Anda di halaman 1dari 18

1.

Pengertian
Manajemen proyek adalah salah satu cara yang ditawarkan untuk maksud
pengelolaan suatu proyek, yaitu suatu metode pengelolaan yang dikembangkan
secara ilmiah dan intensif sejak pertengahan abad ke-20 untuk menghadapi
kegiatan khusus yang berbentuk proyek. (Iman Soeharto, 1999)
Manajemen proyek adalah usaha pada suatu kegiatan agar tujuan adanya
kegiatan tersebut dapat tercapai secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal ini
adalah dimana hasil

penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan

sasarannya yang meliputi kualitas, biaya, waktu dan lain-lainnya. Sedangkan


efisien diartikan penggunaan sumber daya dan pemilihan sub kegiatan secara tepat
yang meliputi jumlah, jenis, saat penggunaan sumber lain dan lain-lain. Oleh
sebab itu manajemen proyek pada suatu proyek konstruksi merupakan suatu hal
yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena tanpa manajemen suatu proyek,
konstruksi akan sulit berjalan sesuai dengan harapan baik berupa biaya, waktu
maupun kualitas
Manajemen proyek meliputi proses perencanaan ( planning ) kegiatan,
pengaturan ( organizing ), pelaksanaan dan pengendalian ( controlling ). Proses
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal dengan
proses manajemen
Tujuan dari proses manajemen adalah untuk mengusahakan agar semua rangkaian
kegiatan tersebut :

Tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu

proyek

Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan dari

perencanaan biaya yang telah dianggarkan

Kualitas yang sesuai dengan persyaratan

Proses kegiatan dapat berjalan dengan lancar

Proses perencanaan ( planning ) proyek dapat dikelompokkan menjadi dua tahap,


yaitu yang pertama planning dalam garis manajemen konsultan dan yang kedua
dalam garis manajemen kontraktor.
Perencanaan yang ditangani oleh konsultan mencakup perencanaan fisik struktur
secara terperinci sampai pada perencanaan anggaran biaya dan durasi pekerjaan.
Perencanaan yang ditangani oleh kontraktor mencakup perencanaan metode
kontraktor, rencana anggaran dalam pelaksanaan dan perencanaan administrasi
lapangan maupun perusahaan.
Metode manajemen proyek yang digunakan oleh pelaksana proyek (kontraktor)
baik manajemen pelaksana, manajemen pengawasan, serta manajemen dari
organisasi pemilik proyek pada umumnya adalah sama yaitu dengan berpatokan
pada laporan-laporan tertulis yang disesuaikan dengan keadaan nyata dilapangan.
Laporan-laporan tertulis tersebut bisa berupa laporan harian, laporan mingguan
dan lain-lain.
Dan menurut R. Sutjipto (1985), sebuah proyek dapat didefenisikan sebagai suatu
usaha dalam jangka waktu yang ditentukan dengan sasaran yang jelas yaitu
mencapai hasil yang telah dirumuskan pada waktu awal pembangunan proyek
akan dimulai.
Bertitik tolak dari pemikiran ini, maka maksud dan tujuan manajemen proyek
adalah usaha kegiatan untuk meraih sasaran yang telah didefenisikan dan
ditentukan dengan jelas seeffisien dan seefektif mungkin. Dalam rangka meraih
sasaran yang telah disepakati, diperlukan sumber-sumber daya (resources)
termasuk sumber daya manusia yang merupakan kunci segalanya.
Sasaran utama dalam manajemen proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:
pengembangan dan penyelesaian sebuah proyek dalam budget yang telah
ditentukan, jangka waktu yang telah ditetapkan dan kualitas bangunan proyek
sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah dirumuskan,

bagi kontraktor yang bonafide yaitu untuk mengembangkan reputasi akan kualitas
pekerjaannya (workmanship) serta mempertahankannya,
menciptakan organisasi di kantor pusat maupun di lapangan yang menjamin
beroperasinya pekerjaan proyek secara kelompok (team work),
menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana,kondisi kerja,
keselamatan kerja dan komunikasi timbal balik yang terbuka antara atasan dan
bawahan,
menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya sehingga orang yang bekerja
akan didorong untuk memberikan yang terbaik dari kemampuan dan keahlian
mereka.
Manajemen proyek meliputi proses perencanaan (planning) kegiatan, pengaturan
(organizing), pelaksanaan dan pengendalian (controlling). Proses perencanaan,
pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal proses manajemen.
Perencanaan (planning) adalah peramalan masa yang akan datang dan perumusan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk dari perencanaan dapat berupa:
perencanaan

