkan batuan bertekstur halus atau afanitik, contoh : andesit,
diorit yang termasuk dalam batuan beku intermediet.
Pada penurunan suhu dan tekanan yang ekstrim/cepat sekali,
maka akan menghasilkan batuan tanpa kristal, contoh : obsidian,
glasshard, gelas volkanik yang termasuk dalam batuan beku basa ultra
basa.
Untuk memahami proses urut urutan penghabluran magma, dapat
menggunakan deret bowens reaction series yang dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu:
a. Discontinous Reaction Series
Kristal yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah
olivin, larutan sisa magma akan bereaksi segera setelah suhu turun,
dan membentuk kristal yang berbeda (piroksen) begitu seterusnya dan
pada suhu yang relatif rendah sekitar 670C akan terbentuk kwarsa.
Kwarsa karena proses pembentukannya pada suhu yang terendah
maka relatif lebih resisten terhadap proses pelapukan dibandingkan
dengan kristal mineral yang pada suhu tinggi.
BATUAN BEKU
BATUAN METAMORF
BATUAN SEDIMEN
2. Metode mikroskopis
Penelitian dilakukan pada sebuah sayatan tipis batuan yang
diletakkan dibawah pandangan mikroskop polarisasi dengan penelitian
komposisi kristal lebih detil.
2.3
10
2.4
HASIL PENGAMATAN
DESKRISI BATUAN BEKU :
1. No. Urut
:3
2. Warna
: Hitam
3. Jenis batuan
: Batuan Beku Basa
4. Struktur
: Skoria
5. Tekstur
: - Kristalinitas
- Granularitas
- Bentuk Kristal
- Relasi
6. Komposisi mineral : - Kuarsa
- Feldspar
7. Genesa
: Holohyalin
: Afanatik
:::
: Ortoklas
:: Plagioklas
:- Mineral khas
: Mineral Mafik
: Terjadi secara Extrusif (pembekuan magma
8. Nama batuan
Keterangan
1 = Skoria
2
2 = Holohyalin
No. Urut
Jenis batuan
Warna
Struktur
Tekstur
Komposisi mineral
Nama batuan
:3
: Batuan Metamorf Foliasi
: Abu Abu gelap
: Geneisic
: Granoblastik
: Mineral Stress
: Batuan Geneis
11
8. Genesa
Keterangan
1 = Geneisic
1
2 = Granoblastik
No urut
Warna
Jenis batuan
Struktur
Tekstur
:3
: Putih Kuning Kecoklatan
: Sedimen Klastik
: : - Ukuran butir
: Pasir halus
- Bentuk butir
: Membulat tanggung sampai
- Pemilahan
- Porositas
- Kemas
- Kompaksi
12
bulat
:
Pemilahan
(moderately sorted)
: Sedang
: Kemas terbuka
: Getas / Bricle
sedang
- Permeabilitas
:-
6. Komposisi mineral :
a. Fragmen : Batu Gamping
b. Matriks : Ukuran pecahan batu gamping
c. Semen
: Karbonat
7. Nama batuan : Batuan gamping klastik berukuran pasir (calcanerite).
8. Ganesa
: Dari batuan non klastik yang terkena pelapukan,
mengendap, dan bercampur dengan pasir.
Keterangan
1 = Fragmen
(batugamping)
2 = Matrik (ukuran
pecahan
batugamping)
3 = semen (karbonat)
13
Gambar 2.6 Batuan Sedimen Berupa Batu gamping klastik (calcanerite) lapuk
Keterangan
Keterangan:
1 = Fragmen (batugamping)
1
2
2.5
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata dalam pemerian
atau deskripsi batuan beku, metamorf dan sedimen dapat dilakukan secara
Megaskopis dan Mikroskopis. Namun, kali ini penulis melakukannya secara
Megaskopis. Di bawah ini penjelasan tentang pemerian batuan beku.
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN BEKU
Berdasarkan prosentase kehadiran senyawa silika atau SiO 2
batuan beku dibedakan menjadi :
a. Batuan beku asam (66% SiO2)
b. Batuan beku intermediet (52% - 66% SiO2)
c. Batuan beku basa (45% - 52% SiO2)
d. Batuan beku ultra basa (< 45% SiO2)
WARNA
Warna adalah yang pertama kali dideskripsikan.
Warna yang terang disebut : abu abu cerah, biasanya merupakan
batuan beku asam.
Warna yang terang (sedang) disebut : abu abu sedang, biasanya
merupakan batuan beku intermediat.
Warna yang gelap di sebut : abu abu gelap, hitam, dan lain lain
biasanya merupakan batuan beku basa.
14
15
KOMPOSISI MINERAL
Sebagai petunjuk untuk menentukan komposisi mineral adalah
petunjuk indeks warna sebagai penentuan megaskopis :
1. Mineral Felsik (kristal mineral berwarna terang)
Kwarsa, Feldspar, Feldspatoid, Dan Muskovit.
2. Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap)
Biotite, Olivin, Piroksen, Amphibol.
Komposisi Mineral dari batuan beku yang penulis amati
merupakan Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap). Namun,
penulis tidak dapat menentukan mineral apa yang terdapat dalam
batuan tersebut secara megaskopis.
16
GENESA
Genesa dari batuan beku basa yang penulis amati yaitu batuan ini
terbentuk secara Extrusif atau terbentuk dari magma yang membeku di
permukaan bumi dengan sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas
dominan dibanding kristal.
Berdasakan seluruh pendeskripsian batuan beku yang penulis
amati, batuan beku tersebut dalam batuan beku basa yang bernama
BATUAN OBSIDIAN.
Tabel 2.1 Klasifikasi Batuan Beku Asam, Intermediate dan Basa-Ultra Basa
Beserta Tekstur dan Komposisi Mineralnya
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN METAMORF
17
JENIS BATUAN
Batuan metamorf berdasarkan cara terbentuknya, dibedakan
menjadi 2, yaitu :
1. Foliasi: hasil metamorfosa regional yang memperhatikan kesan
perlapisan dari mineral mineral yang terorientasi secara paralel atau
sejajar.
2. Non Foliasi: hasil metamorfosa kontak / thermal yang tidak
memperlihatkan kesan.
Jenis batuan metamorf yang penulis amati, yaitu Batuan
Metamorf Foliasi yang dapat memperlihatkan kesan perlapisan yang
terorientasi sejajar.
WARNA
Warna dari batuan metamorf foliasi yang kita amati yaitu abu
abu gelap.
STRUKTUR
a. Foliasi
Slaty Cleavage : penjajaran kristal mineralnya sangat halus,
cenderung mudah membelah. Contoh: Batu
Filitik
Sekistos
Geneisic
Sabak.
: penjajaran kristal mineral pipih dari kepingankepingan mika. Contoh : Batu Filit.
: perulangan penjajaran kristal mineral piph dan
butiran. Contoh :Batu Sekis.
: perulangan penjajaran kristal mineral butiran/
granular,
ketebalan
perlapisan
18
antar
1mm.
batuan hornfels.
Kataklastik : merupakan pecahan atau fragmen batuan/mineral,
dijumpai pada zona patahan.
Geneisic,
disebabkan
perulangan
penjajaran
kristal
mineral
lebih halus.
Idoblastik : berupa mineral euhedral.
19
20
21
mekanik
ataupun
biokimia,
umumnya
berbentuk
klastik,
karena
kedua
batuan
tersebut
berbentuk
butiran/detritus.
1. SEDIMEN KLASTIK
STRUKTUR
Struktur pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur
primer lapisan batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded
bedding, ripple mark dan lain lain.
Struktur kedua batuan sedimen yang penulis amati
tidak dapat diketahui, karena struktur pada batuan sedimen
hanya dapat diamati secara langsung di lapangan.
TEKSTUR
22
23
24
KOMPOSISI MINERAL
Dibagi menjadi 3 komponen :
Fragmen,butiran atau fosil dengan ukuran relatif besar.
Matrik, butiran pembentuk dengan ukuran relatif lebih kecil dan
kemas.
Semen, ada 3 jenis yaitu karbonat, silikat dan oksida besi.
Komposisi mineral dari kedua batuan sedimen yang
25
gamping
klastik
berukuran
pasir
sedang
(calcanerite) lapuk.
2. SEDIMEN NON KLASTIK
a. Struktur
Pada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan
monomineralik.
b. Tekstur
Tekstur terdiri dari : kristalin, amorf, gelas, dan fibrous.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, penulis dapat
mendeskripsikan batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.
Pada pemerian batuan beku yaitu batuan obsidian warna hitam
termasuk batuan beku basa. Batuan ini termasuk dalam struktur scoria.
Tekstur massa gelas seluruhnya. Bergranularitas Afanitik, sehingga
mendeskripsikan bentuk kristal dan relasi sulit dilakukan. Komposisi
26
mineral berupa mineral mafik. Batuan ini terbentuk secara extrusif dengan
sangat cepat sehingga terbentuk gelas yang lebih dominan dibanding kristal.
27
berbentuk
membulat
tanggung
sampai
membulat.
Derajat
megaskopis.
Komposisi
mineralnya
yaitu
fragmen
berupa
28
BAB III
PETA TOPOGRAFI
3.1
PENDAHULUAN
Untuk memberikan bekal kepada praktikan didalam membuat dan
terutama membaca peta topografi. Sehingga praktikan mempunyai
pengetahuan tentang bagaimana proses pembentukan peta topografi, serta
dapat membuat dan membaca profil penampang vertikal dengan baik.
