Pengertian
Manajemen proyek adalah salah satu cara yang ditawarkan untuk maksud
pengelolaan suatu proyek, yaitu suatu metode pengelolaan yang dikembangkan
secara ilmiah dan intensif sejak pertengahan abad ke-20 untuk menghadapi
kegiatan khusus yang berbentuk proyek. (Iman Soeharto, 1999)
Manajemen proyek adalah usaha pada suatu kegiatan agar tujuan adanya
kegiatan tersebut dapat tercapai secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal ini
adalah dimana hasil
Tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu
proyek
Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan dari
bagi kontraktor yang bonafide yaitu untuk mengembangkan reputasi akan kualitas
pekerjaannya (workmanship) serta mempertahankannya,
menciptakan organisasi di kantor pusat maupun di lapangan yang menjamin
beroperasinya pekerjaan proyek secara kelompok (team work),
menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana,kondisi kerja,
keselamatan kerja dan komunikasi timbal balik yang terbuka antara atasan dan
bawahan,
menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya sehingga orang yang bekerja
akan didorong untuk memberikan yang terbaik dari kemampuan dan keahlian
mereka.
Manajemen proyek meliputi proses perencanaan (planning) kegiatan, pengaturan
(organizing), pelaksanaan dan pengendalian (controlling). Proses perencanaan,
pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal proses manajemen.
Perencanaan (planning) adalah peramalan masa yang akan datang dan perumusan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk dari perencanaan dapat berupa:
perencanaan
prosedur,
perencanaan
metode
kerja,
perencanaan
standar
Pelaksanaan Proyek),
memberi pengarahan pelaksanaan proyek.
2. Kegiatan yang Dilakukan dalam Manajemen Proyek
Kegiatan yang dilakukan dalam manajemen proyek yaitu antara lain:
1)
Di bagian ini dilakukan identifikasi profil objek yaitu suatu kegiatan yang
berbentuk proyek, dan perbandingannya dengan kegiatan operasional rutin.
Perbedaan kedua jenis kegiatan tersebut di antaranya adalah kegiatan proyek
bersifat nonrutin, terdiri dari aneka ragam kegiatan yang saling terkait dan
mengikuti pola siklus kelangsungan hidup (life cycle) tertentu yang memiliki
batas jelas kapan proyek dimulai dan berhenti. Pada siklus proyek diadakan
penahapan dengan komponen kegiatan-kegiatan yang memiliki jenis dan
intensitas yang berbeda-beda. Di bagian ini disinggung pula pembagian jenis
proyek dan kriteria yang dipakai untuk menggolongkan ukuran proyek menjadi
berukuran kecil, sedang, dan besar, serta dianalisis berbagai karakteristik yang
khusus melekat pada kegiatan proyek. Identifikasi ini semua bermaksud memberi
keterangan dan gambaran mengenai kegiatan apa, dengan sifat-sifat dan perilaku
yang bagaimana, yang hendak dikelola.
2)
Setelah memahami sifat dan perilaku kegiatan proyek, maka penyajian dilanjutkan
dengan membahas konsep pengelolaan yang dianggap sesuai dengan tuntutan dan
sifat serta perilaku kegiatan yang dimaksud yang kemudian disebut manajemen
proyek. Dalam hal ini penulis mengetengahkan 3 buah pemikiran di antara
sejumlah
pengamat
dan
pemikir
masalah-masalah
yang
erat
dengan
dengan
manajemen
umum
(general
Agar ilmu atau profesi manajemen proyek secara sistematis dapat dipelajari,
dikodefikasi dan disertifikasi sebagai mana layaknya profesi lain seperti
Kedokteran, Akuntansi, Hukum, dan lain-lain, maka oleh berbagai institusi seperti
PMI-USA, APM (The Association of Project Management) Inggris dan
INTERNET (The International Association of Project Management) Eropa,
telah dirintis penyusunan atribut clasar berupa PM-BOK yaitu area ilmu
manajemen proyek. Dalam PM-BOK, PMI mengelompokkan area ilmu
manajemen proyek menjadi 9 butir, yaitu pengelolaan integrasi, lingkup, waktu,
biaya, mutu, sumber daya manusia, komunikasi, risiko dan pengadaan. PM-BOK
dari PMI dan INTERNET.