prosedur,

perencanaan

metode

kerja,

perencanaan

standar

pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana


kegiatan beserta jadwal).
Pengaturan (organizing) bertujuan melakukan pengaturan dan pengelompokan
kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan. Tahap ini menjadi sangat penting karena jika terjadi ketidaktepatan
pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bisa berakibat langsung terhadap tujuan
proyek.
Pengendalian (controlling) adalah proses penetapan apa yang telah dicapai,
evaluasi kerja, dan langkah perbaikan bila diperlukan
Project Manager

Project Manager dalam struktur organisasi kontraktor memegang posisi sebagai


pemimpin dalam pelaksanaan proyek. Tugasnya adalah:
menguasai seluruh isi dokumen kontrak,
menjamin tersedianya seluruh sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan
proyek,
memantau serta mengevaluasi pelaksanaan proyek,
melakukan negosiasi dengan sub kontraktor/suplier,
menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk perencanaan dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan,
memberi

pengarahan dalam tahap pembuatan RAPP (Rencana Anggaran

Pelaksanaan Proyek),
memberi pengarahan pelaksanaan proyek.
2. Kegiatan yang Dilakukan dalam Manajemen Proyek
Kegiatan yang dilakukan dalam manajemen proyek yaitu antara lain:
1)

Identifikasi Objek yang Akan Dikelola

Di bagian ini dilakukan identifikasi profil objek yaitu suatu kegiatan yang
berbentuk proyek, dan perbandingannya dengan kegiatan operasional rutin.
Perbedaan kedua jenis kegiatan tersebut di antaranya adalah kegiatan proyek
bersifat nonrutin, terdiri dari aneka ragam kegiatan yang saling terkait dan
mengikuti pola siklus kelangsungan hidup (life cycle) tertentu yang memiliki
batas jelas kapan proyek dimulai dan berhenti. Pada siklus proyek diadakan
penahapan dengan komponen kegiatan-kegiatan yang memiliki jenis dan
intensitas yang berbeda-beda. Di bagian ini disinggung pula pembagian jenis
proyek dan kriteria yang dipakai untuk menggolongkan ukuran proyek menjadi
berukuran kecil, sedang, dan besar, serta dianalisis berbagai karakteristik yang
khusus melekat pada kegiatan proyek. Identifikasi ini semua bermaksud memberi

keterangan dan gambaran mengenai kegiatan apa, dengan sifat-sifat dan perilaku
yang bagaimana, yang hendak dikelola.
2)

Konsep Pengelolaan yang Akan Dipakai

Setelah memahami sifat dan perilaku kegiatan proyek, maka penyajian dilanjutkan
dengan membahas konsep pengelolaan yang dianggap sesuai dengan tuntutan dan
sifat serta perilaku kegiatan yang dimaksud yang kemudian disebut manajemen
proyek. Dalam hal ini penulis mengetengahkan 3 buah pemikiran di antara
sejumlah

pengamat

dan

pemikir

masalah-masalah

yang

erat

dengan

perkembangan dan pertumbuhan konsep manajemen proyek. Pertama, pemikiran


yang mencoba merumuskan definisi konsep manajemen proyek dengan
menghubungkannya

dengan

manajemen

umum

(general

management)/klasik/fungsional. Pemikiran kedua yang menghubungkan konsep


manajemen proyek dengan konsep sistem dan pendekatan kontinjensi. Adapun
yang ketiga adalah perumusan konsep yang dibuat oleh Project Management
Institute USA dalam rangka menyusun PM-BOK serta usaha ke arah
standardisasi dan sertifikasi profesi manajemen proyek.
Menurut pendapat pertama, fungsi manajemen klasik yang terdiri dari
merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendahkan tetap berlaku untuk
manajemen proyek, dengan catatan perlu mengadakan restrukturisasi di sanasini serta menggunakan metode dan teknik barn agar mampu menghadapi sifatsifat dan perilaku yang khusus terdapat pada kegiatan proyek. Misalnya, agar
dicapai penggunaan sumber daya yang efisien diperkenalkan arus kerja clan
komunikasi horisontal sebagai tambahan arus kerja vertikal yang selama ini telah
dikenal dalam manajemen klasik/fungsional. Lebih jauh, dipandang dari sudut
organisasi, pengelolaan proyek akan efektif bila terdapat tanggung jawab tunggal
dengan tugas terpenting adalah bertindak sebagai integrator dan koordinator dari
sejumlah organisasi atau bagian organisasi peserta dan pendukung proyek. Seperti
halnya manajemen klasik, dalam manajemen proyek fungsi perencanaan dan
pengendalian memegang peranan yang amat menentukan. Lebih dari itu, pada
kegiatan proyek, mengingat sifatnya yang cepat berubah, kompleks, dan memiliki