3.2
DASAR TEORI
Peta merupakan miniature dua dimensi yang menggambarkan bagian
bagian bumi dan penyebaran dari permukaan bumi secara horizontal yang
terlihat dari atas dengan skala tertentu, yang kurang lebih sesuai dengan
daerah yang sebenarnya.
Dengan penggambaran peta topografi, relief digambarkan dengan :
a. Garis Hachures
Berupa garis garis lurus dari titik tertinggi ke arah titik terendah, searah
lerengnya.
b. Shading (bayangan)
Pada daerah curam diberi bayangan gelap dan pada daerah landai
bayangan cerah.
29
c. Painting (pewarnaan)
Pada umumnya warna akan semakin gelap pada daerah curam.
d. Garis Kontur
Digambarkan dengan cara cara menghubungkan titik titik yang
mempunyai ketinggian yang sama.
30
50.00
kilometers
c. Skala Verbal
Dinyatakan dengan ukuran panjang 1 cm = 10 km
Biasanya merupakan kombinasi antara skala RF (representative
fraction scale) dengan skala verbal.
2. Orientasi Peta
Arah utara harus selalu dicantumkan, sebagai penyesuaian antara arah
utara peta dan arah utara jarum kompas. Ada 2 arah utara:
a. Arah utara magnetik
b. Arah utara sebenarnya
Dalam peta topografi keduanya akan membentuk sudut yang
disebut Deklinasi.
3. Legenda
Ditunjukkan dengan simbol dan gambar serta keterangan.
4. Indeks Administrasi
Berhubungan dengan perizinan di lapangan.
5. Coverage Diagram
Menunjukkan dari mana dan bagaimana memperoleh data (foto udara,
pengukuran di lapangan atau berdasarkan sketsa).
6. Indeks to adjoining sheet
Lokasi atau kedudukan peta terhadap lembar peta disekitarnya (sistem
quadrangle).
7. Edisi Peta
8. Judul Peta
Didalam pembuatan peta kontur kita harus dapat memahami sifat
sifat kontur :
1. Garis kontur merupakan garis tertutup.
2. Garis kontur tidak bercabang.
3. Garis kontur tidak akan saling bertemu dengan garis kontur yang
berbeda nilainya.
31
4. Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut (0 meter).
5. Garis kontur rapat menunjukkan lereng curam.
6. Garis kontur renggang menunjukkan lereng landai.
7. Pada cliff garis kontur bisa saling memotong.
8. Garis kontur membelok ke arah hulu jika memotong sungai.
9. Garis kontur bergerigi menunjukkan suatu lembah atau cekungan.
10. Garis kontur putus putus menunjukkan bagian puncak bukit.
Ada beberapa hal lagi yang diperhatikan yaitu didalam menentukan :
Interval Kontur
Merupakan jarak ventrikel antara garis kontur yang satu dengan garis
kontur yang lain secara berurutan, dengan menggunakan rumus :
1
IK = skala peta 2000
Kontur Indeks
Garis kontur yang tercetak lebih tebal dari pada garis kontur yang
lainnya.
Profil Topografi
Merupakan salah satu cara untuk memperagakan konfigurasi dari
permukaan bumi sepanjang penampang vertikal kerak bumi.
Fungsinya untuk memvisualisasikan bentang alam secara tegak/vertikal.
Untuk itu perlu skala, H : V = 1: 1 atau H : V = 1 : 2
Sistem Quadrangle
Di Indonesia ada 2 sistem :
1. Sistem Lama
Peninggalan Belanda dan hanya dipakai di Indonesia, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pembagian kotak dengan luas 20 x 20 berskala 1:100.000
b. Titik 0 bujur ada di Jakarta dan titik 0 lintang ada di equatorial.
c. Penomoran garis lintang dengan angka romawi sedang penomoran
garis bujur dengan angka arab.
Contoh :
40
32
XX
1 : 100.000
1 : 50.000
2. Sistem Baru
Notasinya semua ditulis dengan angka arab, pembagian kotakkotaknya mempunyai luas 30 x 20 dengan 0 derajat dihitung dari
Greenwich. Cara penulisannya adalah misal 5018 dengan angka 50
merupakan angka perubahan secara horizontal dengan angka 18
merupakan perubahan secara vertikal.
Contoh:
2019
2119
2018
IV
III
II
2118
berskala 1 : 100.000
berskala 1 : 50.000
33
34
35
PENAMPANG TOPOGRAFI
36
3.5 PEMBAHASAN
Pada peta topografi ini menggunakan interval kontur dengan kelipatan
25. Didalam peta topografi yang kita kerjakan, hulu berada diatas peta yaitu
garis sungai yang tidak bercabang. Jika garis kontur melewati atau
memotong maka garis kontur itu akan dibuat belokan yang arahnya ke arah
hulu sungai supaya pembaca mengetahui dan memahami bahwa yang
dilewati adalah sungai, danau, dan lain sebagainya. Di peta juga ditemukan
ketinggian yang berada diantara ketinggian 410 dan ketinggian 465 yaitu
ketinggian 480 yang dianggap sebagai suatu daratan tinggi atau gunung.