4)
Untuk menyusun organisasi dan membentuk tim proyek dikenal berbagai pilihan
struktur organisasi yang dapat dipakai untuk proyek yang sedang dihadapi, yaitu
dengan mengacu pada organisasi proyek fungsional (OPF), organisasi proyek
matriks (OPM), dan organisasi proyek mandiri atau task force (OPMi).
Sedangkan dalam kepemimpinan proyek ditekankan perlunya penggunaan expert
power dan referent power di samping otoritas resmi yang harus dimiliki oleh
seorang pimpinan proyek.
Kebijakan dan Tata Laksana
Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa kebijakan (policy) dan tata laksana
(prosedur) memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan suatu
kegiatan, yaitu merupakan sarana komunikasi untuk mengatur, mengkoordinir,
dan menyatukan arah gerak organisasi. Keperluan akan adanya sarana tersebut
amat terasa bagi proyek yang seperti diketahui seringkali memiliki personil
dan/atau peserta yang baru pertama kali bekerja sama.
5)
(Operasional) Proyek
Penulis beranggapan bahwa uraian perihal aplikasi konsep manajemen proyek
pada praktek operasional untuk proyek tertentu akan banyak membantu secara
langsung maupun tidak langsung menangkap dan memahami konsep, metode
maupun tata laksana yang terkandung dalam manajemen proyek, karena pada
uraian tersebut akan dijumpai contoh nyata aplikasinya dalam praktek
penyelenggaraan proyek. Untuk maksud tersebut, penulis memilih proyek engineering-manufaktur-konstruksi, karena jenis proyek ini adalah model proyek
yang melibatkan kegiatan-kegiatan desain-engineering, pengadaan, subkontrak,
manufaktur, perakitan (assembly), konstruksi, dan uji coba sistem instalasi atau
produk baru yang kompleks. Termasuk golongan ini adalah proyek-proyek
pembangunan jaringan telekomunikasi, proyek pembangunan prasarana umum
(jembatan, jalan, pelabuhan, dan gedung) dan proyek pembangunan instalasi
industri seperti pengilangan minyak (oil refinery), petrokimia, LNG, pupuk,
semen, kertas, baja, pembangkit tenaga listrik bahan bakar fosil maupun nuklir,
dan lain-lain. Pemilihan ini juga didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
Jenis proyek di atas sedang giat-giatnya dikerjakan di negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia. Dengan demikian, erat keterkaitannya dengan pembangunan
di Indonesia.
Mengelola jenis proyek yang berukuran besar dan kompleks akan cukup rumit,
kaya persoalan dan permasalahan. Dengan demikian, dalam proses pembahasan
akan dapat disajikan keterangan, gambaran, dan contoh yang luas dan beraneka
ragam, khususnya dalam aspek manajemen proyek.
Bertitik-tolak dari pemahaman pengelolaan proyek E-MK di atas, maka bila
diperlukan akan mudah mempelajari jenis proyek lain yang umumnya relatif
sederhana dan kurang kompleks. Dalam penyelenggaraan proyek-proyek E-MK
akan selalu dijumpai kegiatan-kegiatan utama seperti pengkajian kelayakan,
perencanaan sumber daya, pengadaan perangkat dan peserta, serta implementasi
fisik dan penutupan proyek.
Peranan Pemilik Proyek
Sepanjang siklus proyek, peranan pemilik berubah-ubah. Misalnya suatu ketika
dalam tahap persiapan proyek, pemilik harus langsung memegang komando
dalam hal-hal yang bersifat strategic seperti memberi keputusan kelangsungan
proyek (go or not to go), merumuskan strategi penyelenggaraan, memilih filosofi
desain, dan lain-lain. Sedangkan pada tahap implementasi (untuk kontrak lumpsum) dianggap bijaksana bila dapat menempatkan diri sebagai mitra kerja yang
waspada, yaitu, misalnya terhadap konsultan dan/atau kontraktor (utama).
3. Tahap Siklus Proyek dan Deliverable yang Bersangkutan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya siklus proyek terdiri
dari 4 tahap (Iman Soeharto, 1999), yaitu tahap yang diklasifikasikan oleh
UNIDO sebagai tahap persiapan, diperinci lebih lanjut oleh PMI menjadi tahap
konseptual dan definisi. Tahap ini sering pula disebut tahap merencanaan dan
pengembangan (PP) karena pada tahap tersebut kegiatan itulah dominan. Tahap
Akhir proyek dikenal sebagai tahap terminasi. Secara lengkap, penahapan
menurut PMI adalah sebagai berikut:
Tahap konseptual.
