Buletin Info Keswan Vol 15 No 88 2014
Buletin Info Keswan Vol 15 No 88 2014
h h
hhhhhhhhh
hhBu
hhhhh
hletihn
Informasi
Kesehatan
Hewan
hhVolhume 16hNomorh88
hh
Tahhun 201h4
hhhhh hhhh
hhhhh hhhh
hhhhh hhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
f r
iVo 16 No
t 88 Tahun 2014
Bu e n n o mas Keseha anI Hewan
ti
l.
201
4
h t t p : // b v e t b u k i t t i n g g i . d i t j e n n a k . p e r t a n i a n . g o . i d
l i
t ri
itti
Penanggung Jawab
Redaktur
Anggota
Penyunting/Editor
Desain Gras
: Daniel Faizal
: Erdi
: Erizal
Sekretariat
Alamat Redaksi
Ba a Ve e ne Buk
ngg 2014
Kata Pengantar
Yang Maha
buletin
edisi
ini
dipaparkan
juga
penyakit
ini
yang
dan
diharapkan
para
pembaca
dapat
memaklumi.
Selamat
membaca
bermanfaat
dan
semoga
Daftar Isi
Hal
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
13
24
31
ii
Abstrak
Berdasarkan hasil surveilans serologis (ELISA) pada ternak sapi di Balai Perbibitan Ternak Unggul dan
Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Padang Mangatas tahun 2014 menunjukkan 61,65% positif antibodi BHV-1.
Pengujian paired sera telah dilakukan, 94,89% positif antibodi BHV-1 dan 23 sampel diantaranya menunjukkan
kenaikan nilai 2-4 kali. Mengingat di peternakan tersebut tidak dilakukan vaksinasi IBR, maka perlu dilakukan
pengujian adanya virus tersebut di area peternakan. Koleksi spesimen dilakukan sebanyak 13 sampel usap
mukosa nasal dari ternak yang sakit dan 7 sampel dari ternak yang diberi perlakuan stres buatan selama 5 hari.
Pengujian dilakukan dengan metode nPCR. Hasil diagnosa menunjukkan 1 dari 13 sampel ternak sapi sakit
positif virus BHV-1 dan 5 dari 7 sampel ternak sapi yang diberi perlakuan stres buatan positif virus BHV-1. Hal ini
menunjukkan bahwa virus BHV-1 terdapat pada ternak sapi di BPTU HPT Pandang Mangatas.
Kata Kunci : Virus BHV-1, IBR, Sapi, Stres buatan, nested PCR
Aliasi Penulis : Bvet Bukittinggi
Korespondensi : Yulimiswatibkt@yahoo.co.id, bp pv2_bukittinggi@yahoo.co.id Telp : 085363028168
Pendahuluan
terhadap
kedalam famili h e r p e s v i r i d a e . B e r d a s a r k
a n s i f a t a n t i g e n i k d a n genomiknya, BHV-1
buatan.
BHV-1.2 seringkali
penyakit
berhubungan dengan
infeksi
BHV-1.Virus
biasanya
Pustular
Deteksi Bovine Herves Virus -1 (BHV-1) pada Ternak Sapi di BPTUHPT Padang Mangatas
Yuli M, I Gde Eka B, Martheliza, Nirma C, Kiki S, Yade EP, Azrman
Tu j u a n d a r i p e n e l i t i a n i n i a d a l a
serologik
PCR.
pengujian
et al., 2005).
Tanggap
kebal lokal
genital
baik
jantan
maupun b e t i n a . S e m e n p a d a u m u m n y a
l e b i h s e r i n g terkontaminasi oleh virus yang
berasal dari mukosa p e n i s , a t a u p r e p u t i u
m p a d a s a a t e j a k u l a s i , dikembangkan
dengan virus yang diproduksi pada testis, epidimis
atau glandula asesoris genital lainnya. Dengan
menggunakan semen yang berasal dari sapi pejantan
yang terinfeksi BHV-1 untuk inseminasi buatan
atau untuk kawin
alam,
dan
Perlakuan
nasal
diambil
menggunakan
kapas
transpor t media
viral. Pengamatan
ternak yang
keguguran 1 bulan
sebelumnya.
dibuat
suspensi
10%
dengan
Deteksi Bovine Herves Virus -1 (BHV-1) pada Ternak Sapi di BPTUHPT Padang Mangatas
Yuli M, I Gde Eka B, Martheliza, Nirma C, Kiki S, Yade EP, Azrman
Ekstraksi DNA
Uji PCR
Uji PCR dilakukan dengan menggunakan Kit
PCR Vivanatis
95oC (1
(10 menit).
