Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.

1, JULI 2016 : 78 - 85

PERAN KAPAL TERNAK DALAM MEMPERLANCAR DISTRIBUSI DAN MENEKAN


BIAYA LOGISTIK DAGING SAPI DARI SENTRA PRODUSEN KE SENTRA
KONSUMEN DI INDONESIA
The Role of Livestock Vessel in Expediting The Distribution Flow And Reducing The
Logistic Cost of Beef from Producers Center to Consumers Center
Avif Haryana, Yati Nuryati
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
Kementerian Perdagangan
Jl. M.I Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat
vifhary@gmail.com, y_nuryati@yahoo.com
ABSTRACT:
In November 2015 the government has inaugurated a special ship transporting livestock. The
ship is expected to reduce the rising prices of beef that exceeds the normal price. The study
analyzes the performance of special ships transporting livestock and analyze the potential of
cows trade between provinces / islands by mapping producers centers and consumers centers
of beff in Indonesia. The analysis finds that although the performance of the supply chain
livestock ship proved able to decrease the price of meat up to Rp85000,00 per kgs, but to
decrease the market price of beef, it needs the continuity of delivery and the increased
frequency of shipping cows trough live stock vessels to consumers center.
Keywords:livestock vessel, live cattle, beef, price, supply, demand, logistic cost.

PENDAHULUAN
Harga daging sapi di tingkat
eceran masih stabil dengan tingkat
harga yang cukup tinggi. Menurut teori
keseimbangan
pasar
(market
equilibrium), harga suatu komoditi
dipengaruhi oleh penawaran dan
permintaan pasar dari komoditi yang
bersangkutan dengan asumsi kondisi
lainnya tetap (ceteris paribus). Harga
yang tinggi merupakan salah satu
indikasi
bahwa
adanya
ketidakseimbangan antara pasokan
dengan permintaan. Pada kasus daging
sapi, harga daging yang tetap tinggi
menunjukkan bahwa
ada indikasi
masalah dalam hal pasokan (supply)
terutama dari pasokan dalam negeri/
lokal. Hal ini juga ditunjukkan dengan
masih tingginya impor sapi siap potong
untuk menopang kekurangan pasokan
yang bersumber dari lokal. Permintaan
daging sapi tidak hanya untuk kebutuhan
konsumsi rumah tangga tetapi juga
untuk kebutuhan industri, hotel, restoran
dan katering.
Secara teori, untuk mengetahui
kapan terjadi kelangkaan penawaran
dapat dihitung dengan pendekatan
selisih
antara
permintaan
dan

penawaran. Namun hal itu tidak mudah


dilakukan karena perkiraan ketersediaan
sapi siap potong di peternak tidak identik
dengan ketersediaan daging di pasar.
Hal ini dikarenakan oleh karakteristik
usaha peternak sapi di Indonesia belum
memiliki orientasi komersil (bisnis). Motif
peternak memelihara sapi masih banyak
untuk tabungan sehingga tidak responsif
terhadap permintaan pasar. Demikian
juga dari sisi konsumsi, perkiraan tingkat
konsumsi secara agregat nasional
merupakan angka yang masih sangat
kasar. Oleh karena itu, pendekatan lain
yang
dapat
digunakan
untuk
mengindikasikan kelangkaan pasokan
adalah harga (BP2KP, 2014).
Perkembangan harga daging sapi di
dalam negeri menunjukkan tren yang
terus meningkat. Berdasarkan data BPS
tahun 2008 sampai dengan 2016,
kenaikan harga daging sapi mencapai
rata-rata9,38 persen tiap tahunnya. Data
tersebut
juga menunjukkan bahwa
indikasi terganggunya pasokan daging
sapi di dalam negeri terjadi sejak
pertengahan tahun 2012 yaitu harga
daging sapi mulai meningkat dibanding
periode sebelumnya. Kenaikan harga ini
mengindikasikan
terjad
78

Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati

ketidakseimbangan antara pasokan


dengan
permintaan
(BP2KP,
2013).Berdasarkan data Kementerian
Perdagangan (Ditjen PDN, 2016), ratarata harga daging sapi secara nasional
pada Bulan Februari 2016 Rp112.689,00
per kg, sementara harga daging sapi di
DKI Jakarta Rp116.727,00 per kg.
Harga yang terus naik tersebut juga
mengindikasikan
bahwa masih ada
kendala dalam pendistribusian barang.
Untuk mengalirkan barang dari daerah
produsen ke daerah konsumen secara
efisien, diperlukan sarana dan sistem
logistik
yang
baik.
Sebagaimana
diketahui bahwa biaya logistik di
Indonesia masih tergolong tinggi yaitu
mencapai 27 persen dari PDB (World
Bank, 2013).Biaya logistik Indonesia
masih kalah dengan biaya logistik
Singapura yang hanya mencapai 8%
dari PDB, atau dengan biaya logistik
Jepang yang mencapai 10,6% dari PDB,
atau bahkan dengan biaya logistik
Vietnam yang mencapai 25% dari
PDB(World
Bank,
2013).
Namun
demikian pemerintah Indonesia terus
berusaha untuk menekan biaya logistik
dengan melakukan terobosan-terobosan
baru baik dari sisi regulasi, infrastruktur,
maupun
teknologi
informasi
dan
komunikasi.
Saat
ini
Indonesia
sudah
mempunyai satu kapal ternak KM
Camara Nusantarai I dengan kapasitas
angkut 500 ekor sapi yang merupakan
bagian dari program tol laut. Kapal ini
diresmikan langsung oleh Presiden RI
pada 10 November 2015 di Galangan
Kapal PT Adiluhung Sarana Segara
Indonesia, Bangkalan, Jawa Timur.
Tujuan pelayaran kapal ternak adalah
untuk menekan biaya transportasi
pengadaan sapi dari pusat-pusat
peternakan agar dapat dibawa ke kotakota besar seperti Jakarta, SurabayaBandung-Medan.
Kapal ternak KM Camara Nusantara
I ditempatkan di Pelabuhan Tenau,
Kupang sebagai pangkalan dengan rute
trayek
RT-1
untuk
melayani
pengangkutan sapi dari NTT ke Jakarta
dengan rute Kupang(1) Waingapu(2) Bima(3) -Tanjung Perak(4) - Tanjung

Emas(5)-Cirebon(6) - Tanjung Priok(7)


sebagaimana
ditunjukkan
oleh
Gambar 1. Dari Pelabuhan Tanjung
Priok,
KM
Camara
Nusantra
I
selanjutnya akan kembali menuju
Pelabuhan Tenau di Kupang tanpa
muatan. Fasilitas angkut ternak itu akan
mirip kandang sapi berlayar karena
dilengkapi tempat pakan ternak yang
luas. Desain kapal ternak dibuat
sedemikian rupa sehingga diharapkan
dapat
mengurangi
kematian
dan
penyusutan
bobot
sapi
(Media
Indonesia, 2016a). Harga sapi yang
disepakati oleh pengusaha adalah Rp
33.000-34.000 per kilogram timbang
hidup di karantina dan Rp 40.000-Rp
41.000 per kilogram timbang hidup
sampai
di
Jakarta.
Hal
ini
mempertimbangkan harga sapi di tingkat
peternak sudah mencapai Rp30.000 per
kilogram timbang hidup.

Gambar 1 Rute Kapal Ternak KM Camara


Nusantara I

Sampai dengan Bulan April 2016,


kapal ternak yang dioperasikan oleh PT
Pelni
(Persero)
tersebut
sudah
mengangkut 2.979 ekor sapi dari Nusa
Tenggara Timur (NTT), Kupang dan
Nusa Tenggara Barat (NTB), Bima sejak
pertama kali membawa sapi pada 11
Desember 2015. Total pelayaran kapal
ternak sebanyak 7 kali(Detik Finance,
2016).
Pertanyaan yang akan dijawab
dalam tulisan ini adalah apakah dengan
adanya kebijakan pengangkutan sapi
hidup melalui kapal ternak khusus dapat
menekan harga daging sapi di pasar
domestik? Tulisan bertujuan untuk (i)
menganalisis potensi perdagangan sapi
antar pulau, (i) menjelaskan kinerja
operasional kapal ternak dan (iii)
menganalisis biaya transportasi sapi dari
NTT ke Jakarta dengan menggunakan
79

Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 78 - 85

kapal ternak yang merupakan salah satu


bagian program tol laut pemerintah
Republik Indonesia.

rumah potong hewan (RPH). Pihak yang


menanggung biaya angkutan tergantung
kesepakatan di antara kedua belah
pihak.
Apabila ternak sapi dijual keluar
provinsi/pulau lain, maka sebelum sapi
sampai ke tangan jagal, perlu melewati
pedagang
sapi
antar
kabupaten
dan/atau
pedagang
sapi
antar
provinsi/pulau. Misalnya sapi yang
berasal dari NTT, NTB atau Bali harus
melewati pedagang antar provinsi/pulau
yang membawa sapi ke provinsi/pulau
lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat,
Kalimantan Barat dan lain lain.
Sapi yang sudah berada di tangan
suplier/jagal kemudian dipotong di RPH
yang ada di daerah dimana suplier/jagal
itu berada. Sebagian besar daging dijual
ke pasar modern, restoran dan hotel di
kota-kota besar seperti Jabodetabek,
Surabaya, Denpasar dan Makassar.
Pedagang pengecer di pasar tradisional
kemudian menjual daging ke konsumen
akhir dan industri pengolahan berskala
rumah tangga (pembuat bakso, warung
makan dan katering) (Hadi, 2009).

METODOLOGI

Sebagaimana telah diungkapkan


dimuka bahwa telah terjadi indikasi
ketidakseimbangan penawaran dan
permintaan sapi yang ditunjukkan
dengan kenaikan harga daging sapi
sejak pertengahan 2012 sampai dengan
sekarang dimana harga daging sapi
secara nasional tahun 2012-2016
mengalami kenaikan dari Rp 81.200/kg
menjadi
Rp 105.217/kg.Tulisan ini
menggunakan
pendekatan
analisis
deskriptif kualitatif dimulai dengan (i)
menganalisis rantai pasok daging sapi,
(ii) menganalisis potensi perdagangan
sapi, (iii) memetakan daerah surplus dan
daerah defisit dalam perdagangan sapi
antar provinsi/pulau. Selanjutnya tulisan
ini (iv) menganalisis potensi dan kinerja
kapal angkutan khusus ternak,biaya
transportasi yang digunakan untuk
mengangkut sapi dari NTT ke Jakarta,
dan membandingkan antara biaya
distribusi
pengangkutan
secara
kovensional
dan
pengangkutan
menggunakan kapal ternak.Kapal ternak
yang dimaksud adalah kapal yang
menjadi program pemerintah melalui Tol
Laut.
Data
yang
digunakan
dalam
penulisan ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari literatur-literatur
sebelumnya, data dari Kementerian
Perdagangan, Badan Pusat Statistik
(BPS), Kementerian Pertanian dan
berbagai media massa baik cetak
maupun elektronik.

Potensi Perdagangan Sapi Antar


Wilayah Barat dan Timur Indonesia
Setelah mengetahui alur rantai
pasok daging sapi yang ditujukan ke
pasar
provinsi/pulau
lain
dengan
melibatkan pedagang antar pulau,
selanjutnya kita akan menganalisis
potensi perdagangan antar pulau
terutama perdagangan antar wilayah
sentra produksi di bagian timur
Indonesia (NTT, NTB dan Sulawesi
Selatan)
dengan
wilayah
sentra
konsumsi di bagian barat Indonesia
(Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta).
Kebutuhan
daging sapi
di
Indonesia sebagian Besar (86%) masih
dipenuhi dari produksi dalam negeri, dan
sisanya diperoleh dari impor (BP2KP
2014). Pemenuhan dari impor dapat
berupa daging, sapi bakalan atau sapi
indukan. Sentra produksi sapi di
Indonesia
cenderung
tersebar
di
beberapa wilayah, sementara sentra
konsumsi sebagian besar terdapat di
pulau jawa (Ilham dan Yusdja 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rantai Pasok Daging Sapi


