Anda di halaman 1dari 19

PAPER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Pendahuluan
Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit

diturunkan secara maternal yang menyebabkan penderitanya mengalami degenerasi


pada serabut saraf retina secara akut maupun subakut. Kondisi ini dapat
menimbulkan manifestasi klinik berupa hilangnya penglihatan sentral secara
permanen.1 Dalam penelitian molekuler genetika sebelumnya, ditemukan tiga jenis
mutasi dari DNA mitokondria yang berperan sebagai penyebab utama dari sebagian
besar kasus LHON. Ketiga mutasi itu adalah m.3406G>A, m.11778G>A dan
m.14484T>C.2
Berdasarkan studi epidemiologi, proporsi terbanyak dari penderita LHON
membawa mutasi m.11778G>A (sekitar 50-70%), lalu disusul dengan mutasi
m.14484T>C (15%-30%) dan m.3406G>A. Di Indonesia Tamam et al. menemukan
mutasi dari m.14484T>C pada sebuah keluarga di Provinsi Jawa Tengah.3
Ciri awal dari LHON ditandai dengan timbulnya mikroangiopati peripapiler
ditandai dengan adanya arteri sentralis retina berliku-liku, timbulnya teleangiektasis
kapiler, serta timbulnya edema pada serabut saraf retina. 4 Dengan pemeriksaan
Optical Coherence Tomography (OCT) dapat ditemukan adanya penebalan pada
lapisan serat saraf retina bagian temporal. Keadaan ini dapat berlanjut ke dalam
stadium akut, dimana mulai timbul manifestasi klinis berupa kelainan penglihatan
sentral secara progresif.5 Sebagian besar penderita akan mengalami perburukan
ketajaman penglihatan serta pembesaran dari ukuran defek lapangan pandang
sentral. Gejala ini biasanya dimulai dari sisi mata unilateral yang disusul dengan
sisi kontralateral dalam kurun waktu beberapa minggu. Stadium akhir dari penyakit
ini adalah timbulnya atrofi dari diskus optikus berupa kerusakan lapisan sel
ganglion pada papillomacular bundle. Bila ini terjadi, tajam penglihatan pada
penderita LHON dapat mencapai dibawah angka 1/300. Penderita LHON ini dapat
digolongkan ke dalam kelompok orang yang mengalami kebutaan menurut WHO
apabila tajam penglihatan dibawah 2/200.6
1

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

2.1 Anatomi dan Histologi Nervus Optikus


2.1.1 Anatomi Nervus Optikus
Nervus optikus merupakan bagian dari Sistem Saraf Pusat (SSP) yang
memiliki lebih sedikit sel neuron dan terisolasi dari sel lain yang umumnya berada
di otak. Nervus optikus terdiri dari akson sel ganglion retina dan sel glia. Jumlah
akson cenderung tetap, sedangkan jumlah sel glia dan mielin relatif bervariasi di
berbagai tempat dibandingkan akson. Nervus optikus membentang dari retina
melewati foramen sklera posterior hingga ganglion genikulatum lateral di
thalamus.7

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Gray880.png
Gambar 1. Tampak potongan melintang diskus optik

Pada manusia, panjang nervus optikus yang terbentang dari belakang bola
mata hingga kiasma optikum adalah sekitar 50 mm dan terdiri dari empat bagian: 8,9
1. Bagian intraokuler (optical nerve head), memiliki panjang sekitar 1 sampai 1.5
mm dengan diameter transversal terhadap sklera sebesar 1,5 mm. Optik nerve
head terbagi menjadi :
3

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

-superficial nerve fiber layer


-prelaminar
-laminar
-retrolaminar
Bagian dari optical nerve head yang termasuk kedalam bagian intraokuler :
superficial nerve fiber layer; prelaminar, dan laminar. Ketiga bagian inilah yang
secara anatomi sebagai anterior optic nerve, serta diperdarahi oleh arteri siliaris
posterior dan arteriole retinal.
2. Bagian intraorbital dimulai dari bagian posterior permukaan sklera, memiliki
panjang sekitar 30-40 dan diameter 3-4 mm. Bagian ini memiliki sinous course
sehingga tetap memungkinkan gerakan excursi bola mata sekitar 8-15 mm
dibelakang bola mata, arteri sentralis retina berpenetrasi kedalam nervus optikus.
3. Bagian intrakanalikuler yang memiliki panjang sekitar 5-8 mm terfiksasi erat di
dalam kanalis optikus. Dalam kanal optik, pasokan darah dari nervus optik
berasal dari pembuluh pial yang berasal dari arteri oftalmikus. Nervus optik dan
arakhnoid sekitarnya ditambatkan ke periosteum dari kanal tulang di daerah
intrakanalikuler. Trauma tumpul, khususnya