v i t ro g e n ) ya n g m e n g a n d u n g S y b e r s ave ( 1
39 C.
Doc
untuk melihat
s i t i f D N A v i r u s B H V - 1 (Gambar 1)
iii
Balai Veteriner Bukittinggi 2014
Deteksi Bovine Herves Virus -1 (BHV-1) pada Ternak Sapi di BPTUHPT Padang Mangatas
Yuli M, I Gde Eka B, Martheliza, Nirma C, Kiki S, Yade EP, Azrman
Gambar 1. Hasil nested PCR BHV-1 (IBR) pada sampel usap mukosa hidung
K+
(A)
M K+ 1
K-
(B)
6
7 K- M
(C)
M K+
5 6 3 2 1 4 K-
(D)
Keterangan :
(A) 13 sampel ternak sakit (1-13), sampel no 5 positif;
(B) sampel nomor 5 hewan sakit;
(C) & (D) Sampel ternak yang mendapat perlakuan stres buatan., M = marker skala 100bp
dan s a p i i n i t e l a h m e n g a l a m i ke g u g u r
a n s a t u b u l a n sebelumnya
pada umur
pendapat Hage
kebuntingan 7 bulan.
Deteksi Bovine Herves Virus -1 (BHV-1) pada Ternak Sapi di BPTUHPT Padang Mangatas
Yuli M, I Gde Eka B, Martheliza, Nirma C, Kiki S, Yade EP, Azrman
M u y l k e n s , B . , J . T h i r y , P. K i r t e n , S . S c h y
infection
rhinotracheitis.Vet.Res. 38:181-
209
and
infetious
bovine
Pulawy. 47:71-75
Rola,J., Larska, M and Polak, MP.. 2005. Detection or
Bovine Herpesvirus 1 from an outbreak of
infectious bovine rhinotracheitis. Bull. Vet. Inst.
Pulawy. 49:267-271
Ke r j a s a m a a n t a r U P T d a n p e n d a
m p i n g a n masalah kesehatan hewan oleh BV di
Balai Perbibitan t e r b u k t i d a p a t m e m b a n t u
p e r m a s a l a h a n d a n meningkatakan kinerja
Daftar Pustaka
represent
three
subtypes
detrmined
by
Dis. 10:59-63
Abstrak
Sumber protein hewani yang banyak dikembangkan oleh masyarakat adalah ternak ayam karena cara
pemeliharaannya yang relatif mudah. Di samping itu hasilnya dapat diperoleh dalam kurun waktu yang relatif
singkat baik berupa telur maupun daging. Sehingga dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
protein dan menambah penghasilan keluarga tetapi sering terkendala beberapa penyakit unggas salah satunya
ND. Di Indonesia, penyakit ND bersifat endemis, yang ditandai dengan kejadian penyakit yang ditemukan
sepanjang tahun. Tulisan ini memberi gambaran tentang penyakit ND di wilayah kerja BVet Bukittinggi dari
Tahun 2009 sampai Tahun 2013 berdasarkan data hasil pengujian terhadap 11.830 serum dan 6.518 swab
cloaka/trakhea unggas. Hasil uji serologis dan identikasi virus ND pada sampel-sampel tersebut menunjukkan
dalam kurun 5 tahun di Propinsi Jambi, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Riau dan Propinsi Sumatera Barat
penyakit ND masih bersifat endemis. Masih perlu penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang manajemen beternak ayam, pencegahan penyakit ayam dan analisa usaha beternak ayam
Pendahuluan
type-1 (APMV-1),
genus
Paramyxoviridae.
Avian
2012). Virus ND
berserat
dan
Avulavirus,
familia
tunggal
(single
stranded/ss)
gejala
gangguan
syaraf,
pneumotrok
dengan
virus
ND
a n d Alexander, 2001).
lentogenik
umumnya
sepanjang tahun.
Sejak di Indonesia terjadi kasus AI kejadian ND
jarang dilaporkan tetapi bukan berarti tidak terjadi
dilapangan.
Tulisan
ini
dimaksutkan
untuk
vaksin.
2009 2013.
