Anda di halaman 1dari 10

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat

kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buahbuahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia
biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi
kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini
berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu
bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini
tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang
normal untuk defisiensi tersebut.
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan
disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan
metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik.
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau
nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan
chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa
fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral maupun air. Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman
mengandung sejenis zat yang disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di
dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai
saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung
dalam makanan.
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan
yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan
bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini
berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu
bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat
ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu
yang normal untuk defisiensi tersebut.
Pada tahun tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang menjadi
suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia organik bahan alam dan biokimia
tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatiaanya ialah aneka ragam
senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur
kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya.
B. Klasifikasi Fitokimia
Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya sebagai berikut :
1. Fitokimia karotenoid
Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna kuning-jingga
seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli dan buah-buahan

berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga, tomat, nenas semangka arbei dll.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai
anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh.
2. Fitokimia fitosterol
Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar 5% dari
fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian mengungkapkan
fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker.
3. Fitokimia saponin
Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan. Penelitian
mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti mikroba, meningkatkan
system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol.
4. Fitokimia glukosinolat
Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan brokoli.
Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 30-60%. Termasuk dalam
glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an
menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan
kolesterol.
5. Fitokimia polifenol
Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau seperti
salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan polifenol
dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti
inflamasi. Termasuk polifenol adalah asam fenol dan flavonoid
6. Fitokimia inhibitor protease
Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada biji-bijian
dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja enzim dalam system
pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan mengatur kadar gula
darah.
7. Fitokimia monoterpen
Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti mentol
(peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat
mencegah kanker dan anti oksidan.
8. Fitokimia fitoestrogen
Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei seperti tempe,
tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen
terdiri dari isoflavonoid dan lignan.

Menurut para ahli isoflavonoid akan menempel pada sel tumor sehingga sel kanker
tidak mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat sebagai anti kanker, dan menurut
penelitian, orang yang banyak mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah menderita kanker
payudara dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe banyak mengandung
isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin, asam fitat dan inhibitotr protease.
Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai estrogen ini memperlambat berkurangnya
massa tulang yang berakibat terjadinya keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan
tempe sangat cocok untuk wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat menurunkan
kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL kolesterol (kolesterol baik).
9. Fitokimia sulfida
Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai, bawang merah
dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih adalah dialil sulfida (allicin).
Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker, anti oksidan, anti mikroba,
meningkatkan daya tahan, anti radang, mengatur tekanan darah dan menurunkan kolesterol.
10. Fitokimia asam fitat
Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai anti
oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah.
C. Penggunaan Fitokimia
1. Umum
Sekarang prosedur fitokimia telah mempunyai peranan yang mapan dalam semua
cabang ilmu tumbuhan, walaupun sebelumnya tidaklah selalu demikian . meskipun cara ini
sudah jelas penting dalam semua telaah kimia dan biokimia, penggunaannya dalam
lingkungan biologi yang lebih ketat baru dalam dua dasawarsa terakhir ini saja. Dalam
disiplin ilmu yang tampaknya jauh dari laboratorium kimiapun, seperti sistematika,
fitogeografi, ekologi dan poleobotani, cara fitokimia telah menjadi penting untuk
memecahkan jenis masalah tertentu. Tidak dapat diragukan lagi, cara fitokimia ini akan
makin banyak digunakan dalam semua bidang tersebut di masa mendatang.
2. Fisiologi tumbuhan
Sumbangan utama telaah fitokimia kepada fisiologi tumbuhan yang tak dapat
diragukan lagi ialah pada penentuan struktur, asal-usul biosintesis, dan ragam kerja hormon
tumbuhan alam. Sebagai hasil kerjasama yang terus menerus antara fisiologiwan dan
fitokimiawan selama tahun-tahun belakangan ini sekarang telah dikenal lima golongan
pengatur tumbuh: auksin, sitokinin, absisin, giberclin, dan etilena. Salah satu segi istimewa
pada hormon golongan giberelin ialah besarnya jumlah struktur yang di ketahui (lebih dari
60), dan rupanya semuanya mempunyai jangka sifat pengatur tumbuh yang serupa.
3. Patologi tumbuhan
Cara fitokimia penting bagi patologiwan, terutama untuk menentukan cirri atau sifat
kimia dari fitotoksin (hasil sintesis mikroba yang terbentuk dalam tumbuhan tingkat tinggi
bila tumbuhan tersebut diserang bacteria atau fungi) dan fitoeleksin (hasil