hubungan keterkaitan yang tinggi, maka perlu adanya keterpaduan antara


perencanaan dan pengendalian.
Dari sudut pandang konsep sistem, maka pengelolaan suatu kegiatan harus
berorientasi ke totalitas. Dengan kata lain, penekanannya terletak kepada
keberhasilan tujuan sistem secara keseluruhan, dan bukan hanya kepada
komponen-komponennya.
Dalam pada itu, Project Management Institute (PMI) di USA, salah satu institusi
terkemuka yang bergerak dalam pengembangan ilmu atau profesi manajemen
proyek, merumuskan suatu pengertian konsep manajemen proyek. Berbeda
dengan yang pertama, formulasi yang disusun oleh PMI tidak langsung
mengaitkannya dengan manajemen klasik meskipun diakui banyak praktekpraktek yang tumpang tindih dengannya. Lebih jauh PMI merumuskan dan
menjabarkan konsep tersebut dalam suatu Project Management Body of
Knowledge.
3)

Area Ilmu Manajemen Proyek (PM-BOK)

Agar ilmu atau profesi manajemen proyek secara sistematis dapat dipelajari,
dikodefikasi dan disertifikasi sebagai mana layaknya profesi lain seperti
Kedokteran, Akuntansi, Hukum, dan lain-lain, maka oleh berbagai institusi seperti
PMI-USA, APM (The Association of Project Management) Inggris dan
INTERNET (The International Association of Project Management) Eropa,
telah dirintis penyusunan atribut clasar berupa PM-BOK yaitu area ilmu
manajemen proyek. Dalam PM-BOK, PMI mengelompokkan area ilmu
manajemen proyek menjadi 9 butir, yaitu pengelolaan integrasi, lingkup, waktu,
biaya, mutu, sumber daya manusia, komunikasi, risiko dan pengadaan. PM-BOK
dari PMI dan INTERNET.
4)

Metode, Teknik, dan Prosedur

Sering dikatakan bahwa menyusun konsep dan filosofi merupakan pekerjaan


tersendiri, sedangkan merumuskan konsep dan filosofi tersebut menjadi metode,
teknik, dan prosedur adalah pekerjaan yang lain. Kata-kata tersebut untuk

menggambarkan bahwa menyusun suatu konsep clan filosofi yang kelihatannya


sudah cukup jelas arti dan tujuannya ternyata amat sulit untuk menjabarkannya
menjadi metode, teknik, clan prosedur yang pada proses berikutnya dimaksudkan
dapat merupakan petunjuk pelaksanaan di lapangan. Banyak contoh menunjukkan
suatu konsep telah diterima dan dianggap benar oleh banyak pihak tetapi hasil
pelaksanaannya jauh menyimpang dari harapan.
Metode dan teknik ini dipilih yang kegunaannya dianggap bersifat mendasar dan
unik untuk proses mengelola proyek, seperti WORK BREAKDOWN
STRUCTURE untuk mengelola lingkup, ANALISIS JARINGAN KERJA
(CPM, PERT, dan PDM) untuk perencanaan proyek, IDENTIFIKASI VARIANS,
KONSEP NILAI HASIL, CS/CSC untuk pengendalian biaya dan jadwal, dan lainlain. Sedangkan untuk metode dan teknik yang penting untuk proyek-proyek
tertentu tetapi kegunaannya tumpang tindih dengan disiplin ilmu atau profesi lain,
seperti disiplin ilmu ekonomi dan produksi [analisis sensitivitas, program linear,
programming lainnya, teori optimasi, konsep statistik, proses control chart,
pareto diagram, dan lain-lain].
Pengendalian
Pada aspek pengendalian, ini ditekankan pentingnya penggunaan metode dan
teknik yang dapat memantau atau mengukur kinerja (performance) suatu
pekerjaan. Ini berarti harus ada keterkaitan yang menyatu dalam menganalisis
kemajuan pekerjaan dengan jumlah biaya yang telah terpakai untuknya. Dengan
mengetahui kinerja suatu pekerjaan pada setiap saat pelaporan, akan dapat dibuat
prakiraan atau proyeksi keperluan dana sampai akhir penyelesaian proyek.
Demikian pula dengan kemungkinan terjadinya keterlambatan, bilamana faktor
yang mempengaruhi atau menyebabkan kecenderungan di atas tidak berubah. Hal
ini berarti pengelola proyek jauh-jauh hari sebelumnya telah memperoleh tanda
peringatan perlu tidaknya diadakan perbaikan penyelenggaraan untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan.
Organisasi dan Penyusunan Tim Proyek