s o g e n i k ( Ta b b u , 2 0 0 0 ) . P e n u l a r a n N D
umumnya terjadi melalui kontak langsung antara
Metode
tercemar v i r u s . B e b e r a p a f a k t o r y a n g
dan 4878
DAERAH
2009
2010
Batanghari
21
143
Bungo
64
Kerinci
89
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
2012
2013
60
131
15
27
18
37
12
95
11
159
Merangin
90
222
Muaro Jambi
28
15
150
27
13
18
116
Sarolangun
2011
Tanjung Jabbar
114
20
113
Tanjung Jabtim
100
111
Tebo
177
77
583
729
101
56
881
2009
2010
2012
2013
Batam
227
Bintan
85
12
107
Karimun
19
83
Kota Batam
31
97
42
14
Kota Tj.pinang
31
20
18
15
205
Lingga
242
15
206
Natuna
35
365
207
90
67
828
2011
2012
2013
Jumlah
DAERAH
Jumlah
2011
DAERAH
2009
2010
Bengkalis
50
195
Indragiri Hilir
70
85
19
159
Indragiri Hulu
102
74
12
Kampar
103
162
10
11
54
Kota Dumai
91
10
77
Kota Pekanbaru
43
126
89
Kuantan Singingi
50
32
Pelalawan
70
288
12
Rokan Hilir
96
14
Rokan Hulu
61
102
157
159
44
10
159
Siak
Kepulauan Meranti
Jumlah
156
812
1206
113
63
851
DAERAH
2009
2010
2011
2012
2013
Agam
107
30
25
138
Dharmasraya
161
51
10
Kota Padang
40
165
41
148
53
25
14
78
Kota Pariaman
57
15
Kota Payakumbuh
26
33
26
156
122
63
77
Kota Solok
Kota Bukittinggi
238
23
19
14
22
116
44
12
164
Padang Pariaman
217
66
95
95
69
14
18
Pasaman
Pasaman Barat
48
12
141
Pesisir Selatan
84
131
158
Sijunjung
12
Solok
62
80
10
159
Solok Selatan
47
167
18
21
149
Tanah Datar
63
160
27
14
94
Kepulauan Mentawai
99
1457
1288
296
121
1716
Jumlah
PROVINSI
JAMBI
KEPULAUAN
RIAU
PROVINSI
RIAU
SUMATERA
BARAT
2009
90
32
186
459
2010
113
177
201
228
2011
45
47
45
134
2012
26
37
28
54
2013
433
491
257
571
Gambar 1.
Seroprevalensi ND di
Regional II Tahun
2009 - 2013
dari
propinsi
KEPULAUAN
RIAU
PROVINSI
RIAU
SUMATERA
BARAT
2009
282
361
431
926
2010
599
353
521
784
2011
63
33
89
192
TAHUN
Total
2012
26
35
42
77
2013
358
301
316
729
Total
1328
1083
1399
2708
jumlah
sampel
yang
diuji
untuk
pada Tabel 4.
dari
Propinsi Kepulauan
Riau sebanyak 1083 swab, dari Propinsi Riau
sebanyak
Tabel 4. Hasil positif virus ND
TAHUN
PROVINSI
JAMBI
KEPULAUAN
RIAU
PROVINSI
RIAU
SUMATERA
BARAT
2009
41
2010
20
20
2011
2012
2013
14
sehingga
ketika diisolasi virusnya sudah tidak ada.
Gambar 2.
Prevalensi virus ND
di Regional II Tahun
2009 - 2013
m e n u h i ke b u t u h a n p ro t e i n ke l u a rg a ya
Be b e ra pa ha s il p e n e lit ia n ini us a
di I n d o n e s i a a d a l a h d e n g a n m e l a k u k a
(1) s e b e l u m k a n d a n g d i p a k a i , k a n d a n
penyakit ND belum
4.
Perlu
penyuluhan
untuk
penyakit ND
meningkatkan
diusahakan m e n d a p a t c u k u p s i n a r m a t a
pengetahuan masyarakat
bebas
dari ND
(5)
tentang manajemen
di pintupintu masuk
Daftar Pustaka
itu
masih
diperlukan
penyuluhan
pada m a s y a r a k a t t e n t a n g m a n a j e m e n
t e r n a k a y a m , pencegahan penyakit serta analisa
usaha. Supaya hasil beternak ayam yang didapat lebih
memuaskan.
Kesimpulan
Saran
Dan
Fenner,F..J.,Gibbs,E.P.J.,Murphy,F.A.,Root,R.,Studdert,
th 42 n d . N a t i o n a l M e e t i n g . P o u l t r
y H e a l t h a n d Processing 62 -72
Riau s e b e s a r 3 0 % , s e ro p reva l e n s i N D
Kanisius Yogyakarta
12
Abstrak
Cutaneous papilomatosis atau kutil merupakan tumor kulit yang berbentuk seperti bunga kol disebabkan
oleh Bovine papilomavirus (BPV) type BPV-1, BPV-2, dan BPV-5 yang termasuk dalam famili Papovaviridae.
Ditemukan sembilan ekor sapi terinfeksi BPV di BPTUHPT Padang Mangatas. Oleh karena pola penyebaran yang
berbeda, maka sembilan ekor sapi yang terinfeksi dilakukan skoring. Dua ekor Simental dan satu ekor Limousin
tingkat keparahan ringan, tiga ekor Simental tingkat keparahan sedang, dan tiga ekor Simental tingkat
keparahan berat. Kutil merupakan penyakit yang tidak mematikan, namun menimbulkan kerugian ekonomi yang
cukup besar karena penampilan sik yang tidak bagus, sehingga harga jual rendah. Telah dilakukan pengobatan
imunoterapi dengan autovaksin inaktifasi beta-propiolactone 10%.