metabolisme tumbuhan tingkat tinggi yang dibentuk sebagai jawaban terhadap serangan
mikroba). Berbagai jenis struktur kimia yang berlainan terlibat dalam kedua hal tersebut.
Fitotoksin yang paling dikenal ialah likomarasmin dan asam fusarat, yaitu turunan asam
amino yang merupakan senyawa pelayu pada tomat. Toksin lain yang telah diisolasi ialah
glikopep-tida, naftokuinon, atau seskuiterpenoid. Secara kimia beberapa fitotoksin labil
sehingga diperlukan tindakan pencegahan khusus selama isolasi dan identifikasinya.
Demikian pula fitoaleksin mempunyai struktur yang berbeda-beda, bergantung pada sumber
tumbuhan.
Fitoaleksin dapat berupa seskuiterpenoid (risitin dari Solanum tuberosum), isoflavonoid (pisatin dari Pisum sativum), asetilena (asam wieron dari Vicia
faba), atau senyawa fenol (orkinol dari Orchis militaris). Senyawa pra-infeksi (kandungan
sekunder alam), oleh beberapa patologiwan tumbuhan, dianggap penting sebagai penyebab
ketahan-an tumbuhan terhadap penyakit. Senyawa yang diduga terlibat.di dalamnya ialah
senyawa fenol, seperti floridzin dalam apel dan tanin dalam frambus.
4. Ekologi tumbuhan
Dua bidang penelitian ekologi yang mementingkan kandungan tum-buhan sekunder
ialah antaraksi tumbuhan-hewan dan antaraksi tum-buhan-tumbuhan. Masalah analitik pada
kedua bidang tersebut sulit karena jumlah bahan biologi yang tersedia bagi fitokimiawan
sangat terbatas. Misalnya, dalam mengikuti nasib senyawa sekunder pada peristiwa
pemakanan daun oleh serangga diperlukan telaah berbagai organ serangga untuk memeriksa
tempat penyimpanan senyawa tersebut; telaah demikian itu sering kali rumit dan makan
banyak waktu.
Senyawa yang sampai sekarang terutama diketahui terlibat dalam antaraksi tumbuhanhewan ialah alkaloid dan glikosida jantung, glikosida minyak mostar, sianogen, steroid, atau
terpena atsiri. Senyawa tumbuhan dapat berlaku sebagai penarik atau penolak makan,
mempunyai pengaruh hormon pada serangga, atau memper-lengkapi serangga dengan
mekanisme perluhanan yang berguna terhadap hewan pemakan serangga (Harborne, 1982).
Antaraksi tumbuhan-tumbuhan melibatkan senyawa alelopati, yaitu senyawa yang
dikeluarkan oleh suatu tumbuhan dari akar atuu daun-nya untuk mencegah tumbuhnya jenis
tumbuhan lain di sekitarnya. senyawa tersebut berupa terpena atsiri (misalnya sineol) atau
asam fenolat sederhana, bergantung pada tempat tumbuhnya, apakah di daerah beriklim
semitropik atau sedang. Telaah fitokimia alelopati mungkin sulit karena memerlukan
penentuan senyawa pada ekstrak daun utuh, pelepasan senyawa dari daun, dan juga cuplikan
tanah. Kemungkinan perubahan senyawa aktif dengan cepat dalam tanah juga menyulitkan
telaah dalam bidang ini. Segi terapan penelitian antaraksi tumbuhan-hewan antara lain
pengendalian gangguan serangga terhadap tumbuhan pertanian dengan pestisida alam atau
buatan. Telaah fitokimia mungkin diperlukan untuk melacak nasib pestisida tersebut di
lingkungannya.
5. Paleobotani
Fitokimia baru belakangan ini saja digunakan untuk menelaah tum-buhan fosil, namun
tak dapat disangsikan lagi bahwa peranannya akan meningkat, misalnya dalam menguji
berbagai hipotesis mengenai asal-usul awal tumbuhan darat. Beberapa hasil fitokimia yang
telah dicapai sekarang antara lain identifikasi pigmen klorofil yang telah terurai sebagian