Kemudian dibuatlah penampang dari garis kontur yang sudah
dibuat di peta topografi tersebut yang menghasilkan suatu lereng. Lereng
didalam peta topografi ini menunjukkan bahwa didalam peta topografi,
semakin menuju ke hulu maka semakin tinggi dan curam lereng yang
terbentuk. Gunung atau dataran tinggi ditunjukkan dengan angka yang lebih
besar diantara bilangan angka yang lebih kecil atau dengan pewarnaan yang
lebih terang dari pewarnaan lembah yang diwarnai dengan warna lebih
gelap.
3.6 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah penulis lakukan, penulis dapat
menambah pengetahuan tentang pembuatan dan bagaimana cara membaca
peta topografi sehingga penulis mempunyai pengetahuan tentang bagaimana
proses pembentukan peta topografi sekaligus membuat dan membaca profil
penampang secara vertikal. Penulis juga dapat berlatih menggambar relief
dengan garis kontur. Dalam peta topografi ini, penulis dapat menyimpulkan
37
38
BAB IV
STRATIGRAFI
4.1
PENDAHULUAN
Memberikan peragaan secara langsung proses pembuatan kolom
penampang stratigrafi melalui langkah langkah tertentu serta sejarah
pengendapannya.
4.2
DASAR TEORI
Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari gambaran serta
hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya dalam ruang dan
waktu geologi. Dasar dari penyusunan lapisan batuan dari yang tertua di
bagian bawah sampai yang termuda di bagian atas berdasarkan data-data
yang diketemukan di alam, telah menggambarkan sejarah geologinya.
Dengan menyusun stratigrafi kita bisa menafsirkan kemungkinan
terjadinya jebakan ekonomis seperti : migas.
Penyusunan stratigrafi batuan didasarkan pada :
1. Lithostratigrafi
2. Biostratigarfi
3. Kronostratigrafi
Unsur-unsur stratigrafi, meliputi : Batuan, Struktur sedimen dan Waktu.
Berdasarkan metode dipakai untuk menentukan waktu geologi, antara lain :
Metode fossil ; biostratigrafi
Metode lapisan ; lithostratigrafi
Metode paleomagnetik
39
Metode radioaktif
Metode fission track
Beberapa Konsep Dasar Stratigrafi
N. Steno, 1667
1. Hukum Superposisi
Pada kondisi normal, maka lapisan yang tua
tertutup oleh lapisan lebih muda yang terletak
diatasnya.
2. Hukum Keaslian Horisontal
Lapisan
diendapkan
sejajar
batuan
pada
dengan
sedimen
pada
awalnya
permukaan
horisontal/relatif
permukaan
dasar
tempat
pengendapan.
3. Hukum Kesinambungan Lateral
Lapisan sedimen pada suatu cekungan akan terbentuk lateral dan
membaji pada bagian tepinya. Terkecuali pada lingkungan pengendapan
dibawah ini :
40
41
Disconformity.
Batas ketidakselarasan atau bidang erosi sejajar dengan
perlapisan batuan, faktor penyebabnya bisa tektonik pengangkatan.
42
Nonconformity
Batas ketidakselarasan merupakan persentuhan antara batuan
beku/metamorfosa dengan batuan sedimen.
Angular Unconformity
Batas ketidakselarasan antara lapisan batuan sedimen dengan
batuan sedimen lainnya membentuk sudut seperti pada pegunungan
lipatan.
Para Conformity.
43
Sifat batuan
44
Evolusi fossil
PENAMPANG STRATIGRAFI
Penampang stratigrafi digunakan untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh urut-urutan lapisan antar abtuan secara vertikal menurut waktu.
Dalam pembuatannya harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
45
5. Memberikan alasan-alasannya.
6. Menyelesaikan gambar tersbut di rumah setelah mendapatkan petunjuk
dari asisten dan minta ACC asisten yang bertugas saat praktikum
stratigrafi.
4.4 HASIL PENGAMATAN
46
47
4.5 PEMBAHASAN
48
tektonik
sehingga
mengakibatkan
kekosongan
ditengah
praktikum
stratigrafi,
penulis
dapat
menyimpulkan bahwa pada gambar yang diberikan oleh asisten ternyata ada
selaras atau conformity yaitu: batulempung, batupasir, batunapal, dan
batubreksi. Hal tersebut terjadi karena antar batuan sedimen tersebut
berlapis menerus. Selain itu, juga terdapat batugamping yang tersusun
secara tidak selaras atau unconformity disebabkan adanya kegiatan tektonik
sehingga terjadi kekosongan di tengah batugamping. Lain halnya dengan
batuan beku yang menerobos batu lempung, batupasir, napal dan breksi
sehingga terjadi nonconformity karena umur batuan beku tersebut lebih
muda.