1ml/20KgBB secara subkutan dua minggu setelah pemberian anti infeksi sekunder. Pengulangan pemberian
autovaksin pada empat minggu kemudian. Autovaksin memberikan hasil 67% sembuh total dan 33% respon
parsial pada sapi terinfeksi ringan dan sedang. 100% tidak sembuh pada sapi terinfeksi berat. Hasil tersebut
menunjukkan autovaksin dengan inaktifasi virus menggunakan beta-propiolactone 10% efektif dalam
penyembuhan Cutaneous papilomatosis bergantung pada tingkat keparahan penyakit
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Cutaneous papilomatosis atau kutil merupakan
(Meuten, 2002).
meluas
13
Berdasarkan
hal
tersebut
diatas
maka
domestica)
dengan
berkembangnya
Streptococcus,
bakteri
Staphylococcus,
dan
Pseudomonas.
Klebsiela,
Perumusan Masalah
ternak
tidak
segera
diobati
akan
menimbulkan kematian.
luas
proses
kutil.
inaktivasi
secara
menyeluruh
dan
tubuh ternak.
bertugas
dilapangan
Tujuan Penelitian
M e l i h a t t i n g k a t ke b e r h a s i l a n p e
g i m u n i t a s s e l u l a r m e l a l u i memasukkan
-propiolactone
Suspensi
yang
telah
siap
-propiolactone 10%
terhadap
Cutaneous
Mangatas.
Manfaat Penelitian
10%
Hipotesis
Pembuatan autovaksin sebagai imunoterapi
berpengaruh menyembuhkan ternak
s a p i d a r i Cutaneous papilomatosis.
14
Cutaneous Papilomatosis
Denisi penyakit
agak
kasar,
seperti
bunga
kol,
dan
tidak
2010).
Gejala klinis
Etiologi
Cutaneous papilomatosis disebabkan oleh
BPV-
dengan adanya
Edward,
1978).
Penularan
melalui
BPV-
u m s u n t i k y a n g b e r u l a n g s a a t
2011).
(Meuten, 2002).
kontaminasi
makanan,
peralatan
yang
Kontrol Penyakit
Patogenesis
2007).
Buletin
Kesehatan
Hewansubkutaneous
Vol. 16 No. 88 Tahun 2014
autovaksin
yangInformasi
diinjeksikan
secara
15
Imunonetrapi
Pada
pengobatan
kutil,
dilakukan
imunoterapi d e n g a n a u t o v a k s i n y a n g d i b
a t a s i o l e h p o t e n s i onkogenik virus.
10%.
Imunoterapi ini
(HE)
dan
Alat
Peralatan yaang digunakan untuk pembuatan
dan natural
(Chandrashekar, 2011).
pembuatan autovaksin
cabinet
Autovaksin
menggunakan Biosafety
sentrius dingin.
Metode Penelitian
sapi.
Vaksin
hanya
hasil yang
penyakit
pada daerah
mengandung
komersial
tipe
yang
BPV-1
tersedia
sehingga
karena mengandung
virus
dengan
metode
skoring.
Menurut
yang
16
17
3. Berat :
1. Ringan :
NO UJI
DATA TERNAK
NO UJI
DATA TERNAK
Gambar 1.
Derajat keparahan sapi terinfeksi Cutaneous papilomatosis dalam tiga kelompok yaitu
Koleksi Kutil
Kutil diambil dari hewan terinfeksi. Sebelum
kutil diambil terlebih dahulu dilakukan anastesi lokal
dengan l i d o c a i n p a d a l o k a s i k u t i l y a n g
a k a n d i s a y a t . Penyayatan dilakukan dengan
menggunakan pisau bedah. Setelah kutil diambil
dilakukan pembuatan
pembuatan
preparat
histopatologi
dengan
Pembuatan Autovaksin
Pembuatan autovaksin ilakukan melalui tiga
langkah yaitu :
Koleksi
2004)
1.