dalam endapan lignit yang berumur 50 juta tahun, identifikasi karbohidral dalam tumbuhan
zaman palcozoikum yang berumur 250400 juta tahun, dan idendfikasi hidrokarbon dalam
Equisetum yang hidup pada zaman triasikum, berumur 200 juta tahun. Pada penguraian
menghasilkan asam lemak dan asam fenolat yang dapat dikenali.
6. Genetika tumbuhan
Pada masa lampau sumbangan fitokimia kepada genetika tumbuhan tinggi ialah
sebagai sarana untuk mengidentifikasi antosianin, flavon, dan pigmen karotenoid yang
terdapat dalam genotipe warna yang berbeda pada tumbuhan kebun. Hasilnya telah
menunjukkan bahwa pengaruh biokimia gen ini mempunyai dasar yang sederhana dan telah
menunjukkan kemungkinan alur pembuatan pigmen dalam organisme tersebut. Senyawa
keturunan lainnya dalam tumbuhan (alkaloid, terpena, dan sebagainya) telah berhasil dipetakan juga dengan telaah fitokimia.
Sumbangan fitokimia yang lebih haru kepada genetika ialah identi-fikasi tumbuhan
hibrida dan pencntuan asal-usul induknya dengan cara kimia. Fitokimia pun telah mendapat
pengakuan yang meningkat sebagai sarana yang berguna, bersama-sama dengan sitologi,
pada analisis variasi genetika dalam populasi tumbuhan.
7. Sistematika tumbuhan
Salah satu bidang yang paling cepat berkembang dalam fitokimia pada saat ini ialah
disiplin hibrida antara kimia dan taksonomi, yang di-kenal sebagai sistematika biokimia atau
kemotaksonomi. Pada dasar-nya, kemotaksonomi ialah telaah kimia dalam kelompok
tumbuhan yang terbatas, tcrutama mengenai kandungan sekundemya, dan juga makromolekul
serta penggunaan data yang diperoleh untuk menggolongkan tumbuhan.
Boleh jadi golongan senyawa yang paling bermanfaat untuk telaah yang demikian itu
ialah flavonoid. Telaah mengenai banyak senyawa lain (khususnya alkaloid, asam ammo
nonprotein, terpena, dan senynwa belerang) telah menghasilkan juga inlormasi baru yang
berguna untuk taksonomi. Cara yang teliti itu penting, baik pada penjaringan pendahuluan
tumbuhan maupun pada analisis komponennya yang lebih terinci. Analisis kimia urutan asam
amino protein tumbuhan juga telah dimanfaatkan sehubungan dengan masalah sis-Irmatika
pada tingkat penggolongan tumbuhan yang lebih tinggi. Telah diperoleh hasil mengenai
sitokrom C, plastosianin, dan fere-doksin; pengurutan asam nukleat tumbuhan telah
menghasilkan juga data yang penting untuk taksonomi.
8. Bidang Kesehatan
Prof. Bernhard Watzl dari Institute of Nutritional Physiology (FRCN) Karlshure,
Jerman menyatakan bahwa fito-kimia terdiri dari karotenoid, fito- sterol, saponin,
glucosinlates, polifenol, protease inhibitors, monoterpen, dan fito-estrogen sulfid. Fito-kimia
memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu bagi tanaman dalam berintegrasi dengan
lingkungan, dan salah satu yang menyebabkan manusia memilihnya. Sebagai komponen
bioaktif, fito-kimia memberi dampak faali, metabolisme secara endogen dan eksogen melalui
berbagai mekanisme reaksi tubuh.
Fito-kimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat pertumbuhan kanker,
sebagai antioksidan, mempunyai ifat menghambat pertumbuhan mikroba,menurunkan

kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek
peningkatan kekebalan. Dari sekitar 30.000 fito-kimia yang sudah diketahui sekarang,
sebanyak 5.000- 10.000 terdapat dalam bahan pangan. Dan hampir 400.000 jenis tanaman
mengandung fito-kimia. Bagi mereka yang senang atau doyan buah-buahan, sayur-sayuran
serta biji-bijian, dalam seharinya sudah mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fitokimia. Bagi
vegetarian tentu lebih tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan sayuran berasal
dari senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopi berasal dari senyawa fito-kimia.
D.Uji fitokimia
Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan golongan senyawa aktif dari ekstrak tumbuhan.
Uji fitokimia yang sering dilakukan yaitu uji polifenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid, steroid,
saponim dan flavonoid.
a. Uji polifenol
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3. Hasil positif ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi biru-hitam.
b. Uji kuinon
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan NaOH 2N. Hasil positif ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi merah.
c. Uji alkaloid
Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan kemudian dikocok. Larutan
didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas) diteteskan
pada pelat tetes dan diuji dengan reagenWagner (kalium tetraidomerkurat) dan reagen
Dragendorff (kalium tetraidobismutat). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan
coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen Wagner.
d. Uji triterpenoid, steroid dan saponim
Ekstrak diuapkan, ditambah kloroform dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang stabil
selama 30 menit menandakan adanya saponim dalam Ekstrak. Ekstrak yang sudah ditambah
dengan kloroform, ditambah dengan asam klrida 2N kemudian disaring. Lapisan atas diuji
dengan reagen Liebemann Bucchard. Hasil positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya
warna merah. Sedangkan hasil positif steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau-biru.
e. Uji flavonoid
Ekstrak diuji dengan tiga jenis ereaksi yang berbeda yaitu NaOH, asam sulfat pekat dan MgHCL. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pereaksi disesuaikan dengan tabel
reaksi warna flavonoid
E. Manfaat dan Sumber Pangan Fitokimia
Secara garis besar, peranan dan manfaat fitokimia dapat disederhanakan menjadi
beberapa manfaat penting, diantaranya :