Untuk menyusun organisasi dan membentuk tim proyek dikenal berbagai pilihan
struktur organisasi yang dapat dipakai untuk proyek yang sedang dihadapi, yaitu
dengan mengacu pada organisasi proyek fungsional (OPF), organisasi proyek
matriks (OPM), dan organisasi proyek mandiri atau task force (OPMi).
Sedangkan dalam kepemimpinan proyek ditekankan perlunya penggunaan expert
power dan referent power di samping otoritas resmi yang harus dimiliki oleh
seorang pimpinan proyek.
Kebijakan dan Tata Laksana
Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa kebijakan (policy) dan tata laksana
(prosedur) memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan suatu
kegiatan, yaitu merupakan sarana komunikasi untuk mengatur, mengkoordinir,
dan menyatukan arah gerak organisasi. Keperluan akan adanya sarana tersebut
amat terasa bagi proyek yang seperti diketahui seringkali memiliki personil
dan/atau peserta yang baru pertama kali bekerja sama.
5)

Aplikasi Konsep Manajemen Proyek pada Praktek Penyelenggaraan

(Operasional) Proyek
Penulis beranggapan bahwa uraian perihal aplikasi konsep manajemen proyek
pada praktek operasional untuk proyek tertentu akan banyak membantu secara
langsung maupun tidak langsung menangkap dan memahami konsep, metode
maupun tata laksana yang terkandung dalam manajemen proyek, karena pada
uraian tersebut akan dijumpai contoh nyata aplikasinya dalam praktek
penyelenggaraan proyek. Untuk maksud tersebut, penulis memilih proyek engineering-manufaktur-konstruksi, karena jenis proyek ini adalah model proyek
yang melibatkan kegiatan-kegiatan desain-engineering, pengadaan, subkontrak,
manufaktur, perakitan (assembly), konstruksi, dan uji coba sistem instalasi atau
produk baru yang kompleks. Termasuk golongan ini adalah proyek-proyek
pembangunan jaringan telekomunikasi, proyek pembangunan prasarana umum
(jembatan, jalan, pelabuhan, dan gedung) dan proyek pembangunan instalasi
industri seperti pengilangan minyak (oil refinery), petrokimia, LNG, pupuk,

semen, kertas, baja, pembangkit tenaga listrik bahan bakar fosil maupun nuklir,
dan lain-lain. Pemilihan ini juga didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
Jenis proyek di atas sedang giat-giatnya dikerjakan di negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia. Dengan demikian, erat keterkaitannya dengan pembangunan
di Indonesia.
Mengelola jenis proyek yang berukuran besar dan kompleks akan cukup rumit,
kaya persoalan dan permasalahan. Dengan demikian, dalam proses pembahasan
akan dapat disajikan keterangan, gambaran, dan contoh yang luas dan beraneka
ragam, khususnya dalam aspek manajemen proyek.
Bertitik-tolak dari pemahaman pengelolaan proyek E-MK di atas, maka bila
diperlukan akan mudah mempelajari jenis proyek lain yang umumnya relatif
sederhana dan kurang kompleks. Dalam penyelenggaraan proyek-proyek E-MK
akan selalu dijumpai kegiatan-kegiatan utama seperti pengkajian kelayakan,
perencanaan sumber daya, pengadaan perangkat dan peserta, serta implementasi
fisik dan penutupan proyek.
Peranan Pemilik Proyek
Sepanjang siklus proyek, peranan pemilik berubah-ubah. Misalnya suatu ketika
dalam tahap persiapan proyek, pemilik harus langsung memegang komando
dalam hal-hal yang bersifat strategic seperti memberi keputusan kelangsungan
proyek (go or not to go), merumuskan strategi penyelenggaraan, memilih filosofi
desain, dan lain-lain. Sedangkan pada tahap implementasi (untuk kontrak lumpsum) dianggap bijaksana bila dapat menempatkan diri sebagai mitra kerja yang
waspada, yaitu, misalnya terhadap konsultan dan/atau kontraktor (utama).
3. Tahap Siklus Proyek dan Deliverable yang Bersangkutan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya siklus proyek terdiri
dari 4 tahap (Iman Soeharto, 1999), yaitu tahap yang diklasifikasikan oleh
UNIDO sebagai tahap persiapan, diperinci lebih lanjut oleh PMI menjadi tahap
konseptual dan definisi. Tahap ini sering pula disebut tahap merencanaan dan

pengembangan (PP) karena pada tahap tersebut kegiatan itulah dominan. Tahap
Akhir proyek dikenal sebagai tahap terminasi. Secara lengkap, penahapan
menurut PMI adalah sebagai berikut:
Tahap konseptual.
Tahap perencanaan dan pengembangan (planning and development) atau disingkat
PP/Definisi.
Tahap implementasi.
Tahap terminasi.
1. Tahap Konseptual
Periode ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu penyusunan dan perumusan
gagasan, analisis pendahuluan dan pengkajian kelayakan. Salah satu kegiatan
utama yang bersifat menyeluruh (comprehensive), dalam tahap ini yang
mencoba menyoroti segala aspek mengenai layak tidaknya suatu gagasan untuk
direalisasikan, disebut studi kelayakan. Dibandingkan dengan pengkajian yang
dilakukan sebelumnya, studi kelayakan mempunyai lingkup dan aspek pengkajian
yang lebih lugs, mendorong potensi yang positif dan menaruh perhatian khusus
terhadap kendala dan keterbatasannya.
Deliverable Akhir Tahap Konseptual
Deliverable akhir tahap konseptual adalah paket atau dokumen hasil studi
kelayakan. Dokumen tersebut umumnya berisi analisis berbagai aspek kelayakan
seperti pemasaran, permintaan, teknik, produksi, manajemen dan organisasi.
Dokumen tersebut juga berisi perkiraan garis besar biaya dan jadwal proyek.
2. Tahap PP/ Defenisi
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada masa permulaan siklus proyek,
kegiatan

ditujukan

untuk

mengidentifikasi

dan

merumuskan

gagasan,

mengembangkannya menjadi alternatif, lengkap dengan indikasi lingkungan


kerja, jadwal dan biaya. Meskipun demikian, semua itu masih dalam taraf

konseptual, dalam arti pengkajian sudah melebar dan meluas mencakup aspek
yang mempunyai kaitan erat antara gagasan dan peluang yang tersedia, tetapi
belum cukup mendalam untuk dapat dipakai sebagai dasar mengambil keputusan
akhir jadi tidaknya menanam investasi atau melaksanakan proyek. Oleh karena
itu, perlu diadakan pengkajian yang lebih mendalam agar dapat ditarik kesimpulan
yang mantap. Sejalan dengan usaha tersebut, mulailah dirintis rencana kesiapan
perangkat dan pelaksanaan proyek ataupun strategi penyelenggaraan. Dengan
demikian, kegiatan utama dalam tahap PP/Definisi adalah sebagai berikut:
Melanjutkan evaluasi hasil kegiatan tahap konseptual, dalam arti lebih mendalam
dan terinci, sehingga kesimpulannya cukup mantap untuk dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan perihal kelangsungan investasi atau proyek.
Menyiapkan perangkat, seperti data, kriteria dan spesifikasi teknik, engineering
dan komersial yang selanjutnya dipakai untuk membuat RFP, dokumen dan
kontrak.
Menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategic yang berkaitan dengan
garis penyelenggaraan proyek, seperti macam kontrak yang akan dipakai, bobot
sasaran pokok, filosofi desain, komposisi pendanaan.
Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik, kontraktor,
konsultan, arsitek, dan lain-lain.
Ditinjau dari segi penyelenggaraan proyek secara keseluruhan dengan empat
sasaran utama, yaitu lingkup, jadwal, biaya dan mutu, rangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam tahap PP/Definisi ini (dalam hubungannya dengan persiapan
memasuki tahap berikutnya) adalah usaha untuk menetapkan dan menjelaskan
kedudukan keempat sasaran tersebut. Artinya, dalam tahap PP/Definisi ditetapkan
letak batas dan kriterianya. Dengan kata lain, tahap ini menentukan batasan
berbagai parameter yang menyangkut sasaran, strategi untuk mencapainya dan
cumber daya yang diperlukan. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi
kekaburan interpretasi sebelum proyek sampai ke tahap implementasi fisik. Akhir
tahap definisi ditandai oleh kegiatan menyiapkan segala kelengkapan dokumen

(kontrak, prosedur) yang berisi penjabaran rencana tindakan (action plan) yang
mengikat organisasi peserta proyek (pemilik, kontraktor, konsultan) untuk
melakukan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam rangka mencapai
sasaran proyek.
Deliverable Akhir Tahap PP/Definisi
Deliverable tahap ini adalah sebagai berikut:
Dokumen berisi hasil analisis lanjutan kelayakan proyek.
Dokumen berisi rencana strategis dan operasional proyek.
Dokumen berisi definisi lingkup, anggaran biaya (ABP), jadwal induk dan garis
besar kriteria mutu proyek.
RFP atau paket lelang.
Dokumen hasil evaluasi proposal dari para peserta lelang.
Kegiatan menyiapkan deliverable pada penyelenggaraan proyek E-MK dengan
jenis kontrak lump sum dilakukan oleh pihak pemilik proyek. Namun demikian,
kegiatan tersebut sering pula dilakukan dengan menggunakan bantuan konsultan.
3. Tahap Implementasi
Komponen kegiatan utama pada tahap ini berbeda dari proyek ke proyek. Tetapi
untuk proyek E-MK umumnnya terdiri dari kegiatan desain-engineering terinci
fasilitas yang hendak dibangun, desain-engineering produk, pengadaan material
dan peralatan, manufaktur atau pabrikasi dan instalasi atau konstruksi. Kegiatan
desain-engineering terinci merupakan tindak lanjut jenis pekerjaan yang sama
yang telah dirintis di tahap PP/Definisi. Tahap implementasi terdiri dari kegiatan
sebagai berikut:
Mengkaji lingkup kerja proyek, kemudian membuat program implementasi dan
mengkomunikasikan kepada peserta dan penanggung jawab proyek.

Melakukan pekerjaan desain-engineering terinci, pengadaan material dan


peralatan, pabrikasi, instalasi atau konstruksi.
Melakukan perencanaan dan pengendalian aspek biaya, jadwal dan mutu.
Kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya ialah memobilisasi tenaga kerja,
melatih dan melakukan supervise.
Deliverable Tahap Implementasi
Deliverable tahap ini adalah produk atau instalasi proyek yang telah selesai secara
mekanis. Dare segi contractual ini ditandai dengan penyerahan sertifikat
mechanical completion dari pemilik proyek kepada organisasi pelaksana atau
kontraktor.
4. Tahap Terminasi
Kegiatan utama pada tahap terminasi adalah sebagai berikut:
Mempersiapkan instalasi atau produk beroperasi, seperti uji coba start-up, dan
performance test.
Penyelesaian administrasi dan keuangan proyek seperti asuransi dan klaim.
Seleksi dan kompilasi dokumen proyek untuk diserahkan kepada pemilik atau
kepada induk perusahaan.
Melaksanakan demobilisasi dan reassignment personil.
Bela langkah di atas telah selesai maka disusun laporan penutupan proyek.
Deliverable Akhir Tahap Terminasi
Deliverable tahap ini berupa:
Instalasi atau produk yang siap pakai atau siap beroperasi. Ini ditandai dengan
diterbitkannya sertifikat operational acceptance oleh pemilik proyek untuk
pelaksana atau kontraktor.
Dokumen pernyataan penyelesaian masalah asuransi, klaim dan jaminan
(warranty).

Tahap Operasi atau Utilisasi


Tahap operasi atau utilisasi atau aplikasi hasil proyek tidak termasuk dalam siklus
proyek, tetapi sudah merupakan kegiatan operasional. Kita mencantumkannya di
sini hanya untuk memperjelas batas kegiatan yang bersangkutan; di mana kegiatan
proyek berhenti dan organisasi operasi mulai bertanggung jawab atas operasi dan
pemeliharaan instalasi atau produk hasil proyek.
4. Siklus Proyek untuk Pemilik
Kelayakan

proyek

dilanjutkan

dengan

menyusun

perencanaan

strategis

penyelenggaraan proyek, menyiapkan perangkat (dokumen lelang, SIMP, clan


lain-lain) dan peserta (tim proyek pemilik, kontraktor dan mungkin juga
konsultan). Pada kedua tahap ini kontraktor belum ada. Umumnya barn pada akhir
tahap PP/Definisi mereka (melalui bidang Business atau Pemasaran) mengadakan
pendekatan- pendekatan kepada pemilik untuk ikut lelang.
Bagi kontraktor, perencanaan intensif dimulai setelah penandatanganan kontrak
EPK atau penerimaan letter of intent, yaitu dalam rangka menyusun Rencana
Implementasi Proyek (RIP-k). RIP-kontraktor ini dipresentasikan dalam suatu
internal kick-off meeting dan setelah diadakan perubahan yang diperlukan
kemudian dipakai sebagai dasar materi kickoff meeting dengan pemilik dan
pembuatan control budget atau disebut juga Anggaran Definitif Proyek (ADP)
dan jadwal induk. Selanjutnya, ADP dan jadwal induk digunakan sebagai tolak
ukur proses pengendalian sampai proyek selesai (u-v) Setelah menyerahkan
pekerjaan implementasi fisik kepada kontraktor, tugas utama pemilik- adalah
melakukan pemantauan dan pengendalian seperti pengendalian perubahan
lingkup, change order, pembayaran, jadwal dan pengendalian mutu. Gambar di
atas menunjukkan garis besar langkah yang ditempuh pemilik dan kontraktor
selama siklus proyek.
Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Proyek-proyek bangunan konstruksi umumnya sebelum dibuatkan perencanaan
yang mendetail, harus dipelajari apakah proyek yang akan dibangun akan

memberikan manfaat yang bersifat komersil (laba) atau yang bersifat non
komersil (peningkatan export, penciptaan lapangan pekerjaan baru, dampak yang
positif terhadap lingkungan sekitarnya)
Hasil studi kelayakan ini merupakan informasi yang amat berguna bagi pemilik
proyek yang dalam hal ini dapat merupakan sebuah organisasi perusahaan, badan
pemerintah, badan swasta, yayasan, dalam rangka memudahkan pengambilan
keputusan, apakah proyek tersebut dapat dipertanggungjawabkan pelaksaannya
untuk layak dibangun atau tidak. Hasil studi kelayakan ini dapat juga merupakan
pegangan dasar bagi lembaga keuangan, pemberi modal, dalam rangka pemberian
kredit pinjaman untuk membiayai proyek tersebut.
Studi kelayakan ini harus berisikan pernyataan yang jelas tentang :
Lingkup dan Tujuan proyek
Lingkup proyek adalah penentuan batasan-batasan dari pekerjaan pembangunan
yang akan diliputi oleh proyek. Tujuan proyek dalam studi kelayakan ini
dimaksudkan adalah investasi untuk memperoleh berbagai macam manfaat yang
cukup layak kelak dikemudian hari. Manfaat tadi dapat berupa manfaat keuangan
(laba) dan manfaat non keuangan (pendayagunaan bahan baku dalam negeri
berlimpah dan lain-lain).
Aspek Ekonomi
Evaluasi ini mempertimbangkan manfaat pembangunan proyek secara makro.
Sumbangan apa yang dapat diberikan dalam pembangunan ekonomi dan daerah
sekitarnya dan terhadap negara secara langsung atau tidak langsung seperti
kemampuan proyek dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan
penghasilan secara nasional, menunjang pendapatan devisa dan merangsang
peningkatan standar kehidupan lingkungannya
2. Aspek Keuangan
Sesudah dilakukan penelaahan tentang aspek ekonomi, maka hal berikutnya yang
perlu diselidiki yaitu analisa keuang an proyek yang meliputi antara lain :

Darimana sumber dana yang akan diperoleh dan persyaratannya


Jumlah dana yang diperlukan untuk pengadaan harta tetap dan modal kerja awal
Struktur pembiayaan yang paling menguntungkan
Pengembalian dan pengembangan dana berdasarkan penghasilan yang akan
diperoleh
Keuntungan yang akan diperoleh dibandingkan dengan beberapa alternative yang
lain
3.Aspek Teknis dan Teknologi
Dalam aspek ini harus dikaji hal-hal yang meliputi type dan fasilitas-fasilitas yang
akan didirikan (misalkan pabrik gula, proyek PLTA), kapasitas produksi ekonomi
proyek, jenis teknologi yang dipakai, pengalaman kerja yang didapat dari proyek
sejenis, peralatan yang dipergunakan, persediaan bahan material setempat dan
sumber daya manusia yang tersedia dan siap pakai.
Mesin/peralatan atau bahan baku yang masih perlu diimport memerlukan
pemikiran tambahan dari segi prosedur pengadaan barang( pemesanan,
pengiriman, proses deklarasi pelabuhan dan lain-lain), sehingga

bahan dan

peralatan yang dibutuhkan dapat tiba pada waktunya. Disamping itu lokasi proyek
dan letak bangunan pabrik memerlukan saran dan alternative untuk mendapatkan
keuntungan dan manfaat yang optimum dari berbagai macam segi.
4. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek ini membahas apakah jasa pelayanan yang diciptakan atau hasil produksi
yang dihasilkan oleh suatu produk akan memenuhi kebutuhan lingkungannya
akan jasa dan barang produknya. Faktor-faktor diatas harus memperhitungkan
kebutuhan jasa dan barang pada masa silam hingga kini dan permintaan akan jasa
dan barang dimasa yang mendatang berdasarkan daya beli yang mampu direalisir
oleh perkembangan ekonomi.

Dengan demikian aspek pemasaran dalam studi kelayakan perlu dipertimbangkan


dari segi :
Kemudahan dan kemampuan mendapatkan jasa atau barang yang akan dihasilkan
oleh proyek apabila telah selesai
Saluran distribusi (transportasi) dari titik penghasil produk sampai ke pihak
konsumen
Latihan Personil
Pembangunan dan pengoperasian proyek sukses melibatkan orang-orang yang
terampil sehingga diperlukan latihan yang berkesinambungan guna menyiapkan
orang-orang

yang

siap

pakai

untuk

menggarap

proyek

tersebut

dan

mengoperasikannya. Perusahaan yang besar dapat mengadakan program latihan


ini dalam perusahaannya sendiri dengan cara incompany training/ on the job
training atau dikirim ke lembaga latihan dan pendidikan di luar perusahaan.
Persiapan personil harus sudah dipikirkan untuk tahapan operasional (tenaga
manajemen) bilamana proyek sudah selesai dan mulai dioperasikan. Proyek tak
dapat beroperasi dengan sukses tanpa dukungan dari tenagan manajemen yang
mampu dan terampil, berdedikasi tinggi dan memiliki motivasi kerja yang baik.
Aspek Sosial dan Lingkungan Hidup
Masalah kemungkinan pencemaran lingkungan sebagai akibat didirikannya
proyek tersebut harus diteliti dampaknya terhadap masyarakat setempak dan
kemungkinan yang terjelek yang akan timbul perlu diperhitungkan seandainya
cara penanggulangannya kurang efektif.
Dari hasil pengkajian berbagai macam aspek tersebut di atas mungkin akan
didapat kesimpulan hasil dari studi kelayakan proyek sebagai berikut :
Pembangunan proyek dapat dipertanggungjawabkan dan dengan demikian
investasi dapat diteruskan

Pembangunan proyek dapat diteruskan apabila persyaratan-persyaratan tertentu


dapat dipenuhi.
Proyek secara global tak memberikan manfaat yang cukup, sehingga rencana
investasi seyogyanya dibatalkan.
Bilamana hasil dari studi kelayakan merekomendasikan bahwa pembangunan
proyek layak untuk diteruskan, maka biasanya ada beberapa usulan sebagai
alternative yang dibuat. Dari beberapa alternative ini akan direkomendasikan
yang terbaik dari sekian alternative dengan disertai perhitungan ekonomisnya.

Anda mungkin juga menyukai