49
BAB V
GEOLOGI STRUKTUR
5.1
PENDAHULUAN
Mengenalkan praktikan gambaran secara dua dimensi (peta geologi),
serta pada tiga dimensi (blok diagram). Disamping memahami bagaimana
kontrol struktur (lipatan dan sesar) menyebabkan perubahan atau deformasi
terhadap lapisan batuan sedimen.
50
5.2
DASAR TEORI
Geologi Struktur adalah merupakan ilmu yang mempelajari bentuk
arsitektur bumi termasuk gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada kulit bumi.
Ada 2 macam Struktur Geologi :
1. Struktur Primer
Struktur ini terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan
batuan sedimen. Contoh : struktur sedimen; perlapisan, silang siur, dan
lain-lain.
2. Struktur Sekunder
Struktur ini terbentuknya setelah proses pengendapan batuan
sedimen, berupa deformasi akibat gaya-gaya dari dalam bumi. Contoh:
sesar, lipatan, kekar.
STRUKTUR PRIMER
Harus diperhatikan disini adalah karena adanya perlapisan batuan
maka perlu diukur :
STRUKTUR SEKUNDER
Kekar atau joint
51
2. Berdasarkan ukurannya :
Micro joint, ukuran kekar sangat kecil, hanya dapat diamati dengan
mikroskop.
Major joint, dapat dilihat secara megaskopis.
Master joint, ukuran kekar dapat mencapai 100 ft, dapat diamati
dengan foto udara.
hilangnya tekanan.
Release joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau
hilangnya tekanan
Perlipatan
Proses epirogenesa/orogenesa yang mengakibatkan batuan sedimen
mengalami pengangkatan jalur gerak bumi oleh tenaga endogenik
sehingga terbentuk pembubungan batuan berupa antiklin. Tenaga
endogenik disini adalah gaya tekanan dan tarikan.
Bagian-bagian dari perlipatan :
Sinklin
Antiklin
Limb, sayap
Axial plane, bidang planar lipatan
52
Axial surface
Axial line, garis poros/garis khayal yang menghubungkan titik-titik
lengkung maksimum pada permukaan bidang lipatan.
Jenis-jenis Lipatan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lipatan Overturned
Lipatan Recumben atau Rebah
Lipatan Menunjam
Lipatan Tidak Menunjam
Lipatan Simetri
Lipatan Asimetri
53
54
55
56
57
Gambar 5.4 Sesar Turun, Sesar Naik, Sesar Geser, Horst dan Graben
3. Sesar Mendatar
Poros utama tegasan terbesar adalah horizontal dengan arah
gerakan sejajar dengan jurus bidang sesarnya.
58
5.4
HASIL PENGAMATAN
59
lapisan
5.5
PEMBAHASAN
60
5.6
KESIMPULAN
61
BAB VI
INTERPRETASI PETA GEOLOGI
6.1
PENDAHULUAN
Meningkatkan kemampuan praktikan dalam membaca peta geologi
dan profil penampang vertical, yang akan sangat berguna dalam menentukan
lokasi pipa bor (wildcat) pada eksplorasi pemboran awal.
62
6.2
DASAR TEORI
Didalam eksplorasi migas yang bertujuan untuk menemukan lokasi
jebakan hidrokarbon. Setiap tahapan yang dilakukan untuk menemukan
jebakan hidrokarbon lebih bersifat interpretasi berdasarkan data-data yang
didapat.
Eksplorasi sangat tergantung pada keakuratan hasil pendataan yang
ada, dimulai dari penginderaan jarak jauh berupa foto udara atau foto satelit,
pemetaan atau survey geologi baik regional maupun lokasi penelitian
dilanjutkan dengan survey geofisika berupa metode gaya berat dan seismik
dan diakhiri dengan tahap pemboran awal (wildcat).
Eksplorasi berasal dari kata kerja to explore yang artinya to travel
through (a place) for the purpose of discovery atau to examine more
carefully in order to learn more. Dari pengertian dasar tersebut
menunjukkan bahwa didalam eksplorasi migas terdapat dua pengertian
pokok yaitu mencari dan menunjukkan lokasi dari akumulasi hidrokarbon
untuk dibor, diproduksi dan akhirnya dipelajari dalam artian yang luas.
Metode Eksplorasi
Setiap produksi petroleum di dunia melalui beberapa tahap penelitian
sebagai berikut :
1. Tahap Pengumpulan dan Analisa Data
Yang diharapkan dari metode ini adalah mendeteksi tebal dan
kualitas batuan reservoir, penyebaran batuan secara lateral dan vertikal,
kehadiran batuan induk dan sistem perangkapnya.