1. Bersifat Antikanker
Para ahli percaya bahwa sayur, buah dan biji-bijian dapat mencegah timbulnya kanker
dan menurunkan risiko terjadinya tumor. Setelah diteliti lebih jauh ternyata komponen yang
ada dalam bahan pangan nabati itu adalah vitamin, mineral, serat dan fito-kimia. Untuk itu
salah satu pusat penelitian kanker di Amerika yaitu National Cancer Institute dan European
School of Oncology Task Force on Diet, Nutrition and Cancer merekomendasikan untuk
mengkonsumsi buah dan sayuran yang cukup untuk mencegah terjadinya penyakit kanker.
Fito-kimia sudah terbukti dapat mencegah timbulnya kanker kolon, payudara dan usus dan
lambung. Isoflavon yang banyak terdapat pada kedelai, ginseng, buah dan sayur dapat
menurunkan risiko mendapatkan kanker payudara. Senyawa fenolik kurkumin dari kunyit
dan polifenol katekhin dari teh bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus. Fitoestrogen selain diduga dapat menunda menopause pada wanita, juga sangat ampuh dalam
mencegah kanker.
Tripsin inhibitor yang selama ini diduga dapat menurunkan penyerapan protein,
ternyata dapat mencegah timbulnya kanker. Bowman-Birk Inhibitor (BBI) merupakan salah
satu tripsin inhibitor yang terdapat dalam kedelai, dapat mencegah terjadinya kanker kolon
dan hati. Dilaporkan bahwa hanya BBI yang dapat mencegah terjadinya kanker dan tidak
untuk jenis inhibitor lainnya.
2. Sebagai Antioksidan
Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan antioksidan.
Keadaan stress oksidatif sebetulnya dapat diinduksi oleh berbagai faktor, antara lain adalah
kurangnya antioksidan atau kelebihan produksi radikal bebas. Radikal bebas sebetulnya
diproduksi secara fisiologis oleh sel sebagai konsekuensi logis pada reaksi biokimia dalam
kehidupan aerobik . Namun, jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan seluler
tetap jumlahnya atau lebih sedikit, maka kelebihan radikal bebas ini tidak bisa dinetralkan
dan akan berakibat pada kerusakan sel itu sendiri. Kondisi stres oksidatif yang berakibat pada
kerusakan sel, dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan, dan bisa
menimbulkan penyakit jantung, kanker dan diabetes mellitus.
Fito-kimia yang bersifat antioksidan aktif adalah karotenoid, polifenol, fito-estrogen,
inhibitor-protease dan sulfida. Karotenoid seperti lycopene dan canthaxanthin, adalah jenis
antioksidan yang punya kemampuan tinggi dalam memproteksi oksidasi yang disebabkan
oleh radikal bebas. Sedangkan polifenol dikenal sebagai antioksidan tanaman yang sangat
superior. Polifenol dari anggur merah dan flavanol quercentin adalah fito-kimia yang sukses
mencegah oksidasi LDL (low density lipoprotein) dan kolesterol, sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit kronis.
3. Menurunkan Kolesterol
Kolesterol rendah merupakan idaman setiap orang, karena kadar kolesterol darah yang
tinggi merupakan salah satu pencetus penyakit jantung. Beberapa fitokimia yang tercatat
dapat menurunkan kadar kolesterol secara nyata adalah saponin, fito-sterol, sulfida dan
tokotrienol. Bahkan bukan hanya kolesterol total yang dapat diturunkan, kadar lemak darah
juga dapat diturunkan.