Berdasarkan penelitian Hadi (2009),
rantai pasok daging sapi ditunjukkan
pada Gambar 1. Peternak pada
umumnya menjual sapinya kepada
pengumpul
atau
biasa
disebut
blantik.Dalam hal ini, pihak pedagang
mendatangi rumah petani, dan biasanya
seluruh biaya yang terkait dengan jualbeli
sapi
(angkutan,
restribusi)
ditanggung oleh pedagang tersebut atau
80

Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati

Daerah
sentra
konsumsi
diidentifikasi sebagai daerah defisit
dalam kegiatan perdagangan sapi antar
provinsi, sedangkan daerah produksi
diidentifikasikan sebagai daerah surplus
dalam kegiatan perdagangan sapi antar
provinsi. Berdasarkan data dari Ditjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian, sentra konsumsi
utama daging sapi di Indonesia sebagian
besar terletak di wilayah barat Indonesia
yaitu di provinsi DKI Jakarta, Banten dan
Jawa Barat. Ketiga provinsi ini pada

periode
2011-2015
mencatat
pemasukan sapi sebanyak 3,3 juta ekor
atau
sebesar
55,6%
dari
total
pemasukan sapi seluruh provinsi di
Indonesia. Perhitungan pemasukan sapi
di sentra konsumsi ini dihitung
berdasarkan data yang ada pada Tabel
1.Selama tahun 2015 jumlah pemasukan
sapi lokal ke Jawa Barat sebesar
350.216 ekor, Banten sebanyak 278.825
ekor dan DKI Jakarta sebanyak 97.894
ekor.

Sumber: (Hadi, 2009)


Gambar 2 Rantai Pasok Daging Sapi

Tabel 1 Pemasukan dan Pengeluaran Sapi di Provinsi Sentra


Konsumsi (daerah defisit)
Provinsi Sentra Pengeluaran Sapi Pemasukan Sapi
Defisit
No.
Konsumsi
2011-2015 (ekor) 2011-2015 (ekor)
(ekor)
1 Jawa Barat
444,232
1,729,242 -1,285,010
2 Banten
320,201
1,178,025 -857,824
3 DKI Jakarta
0
396,571 -396,571
4 Kalimantan Timur
210
330,944 -330,734
5 Sumatra Utara
37,479
228,871 -191,392
6 Aceh
88,848
264,644 -175,796
7 Riau
5,446
148,669 -143,223
8 Sumatra Selatan
206,456
320,069 -113,613
9 Kalimantan Barat
5
79,513
-79,508
10 Prov. Lainnya
909,244
1,268,341 -359,097
Jumlah
2,012,121
5,944,889 -3,932,768
Sumber:Kementan (2015), diolah

81

Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 78 - 85

Tabel 2 Pengeluaran dan Pemasukan Sapi di Provinsi Sentra


Produsen (daerah surplus)
Provinsi Sentra
Pengeluaran Sapi
Produksi
2011-2015 (ekor)
1 Jawa Timur
884,725
2 Bali
319,378
3 Nusa Tenggara Timur
288,305
4 Nusa Tenggara Barat
150,178
5 DI Yogyakarta
231,435
6 Lampung
843,346
7 Sulawesi Selatan
74,562
8 Gorontalo
74,307
9 Sulawesi Barat
12,397
10 Maluku
670
Jumlah
2,878,633

No

Pemasukan Sapi
Surplus
2011-2015 (ekor)
(ekor)
2,372 882,353
0 319,378
119 288,186
0 150,178
99,705 131,730
731,829 111,517
3,908
70,654
63,742
10,565
6,808
5,589
0
670
908,483 1,970,820