di sepanjang

alis, dapat

mengirimkan kekuatan cedera ke daerah intrakanalikuler, yang menyebabkan


pergeseran dan gangguan suplai darah ke saraf dalam area ini, yang disebut
neuropati optik traumatis tak langsung. Selain itu, edema saraf optik di daerah
ini dapat menghasilkan sindrom kompartemen, lalu mengorbankan fungsi nervus
optik dalam ruang tertutup dari kanal optik.
4. Bagian intrakranial memiliki panjang sekitar 10 mm dan bergabung dengan
nervus kontralateral membentuk kiasma optikum. Karena merupakan bagian dari
SSP, bagian intarorbita nervus optikus diselubungi pula oleh lapisan piamater,
araknoid, dan duramater. Setelah melewati kanal optik, 2 nervus optik terletak di
atas arteri oftalmikus, di atas dan medial ke arteri karotis interna. Arteri serebral
anterior menyeberang nervus optik dan dihubungkan oleh arteri komunikan

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

anterior, yang melengkapi bagian anterior dari lingkaran Willis. nervus optik
kemudian melewati secara posterior di atas sinus kavernosa untuk bergabung
dalam kiasma optik. Kiasma kemudian terbagi ke kanan dan kiri traktus optikus,
yang berakhir pada badan geniculate lateral masing-masing. Dari badan-badan
ini muncul jalur genikulokalkarin (atau radiasi optik),yang melewati masing
masing korteks visual primer. Lesi di lokasi yang berbeda di sepanjang jalur
visual menghasilkan karakteristik defek lapang pandang yang membantu untuk
melokalisasi letak kerusakan.

Gambar 2. Anatomi kepala saraf optik dan bagian dari daerah intraorbital saraf optik.
Bagian intraokular dari saraf optik terdiri dari akson nonmyelinated dan tampak sebagai
semitransparan, segmen kekuningan (panah). Sebagian dari saraf optik intraorbital. Akson
mielin menunjukkan warna wax-white. Pembuluh retina sentral menembus ke dalam axia
dari saraf optik. Duramater bersambungan dengan sklera (panah)

2.1.2. Histologi nervus optikus


Head nervus optikus meluas dari permukaan diskus optikus sampai ke
permukaan posterior sklera, dimana dimana axon dari sel ganglion retina
membentuk sebuah bundle sebelum keluar dari bola mata.
Head nervus optikus ini terbagi menjadi tiga bagian : 10
1. Permukaaan Retinal Nerve Fiber Layer (RNFL), terdiri dari akson sel
ganglion retina yang tidak bermilein. Lapisan ini dipisahkan dengan
vitreus oleh lapisan astrosit (membran limitan interna Elschnig). Jumlah
serabut saraf retina sekitar 1 juta serabut saraf tiap mata pada awal
5

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

gestasi dan akan berkurang dengan semakin bertambahnya usia. Akson


yang berasal dari daerah makula akan langsung menuju nervus optikus
dan membentuk berkas papilomakuler. Berkas papilomakuler memiliki
densitas akson atau neural retinal rim paling tebal dibandingkan tempat
yang lain, dimana polus superior dan inferior dari nervus optikus
memiliki jumlah akson terbanyak. Ketebalan lapisan ini dipengaruhi
oleh ukuran dari papil. Pada mata dengan papil kecil umumnya
memiliki lapisan yang tebal, sebaliknya mata dengan papil yang besar
biasanya memiliki lapisaan RNFL yang tipis.

Gambar 3. Potongan memanjang nervus optikus.