63
64
Dalam
hal
ini
seorang
petroleum
geologist
akan
65
66
67
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata di dalam
Pembuatan struktur geologi, terlebih dahulu penulis menentukan berbagai
hal. Pertama, penulis membuat penampang terlebih dahulu berdasarkan
garis cross section pada gambar yang disediakan. Kedua, membuat sesar
naik dengan kemiringan 50o dan sesar turun. Lalu, perhatikan batas antar
batuan dari garis cross section dan tarik lurus ke bawah dengan memberikan
garis putus putus serta menandai pada garis penampang yang lurus dengan
angka garis kontur.
Kemudian pada gambar peta topografi yang terdapat pembatas
antar
batuannya,
diluruskan
ujung
terakhir
pembatas
batuannya
68
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktikum struktur geologi, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam membuat peta morfologi, harus memerhatikan
hal hal tertentu. Yaitu, harus membuat penampang terlebih dahulu, setelah
menyatukan garis penampangnya, menentukan sudut sesar. Untuk sesar naik
kemiringannya 50o dan sesudah itu membuat sesar turun. Selanjutnya,
meluruskan ujung garis pembatas antar batuan pada peta topografi dengan
garis penamapang dan dilanjutkan dengan penarikan garis pembatas antar
batuan pada peta geologi yang akan dibuat. Saat garis bertemu dengan sesar
naik, akan terjadi pergeseran naik dan juga sebaliknya. Akhirnya,
menggambar lambang batuan batuan berdasarkan garis pembatas lapisan
batuannya.
BAB VII
KUNJUNGAN LAPANGAN GEOLOGI KULON PROGO
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Formasi Nanggulan merupakan batuan yang paling tua pada
Cekungan Kulon Progo (Stratigrafi daerah Kulon Progo). Formasi ini
tersingkap dengan baik di daerah Kalisonggo, Kecamatan Girimulyo,
Kabupaten Kulon Progo.
Banyak ahli geologi yang melakukan penelitian di daerah ini,
diantaranya meneliti tentang intrusi batuan beku, mengkaji keberadaan
69
70
B. PEMBAHASAN
STRATIGRAFI REGIONAL
Urut-urutan stratigrafi regional dari tua ke muda (Gambar 7.2) adalah
sebagai berikut : (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987).
1. Formasi Nanggulan
Litologi
Formasi
Nanggulan
terdiri
dari
batupasir,
napal,
71
Dukuh adalah Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Ketebalan lebih dari
660 m.
4. Formasi Jonggrangan
Litologi Formasi Jonggrangan terdiri dari batugamping terumbu,
koral, moluska dan foraminifera besar, dengan sisipan napal, diendapkan
pada lingkungan laut. Umur Formasi Jonggrangan Miosen Tengah dan
mempunyai ketebalan 150 m.
5. Formasi Sentolo
Formasi ini terletak tidak selaras di atas Formasi Kaligesing maupun
Formasi Dukuh. Litologi pada bagian atas formasi ini dominan
batulempung sedang pada bagian bawah dominan napal dengan sisipan
batugamping. Diendapkan pada lingkungan laut terbuka. Umurnya adalah
Miosen Tengah sampai Pliosen. Tebal tidak kurang dari 1100 m.
6. Aluvial Kuarter
72
73
74
tepatnya nama batuan yang mengintrusi adalah batuan basalt, ciri ciri dari
batu basalt berbentuk seperti bantal, intrusi tersebut menembus sampai
lapisan breksi yang masih berada di formasi nanggulan itu sendiri.
75
lanau
(batuan sedimen),
76
77
3. Lokasi Ketiga
Lokasi ketiga, sangat dekat dengan lokasi kedua, dan juga masih
terkena aliran sungai yang sama. Di lokasi tersebut terdapat batu gamping
sempat terjadi ketidakselarasan di lokasi tersebut yaitu sesar atau patahan.
Untuk mengetahui semen pada batuan tersebut mengandung karbonat atau
tidak dengan diteteskannya HCl (0,1n) kemudian apakah reaksinya
berbuih atau tidak, jika berbuih kanduan karbonat ada pada batuan
tersebut. Begitupun sebaliknya.
78
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kuliah lapangan di kulon progo yang kami lakukan,
dapat disimpulkan bahwa di lokasi pertama ditemukan ketidakselarasan oleh
batuan beku basa ekstrusif yang disebut batuan basalt dengan tekstur hlus dan
menembus permukaan.
Di lokasi kedua ditemukan lapisan batu serpih atau lanau (Sedimen),
dengan struktur bersusun. Batu tersebut sangat cocok untuk menjadi source
rock dilihat dari struktur dan jenis batuannya. Di lokasi ini juga ditemukan
liknit (batu bara yang tergolong muda)
79
BAB VIII
PEMBAHASAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN
Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa ada
dua (2) faktor utama pembentukan bumi :
1.
Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang umumnya
bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak dikontrol
80
81
KOMPOSISI MINERAL
Komposisi Mineral dari batuan beku yang penulis amati merupakan
Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap). Namun, penulis tidak
dapat menentukan mineral apa yang terdapat dalam batuan tersebut
secara megaskopis.
GENESA
Genesa dari batuan beku basa yang penulis amati yaitu batuan ini
terbentuk secara Extrusif atau terbentuk dari magma yang membeku di
permukaan bumi dengan sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas
dominan dibanding kristal.
Berdasakan seluruh pendeskripsian batuan beku yang penulis
amati, batuan beku tersebut dalam batuan beku basa yang bernama
BATUAN OBSIDIAN.
82
83
amati,
batuan
metamorf
tersebut
termasuk
dalam
84
85
86
a. Struktur
Pada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan
monomineralik.
b. Tekstur
Tekstur terdiri dari : kristalin, amorf, gelas, dan fibrous.
BAB III PETA TOPOGRAFI
Pada peta topografi ini menggunakan interval kontur kelipatan 25. Dan hulu
berada diatas peta yaitu garis sungai yang tidak bercabang. Jika garis kontur
melewati atau memotong maka garis kontur itu akan dibuat belokan yang arahnya
ke arah hulu sungai supaya pembaca mengetahui dan memahami bahwa yang
dilewati adalah sungai, danau, dan lain sebagainya. Di peta juga ditemukan
ketinggian yang berada diantara ketinggian 410 dan ketinggian 465 yaitu
ketinggian 480 yang dianggap sebagai suatu daratan tinggi atau gunung.
Kemudian dibuatlah penampang dari garis kontur yang sudah dibuat di peta
topografi dan menghasilkan suatu lereng. Lereng didalam peta topografi ini
menunjukkan bahwa didalam peta topografi, semakin menuju ke hulu maka
semakin tinggi dan curam lereng yang terbentuk. Gunung atau dataran tinggi
ditunjukkan dengan angka yang lebih besar diantara bilangan angka yang lebih
kecil atau dengan pewarnaan yang lebih terang dari pewarnaan lembah yang
diwarnai dengan warna lebih gelap.
BAB IV STRATIGRAFI
Berdasarkan gambar pada praktikum yang dilakukan, ada beberapa batuan
yang mengalami keselarasan (conformity) yaitu mulai batulempung, batupasir,
napal, dan breksi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus tidak
mengalami
gangguan.
Namun,
pada
lapisan
batugamping
mengalami
87
Dari segi umur batuan, jika di urut dari umur batuan paling tua yaitu:
batulempung, batupasir, napal, breksi, batugranit (sebagai batu instrusi yang
menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai batuan penutup.
Dari pewarnaan batuannya, batulempung yang berada di lapisan terbawah
berwarna hijau tua, kemudian batu pasir berwarna kuning, napal berwarna hijau
muda, batu breksi berwarna orange, batugamping berwarna biru muda sedangkan
batuan yang menginstrusinya berwarna jingga. Batu lempung di lapisan teratas
merupakan batulempung yang umurnya muda sehingga berwarna hijau tua yang
lebih muda dari batulempung yang berada di lapisan terbawah. Batuan beku
berwarna merah.
BAB V GEOLOGI STRUKTUR
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, dapat dijelaskan bahwa pada
gambar A terdapat 3 lapisan yaitu lapisan a,b, dan c. Pada gambar penulis, a
berwarna kuning, b berwarna hijau dan c berwarna merah. Gambar tersebut ada
dalam keadaan Antiklin.
Pada gambar B, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut
terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Dan bagian belakangnya naik.
Sedangkan pada gambar C dapat dijelaskan bahwa dari pengangkatan tersebut
terjadi erosi sehingga bagian belakang dari lapisan lapisan tersebut hilang, dan
menjadi gambar C. Saat erosi itu terjadi, lapisan C hilang sehingga hanya
tertinggal lapisan a dan b (Lihat gambar 1.24).
Setelah itu, penulis membuat gambar dua dimensi dari gambar C. Gambar
dua dimensi tersebut digambar di kolom D.
Gambar gambar selanjutnya berada keadaan sinklin. Penulis menentukan
lapisan a berwarna kuning, lapisan b berwarna hijau dan lapisan c berwarna
merah. Gambar E berada dalam keadaan normal dan pada gambar F, terjadilah
pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan
belakang. Bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar G, dari
pengangkatan itu terjadilah erosi sehingga bagian belakang hilang dan menjadi
88
gambar G. Saat erosi itu terjadi, lapisan hilang dan hanya tertinggal lapisan b dan
c. (Lihat gambar 1.25).
89
BAB IX
KESIMPULAN UMUM
Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi di mulai sebagai ujung
tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan
gas bumi atau di sebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal.
Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur
sumur baru atau eksplorasi development well.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah
diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari
tentang bumi yang menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk
produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang
pernah hidup didalamnya.
Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan
Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip
prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang
Stratigrafi dan Dasar dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan
lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.
BAB II PETROLOGI
Berdasarkan
praktikum
yang
penulis
lakukan,
penulis
dapat
90
extrusif dengan sangat cepat sehingga terbentuk gelas yang lebih dominan
dibanding kristal.
Pada pemerian batuan metamorf yang penulis amati yaitu batuan metamorf
foliasi berupa batuan geneis warna abu -abu gelap berstruktur Geneisic.
Teksturnya termasuk Kristaloblastik yaitu Granoblastik. Komposisi mineral
termasuk mineral stress berupa mika. Batuan Geneis berasal dari batuan sedimen
yang terjadidalam temperatur dan tekanan tinggi.
Pada pemerian batuan sedimen pertama yang penulis amati yaitu
batugamping klastik berukuran pasir (calcanerite) berwarna putih kuning
kecoklatan. Batu ini termasuk jenis batuan sedimen klastik. Dilihat dari
strukturnya, ukuran butirnya berukuran fine sand, berbentuk membulat tanggung
sampai membulat. Derajat pemilahannya adalah moderately sorted, berporositas
sedang. Batu ini berkemas terbuka dan kompaksinya berupa getas/bricle.
Permeabilitasnya tidak dapat diamati secara megaskopis. Komposisi mineralnya
yaitu fragmen berupa batugamping. Matrik berupa ukuran pecahan batugamping
dan semen berupa karbonat. Batu tersebut terbentuk dari batuan non-klastik yang
mengalami pelapukan, mengendap dan bercampur dengan pasir.
Sedangkan batuan sedimen kedua yang penulis amati yaitu batugamping
klastik beruikuran pasir (calcanerite) lapuk berwarna abu-abu gelap. Jenis,
struktur, permeabilitas, kemas, kompaksi, komposisi mineral dan genesa
batuannya sama dengan batuan sedimen pertama. Sementara ukuran butir batu ini
berukuran medium sand dengan bentuk butir menyudut tanggung. Derajat
pemilahannya termasuk poorly sorted. Porositasnya cukup baik.
Jadi, dalam pengamatan secara megaskopis dapat dideskripsikan sifat dan
ciri batuan melalui beberapa unsur yang dapat digunakan sebagai pembeda
dengan batuan batuan lain.
BAB III PETA TOPOGRAFI
Berdasarkan praktikum yang telah penulis lakukan, penulis dapat
menambah pengetahuan tentang pembuatan dan bagaimana cara membaca peta
topografi sehingga penulis mempunyai pengetahuan tentang bagaimana proses
pembentukan peta topografi sekaligus membuat dan membaca profil penampang
secara vertikal. Penulis juga dapat berlatih menggambar relief dengan garis
91
kontur. Dalam peta topografi ini, penulis dapat menyimpulkan adanya relief
didalam peta topografi yang dibuat. Di dalamnya terdapat lereng dan gunung atau
dataran tinggi, di dalam peta topografi ini ditunjukkan dengan angka 480 yang
dikelilingi oleh angka 410 dan angka 465 yang disimbolkan sebagai ketinggian
menyimpulkan bahwa di ketinggian 480 di anggap sebagai dataran tinggi atau
gunung sedangkan untuk ketinggian 410 dan ketinggian 465 merupakan lereng
atau dataran rendah. Setelah kita dapat membuat garis kontur kita juga membuat
penampang dari garis kontur yang sudah terbentuk. Hal ini dilakukan untuk dapat
membaca profil penampang vertikal dengan baik.
BAB IV STRATIGRAFI
Setelah menyelesaikan praktikum stratigrafi, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pada gambar yang diberikan oleh asisten ternyata ada selaras atau
conformity yaitu : batulempung, batupasir, batunapal, dan batubreksi. Hal tersebut
terjadi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus. Selain itu, juga
terdapat batugamping yang tersusun secara tidak selaras atau unconformity
disebabkan adanya kegiatan tektonik sehingga terjadi kekosongan di tengah
batugamping. Lain halnya dengan batuan beku yang menerobos batu lempung,
batupasir, napal dan breksi sehingga terjadi nonconformity karena umur batuan
beku tersebut lebih muda.
Umur batuan tersebut dari yang paling tua yaitu : batulempung, batupasir,
batunapal,
batubreksi,
batugranit(yang
menerobos),
batugamping,
dan
menyelesaikan
praktikum
geologi
dasar,
penulis
dapat
92
melaksanakan
praktikum
struktur
geologi,
penulis
dapat
93
DAFTAR PUSTAKA
Modul Buku Petunjuk Praktikum Geologi Fisik Laboratorium Geologi Fisik
Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta 2013.
94
LAMPIRAN
95
LAMPIRAN (KELOMPOK 3)
A. Batuan Beku (Batuan Obsidian)
96
C.
97
98