Sumber: Kementan (2015), diolah

Adapun sentra produksi utama daging


sapi di Indonesia terletak di provinsi Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT),
Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat
(NTB), D.I Yogyakarta, Sumatra Selatan,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Dalam penelitian ini sentra produksi yang
akan dianalisis adalah provinsi NTT dan
NTB dimana provinsi ini termasuk dalam
rute kapal ternak KM Camara Nusantara
I.
Pada kurun waktu 2011-2015 NTT
dan NTB menyumbang 8,69 persen dari
total pengeluaran sapi ke provinsi lain
Perhitungan pengeluaran sapi di NTT dan
NTB dihitung berdasarkan data pada
Tabel 2. Jumlah total pengeluaran sapi
yang berasal dari kedua wilayah tersebut
sebanyak 438.483 ekor sapi hidup atau
setara dengan 7.883 ton daging. Namun
pasokan sapi yang berasal dari NTB dan
NTT untuk mencukupi kebutuhan daging
sapi di DKI jakarta, Banten dan Jawa
Barat masih kurang. Kebutuhan nasional
selama tahun 2016 diperkirakan sebesar
2,61 kg/tahun atau sebanyak 674.690 ton,
dimana kebutuhan daging sapi di DKI
Jakarta, Banten dan JawaBarat sekitar
900.000 ekor sapi hidup/tahun atau
setara dengan 179.100 ton/tahun1.

Kekurangan ini harus dipenuhi dari impor.


Tingginya kebutuhan daging sapi di ketiga
Propinsi tersebut dikarenakan untuk
mencukupi kebutuhan industri, hotel,
restoran
dan
katering.Perhitungan
pengeluaran sapi tersebut dihitung
berdasarkan data pada Tabel 2.
Tabel 3 Jumlah Ternak Sapi 2015
Provinsi

Jumlah Ternak Sapi


2015 (ekor)

Sentra Produksi
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
NTB
NTT
Lampung
Bali
DI Yogyakarta
Gorontalo
Maluku
Sulawesi Barat
Sentra Konsumsi
DKI Jakarta
Banten
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Riau
Sumatra Selatan
Jawa Barat
Aceh
Sumatra Utara
Prov. Lainnya
Total Indonesia

Kebutuhan daging sapi nasional tahun 2016 menurut


paparan yang disampaikan pada Rapat koordinasi
terbatas (Rakortas) 14 Januari 2016 dan Kebutuhan di
DKI Jakarta, Banten dan JawaBarat hasil diskusi
dengan Asosiasi.

Sumber: (BPS, 2016)

82

% Thd
Populasi

4,326,261
1,340,540
1,046,772
902,326
598,740
570,436
322,775
194,593
102,873
85,561

27.92%
8.65%
6.76%
5.82%
3.86%
3.68%
2.08%
1.26%
0.66%
0.55%

2,129
57,156
141,855
158,945
242,205
261,515
447,999
536,930
666,496
3,488,181
15,494,288

0.01%
0.37%
0.92%
1.03%
1.56%
1.69%
2.89%
3.47%
4.30%
22.51%
100.00%

Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati

Jumlah populasi ternak sapi di


setiap provinsi sentra produksi pada
umumnya relatif lebih banyak dari pada
jumlah populasi ternak sapi di tiap
provinsi sentra konsumsi sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 3.
Selain dari NTT dan NTB,
kedepannya, Pemerintah merencanakan
pengiriman sapi dari provinsi lain yaitu
Lampung, Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan. Hal ini sesuai dengan potensi
produksi dan pengeluaran sapi di
provinsi-provinsi tersebut. Pemerintah
berharap pengusaha ternak di kelima
provinsi tersebut mampu mengirimkan
sapi minimal dua kali dalam sebulan ke
DKI Jakarta dan sekitarnya. Demi
menjaga populasi di sentra produksi, sapi
betina produktif dilarang diangkut ke
kapal khusus ternak. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah sapi betina
dipotong di rumah pemotongan hewan
(RPH) (Kompas, 2016).

dalam
kondisi
hidup
di
tempat
karantina(Kontan, 2016a).
Selama 4,5 bulan beroperasi sejak
di launching November 2015, Kapal
Ternak KM Camara Nusantara I sudah
melakukan tujuh kali pemberangkatan
dengan rute NTT-Jakarta dengan jumlah
total angkutan sapi sebanyak 2.979 ekor
sapi yang dikirim sebagian besar dikirim
ke Jakarta dan Cirebon dan sebagian lagi
dikirim ke Surabaya.
Tabel 4 Kinerja Angkut Kapal KM Camara
Nusantara I Tahun 2016
No.