Keterangan : NFL: Nerve Fibre Layer, RA: Arterola retina, PLR : regio
Prelaminar, LC : Lamina cribrosa, R: Retina, C: Koroid, S : Sklera,
PCA : Arteri siliaris posterior, P: piamater, ON: nervus optikus.
(Reproduksi dari Hayreh, S.S 1978)

2. Bagian

prelaminar, terdiri

dari

axon yang

tidak

bermielin,

astrosit,kapiler, dan jaringan ikat disekitarnya. Akson tersusun dalam


ikatan yang dikelilingi oleh astrosit. Pada tepi lateral dari bagian
prelaminar, axonal bundle dipisahkan dari retina oleh jaringan glia
(jaringan intermedia Kuhnt) dan dipisahkan dari koroid oleh lapisan

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

jaringan kolagen Elschnig. Bagian prelaminar ini mengandung jaringan


kolagen yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan jaringan sekitar
yang mengelilingi arteri sentralis dan kapiler pembuluh darah pada
diskus optikus. 9
3. Lamina kribrosa, memiliki karakteristik khas, yaitu tersusun seperti
sieve dengan lubang-lubang berbentuk bulat dan oval yang ditembus
oleh serabut saraf dan arteri centralis. Lamina kribrosa ini terdiri atas
lapisan kolagen yang padat dan tebal dari sklera serta jaringan glia.
Jaringan ikat elastis dijumpai pula pada bagian ini. Astrosit yang
terletak pada lubang dari lamina kribrosa membentuk lapisan glia yang
menyelubungi setiap bundle saraf dan memisahkan bundle saraf
tersebut dari jaringan ikat disekitarnya.
Mitokondria yang tedapat dalam sitoplasma sangat penting bagi fungsi
normal saraf optik. Keadaan yang menyebabkan berkurangnya jumlah mitokondria
ataupun penurunan fungsi mitokondria secara langsung berakibat gangguan pada
saraf optik. Salah satu hipotesis apoptosis atau kematian sel yang terprogram adalah
akibat dari defek DNA mitokondria saat terjadi mitosis dan aging process dari sel.
Di saraf optik terdapat densitas mitokondria yang sangat tinggi seperti tampak pada
gambar 4 di bawah ini:

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

Gambar 4. Diagram sel ganglion retina. Mitokondria terakumulasi di vena nerve fiber
layer, bagian laminer dan prelaminer nervus optikus, nodus Ranvier, dan axon terminal.

2.2. Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON)


2.2.1 Deskripsi
Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit genetika
yang diturunkan lewat DNA mitokondria. Lebih dari 95% kasus disebabkan oleh
adanya salah satu mutasi poin dari tiga genom mitokondria: m.3406G>A,
m.11778G>Adan m.14484T>C.2
Umumnya penyakit ini menyerang dewasa muda pada usia dekade kedua
sampai ketiga. LHON timbul ditandai dengan kelainan fungsi penglihatan yang
berkembang pada usia dewasa muda.
Ditinjau dari segi klinis, LHON ditandai dengan kehilangan penglihatan
sentral subakut yang disebabkan oleh timbulnya degenerasi fokal pada lapisan 6 sel
ganglion pada papillomacular bundle. Pada umumnya kelainan ini mengenai kedua
sisi mata, muncul tanpa disertai rasa sakit, dan memiliki onset subakut. Sekitar 25%

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

kasus mengalami kehilangan penglihatan bilateral dengan onset bersamaan. Tetapi


pada umumnya awal dari penyakit ini adalah tanpa gejala. Keadaan tersebut dapat
berkembang menjadi pengaburan penglihatan pada lapangan pandang sentral pada
satu sisi mata penderitanya.
Gejala serupa akan timbul pada sisi mata yang lain dalam kurun waktu dua
sampai tiga bulan setelahnya. Pada mayoritas penderita LHON, ketajaman
penglihatan dapat menurun hingga hanya dapat menghitung jari (1/60) atau bahkan
lebih buruk.
Pemeriksaan lapangan pandang menunjukkan adanya perluasan daerah
scotoma central atau Cecocentral. Setelah penderita melewati fase akut, ditemukan
adanya atrofi pada diskus optikus yang dapat dideteksi lewat pemeriksaan OCT.
Sangat jarang ditemukan adanya perkembangan signifikan dari ketajaman
penglihatan pada penderita. Selain itu, sebagian besar penderita LHON tersebut
dapat digolongkan ke dalam kelompok orang yang mengalami kebutaan.4