Kutil
virus
(Vallat,
terkumpul,
ditimbang
sebanyak
1gr,
masukkan k e l u m p a n g k e m u d i a n d i g e r
u s s e l a n j u t n y a ditambahkan PBS Isotonik
PH 7 7,2 sterill dengan perbandingan 1 : 1 {1 gr
sayatan kutil + 1 ml PBS Isotonik PH 7 7,2
2. Gerusan yang telah tercampur PBS Isotonik
dimasukkan
kedalam
test
tube lalu
di
sentrifuge
3000 rpm selama 15 menit
3. Koleksi supernatan kemudian masukkan dalam test
tube yang baru ditambah antibiotik {Procaine
Penicillin-G (0,1gr/ml) dan Stretomycin Sulfat
(0,02gr/ml)}
4. Perbandingan penambahan antibiotik dengan
supernatan adalah
9 bagian supernatan)
Inaktivasi virus
10 ml Supernatan yang diperoleh ditambahkan propiolactone 10% sebanyak 0,025 % dari volume
supernatant (10 ml)
Formulasi autovaksin
1. Virus yang telah di inaktifasi pada suhu 4C
selama
48 jam ditambah Thimerosal 10 %
2. Selanjutnya tambahkan Al (OH)3 2 % sebanyak 0,25
%
dari volume supernatan (10ml)
3. Divortek setiap 2 jam dalam suhu 4C selama 24
jam
4. Setelah 24 jam
berikan
sebanyak
1ml/20kg
berat
badan
dan
Analisis Data
p a p i l o m a to s a i s d a n h i s to p a to l o g i s e
pada re s p o n i m u n i t a s d a n p e n e l i t i a n y a n g
enam minggu m e n d a s a r p a d a p e n e l i t i a n I n a y
a t d k k . ( 1 9 9 9 ) , Budhiyadnya dkk. (2008), dan
Panggty dkk. (2010), yaitu autovaksin mampu meregresi
kutil antara empat sampai enam minggu.
n y a ku t i lb er ku r an g d ar i k o n d i si aw
Regresi kutil
k u r a n n y a h i p e r k a r a t o s i s ,p a p ilo m a
parsial
hiperproliferasi sel.
Penilaian
tingkat
kesembuhan
dengan ditemukannya
kutil
berkurang dari
p a p iloma t os is , a ka n t os is , koilo s it
terapi.
Hasil
Pembahasan
dan
Regresi Kutil
2013 s a m p a i t a n g g a l 2 0 J a n u a r i 2 0 1 4 .
Te r n a k P a d a n g M a n g a t a s (BPTUHPT
b e d a - b e d a . G a m b a r 2 memperlihatkan
(B.Vet
% Kesembuhan
Persentase kesembuhan
Sembuh Total
Respon Parsial
Tidak Sembuh
masing-masing tingkat
keparahan penyakit :
Ringan (R), Sedang (S),
Berat (B).
Waktu / Minggu
a k t u 5 m i n g g u . S e d a n g k a n sapisapi
yang belum sembuh total diamati sampai
minggu ke enam (Gambar
12).
Sembuh Total
Respon Parsial
Tidak Sembuh
6
5
4
Gambar 2
Persentase kesembuhan
masing masing tingkat
keparahan penyakit,
Ringan (R), Sedang (S),
Berat (B).
2
1
0
SAPI UJI
20
ataupun merangsang ke ke b a l a n t u b u h u n t
u k m e l a w a n t u m o r. H a l i n i d i t u n j a n g o
l eh p en d a p a t Ch a n d ra s h ek a r ( 2 01 1 ) ,
pemberian imunoterapi akan meningkatkan sitokin T
helper 1 (Th1) mengaktifkan sel T sitotoksik dan
natural killer sel meregresi kutil. Pendapat lain yang
menunjang adalah Pangty dkk. (2010) menyampaikan
bahwa perlu dilakukan observasi CD4
dan CD8
Buletin
Informasi
Kesehatan
Vol. 16 berakhir
No. 88 Tahun 2014
Pada titrasi
dengan
hewan
coba Hewan
bila infeksi
pada in
vaksin
untuk
mengetahui
efektitas
terbentuknya
berkembangnya
imunitas ternak.
bakteri
penyakit dengan
sehingga
menurunkan
21
dalam
sama-sama
penyembuhan
kutil.
Saran
diuji
yaitu
Pendapat ini
1. Faktor internal:
ditunjang oleh
dua
penelitian
inaktivasi
menggunakan dua
binary
ethylenimine
ekor sapi
dengan
2. Faktor external:
(BEI)
tingkat
Identikasi
Chain Reaction)
s i k u t i l t i n g k a t ke p a r a h a n b e r a t m a m
p u menyembuhkan sapi dalam waktu empat dan
Daftar Pustaka
Bellanti, J.A., 1993. Imunologi III. Gadjah Mada
University Press.
keparahan
I n f o r m a s i Kesehatan Hewan
pada tingkat
BPPV
Kesimpulan
Saran
dan
Vol.10. No.77.
Champness, D., Hamilton. 2007 Warts on Cattle See
http://www.dpi.vic.au.
Kesimpulan
Aut ova ks in de nga n in a kt ifa s i vir
u s menggunakan -propiolactone 10% berpengaruh
dalam penyembuhan
Cutaneous
papilomatosis
Depatment
of
Finlay, M., Yuan, Z.Q., Morgan, I.M., Campo, M.S. and Nasir, L.
2012.
Informasi
No. 88 Tahun 2014
areBuletin
Sensitive
to Kesehatan
CisplatinHewan
and Vol.
UVB16Induced
22
http://www.veterinaryresearch.org/content/43/
1/81
81
161-165.
H e a l t h 4 H i t s u j i g a o k a , Toyo h i r a ,
S a p p o ro , Hokkaido 062-0045, JapanJournal
of Disaster ResearchVol.7 No.3, 2012; 319-320
Inayat, A., Muhammed, G., Asi, M.N., Saqib, M. and
Athar, M. 1999. Use of Autogenous Vaccine
For
The
Treatment
Papilomatosis
in Cattle.
of
Generalized
Pakistan Vet.J.
19(2);102-103.
California.
Jiang, S.D., Pye, D., Cox, J.C., 1986. Inactivation of
Poliovirus With Beta Propiolactone. US National
J.Biol. 14(2);103-109
23
Abstrak
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh Virus Rabies yang
bersifat zoonosis. Peneguhan diagnosa kasus rabies dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Dari
hasil pemeriksaan sampel otak di BVET Bukittinggi diperoleh hasil bahwa 75% menunjukkan positif Rabies.
Hewan Penular Rabies (HPR) yang paling sering adalah anjing. Dari data yang dikumpulkan di Seksi Informasi
Veteriner dengan Program Infolab dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program Excell
diketahui bahwa korban gigitan HPR terbanyak terjadi pada kelompok umur 0-9 tahun dan sitergigit terbanyak
berjenis kelamin laki- laki. Lokasi gigitan yang paling banyak digigit adalah pada daerah tangan dan kaki atau
tubuh bagian bawah. Risiko manusia untuk kontak atau tergigit anjing akan meningkat sejalan dengan seberapa
sering kontak atau interaksi dengan anjing. Dan diperlukan komitmen pemerintah dalam pengendalian dan
pemberantasan rabies dan kewaspadaan masyarakat terhadap gigitan anjing rabies. Hasil ini tidak jauh
berbeda dengan kasus pada tahun
2012. Perlu komitmen pemerintah dalam pemberantasan dan pengendalian rabies dalam rangka menekan
kejadian kasus rabies. Kewaspadaan dalam pencegahan rabies perlu digerakkan dalam rangka mengurangi
kasus gigitan, terutama gigitan yang terjadi pada kelompok umur anak-anak yang merupakan generasi penerus
bangsa.
Kata Kunci:
Bukittinggi
Pendahuluan
R a b i e s a d a l a h p e n ya k i t i n fe k s i a
k u t p a d a susunan saraf pusat yang disebabkan
oleh virus Rabies. Rabies disebut juga penyakit
anjing gila. Penyakit ini
tidak
mendapatkan
1988).
Virus Rabies ditularkan ke manusia melalui
gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera,
rakun, dan kelelawar. Sumber penularan penyakit
rabies kepada manusia adalah anjing, dan hewan
penular lainnya seperti kucing dan kera dapat
tertular dari anjing. Hewan yang menderita rabies
akan menjadi ganas, cenderung menyerang obyek
yang bergerak yang dijumpainya atau bahkan
akan menyerang manusia.
24
Gambaran Kasus Rabies dan Korban Gigitan Hewan Penular Rabies di Wilayah Kerja BVET Bukittinggi Tahun 2013
Rina Hartini, Martheliza, Daniel Faizal, Erdi, Zurian Deby, Azrman
terinfeksi,
rabies.
Setelah
keperluan berburu.
inkubasi
waktu
antara
Masa
dan
sekunder
analisa
data
menggunakan sumber
data
Metode
Veteriner d e n g a n P r o g r a m I n f o l a b d a n p
e n g o l a h a n d a t a dilakukan menggunakan
Test/FAT) rabies.
25
akses
dari
rumah
korban
gigitan
anjing
ke
m a s i n g p ro p i n s i . D i P ro p i n s i R i a u d i p
Payakumbuh.
Diketahui bahwa tidak semua Hewan Penular
Rabies (HPR)
ya n g m e n g g i g i t d i p e r i
Tabel 1. Jumlah sampel rabies berdasarkan jenis hewan penular rabies tahun 2013
HASIL FAT RABIES
JENIS HEWAN
Anjing
Kera
Kucing
4
5
dan di
JUMLAH
106
(+)
90
(-)
16
39
23
16
Sapi
Kambing
Musang
Pukang
Jumlah
157
118
39
JUMLAH
(+)
(-)
45
37
Agam
Bukittinggi
Kota Solok
18
12
33
22
11
Padang
Padang Pariaman
Kota Pariaman
Pasaman Barat
10
Kota Payakumbuh
11
Pesisir Selatan
12
Kota Sawahlunto
13
Kota Solok
14
Tanah Datar
11
157
118
39
17
15
Propinsi Jambi
1
Sungai Penuh
Jumlah
Pasaman Barat
1 Kasus
Bukit Tinggi
4 Kasus
Lima
Puluh Koto
25 Kasus
Payakumbuh
8 Kasus
Tanah Datar
6 Kasus
Agam
30 Kasus
Sawah Lunto
1 Kasus
Pariaman
1 Kasus
Padang Panjang
1 Kasus
Kota Solok
11 Kasus
Padang
2 Kasus
Solok
1 Kasus
Tanjab Timur
1 Kasus
Pesisir Selatan
5 Kasus
Sungai Penuh
1 Kasus
17
20
0 RIAU
16
10
12
10
0 KEP. RIAU
10
5
96
SUMBAR
2
JAN
MEI JUN
JAMBI
JENIS HEWAN
JUMLAH
UMUR
JUMLAH
Anjing
90
0-9 th
51
Kucing
23
10-19 th
23
Musang
20-39 th
35
Kambing
40-59 th
30
Sapi
> 60 th
14
118
TD
65
Jumlah
BADAN TERGIGIT
JUMLAH
Badan
Kaki
69
Tangan
74
Wajah
TD
Jumlah
65
Tabel 6.
NO
KELAMIN
JUMLAH
Pria
91
Wanita
62
TD
sitergigit
dapat
dikelompokkan
berdasarkan u m u r. P a d a g a m b a r 3 d a p a t
d i l i h a t g a m b a r a n Persentase sitergigit HPR
Jumlah
rabies
158
berdasarkan
kelompok
umur
sitergigit
yang
menyatakan
bahwa
faktor
yang
ada
di
bagian-bagian
memudahkan penyebaran
tersebut
sehingga
anak mulai
mengalami
(anjing)
yang paling
rabies
Saran
Perlu kom itmen pemerintah dal
a m pemberantasan dan pengendalian rabies dalam
rangka
menekan
Kewaspadaan
kejadian
kasus
rabies.
perlu
kasus
Daftar Pustaka
ANONIMOUS, 1988. Pedoman teknis pelaksanaan
pembebasan rabies terpadu di Indonesia. Tim
Koordinasi Pemberantasan Rabies Tingkat
Pusat, Direktorat Jenderal Pete
r n a k a n , Departemen Pertanian.
BPPV Bukittinggi. Peta Penyakit Hewan Regional II
Propinsi Sumaterta Barat, Riau, Jambi dan
Kepulauan Riau Tahun 2013 No.409/2013,
BPPV Regional II Bukittinggi. 2013.
Departemen Kesehatan R.I. 2008. Pe
t u n j u k Pemberantasan Rabies
Indonesia.
di
Dirjen p e m b e r a n t a s a n p e
n y a k i t m e n u l a r d a n penyehatan
lingkungan.
Kesimpulan
Sampel otak yang diperiksakan rabies di BVET
Bukittinggi lebih dari 50% positif dengan HPR yang
paling sering adalah anjing. Korban gigitan anjing
rabies tinggi adalah kelompok umur 0-9 tahun dan
sitergigit terbanyak berjenis kelamin laki-laki. Lokasi
gigitan pada daerah kaki atau tubuh
b a g i a n bawahmerupakan lokasi gigitan yang paling
banyak terjadi. Risiko manusia untuk kontak atau
tergigit anjing akan meningkat sejalan dengan
seberapa sering kontak atau interaksi dengan anjing.
Abstrak
Telah terjadi kematian pedet milik BPTU X di Kabupaten Lima Puluh Kota. Pedet yang mati dikirim ke
Balai Veteriner Bukittinggi pada 16 Mei 2014. Setelah dilakukan bedah bangkai diketahui perubahannya
terjadi pembengkaan hati, ginjal, jantung serta paruparu. Selain terjadi pembekaan pada organ paru-paru juga
disertai pendarahan. Temuan lain yang menarik adalah terdapat material keras yang menyumbat retikulum,
pada usus terjadi timbunan gas dan terlihat pucat pada otot. Kematian pada ternak kebanyakan disebabkan
oleh penyakit, baik yang bersifat
infeksius maupun yang tidak infeksius, dan kematian pada hewan dapat
terjadi secara mendadak (akut) atau di dahului dengan menderita sakit yang berkepanjangan (kronis). Pada
kasus ini diduga terjadi obstruksi oleh Hair Ball pada saluran pencernakan yang menjadi penyebab kematian
pedet tersebut. Selain diagnosa Patologi Anatomi, dilakukan pula kultur bakteri dan pemeriksaan Histopatologi.
Kasus Hair Ball
ini penting untuk diketahui karena sering menjadi masalah di peternakan dan hal ini bisa
menjadi petunjuk bahwa ternak tersebut mengalami kekurangan zat tertentu dalam makanan atau ransumnya.
Pendahuluan
ini yang
biasa
dipersiapkan
untuk musim
kemarau. H i j a u a n i n i t e rg o l o n g j e n i s p a
Contoh
hijauan
segar
dikeringkan
dengan tujuan
agar
tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan
sebagainya.
dan lain
31
Kasus Kematian Pedet Akibat Obstruksi Hair Ball di Kabupaten Lima Puluh Kota
Katamtama, Dwi Inarsih, Herman, Azrman
spesies ternak.
Pada
pedet
sering
ditemukan
bolabola
dalam lambung.
karena
perbandingan
tertentu
dikenal
dengan
istilah
dalam
lambung
jilat bulunya
penyebab
pakan,
yaitu
penggembalaan
kematian
hairball
(21,71%),
lethargy
(Pasture F a t t e n i n g ) , K e r e m a n ( D r y L o t
a c a r a t e r s e b u t . C a r a penggembalaan
(to
ya n g p a l i n g s e d e r h a n a . M e to d e i n i
biasanya
dilakukan
di
daerah
yang
kebiasaan
telah
memakan bermacam- m a c a m j e n i s r u m p u t
. S e d a n g k a n p a d a m e t o d e kereman yaitu
mengkombinasikan
antara
metode
yang
pola
32
Kasus Kematian Pedet Akibat Obstruksi Hair Ball di Kabupaten Lima Puluh Kota
Katamtama, Dwi Inarsih, Herman, Azrman
Gambar 3. Usus
Zona nekrosa terlihat pada lambung ganda pedet
Anatomi
Gambar 4. Usus
Gambar 2. Abdomen
33
Kasus Kematian Pedet Akibat Obstruksi Hair Ball di Kabupaten Lima Puluh Kota
Katamtama, Dwi Inarsih, Herman, Azrman
Pembahasan Pemeriksaan
Patologi Anatomi
Jaringan pada umumnya nampak kurang cairan,
bagian usus yang mengalami obstruksi berwarna
pucat kebiruan. Sedang pada bagian usus yang
tergencet dijumpai kongesti, busung atau nekrose.
Tidak jarang a k i b a t p e m b e s a r a n y a n g s a n
g a t t e r s e b u t menyebabkan terjadi ruptur
dinding usus, sehingga ingesta dan darah ditemukan
Gambar 6. Organ Ginjal
s i k . Terhentinya pasase
tinja dan
ditemukannya
peritoneum pedet :
berakhir
dengan
kematian.
Kesulitan
Patogenesis
Variasi akibat dari kejadian suatu sumbatan
(obstruksi) tergantung pada bagian
usus yangmengalami penyumbatan d
a n m a c a m b a h a n penyumbatnya, kecuali
apabila
Gambar hair ball pada reticulum
obstruksi
tersebut
disebabkan
oleh
rasa sakit
karena
teregangnya
jaringan tersebut. Kondisi tersebut juga menyebabkan
34
Kasus Kematian Pedet Akibat Obstruksi Hair Ball di Kabupaten Lima Puluh Kota
Katamtama, Dwi Inarsih, Herman, Azrman
metabolis s e k u n d e r d a r i k u m a n y a n g s e l
a n j u t n y a
distensinya.
a k a n memperberat derajat
Selanjutnya
distensi
akan
osmose.
Karena
mengalami
kenaikan
berkurangnya
tekanan
pemasukan
air
mungkin
bisa
dicegah
dengan
memperbaiki m a n a j e m e n p e r k a n d a n g a n
d a n r a n s u m p a k a n . Kandang koloni untuk
pedet, memungkinkan terjadi kondisi pedet saling
menyusu.
Hal
ini
Daftar Pustaka
mengalir,
Se bra ng K e ninga u Sa ba h Ma la ys i
hingga
menyebabkan
pada
nekrobiose,
keadaan
yang
lanjut
akan
memudahkan
Terapi
Pertolongan dengan jalan operasi adalah cara
terbaik, meskipun tingkat kesembuhannya cukup
rendah. Pemberian obat-obatan pelicin pada kasus
hair ball tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Jika
fourth Edition,
Mosby Elsevier
Resang Prof. Dr A. A. DVM, MD, Patologi Khusus
a ) ; htt p://repository.ipb.ac
35
hhhhhhh
h h
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
hhhhhhhhh
Bu e n n o mas Keseha an Hewan Vo 16 No 88 Tahun 2014
I f r
l ti
l.
l i
Ba a Ve e ne Buk
ngg 2014
t ri
itti
36
Kementerian Pertanian
0752 - 28300
0752 - 28290
bppv2_bukittinggi@yahoo.co.id
infovetbppbbukittinggi@gmail.co
m
http://bvetbukittinggi.ditjennak.deptan.go.id