Fito-kimia menggunakan dua kunci dalam menurunkan kolesterol darah. Pertama,


senyawa fitokimia saponin dan fito-sterol bisa menurunkan tingkat absorpsi kolesterol dan
meningkatkan ekskresi, sehingga secara langsung dapat mengurangi kolesterol
yang masuk ke dalam tubuh. Fito-kimia tokotrienol dapat menghambat kerja enzim pada
metabolisme kolesterol hati. Sangat banyak literatur yang membuktikan fitokimia bisa
menurunkan kolesterol secara efektif. Informasi terakhir melaporkan, fitokimia bisa
menurunkan tekanan darah, kadar glukosa, dan menghambat proses peradangan..
Fitokimia, senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker
juga penyakit jantung. Zat alamiah ini hanya bisa didapatkan dari sayur-sayuran dan buahbuahan. Buah-buahan, selain enak dan menyehatkan, juga melimpahkan sepanjang tahun.
Pisang, pepaya, apel, jeruk, alpukat, mangga, semangka, salak, sawo, anggur dan beberapa
buah lainnya dapat dijumpai dengan mudah di pasar maupun supermarket. Buah-buahan dan
sayuran ini selain terjangkau harganya, juga sangat kaya akan nutrisi.
Sayuran, padi-padian dan buah-buahan merupakan sumber utama zat fitokimia. Sebabnya,
dalam satu jenis tumbuhan, bisa terdapat puluhan bahkan ratusan zat fitokimia yang berguna
bagi kesehatan tubuh ini. Ada beberapa fitokimia yang sudah diketahui terdapat di dalam
sayuran dan buah-buahan, antara lain sebagai berikut.
Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen pemberi warna pada buah dan sayuran. Karotenoid ini bermanfaat
mencegah serangan jantung, stroke, kebutaan, beberapa jenis kanker dan memperlambat
penuaan.
Beta Karoten
Fungsi dari beta karoten ini hampir sama dengan karotenoid. Beta karoten terdapat pada buah
dan sayur berwarna kuning seperti mangga, pepaya, wortel, labu dan juga pada sayuran hijau.
Lutein
Lutein ini sangat berguna untuk kesehatan mata. Bayam adalah jenis sayuran yang paling
banyak mengandung lutein. Sumber lutein lainnya adalah selada, kiwi dan brokoli.
Likopen
Likopen berfungsi mencegah serangan jantung dan kanker prostat. Likopen terdapat pada
buah dan sayuran berwarna merah seperti tomat, paprika merah, semangka dan wortel.
Zeaxanthin
Zeaxanthin ini mencegah degenerasi molecular dan kanker. Zeaxanthin terdapat pada jagung
dan bayam.
Flavonoid

Flavonoid merupakan anti oksidan yang menetralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel
tubuh kita. Radikal bebas dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung dan penuaan dini.
Flavonoid dapat ditemukan pada jeruk, kiwi, apel, anggur merah, brokoli dan the hijau.
Resveratrol
Resveratrol mencegah penyakit jantung, kanker, penyumbatan darah dan stroke. Resveratrol
terdapat pada anggur merah dan jus anggur merah.
Quersetin
Quersetin mengurangi peradangan akibat alergi, menghambat pertumbuhan kanker di kepala,
leher dan melindungi paru-paru dari efek polutan. Quersetin terdapat pada apel, pear, anggur,
selada, brokoli, teh hijau dan anggur merah.
Hesperidin
Hesperidin dapat melindungi tubuh dari serangan jantung. Hesperidin bisa dijumpai pada
kelompok buah jeruk.
Tangeritin
Tangeritin dapat mencegah kanker di kepala dan di leher. Tangeritin terdapat pada buah jeruk
dan jusnya.
Antosianin
Antosianin mencegah penggumpalan darah, bahkan stroke. Antosianin terdapat pada buah
strawberry, kiwi dan plum.
Sulforafen
Sulforafen berfungsi mencegah resiko kanker usus besar. Sulforafen terdapat pada sayuran
crucifera seperti kembang kol, brokoli, kubis dan bokchoy.
Limonen
Limonen ada fitokimia yang ditemukan pada bagian kulit dan selaput putih buah dalam
kelompok jeruk seperti jeruk orange, mandarin, limau, lemon, jeruk nipis. Limonen
melindungi paru-paru dan menurunkan resiko beberapa jenis kanker.
Asam ellagat
Asam ellagat adalah senyawa fenolat yang bisa menurunkan resiko beberapa jenis kanker dan
menurunkan kadar kolesterol. Asam ellagat dijumpai pada anggur merah, kiwi dan
strawberry. (yz)
Tentang iklan-iklan ini

Share this:

Twitter

Facebook

Komentar

1.

Maria mengatakan:
Maret 27, 2013 pukul 3:37 pm
good thanks for ur posting
Balas

Berikan Balasan

MINERAL ZAT GIZI MIKRO


Blog di WordPress.com. | Tema Greyzed.
Ikuti

Ikuti tasbihgenzo adventure


Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai