Anda di halaman 1dari 17

Persemaian (Nursery)

Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan


memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang
siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal
di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan
merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan
penanaman hutan.
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct
planting) dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih
dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan
biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan
jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau
jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih
dulu.
Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan
dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat
(siap ditanam), misalnya untuk Pinus merkusii setelah tinggi semai antara
20-30 cm atau umur semai 8 10 bulan.

Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan


benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di
lapangan. Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih
dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih
terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di
lapangan.
Jenis-Jenis Persemaian
Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi 2
jenis/tipe yaitu persemaian sementara dan persemaian
tetap.
Persemaian sementara (Flyng nursery).
Jenis persemaian ini biasanya berukuran kecil dan terletak di dekat daerah
yang akan ditanami. Persemaian sementara ini biasanya berlangsung hanya

untuk beberapa periode panenan (bibit/semai) yaitu paling lambat hanya


untuk waktu 5 tahun.
Keuntungan dan kerugian persemaian sementara adalah :
Keuntungan :
1. Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
2. Ongkos pengangkutan bibit murah.
3. Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena
persemaian selalu berpindah tempat setelah tanah menjadi
miskin.
4. Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.
Kerugiannya :
1. Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan
dengan hasil yang sedikit.
2. Ketrampilan
petugas.

petugas

sulit

ditingkatkan,

karena

sering

berganti

3. Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih.


4. Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan.

Persemaian Tetap.
Jenis persemaian ini biasanya berukuran (luasnya) besar dan lokasinya
menetap disuatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas.
Keuntungan :
1. Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan
2. Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki
3. Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang tetap
dan terpilih
4. Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur

5. Produktivitas semai/bibit tinggi,


pertumbuhannya lebih seragam

kualitas

bibit

lebih

baik

dan

Kerugiannya :
1. Keadaan ekologi tidak selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
2. Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian
sementara.
3. Membutuhkan biaya untuk investasi lebih tinggi dibanding persemaian
sementara.
Hal ini karena untuk persemaian tetap biasanya keadaan sarana (misal jalan
angkutan, bangunan-bangunan di persemaian) dan prasarana (misal:
peralatan kerja/angkutan ) lebih baik kualitas dan lebih mahal harganya
dibanding yang diperlukan persemaian sementara.

Kontrol Perkembangan Akar


Dalam Persemaian

Kontrol terhadap perkembangan akar di persemaian dapat


dilakukan dengan cara :
1) Pemotongan akar
Pemotongan akar adalah pemangkasan akar-akar semai dalam bedengan
persemaian untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan
tidak bercabang. Perengutan (Wrenching ) akar menggunakan peralatan
yang sama dengan pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar
dapat mengangkat atau merengut semai pada bedengan persemaian.
2) Pemangkasan akar
Pemangkasan akar adalah memangkas sistem akar dengan standar panjang
tertentu, sesudah semai dicabut dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam.

Faktor-Faktor Lingkungan
dan Pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu jenis tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor tanah, faktor iklim dan
faktor tanaman itu sendiri (Thomas, 1995). Menurut Kramer dan Kozlowski
(1979) dalam Thoyib (1987), pertumbuhan merupakan hasil akhir interaksi
dari

berbagai

proses

fisiologis,

dan

untuk

mengetahui

mengapa

pertumbuhan pohon berbeda pada berbagai variasi keadaan lingkungan dan


perlakuan,

diperlukan

bagaimana

proses

fisiologis

dipengaruhi

oleh

lingkungan. Menurut Tisdale dan Nelson (1965), pertumbuhan adalah gerak


maju dari perkembangan organisme.
Sebagai

media

pertumbuhan

dan

tempat

penyediaan

hara

bagi

pertumbuhan tanaman, kapasitas tanah adalah relatif terbatas dan sangat


tergantung

dari

sifat

dan

ciri

tanah

tersebut.

Sehubungan

dengan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, tanah mempunyai beberapa


peranan di antaranya, untuk pengaturan suhu tanah, udara tanah dan air
tanah. Daniel et al. (1979) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai ilmu
tanah merupakan dasar bagi pengelolaan silvikultur hutan, karena kualitas
tanah merupakan salah satu kendala dalam praktek silvikultur. Lebih lanjut
dikatakan

bahwa

pertimbangan-pertimbangan

silvikultur

di

antaranya

penentuan produktivitas tempat tumbuh sangat dipengaruhi oleh faktor


tanah.

Berdasarkan peranan tanah terhadap perkembangan dan pertumbuhan


tanaman, maka sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah di antaranya
kandungan unsur hara, kemasaman tanah (pH tanah), kandungan bahan
organik tanah (BO), kelengasan tanah, tekstur dan struktur tanah dan lainlain merupakan faktor-faktor penting yang berperan dalam menentukan
kualitas dari tempat tumbuh.

Pemupukan
Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang
dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk
diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar
tanaman. Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan tanaman,
terutama daun.
Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki suasana tanah,
baik fisik, kimia atau biologis disebut pembenahan tanah (amandement)

yang berarti perbaikan (reparation) atau penggantian (restitution). Bahanbahan tersebut termasuk mulsa (pengawet lengas tanah, penyangga
temperatur), pembenah tanah (soil conditioner, untuk memperbaiki struktur
tanah), kapur pertanian (untuk menaikkan pH tanah yang terlalu rendah,
atau untuk mengatasi keracunan Al dan Fe), tepung belerang (untuk
menurunkan pH tanah yang semula tinggi) dan gipsum (untuk menurunkan
kegaraman tanah). Rabuk kandang dan hijauan legum diberikan ke dalam
tanah dengan maksud sebagai pupuk maupun pembenah tanah.
Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah.
Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan
hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan
ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam
tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama
hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan.
Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan
meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar
tetap berfungsi secara lestari.
Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara
optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh
peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya
adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut.
Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi
sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi
pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan
hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut.

Faktor yang berpengaruh terhadap pemupukan:

1.

Tanah: kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, retensi


lengas dan aerasi), kondisi kimiawi (retensi hara tersedia, reaksi tanah,
bahan organik tanah, sematan hara, status dan imbangan hara), kondisi
biologis (pathogen, gulma).
2. Tanaman: jenis, umur dan hasil panen yang diharapkan.
3. Pupuk: sifat, mutu, ketersediaan dan harga.
4. Iklim: temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin.

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan,


tenaga kerja dan modal. Pemupukan memegang peranan penting
dalam upaya meningkatkan hasil pertanian.
Anjuran pemupukan terus digalakkan melalui program pemupukan
berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi, namun sejak sekitar
tahun 1996 telah terjadi pelandaian produktivitas (leveling off) sedangkan
penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti suatu petunjuk
terjadinya penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah
dan lingkungan yang harus dicermati.
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan
berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena
setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang
berbeda. Oleh karena itu anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat
lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan
hara dan kebutuhan hara tanaman itu sendiri sehingga efisiensi
penggunaan pupuk dan produksi meningkat tanpa merusak lingkungan
akibat pemupukan yang berlebihan. Dari uraian di atas terlihat bahwa
pemakaian pupuk secara berimbang sampai saat ini masih merupakan
pilihan yang paling baik bagi Petani dalam kegiatan usahanya untuk
meningkatkan pendapatan. Percepatan peningkatan produksi pangan harus
dilaksanakan secara konsepsional melalui program sosialisasi yang terpadu.
Pemupukan terhadap satu pertanaman berarti menambahkan/menyediakan

unsur hara untuk tanaman. Dengan demikian program pemupukan


berimbang dapat saja menggunakan pupuk tunggal (Urea/ZA, TSP/SP-36
dan KCl) dan atau pupuk majemuk (Chemical process atau Physical
Blending).

Mengapa pemupukan harus berimbang?


Untuk meningkatkan hasil dan mutu beras, tanaman padi memerlukan zar
hara dalam jumlah banyak diantaranya nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K)
dan belerang (S). Kecuali itu diperlukan hara sekunder Kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg) serta hara mikro yang jumlahnya sangat sedikit seperti
seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe).
Tanaman yang kekurangan Urea (zat hara N) tumbuhnya kerdil, anakan
sedikit dan daunnya berwarna kuning pucat, terutama daun tua. sebaliknya
tanaman yang dipupuk Urea berlebihan, tumbuhnya subur, daun hijau
anakan banyak tetapi jumlah malai sedikit, mudah rebah dan pemasakan
lambat.
Tanaman yang kekurangan zat hara fosfat (P) tumbuhnya kerdil, daun
berwarna hijau tua, anakan sedikit, malai dan gabah sedikit, pemasakan
lambat dan sering tidak menghasilkan gabah. Sedangkan tanaman yang
kekurangan Kalium (K), batangnya tidak kuat, daun terkulai dan cepat
menua, mudah terserang hama dan penyakit, mudah rebah, gabahnya
banyak yang hampa, butir hijau banyak dan mutu beras menurun.
Gambar 1

Tanaman cukup N

Gejala kekurangan N, daun


berwarna kuning coklat

Gambar 2

a. Tanaman cukup P

b. Gejala kekurangan P,
anakan sedikit dan kerdil

Gambar 3

Gejala kekurangan K, daun terkulai mengering mulai dari pinggir daun

Gambar 4

Gejala kekurangan S (belerang), daun muda berwarna kuning pucat


Meskipun kebutuhan zat hara belerang tidak sebanyak N, tetapi apabila
kekurangan maka tanaman juga kerdil, daun berwarna kuning pucat,
terutama daun muda, hasil gabah, dan mutu beras menurun.
Agar tanaman tumbuh sehat dengan hasil dan mutu beras tinggi, maka zatzat hara tersebut jumlahnya dalam tanah harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan tanaman. Apabila salah satu zat hara tersebut jumlahnya dalam
tanah tidak cukup, maka hasil dan mutu beras akan menurun. Oleh karena
itu pemupukan harus berimbang, dimana jenis dan dosis pupuk harus
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jumlah zat hara yang tersedia
dalam tanah (tingkat kesuburan tanah).

Apa itu pemupukan berimbang?


Selama ini di masyarakat berkembang pengertian bahwa pemupukan
berimbang adalah pemupukan yang menggunakan pupuk majemuk NPK.
Pengertian ini kurang tepat karena pemupukan berimbang adalah
menyediakan semua zat hara yangcukup sehingga tanaman padi mencapai
hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan pendapatan petani. Oleh
karena itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan
tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. dengan demikian jenis
dan dosis pupuk yang diberikan tidak dapat disamaratakan tetapi harus
memiliki spesifik lokasi.
Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk tunggal seperti urea, SP-36. TSP
dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk
tunggal.
Apakah keuntungan pemupukan berimbang?

Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah petani


dapat memupuk lebih efisien karena jenis dan dosis pupuk disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah.
Apabila tanahnya subur, dimana kadar fosfat dan kaliumnya cukup tinggi,
maka sebenarnya cukup diberi Nitrogen N. Pemberian pupuk P dan K sedikit
saja, untuk menggangi hara P dan K yang terangkut saat panen, yaitu
sebesar 50 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha. Apabila pemberian pupuk P dan
K pada tanah tersebut berlebihan, maka sisanya tidak terpakai, sebagian
besar hilang bersama air hujan atau air irigasi dan ini merupakan
pemborosan.
Namun sebaliknya jika tanah kekurangan fosfat dan kalium makan harus
dipupuk lengkap NPK sesuai dosis anjuran. Inilah sebenarnya pengertian
pemupukan berimbang. Pada gambar 5 disajikan respon tanaman padi
terhadap pemupukan NPK pada tanah Vertisols di Ngawi Jawa Timur yang
kadar fosfat (P) dan kaliumnya (K) sangat rendah. pemupukan P sebanyak
1ku TSP/ha dapat meningkatkan hasil gabah 2,1 ton/ha dibandingkan
dengan urea saja dan bila ditambah pupuk K sebanyak 1ku KCl/ha, maka
hasilnya mencapai 6,5 ton/ha yaitu sekitar 3,2 ton/ha lebih tinggi bila
dibandingkan hanya dipupuk urea saja.

Respon tanaman padi terhadap pemupukan berimbang NPK dan jerami


pada tanah sawah yang kekurangan P (fosfat) dan K (kalium)
di Ngawi, Jawa Timur MT 1989/1990

Dimana dan bagaimana menerapkan pemupukan berimbang?


Kandunganzat hara N, P, K dalam tanah berbeda-beda, tergantung sifatsifat tanahnya. Sebagai contoh kandunagn zat hara pada tanah yang
berat/liat akan berbeda dengan tanah berpasir. Oleh karena itu jenis dan
dosis pupuk pada kedua jenis tanah tersebut harus berbeda.
Untuk mengetahui kandungan zat hara dalam tanah diperlukan
pemeriksaan kandungan zat hara dalam tanah yang disebut uji tanah.

Siapa yang melakukan pemeriksaan tanah/Uji tanah dan anjuran


pemupukan berimbang?

Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah atau Balai


pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) atau Perguruan Tinggi yang ada di
daerah. Pemeriksaan tanah diawali dengan pengambilan contoh tanah oleh
Penyuluh Pertanian setempat dibantu oleh Petani. Untuk itu perlu adanya
pelatihan pengambilan contoh tanah kepada penyuluh dan petani. Setiap
contoh tanah mewakili 15-25 ha lahan dan pengambilannya cukup
dilakukan sekali tiap 1-2 tahun. Harga pemeriksaan hara P dan K per contoh
tanah yang mewakili luasan 25 ha hanya sekitar Rp 40.000,-.
Anjuran jenis dan dosis pupuk kepada petani akan diberikan BPTP setempat
melalui Dinas Pertanian dan penyuluh di daerah. Petani bebas memilih
pupuk, apakah menggunakan pupuk majemuk atau pupuk tunggal. Namun
perlu hati-hati dalam memilih jenis pupuk agar petani tidak dirugikan.
Apa itu peta P dan K tanah dan apa kegunaannya?
Saat ini telah dilakukan pemeriksaan kandungan zat hara fosfat (P) dan
kalium (K) dalam tanah di sebagian besar lahan sawah di Indonesia.
hasilnya berupa peta hara fosfat (P) dan kalium (K). Peta tersebut diberi
tiga warna, yaitu merah berarti kandungan haranya rendah, warna kuning
berarti sedang dan warna hijau berarti tinggi. Peta tersebut digunakan
untuk anjuran pemupukan.
Tanah yang kadar hara fosfatnya (P) rendah harus dipupuk 100 kg SP36 per
ha, yang kadar hara P-nya sedang dipupuk 75 kg SP36 per ha dan yang Pnya tinggi dipupuk dengan 50 kg SP36 per ha. jadi dosis SP36 untuk lahan
sawah berbeda-beda, tergantung kandungan hara P dalam tanah.
Tanah yang kadar hara kaliumnya (K) rendah, dipupuk 100 kg KCl per ha,
sedang kadar k-nya sedang sampai tinggi, cukup dipupuk 50 kg KCl per ha.
Di bawah ini disajikan dosis anjuran pupuk SP36 dan KCl (Tabel 1) serta
majemuk NPK (Tabel 2) untuk padi sawah berdasarkan status hara fosfat (P)
dan kalium (K) pada lahan sawah.
Untuk hara N tidak dilakukan pembuatan peta status hara N karena
umumnya kadar N tanah di Indonesian rendah, sehingga secara umum
harus dipupuk 250-300 kg Urea per ha.

mupukan Berimbang Spesifik Lokasi (Kg/ha)

Urea

250
250
250
250
250
250
250
250
250

Tabel 1. Anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi


dengan menggunakan pupuk tunggal

Pengertian Bahan organik


Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau
binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus
mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi,
fisika, dan kimi (Kononova, 1961).
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik
ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson, 1994).

Pengertian Pengapuran
Pengapuran adalah pemberian pemberian kapur untuk meningkatkan pH
tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu sekitar 6,5-7
(Anonymous a, 2010).
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya
bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu
masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unur hara
seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan
(Sarwono hardjowigeno, 1992).
Manfaat Bahan Organik Tanah
1. Penyedia unsur hara
2. Bisa menyebabkan tanah menjadi asam atau basa tergantung pada
bahan organiknya
3. Memperbaiki sifat fisik tanah
4. Meningkatkan serapan kation dan menambah kemampuan tanah
dalam menahan air

Manfaat Pengapuran
1. Menaikkan pH tanah
2. Menambah unsur unsur Ca dan Mg
3. Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo
4. Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al.
5. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki
pembentukan bintil-bintil akar
(Sarwono Hardjowigeno, 1992)
2.5 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah
Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah,
1983)
Sifat
Tanah
Sangat
Tinggi
Sangat tinggi

Rendah

Rendah

Sedang

C -Organik (%)
5,00
> 5,00

< 1,00

1,00-2,00

2,01-3,00

3,01-

Nitrogen (%)
0,75
> 0,75

< 0,10

0,10-0,20

0,21-0,50

0,51-

C/N
25

> 25

P2O5 HCl
60

(mg/100g)
> 60

< 5

5 - 10

11 - 15

16 -

< 10

10 - 20

21 - 40

41

P2O5 Bray-1 (ppm)


35
> 35

< 10

10 15

16 - 25

26

P2O5 Olsen (ppm)


60
> 60

< 10

10 25

26 - 45

46

K2O HCl 25% (mg/100g) < 10


60
> 60

10 20

21 - 40

41

KTK (me/100g)
40
> 40

5 16

17 - 24

25

0,3-0,5

0,6-

<5

Susunan Kation :
K (me/100g)
1,0
>1,0

< 0,1

Na (me/100g)
1,0
>1,0

< 0,1

0,1-0,3

0,4-0,7

0,8-

Mg (me/100g)
8,0
> 8,0

< 0,4

0,4-1,0

1,1-2 ,0

2,1-

Ca (me/100g)
20
> 20

< 0,2

2 - 5

6 - 10

11

Kejenuhan Basa (%)


70
> 70

< 20

20 35

36 - 50

Aluminium (%)
60
> 60
pH <![if gte
msEquation
12]> H2<!

Sang
at
Masa
m

< 10
Masa
m

Agak
masa
m

0,1-0,2

10 20
Netr
al

Agak
Alkali
s

21 - 30
Alkali
s

51
31

[endif]>

< 4,5

4,5
5,5

5,66,5

6,67,5

7,68,5

> 8,5

O
(Sarwono Hardjowigeno,1992)

2.4 MANFAAT PENGAPURAN

Untuk meningkatkan pH tanah

Untuk menambahkan unsur hara

Mengurangi keracunan FE, Mn, Al (tanaman kerdil)

Untuk menjaga mikroorganisme tanah

Anda mungkin juga menyukai