2.2.2. Epidemiologi
LHON adalah bentuk penyakit yang paling umum dari penyakit genetik
mitokondria, dengan prevalensi 1 dari 25000 orang di timur laut negara Inggris.
Tidak ada data prevalensi yang tersedia untuk populasi lain, meskipun 2% orang
orang di Australia dilaporkan menderita LHON. Diantara para karier LHON,
kemungkinan timbulnya manifestasi kelainan pada laki-laki adalah empat sampai
lima kali lipat dibandingkan dengan wanita.
Usia rata rata onset yang dilaporkan pada penderita LHON bervariasi dari
berbagai kasus, tetapi 95% diantaranya yang kehilangan penglihatan terdapat pada
usia awal 50 tahun. Namun kerusakan visual dapat terjadi kapanpun selama dekade
pertama hingga dekade ketujuh kehidupan. Tetapi ada satu laporan yang
menemukan sedikit peningkatan pada wanita yang membawa mutasi gen G11778A.
Hal ini secara umum diterima bahwa tidak ada jenis kelamin maupun status mutasi
yang secara signifikan mempengaruhi waktu dan tingkat keparahan kehilangan
penglihatan.6

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

2.2.3 Etiopatogenesis
Berdasarkan pemeriksaan genetika molekuler, ditemukan bahwa gen-gen
yang mengkode subunit NADH dehidrogenase dalam DNA mitokondria berkaitan
erat dengan kejadian LHON.
Sekitar 90% penderita LHON dideteksi mengalami mutasi pada gen MT
ND1, MT-ND2, MT-ND4, MT-ND-5, dan MT-ND-6 pada sejumlah individu dan
keluarga. Mutasi pada tiga gen tambahan mitokondria, MT-CYB, MT-CO3, dan
MT-ATP6 juga diindikasi sebagai penyebab LHON. 11 Hal ini terjadi karena adanya
polimorfisme dari DNA mitokondria. Di bawah ini merupakan gambar letak gen
pada mitokondria12 :

Gambar 5. Pemetaan genom pada DNA mitokondria. Lingkaran luar merupakan gambaran
Heavy strand (H), sedangkan lingkaran dalam menunjukkan Light Strand (L). Gen yang
mengkode subunit kompleks respirasi I ditunjukkan oleh warna hijau, gen yang mengkode
kompleks III ditunjukkan oleh warna ungu, gen yang mengkode subunit katalitik kompleks
IV ditunjukkan oleh warna kuning, dan gen yang mengkode kompleksV ditunjukkan oleh
warna biru.

10

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

Mutasi pada DNA mitokondria


Mitokondria ditemukan di semua sel yang berinti dan merupakan generator
utama ATP lewat fungsi fosforilasi oksidatif (OXPHOS), yang menggabungkan
rantai pernafasan yang mentransfer elektron (kompleks I-IV) dan ATP-sintase
(kompleks V). Mitokondria merupakan satu-satunya lokasi dimana DNA pada sel
eukariot terletak di luar nukleus. DNA mitokondria memiliki bentuk sirkuler,
double-stranded, dan terdiri atas 16.569 pasang basa DNA yang mengkode 37 gen,
termasuk 13 gen yang berkaitan dengan fungsi sistem fosforilasi oksidatif, dua
RNA ribosom (12S dan 16S), serta sebuah transfer RNA (22tRNAs). Ketigabelas
gen tersebut mengkode subunit protein membentuk kompleks rantai
pernafasan yang diperlukan untuk pemeliharaan seluler, yaitu: 7 subunit untuk
kompleks I (NADH dehydrogenase), 1 subunit untuk kompleks III (ubiquinol:
cytochrome c oxidoreductase), 3 subunit untuk kompleks IV (cytochromec oxidase)
and 2 subunit untuk kompleks V (ATP sintase); gen tersebut dikodekan dalam
nukleus, disintesis pada sitoplasma ribosom, dan yang secara khusus ditargetkan ke
lokasi sasaran dalam organel.
RNA mitokondria dari ketiga belas protein fosfolirasi oksidatif mengalami
proses translasi pada ribosom mitokondria. Mutasi dalam gen tRNA atau rRNA
mitokondria berimplikasi pada proses translasi sehingga berpengaruh terhadap
timbulnya kelainan patologis. Protein dari ribosom memiliki peranan penting dalam
proses ini, dimana bila terjadi mutasi pada gen yang mengkode protein ini di
nukleus, maka defek pada proses translasi juga dapat timbul. 12

2.2.4 Gejala Klinis LHON


Perjalanan klinis penyakit LHON pada umumnya digolongkan dalam tiga
fase, yaitu:
a. Fase pre-simtomatik.
Pada fase pre-simtomatik, individu belum mengeluhkan adanya gangguan
penglihatan,

namun

pada

pemeriksaan

fundus

dapat

ditemukan

telangiektasis kapiler di sekitar diskus optikus dan edema pada retinal nerve
fibre layer.

Pada karier asimtomatik LHON dapat timbul gejala ringan


11

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

disfungsi saraf optik yang ditandai dengan gangguan diskriminasi warna,


penyempitan lapangan pandang sentral, penurunan kontras sensitifitas dan
penurunan elektrofisiologi visual. Hasil pemeriksaan funduskopi tampak
seperti dibawah ini:

Gambar 6. Funduskopi pada penderita LHON menunjukkan adanya pseudopapiledema.


(a) diskus optikus kanan (b) diskus optikus kiri. Tampak edema yang melibatkan nerve
fibre layer retina, terutama pada pada bagian superior dan inferior bundle arkuata , hal ini
terjadi bersamaan denga atrofi pada serabut saraf temporal dari papilomacular bundle.

b. Fase akut
Fase akut ditandai dengan gangguan penglihatan sentral secara bilateral
tanpa disertai rasa nyeri dan masih terdapat refleks pupil yang normal. Mata
yang sebelahnya akan menjadi terpengaruhi baik secara simultan (25%)
maupun secara berurutan (75%). Apabila gangguan penglihatan timbul
secara unilateral, maka akan diikuti oleh mata yang lain dalam waktu enam
sampai delapan minggu kemudian. Dalam waktu enam sampai delapan
minggu setelah onset, saraf optik akan tampak semakin pucat karena terjadi
kerusakan akson pada papillomacular bundle. Cupping patologis dapat
diamati pada diskus optikus dengan semakin banyaknya akson sel ganglion
retina yang mengalami kerusakan. Karakteristik khas yang muncul pada
fase

akut

adalah

perbesaran

defek

lapang

pandang

sentral

12

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

(central/cecocentral scotoma), serta penurunan visus hingga hanya dapat


menghitung jari (1/60) atau bahkan lebih buruk. 1 Gambaran klinis lainnya
meliputi penurunan awal persepsi warna, tetapi yang lebih penting refleks
pupil masih baik dan pasien biasanya tidak mengeluhkan nyeri saat
pergerakan bola mata. 6
c. Fase kronis
Pada fase kronis, terjadi atrofi dari diskus optikus. Atrofi ini terjadi karena
berbagai faktor yang terjadi pada fase akut diantaranya hiperemi diskus
optikus, pseudoedema diskus, dan mikroangiopati. Pada tahap ini retinal
nerve fibre layer mengalami degenerasi secara bertahap, atrofi dari diskus
optikus sendiri merupakan tahap akhir dari degenarsi yang terjadi secara
umum. Dalam fase kronis, kondisi penderita LHON sangat sulit untuk
dikembalikan. Bila penderita ditemukan dalam fase ini, sangat sulit untuk
membedakan atrofi dari diskus optikus LHON dengan sebab yang lain
seperti kompresi, infiltrasi, dan inflamasi yang terjadi pada optic neuropathy
bilateral, apalagi bila riwayat keluarga tidak begitu jelas. Pada kasus ini
diperlukan pemeriksaan neuroimaging dari jalur visual anterior disamping
hasil pemeriksaan molekuler genetika.1
2.2.5. Diagnosis
Diagnosis LHON ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan genetika
molekuler. Beberapa pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan diantaranya adalah
pemeriksaan fundus untuk menilai karakteristik diskus optikus dan perubahan
vaskuler pada fase akut. Pemeriksaan fundus dilakukan dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan perimetri Goldmann atau computerized dilakukan untuk menilai
karakteristik scotoma central atau cecocentral.
Selain itu, Pemeriksaan Optical Coherence Tomografi (OCT) dapat
dilakukan untuk menilai struktur segmen posterior mata dari sayatan lintang secara
mikroskopis. Pada kondisikondisi tertentu dapat dilakukan pemeriksaan
electroretinogram serta pemeriksaan neuroimaging. Electroretinogram dilakukan

13

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

untuk mengkonfirmasi adanya kelainan lain pada retina; sedangkan neuroimaging


dilakukan untuk mengeksklusi adanya optic neuropathy lain yang terjadi akibat
inflamasi, kompresi atau infiltrasi. Pemeriksaan genetika molekuler dilakukan
untuk mencari lokasi mutasi pada DNA mitokondria.13,14
2.2.6. Penatalaksanaan
Saat ini tidak ada terapi intervensi yang telah terbukti untuk mencegah
timbulnya gejala visual atau meningkatkan hasil visual pada penderita karier
LHON. Sebuah percobaan small non-controlled trial menunjukkan bahwa
pemberian oral dari analog kuinon, idebedone, ditambah dengan suplemen vitamin
B12 dan vitamin C dapat mempercepat penyembuhan penglihatan. Namun,
penelitian lebih ketat diperlukan dan melalui kolaborasi multicenter, fase II ,
double-blind, randomized placebo-controlled trial saat ini dalam proses untuk
menyelidiki kemanjuran, keamanan, dan tolerabilitas idebenone oral pada LHON.
Penelitian terbaru juga telah meneliti penggunaan allotopically menyatakan
superoksida dismutase mitokondria untuk melindungi RGCs dari stres oksidatif
oleh radikal bebas yang berlebihan, memberikan bukti prinsip yang ditargetkan
terapi gen adalah strategi neuroprotektif yang mungkin dalam LHON.
Manajemen klinis jangka panjang pasien LHON akut tetap terutama
mendukung, dengan pemberian bantuan low-vision, terapi okupasi dan pendaftaran
individu yang terkena dengan layanan sosial yang relevan. Berdasarkan data
epidemiologi terkini tentang faktor risiko lingkungan di LHON dan untuk alasan
gaya hidup umum, mutasi LHON operator harus sangat disarankan untuk secara
moderat untuk menjauhkan diri dari konsumsi alkohol dan merokok. 4
2.2.7. Prognosis
Prognosis visual sangat rendah pada penderita LHON. Mayoritas penderita
tetap mendapat gangguan penglihatan berat yang ditandai dengan pengurangan
ketajaman penglihatan dan skotoma padat dalam lapangan pandangnya.2

14

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

BAB 3

15

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

KESIMPULAN

Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit


diturunkan secara maternal yang menyebabkan penderitanya mengalami degenerasi
pada serabut saraf retina secara akut maupun subakut. Lebih dari 95% kasus
disebabkan oleh adanya salah satu mutasi poin dari tiga genom mitokondria:
m.3406G>A, m.11778G>Adan m.14484T>C.
LHON adalah bentuk penyakit yang paling umum dari penyakit genetik
mitokondria, dengan prevalensi 1 dari 25000 orang di timur laut negara Inggris.
Tidak ada data prevalensi yang tersedia untuk populasi lain, meskipun 2% orang
orang di Australia dilaporkan menderita LHON. Diantara para karier LHON,
kemungkinan timbulnya manifestasi kelainan pada laki-laki adalah empat sampai
lima kali lipat dibandingkan dengan wanita.
Umumnya penyakit ini menyerang dewasa muda pada usia dekade kedua
sampai ketiga. LHON timbul ditandai dengan kelainan fungsi penglihatan yang
berkembang pada usia dewasa muda
Diagnosis LHON ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan genetika
molekuler. Beberapa pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan diantaranya adalah
pemeriksaan fundus untuk menilai karakteristik diskus optikus dan perubahan
vaskuler pada fase akut. Pemeriksaan fundus dilakukan dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan perimetri Goldmann atau computerized dilakukan untuk menilai
karakteristik scotoma central atau cecocentral.
Saat ini tidak ada terapi intervensi yang telah terbukti untuk mencegah
timbulnya gejala visual atau meningkatkan hasil visual pada penderita karier
LHON. Sebuah percobaan small non-controlled trial menunjukkan bahwa
pemberian oral dari analog kuinon, idebedone, ditambah dengan suplemen vitamin
B12 dan vitamin C dapat mempercepat penyembuhan penglihatan. Manajemen
klinis jangka panjang pasien LHON akut tetap terutama mendukung, dengan
pemberian bantuan low-vision, terapi okupasi dan pendaftaran individu yang
terkena dengan layanan sosial yang relevan.

16

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

Prognosis visual sangat rendah pada penderita LHON. Mayoritas penderita


tetap mendapat gangguan penglihatan berat yang ditandai dengan pengurangan
ketajaman penglihatan dan skotoma padat dalam lapangan pandangnya

DAFTAR PUSTAKA

17

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

1. Yu-Wai-Man P, Griffiths PG, Hudson G, Chinnery PF. Inherited mitochondrial


optic neuropathies. J Med Genet[Internet]. 2009[cited 2012 Aug 28]; 46:14558.
Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2643051/
2. Harding AE, Sweeney MG, Govan GG, Riordan-Eva P. Pedigree analysis in
Leber hereditary optic neuropathy families with apathogenic mtDNA mutation. Am
J Hum Genet [Internet]. 1995 [cited 2012 Aug 13];57(1):7786. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1801226/pdf/ajhg00033-0104.pdf
3. Nishioka T, Tasaki M, Soemantri A, Dyat M, Susanto J, Tamam M, et al. Leber's
hereditary optic neuropathy with 14484 mutation in Central Java, Indonesia.
Journal of human genetics[Internet]. 2003 [cited 2012 Aug 2013];48(7):385-9.
Available from: http://www.springerlink.com/index/64JQE9F1JHWKX79Q.pdf
4. Kirkman MA, Yu-Wai-Man P, Korsten A, Leonhardt M, Dimitriadis K, De Coo
IF, et al. Geneenvironment interactions in Leber hereditary optic neuropathy.
Brain[Internet]. 2009[cited 2012 Dec 7];132(9):2317-26. Available from:
http://brain.oxfordjournals.org/content/132/9/2317.long
5. Savini G, Barboni P, Valentino ML, Montagna P, Cortelli P, De Negri AM, et al.
Retinal nerve fiber layer evaluation by optical coherence tomography in unaffected
carriers

with

Leber's

hereditary

optic

neuropathy

mutations.

Ophthalmology[Internet]. 2005[Cited 2012 Aug 13]; 112(1):127-31. Available


from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0161642004016574
6. Man PY, Turnbull DM, Chinnery PF. Leber hereditary optic neuropathy. J Med
Genet. 2002;39:1629
7. (Riordan-Eva P, Whitcher J. Vaughan & Asbury's general ophthalmology: Wiley
Online Library; 2008)

18

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

NAMA : LAMHOT SF
NIM : 090100192

8. American Academy Of Ophthalmology, Basic and Clinical Science Course,


Fundamental and Principles of Ophthalmology, Section 2, 2005-2006
9. Zhang J, Richard M. Rubin and Narsing A. Rao. Duanes Ophthalmology:
Anatomy and Embryology of the Optic Nerve [Internet] . 2006. e-book. Available
from:
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v7/v7c025.html#r3
10. Hayreh SS: Anatomy and physiology of the optic nerve head. Trans Am Acad
Ophthalmol Otolaryngol. 1974. 78:240
11. Singh G, Lott MT, Wallace DC. A mitochondrial DNA mutation as a cause of
Leber's hereditary optic neuropathy. New England Journal of Medicine.
1989;320(20):1300-5
12. Greaves LC, Reeve AK, Taylor RW, Turnbull DM. Mitochondrial DNA and
disease. The Journal of pathology[Internet]. 2012[cited 2012 Dec]; 226: 275.
Available

from

http://www.muskelkrank.ch/downloads/forschung/Turnbull.

%20Review.pdf
13. Johns DR, Neufeld M. Pitfalls in the molecular genetic diagnosis of Leber
hereditary optic neuropathy (LHON). American journal of human genetics.
1993;53(4):916.
14. Chalmers R, Schapira A. Clinical, biochemical and molecular genetic features
of Leber's hereditary optic neuropathy. Biochimica et biophysica acta.
1999;1410(2):147

19

Anda mungkin juga menyukai