Tahap perencanaan dan pengembangan (planning and development) atau disingkat
PP/Definisi.
Tahap implementasi.
Tahap terminasi.
1. Tahap Konseptual
Periode ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu penyusunan dan perumusan
gagasan, analisis pendahuluan dan pengkajian kelayakan. Salah satu kegiatan
utama yang bersifat menyeluruh (comprehensive), dalam tahap ini yang
mencoba menyoroti segala aspek mengenai layak tidaknya suatu gagasan untuk
direalisasikan, disebut studi kelayakan. Dibandingkan dengan pengkajian yang
dilakukan sebelumnya, studi kelayakan mempunyai lingkup dan aspek pengkajian
yang lebih lugs, mendorong potensi yang positif dan menaruh perhatian khusus
terhadap kendala dan keterbatasannya.
Deliverable Akhir Tahap Konseptual
Deliverable akhir tahap konseptual adalah paket atau dokumen hasil studi
kelayakan. Dokumen tersebut umumnya berisi analisis berbagai aspek kelayakan
seperti pemasaran, permintaan, teknik, produksi, manajemen dan organisasi.
Dokumen tersebut juga berisi perkiraan garis besar biaya dan jadwal proyek.
2. Tahap PP/ Defenisi
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada masa permulaan siklus proyek,
kegiatan
ditujukan
untuk
mengidentifikasi
dan
merumuskan
gagasan,
konseptual, dalam arti pengkajian sudah melebar dan meluas mencakup aspek
yang mempunyai kaitan erat antara gagasan dan peluang yang tersedia, tetapi
belum cukup mendalam untuk dapat dipakai sebagai dasar mengambil keputusan
akhir jadi tidaknya menanam investasi atau melaksanakan proyek. Oleh karena
itu, perlu diadakan pengkajian yang lebih mendalam agar dapat ditarik kesimpulan
yang mantap. Sejalan dengan usaha tersebut, mulailah dirintis rencana kesiapan
perangkat dan pelaksanaan proyek ataupun strategi penyelenggaraan. Dengan
demikian, kegiatan utama dalam tahap PP/Definisi adalah sebagai berikut:
Melanjutkan evaluasi hasil kegiatan tahap konseptual, dalam arti lebih mendalam
dan terinci, sehingga kesimpulannya cukup mantap untuk dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan perihal kelangsungan investasi atau proyek.
Menyiapkan perangkat, seperti data, kriteria dan spesifikasi teknik, engineering
dan komersial yang selanjutnya dipakai untuk membuat RFP, dokumen dan
kontrak.
Menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategic yang berkaitan dengan
garis penyelenggaraan proyek, seperti macam kontrak yang akan dipakai, bobot
sasaran pokok, filosofi desain, komposisi pendanaan.
Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik, kontraktor,
konsultan, arsitek, dan lain-lain.
Ditinjau dari segi penyelenggaraan proyek secara keseluruhan dengan empat
sasaran utama, yaitu lingkup, jadwal, biaya dan mutu, rangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam tahap PP/Definisi ini (dalam hubungannya dengan persiapan
memasuki tahap berikutnya) adalah usaha untuk menetapkan dan menjelaskan
kedudukan keempat sasaran tersebut. Artinya, dalam tahap PP/Definisi ditetapkan
letak batas dan kriterianya. Dengan kata lain, tahap ini menentukan batasan
berbagai parameter yang menyangkut sasaran, strategi untuk mencapainya dan
cumber daya yang diperlukan. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi
kekaburan interpretasi sebelum proyek sampai ke tahap implementasi fisik. Akhir
tahap definisi ditandai oleh kegiatan menyiapkan segala kelengkapan dokumen
(kontrak, prosedur) yang berisi penjabaran rencana tindakan (action plan) yang
mengikat organisasi peserta proyek (pemilik, kontraktor, konsultan) untuk
melakukan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam rangka mencapai
sasaran proyek.
Deliverable Akhir Tahap PP/Definisi
Deliverable tahap ini adalah sebagai berikut:
Dokumen berisi hasil analisis lanjutan kelayakan proyek.
Dokumen berisi rencana strategis dan operasional proyek.
Dokumen berisi definisi lingkup, anggaran biaya (ABP), jadwal induk dan garis
besar kriteria mutu proyek.
RFP atau paket lelang.
Dokumen hasil evaluasi proposal dari para peserta lelang.
Kegiatan menyiapkan deliverable pada penyelenggaraan proyek E-MK dengan
jenis kontrak lump sum dilakukan oleh pihak pemilik proyek. Namun demikian,
kegiatan tersebut sering pula dilakukan dengan menggunakan bantuan konsultan.
3. Tahap Implementasi
Komponen kegiatan utama pada tahap ini berbeda dari proyek ke proyek. Tetapi
untuk proyek E-MK umumnnya terdiri dari kegiatan desain-engineering terinci
fasilitas yang hendak dibangun, desain-engineering produk, pengadaan material
dan peralatan, manufaktur atau pabrikasi dan instalasi atau konstruksi. Kegiatan
desain-engineering terinci merupakan tindak lanjut jenis pekerjaan yang sama
yang telah dirintis di tahap PP/Definisi. Tahap implementasi terdiri dari kegiatan
sebagai berikut:
Mengkaji lingkup kerja proyek, kemudian membuat program implementasi dan
mengkomunikasikan kepada peserta dan penanggung jawab proyek.
proyek
dilanjutkan
dengan
menyusun
perencanaan
strategis
memberikan manfaat yang bersifat komersil (laba) atau yang bersifat non
komersil (peningkatan export, penciptaan lapangan pekerjaan baru, dampak yang
positif terhadap lingkungan sekitarnya)
Hasil studi kelayakan ini merupakan informasi yang amat berguna bagi pemilik
proyek yang dalam hal ini dapat merupakan sebuah organisasi perusahaan, badan
pemerintah, badan swasta, yayasan, dalam rangka memudahkan pengambilan
keputusan, apakah proyek tersebut dapat dipertanggungjawabkan pelaksaannya
untuk layak dibangun atau tidak. Hasil studi kelayakan ini dapat juga merupakan
pegangan dasar bagi lembaga keuangan, pemberi modal, dalam rangka pemberian
kredit pinjaman untuk membiayai proyek tersebut.
Studi kelayakan ini harus berisikan pernyataan yang jelas tentang :
Lingkup dan Tujuan proyek
Lingkup proyek adalah penentuan batasan-batasan dari pekerjaan pembangunan
yang akan diliputi oleh proyek. Tujuan proyek dalam studi kelayakan ini
dimaksudkan adalah investasi untuk memperoleh berbagai macam manfaat yang
cukup layak kelak dikemudian hari. Manfaat tadi dapat berupa manfaat keuangan
(laba) dan manfaat non keuangan (pendayagunaan bahan baku dalam negeri
berlimpah dan lain-lain).
Aspek Ekonomi
Evaluasi ini mempertimbangkan manfaat pembangunan proyek secara makro.
Sumbangan apa yang dapat diberikan dalam pembangunan ekonomi dan daerah
sekitarnya dan terhadap negara secara langsung atau tidak langsung seperti
kemampuan proyek dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan
penghasilan secara nasional, menunjang pendapatan devisa dan merangsang
peningkatan standar kehidupan lingkungannya
2. Aspek Keuangan
Sesudah dilakukan penelaahan tentang aspek ekonomi, maka hal berikutnya yang
perlu diselidiki yaitu analisa keuang an proyek yang meliputi antara lain :
bahan dan
peralatan yang dibutuhkan dapat tiba pada waktunya. Disamping itu lokasi proyek
dan letak bangunan pabrik memerlukan saran dan alternative untuk mendapatkan
keuntungan dan manfaat yang optimum dari berbagai macam segi.
4. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek ini membahas apakah jasa pelayanan yang diciptakan atau hasil produksi
yang dihasilkan oleh suatu produk akan memenuhi kebutuhan lingkungannya
akan jasa dan barang produknya. Faktor-faktor diatas harus memperhitungkan
kebutuhan jasa dan barang pada masa silam hingga kini dan permintaan akan jasa
dan barang dimasa yang mendatang berdasarkan daya beli yang mampu direalisir
oleh perkembangan ekonomi.
yang
siap
pakai
untuk
menggarap
proyek
tersebut
dan