Tanggal

1
2
3
4

02/02/2016
16/02/2016
01/03/2016
15/03/2016

Rute
NTT-JKT
NTT-JKT
NTT-JKT
NTT-JKT

Sumber:
Media
(FLPI,2016)

Pasokan Ke Tujuan
Jumlah
angkut Jakarta Cirebon Surabaya
500
300
167
33
500
400
100
0
500
450
50
0
480
413
67
0

Indonesia

(2016b);

Pemerintah
mewajibkan
bagi
perusahaan pengguna kapal ternak untuk
menjual paket daging sapi pada kisaran
paling mahal Rp 90.000,00 per kg. Harga
ini lebih rendah dari harga di pasaran
yang mencapai Rp120.000,00 per kg.
Harga sapi hidup di pelabuhan kupang
sekitar Rp 34.000,00 per kg, dan estimasi
harga sapi di pelabuhan Tanjung Priok Rp
40.000,00 per kg. Selanjutnya dipasarkan
ke konsumen dengan harga Rp85.000Rp90.000 per kg (Harian Terbit, 2016).
PT Berdikari selaku pengguna kapal
ternak pada bulan Februari melakukan
penjualan daging kepada masyarakat
dengan harga Rp 85.000 per kg yang
diselenggarakan di acara car free day
(CFD) di Jakarta dan Bogor.
Berdasarkan
informasi
dari
kementerian
Pertanian,
kapal
pengangkutan sapi dengan kapal ternak
ternak lebih efisien dibandingkan dengan
pengangkutan konvensional dari sisi
waktu, biaya, susut berat sapi, dan
banyaknya
rantai
yang
dilalui
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.
Sebelum ada kapal ternak, dari NTT sapi
diangkut menggunakan kapal kargo atau
kapal penumpang ke Surabaya, lalu

Kinerja Kapal Khusus Pengangkut


Ternak
Pengiriman ternak dari NTT dan
NTB tidak diperkenankan diangkut
melalui jalan darat melintasi Bali sehingga
harus
diangkut
terlebih
dahulu
menggunakan kapal laut yang bukan
didesain khusus untuk mengangkut
ternak menuju pelabuhan laut Surabaya
(Media Indonesia, 2016a). Setelah kapal
sampai di Surabaya selanjutnya sapi
diturunkan dari kapal dan dinaikkan ke
truk untuk dikirim ke DKI Jakarta dan
sekitarnya melalui jalan darat.
Dalam mendatangkan sapi dari
NTT, saat ini ada beberapa perusahaan
yang terlibat dengan memanfaatkan
angkutan
khusus
kapal
ternak.
Perusahaan tersebut diantaranya PT
Berdikari (persero), PD Dharmajaya, PT
Sarjana Membangun Desa (SMD), PT HD
Dinamis Sejahtera dan PT Great Glory
Farms. PT Berdikari merupakan BUMN
yang lebih fokus dalam pengadaan sapi
dari dalam negeri dibanding dari impor.
Pada dua bulan pertama tahun 2016 PT
Berdikari telah membeli 350 ekor sapi dari
peternak di NTT dan NTB dengan harga
Rp32000,00 per kg Rp33000,00 per kg
83

Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati

dilanjutkan dengan menggunakan truk


dari Surabaya ke Jakarta. Pengangkutan
sapi konvensional tersebut membutuhkan
waktu dua bulan, sedangkan dengan
kapal ternak waktu pengiriman dari NTT
ke Jakarta bisa dipangkas sangat
signifikan menjadi 1 minggu saja. Waktu
yang lebih singkat membuat susut bobot
sapi berkurang secara signifikan dari 8-11
persen bobot hidup menjadi hanya susut
2-5 persen bobot hidup, dengan kisaran
bobot sapi dari NTT adalah 200 kg 500
kg. Selain itu desain kapal angkutan sapi
yang memenuhi standar internasional
membuat sapi yang diangkut ketika
sampai di lokasi pengiriman lebih sehat
dan tidak stres sebagaimana jika diangkut
dengan truk.
Dari segi biaya pengangkutan,
kapal ternak bisa menghemat biaya
sekitar 25%. Dengan kapal ternak, sapi
langsung diangkut ke Jakarta, tidak perlu
diturunkan di Surabaya dan diangkut
dengan truk ke Jakarta. Dengan jalur
konvensional biaya yang dikeluarkan
adalah 1,5 juta/ ekor, sedangkan bila
menggunakan kapal ternak biayanya 1,1
juta/ ekor. Tarif kapal ternak per ekor
sapiRp320.000/ekor ditambah dengan
biaya angkut dari lokasi peternakan ke
pelabuhan menggunakan truk, biaya
karantina dan biaya perizinan, maka
totalnya menjadi 1,1 juta per ekor sapi.
Biaya dan waktu pengiriman juga
semakin turun seiring berkurangnya pos
periksaan dari 8-13 titik menjadi hanya 4
titik.

Pemerintah
mengharapkan
dengan
adanya pengangkutan sapi dengan kapal
ternak lambat laun akan membuat harga
daging sapi lebih murah
(Kompas,
2015a). Pada tahun 2016 pemerintah
menambah pesanan dua buah kapal
ternak sehingga total kapal yang telah
dipesan sebanyak 7 buah kapal ternak
dengan harga per unitnya mencapai Rp
60 miliar.
Sampai dengan bulan April 2016,
fasilitas kapal ternak belum bisa
membawa efek apapun terhadap harga
daging sapi di Jakarta. Berdasarkan
survei harga komoditas yang dirilis
Kementerian Perdagangan per 11 April
2016, harga daging sapi di Jakarta Masih
stabil tinggi pada tingkat Rp 112.273 per
kg.Hal ini terjadi karena kebutuhan sapi di
Jabodetabek mencapai rata-rata 500 ekor
perhari. Jika kapal ternak hanya bisa
mengangkut 1000 ekor dalam sebulan,
maka jumlah tersebut hanya setara
kebutuhan dua hari saja (Kontan, 2016b)
SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas,


mekanisme pengangkutan sapi hidup
dengan menggunakan kapal ternak cukup
efektif bila dibandingkan dengan sistem
pengangkutan secara konvensional. Hal
ini dapat dilihat dari
biaya, waktu
pengiriman dan susut bobot sapi di
tempat tujuan pengiriman serta jumlah
titik biaya dan pemeriksaan.
Pasokan sapi hidup yang berasal
dari NTT dan NTB dengan menggunakan
kapal ternak dapat memperpendek rantai
pasok distribusi sapi hidup, namun belum
efektif dapat menekan harga di tingkat
konsumen akhir (dikonsumsi dalam
bentuk daging segar), khususnya di pasar
tradisional.
Pemanfaatan kapal ternak akan
menjadi lebih efektif dalam menekan
harga daging sapi di pasaran perlu
diperhatikan
beberapa
hal,
yaitu
kontinuitas pengangkutan sapi hidup,
frekuensi keberangkatan kapal yang lebih
banyak, serta penambahan daerah
sumber pasokan sapi yang potensial
selain dari NTT dan NTB seperti dari
Sulawesi Selatan, Bali, Lampung dan
Jawa
timur.

Tabel 5 Perbandingan Pengangkutan


Kapal Ternak vs Konvensional
Cara Pengangkutan
Konvensional Kapal Ternak
Waktu
1,5 - 2 bulan
1 minggu
Biaya
Rp1.500.000,- Rp 1.100.000
Susut
8-11% (22 kg) 2-5%
Pos pemeriksaan 8-13 titik
4 titk
Uraian

Sumber:Kompas (2015b); Detik Finance


(2015); Detik Finance (2016b); (Trobos, 2016)

Kementerian Perhubungan telah


menandatangani kontrak pembuatan lima
unit kapal ternak dengan PT Adiluhung SI
dan PT Bahtera Bahari Shipyard. Nilai
Kontrak untuk kelima unit kapal itu sekitar
Rp294,9 miliar untuk periode 2015-2017.
84

Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati

DAFTAR PUSTAKA

Makro.
Seminar
Nasional
Pengembangan Sapi Bali Berkelanjutan
Dalam Sistem Peternakan Rakyat.
Harian Terbit. 2016. Mentan: Harga Daging
Rp 85 Ribu per Kg. Bisnis, 22 Februari.
Ilham, Nyak, dan Yusmichad Yusdja. 2004.
Sistem Transportasi Perdagangan
Ternak Sapi dan Implikasi Kebijakan di
Indonesia. Analisis Kebijakan
Pertanian 37-53.
Kementan. 2013. Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2013. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian RI.
Kompas. 2016. "Efektivitas Kapal Ternak Beri
Harapan Baru." Ekonomi, Februari 10.
Kompas. 2015a. Harga Sapi Lebih Rendah.
Ekonomi, 12 Desember.
Kompas. 2015b. Menata Struktur Pasar.
Rubrik Ekonomi, 8 Desember.
Kontan. 2016a. "Berdikari Siap Memborong
250 Ekor Sapi asal NTT dan NTB."
Industri, Februari 11.
Kontan. 2016b. Sapi NTT Tak Mampu Tekan
Harga Daging. Rubrik Peternakan, 12
April.
Media Indonesia. 2016a. Pengiriman Sapi
Belum Berjalan. Pangan, 25 Januari.
Media Indonesia. 2016b. Distribusi Pangan
akan Diubah. Rubrik Ekonomi, 10
Februari.
Trobos. 2016. Agri Ternak. Januari 1. Diakses
Mei 22, 2016.
http://www.trobos.com/detailberita/2016/01/01/8/6965/pelayaranperdana-kapal-khususternak.
World Bank. 2013. State of Logistics
Indonesia
2013.

Bisnis Indonesia. 2015. Pemerintah Diminta


Awasi Kapal Ternak. Agribisnis, 17
Desember.
BP2KP. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi harga Eceran Daging
Sapi. Kementerian Perdagangan.
BP2KP. 2014. "Outlook Komoditi Daging
Sapi."
BPS. 2016. "Badan Pusat Statistik." Populasi
Sapi Potong menurut Provinsi, 20092015. Diakses Juni 17, 2016.
http://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id
/1016.
Detik Finance. 2016b. Ekonomi Bisnis.
Januari 5. Diakses Mei 22, 2016.
http://finance.detik.com/read/2016/01/05
/134002/3111007/4/.
Detik Finance. 2015. Ekonomi BIsnis.
Desember 1. Diakses Juni 20, 2016.
http://finance.detik.com/read/2015/12/01
/185524/3085363/4/biaya-lebih-murahkapal-khusus-sapi-pangkas-distribusihingga-50.
Detik Finance. 2016a. Ekonomi Bisnis. April.
Diakses Mei 20, 2016.
http://finance.detik.com/read/2016/04/17
/103502/3189726/4/45-bulan-berlayarkapal-ternak-telah-angkut-2979-sapi.
FLPI. 2016. Forum Logistik Peternakan
Indonesia. 24 Maret. Diakses Mei 22,
2016. http://flpialin.net/sites/default/files/bahan%20pe
manfaatan%20kapal%20ternak_sistem
%20logistis%20peternakan_IPB.pdf
Hadi, Prajogo U. 2009. Dinamika Pemasaran
Sapi Bali di Indonesia Timur: Tinjauan

85

Anda mungkin juga menyukai