Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh ...


Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya
bisa menyelesaikan tugas mata kuliah Geografi Mobilitas Penduduk.Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata pelajaran Geografi.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca,siswa/siswi dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh ...

Penyusun

Nuri Fadilah

13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku kelahiran dan kematian berbeda dengan mobilitas penduduk. Angka
kelahiran dn kematian pada periode waktu tertentu mempunyai sifat-sifat tidak stabil atau
stabil. Sebagai contoh pada tahun 1993 di Indonesia tingkat kelahiran kasar dan tingkat
kematian kasar masing-masing besarnya 24,1 dan 7,8 per 1000 penduduk pertengahan
tahun. Angka-angka ini besanya tidak berubah sampai akhir tahun 1995. Tetapi untuk
mobilitas penduduk tidak ada sifat keteraturan atau keajegan seperti angka kelahiran dan
kematian.
Berdasarkan sifat-sifat seperti tersebut di atas, proyeksi penduduk tidak mengikut
sertakan komponen mobilitas penduduk. Apabila ada yang

mengikutsertakan dalam

proyeksi penduduk, mereka mengasumsikan volume dan arah mobilitas penduduk di suatu
wilayah mengikuti rata-rata dari pola yang terjadi beberapa tahun.
Dalam perencanaan pembangunan, data mengenai ketenagakerjaan memegang
peran penting. Tanpa data tersebut tidaklah mungkin program pembangunan direncanakan
dan di laksanakan. Makin lengkap dan tepat data mengenai ketenagakerjaan yang tersedia
makin mudah dan tepat rencana pembangunan ini di susun.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan mobilitas penduduk dan bagaimana ruang lingkupnya?
Ada berapa macam mobilitas penduduk?
Faktor apa yang mempengaruhi proses mobilitas?
Bagaimana prilaku mobilitas penduduk?
Cara apa untuk mendata mobilitas penduduk?

1.3 Tujuan
Dalam membahas materi ini yaitu mobilitas penduduk dan ketenagakerjaan memiliki
beberapa tujuan, yaitu :
1. Dapat mendefinisikan pengertian dan ruang lingkup mobilitas penduduk.
2. Dapat memahami macam-macam atau bentuk-bentuk mobilitas penduduk.
13

3. Agar dapat mengetahui faktor terjadinya mobilitas penduduk.


4. Dapat mengerti bagaimana para prilaku mobilitas penduduk.
5. Memahami cara dalam mendata mobilitas penduduk

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Mobolitas Penduduk
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu daerah
ke daerah lain. Baik untuk sementara maupun untuk jangka waktu yang lama atau menetap
seperti mobilitas ulang-alik (komunitas) dan migrasi.
Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat
yang lain. Mobilitas yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain.
Mobilitas dibedakan menjadi 2 yaitu; mobilitas non permanent (tidak tetap) dan mobilityas
tetap (tetap). Apabila perpindahan bertujuan untuk menetap di daerah tujuan maka disebut
migrasi. Jadi migrasi artinya perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainuntuk
menetap. Jenis-jenis mobilitas permanent:
13

a. Urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota


b. Transmisi yaitu perpindahan perpindahan penduduk dari pulau yang padat ke pulau
yang kurang padat penduduknya. Transmigrasi diatur oleh pemerintah.
c. Migrasi yaitu masuknya penduduk dari satu Negara ke Negara lain.
d. Emigrasi yaitu keluarnya penduduk suatu negara untuk masuk ke negara lain.
e. Remigrasi yaitu kembalinya penduduk ke negara asalnya.
Mobiliats penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikan dan
mobilitas penduduk horinzontal. Mobiliats penduduk vertical sering disebut dengan
perubahan status, atau perpindahan dari cara-cara hidup tradisional ke cara-cara hidup yang
lebih modern. Dan salah satu contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang
mula-mula bekerja dalam sector pertanian sekarang bekerja dalam sector non pertanian.
Mobilitas penduduk horizontal atau sering pula disebut dengan mobilitas penduduk
geografis adalah gerak (movement) penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke
wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu (mantra, 1987), atau dengan kata lain
perpindahan penduduk dari satu lapangan hidup ke lapangan hidup yang lain. Penggunaan
batas wilayah dan waktu untuk indicator mobilitas penduduk horizontal ini mengikuti
paradigma ilmu geografi yang berdasarkan konsepnya atas wilayah dan waktu (space and
time concept).
Batas wilayah umumnya digunakan batas administrates, misalnya propinsi,
kabupaten, kecamatan, kelurahan, pendukuhan (dusun). Naim (1979) dalam penelitiannya
mengenai mobilitas penduduk suku Minagkabau menggunakan batas budaya Minang
sebagai batas wilayah.
Hingga kini belum ada kesempatan diantara para ahli dalam menentukan batas
wilayah dan waktu tersebut. Hal ini sangat bergantung kepada luas cakupan wilayah
penelitian oleh setiap peneliti. Sebagai contoh, Badan Pusat Statistik (BPS) dalam
melaksanakan Sensus Penduduk di Indonesia menggunakan batas propinsi sebagai batas
wilayah, sedangkan batas waktu digunakan enam bulan atau lebih. Jadi, menurut definisi
yang dibuat oleh BPS, seseorang disebut migrant apabila orang tersebut bergerak melintasi
batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan dapat pula seseorang disebut migrant walau
berada di propinsi tujuan kurang dari enam bulan tetapi orang tersebut berniat tinggal
menetap atau tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.

13

Mantra (1978) dalam penelitiannya mengenai mobilitas penduduk non permanent


disebuah dukuh di Bantul menggunakan dukuh sebagai satuan wilayah dan batas waktu
yang digunakan untuk meninggalkan dukuh asal enam jam atau lebih. Batas enam jam
diambil karena seseorang yang bepergian menginggalkan dukuh asal keperluan tertentu dan
bepergiannya dipersiapkan terlebih dahulu, dan lamanya menginggalkan dukuh minimal
enam jam. Alasannya lain pengambilan batas enam jam ialah untuk menjaring orang-orang
yang melakukan mobilitas ulang alik atau communiting.
Akibat belum adanya kesepakan diantara para ahli mobilitas penduduk mengenai
ukuran batas wilayah dan waktu ini hasil penelitian mengenai mobilitas penduduk diantara
peneliti tidak dapat diperbandingkan. Mengingat bahwa skala penelitian itu bervariasi antara
peneliti yang satu dengan peneliti lain, sulit bgai peneliti mobilitas penduduk untuk
menggunakan batas wilayah dan waktu yang baku (standard). Misalnya, apabila wilayah
penelitian itu desa, tidak mungkin menggunakan batas propinsi sebagai batas wilayah dan
meninggalkan daerah asal 6 bulan atau lebih sebagai batas waktu. Jadi, ada baiknya tidak
ada batas waktu baku untuk batas wilayah dan waktu penelitian mobilitas penduduk. Sudah
tentu bahwa makin sempit batasan ruang da waktu yang digunakan, makin banyak terjadi
gerak penduduk antara wilayah tersebut.
Kalau dilihat ada tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas
penduduk dapat pula dibagi dua, yaitu mobilitas penduduk permanent atau migrasi dan
mobilitas penduduk non permanent. Jadi, migrasi adalah gerak penduduk yang melintas
batas wilayah asal menuju ke wilayah lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan.
Sebaliknya, mobilitas penduduk non permanent ialah gerak penduduk dari suatau wilayah
ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang
menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud tidak menetap di daerah tujuan.,
orang tersebut digolongkan sebagai pelaku mobilitas non permanent walaupun bertempat
tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu lama (steele, 1983).
Contoh yang baik dalam hal ini ialah mobilitas penduduk orang Minang yang
melintas batas budaya Minagkabau menuju ke daerah lain. Walaupun berada di daerah
tujuan selama puluhan tahun, mareka dikategorikan sebagai migrant nonpermanent karena
tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Gerak penduduk orang Minang ini disebut
dengan merantau. Sayang, banyak para migrant tidak dapat memberikan ketegasan apakah
13

mereka ada niatan menetap di daerah tujuan atau tidak pada saat melakukan mobilitas yang
pertama kali. Sering niatan tersebut berubah setelah pelaku mobilitas tinggal di daerah
tujuan niata tersebut dalam jangka waktu relative lama.
Pada umumnya penduduk yang melakukan mobilitas ingin kembali ke daerah asal
secepatnya sehingga kalau dibandingkan frekuensi penduduk ulang alik terbesar disusul
oleh menginap/mondok dan migrasi. Secara operasional, macam-macam bentuk mobilitas
penduduk tersebut diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu. Misalnya mobilitas ulang
alik, konsep waktunya diukur dengan enam jam atau lebih meninggalkan daerah asal dan
kembali pada hari yang sama; menginap/mondok diukur dari lamanya meninggalkan daerah
asal lebih dari satu hari. Tetapi kurang dari enam bulan, sedangkan mobilitas permanent
diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang
sudah sejak semula berniat menetap di daerah tujuan seperti seorang istri yang berpindah ke
tempat suami.

2.2 Bentuk-bentuk Mobilitas Penduduk


Mobilisasi penduduk dibedakan menjadi dua yaitu: mobilisasi penduduk vertikal dan
mobilisasi horizontal atau geografis. Mobilisasi penduduk vertikal merupakan perubahan
sosial ekonomi dari penduduk. Mobilisasi penduduk horizontal meliputi semua gerakan
penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu (propinsi, kabupaten, kecamatan,
kelurahan ) dalam waktu tertentu. Mobilisasi horizontal dapat dibedakan antara lain:
1.

Mobilisasi permanen; disebut juga migrasi, yaitu: perpindahan penduduk dari suatu
wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Dipandang
dari kepadatan arus lalulintas, mobilisasi penduduk permanen menguntungkan. Tetapi
di pandang dari segi lain mobilisasi permanen akan merugikan, terutama mobilisasi
dari desa ke kota.

2. Mobilisasi non permanen (sirkuler), yaitu gerakan penduduk dari suatu wilayah ke
wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di wilayah tersebut.
Jenis-jenis mobilitas permanen (migrasi):
a. Urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.

13

b. Transmigrasi yatiu perpindahan penduduk dari pulau yang padat ke pulau yang
kurang padat penduduknya. Transmigrasi diatur oleh pemerintah.
c. Imigrasi yaitu masuknya penduduk dari satu negara ke negara lain.
d. Emigrasi yaitu keluarnya penduduk suatu negara untuk masuk ke negara lain.
e. Remigrasi yaitu kembalinya penduduk ke negara asalnya.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas Penduduk


Faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk antara lain :
1. Faktor dari daerah asal yang disebut faktor pendorong seperti adanya bencana alam,
panen yang gagal, lapangan kerja terbatas, kemanan terganggu, kurangnya sarana
pendidikan.
2. Faktor yang ada di daerah tujuan yang disebut faktor penarik seperti tersedianya
lapangan kerja, upah tinggi, tersedia sarana pendidikan, kesehatan dan hiburan.
3. Faktor yang terletak di antara daerah asal dan daerah tujuan yang disebut penghalang.
Yang termasuk faktor ini misalnya jarak, jenis alat transport dan biaya transport. Jarak
yang tidak jauh dan mudahnya transportasi mendorong mobilitas penduduk.
4. Faktor yang terdapat pada diri seseorang disebut faktor individu. Faktor ini sangat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan mobilitas atau tidak. Contoh
faktor individu ini antara lain umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.

2.4 Perilaku Mobilitas Penduduk


Perilaku nmobilitas penduduk oleh Ravenstain disebut dengan hukum-hukum migrasi
sebagai berikut:
Para migrant cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan.
a. Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigran adalah
situasinya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh
pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan.
b. Daerah tujuan mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place utility) lebih tinggi
disbanding dengan daerah asal.
c. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah lain
merupakan informasi yang sangat penting bagi orang-orang yang ingin bermigrasi.
d. Informasi negative dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk (migrant potensial)
untuk bermigrasi.
e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besat tingkat
mobilitasnya.
f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frukuensi mobilitasnya.
13

g. Para migrant cenderung memilih daerah tempat teman atau sanak saudara bertempat
tinggal di daerah tujuan. Jadi arah dan arus mobilitas penduduk menuju ke arah asal
datangnya informasi.
Pola migrant bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit diperkirakan. Hal
ini karena bnyak dipegaruhi oleh kejadian yang mendadak seperti bencana alam,
peperangan atau epodemi. Penduduk yang amsih muda dan belum kawin lebih banyak
melakkan mobilitas dari pada mereka yang berstatus kawin. Penduduk yang berpendidikan
tinggi biasanya lebih banyak melaksanakan mobilitas dari pada yang berpendidikan
rendah. Setelah para pelaku mobilitas sampai di daerah tujuan (terutama di kota) beberapa
perilaku mereka (terutama sikap mereka terhadap masyarakat kota) dapat dipostulasikan
sebagai berikut:
Pada mulanya para pelaku mobilitas memilih daerah tujuan dimana teman atau
sanak saudara bertempat tinggal di daerah tersebut. Pada masa penyesuaian diri di kota,
para migrant terdahulu membantu mereka dalam menyediakan tempat menginap,
membatu mencari pekerjaan, dan membantu bila kekurangan uang, dan lain-lain.
Kepuasan terhadap kehidupan di masyarakat baru tergantung pada hubungan social para
pelaku hubungan social para pelaku mobilitas dengan masyarakat tersebut. Kepuasan
terhadap kehidupan di kota tergantung pada kemampuan perseorangan untuk mendapatkan
pekerjaan dan adanya kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang. Setelah
menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, para pelaku mobilitas pindah ke tempat tinggal
dan memilih daerah tempat tinggal dipengrahi oleh daerah tempat bekerja. Keinginan
untuk kembali ke daerah asal adalah fungsi kepuasan mereka dengan kehidupan di kota.
Mereka tidak enggan bertempat tinggal pada tempat dengan kondisi yang serba kurang
asal dapat memperoleh kesempatan ekonomi yang tinggi.
Kehidupan masyarakat di kota adalah sedemikian rupa; hal ini menyebabkan para
migrant cepat belajar untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Perilaku migrant
adalah perilaku diantara orang kota dan orang desa. Walaupun seorang migrant telah
bertempat tinggal di daerah asal (umumnya tempat kelahiran) tetap enjadi home yang
pertama dan tinggal di daerah lain sebagai home yang ke dua. Jadi seorang migrant
adalah bi local population.

13

2.5 Sumber Data Mobilitas Penduduk dan Analisis


Pada umumnya ada tida sumber data mobilitas penduduk yaitu: Sensus penduduk,
registrasi penduduk dan survey penduduk. Data kependudukan yang didapat dari hasil
registrasi penduduk kurang dapat dipercaya. Misalnya penduduk yang meninggalkan
desanya seharusnya melapor kepergiannya kepada kepalada desa, tepai karena letak kantor
desa jauh dari tempat tinggal orang tersebut, ia tidak melaporkan kepergiannya. Disamping
itu dengan membaiknya situasi keamanan, para petugas keamanan tidak pernah menanyakan
surat keterangan jalan bagi yang bepergian, begitu pula bagi yangdatang di suatu daerah.
Diantara ketiga sumber data mobilitas penduduk data yang didapat dari sensus
penduduk dan survey penduduk yang paling lengkap, hanya kelemahannya data yang
didapat dari sensus penduduk hanya meliputi mobilitas penduduk yang bersifat permanent
saja. Dan hasil registrasi penduduk dan survey penduduk diperoleh data baik mobilitass
permanent maupun nonpermanent, hanya kelemahannya tidak semua mobilitas penduduk
dapat dicatat. Sumber data penduduk beserta permasalahannya:
1. Sensus Penduduk
Di Indonesia pelaksanaan sensus penduduk sebelum tahun 2000 dinagi menjadi
dua yaitu sensus lengkap dan sensus sample. Sensus lengkap adalah pencacahan seluruh
penduduk dengan responden kepala rumah tangga. Responden ini memberikan informasi
mengenai karateristik demografi anggota rumah tangganya. Pertanyaan yang diajukan
sangat sederhana. Sebagi contoh, pertanyaan yang diajukan pada sensus penduduk tahun
1990 untuk sensus lengkap adalah sebagai berikut:
Nama nama anggota rumah tangga dan masing-masing dari mereka ditanyakan
melalui:
a. Hubungan dengan kepala rumah tangga.
b. Umur (tahun).
c. Jenis kelamin.
d. Status Perkawinan (BPS, 1989)
Untuk hal-hal yang spesifik, misalnya ketenaga kerjaan kesehata, pendidikan,
ekonomi, pertanian, dan mobilitas penduduk ditanyakan dalam sensus sample.
Pencacahan sample yaitu pencacahan penduduk yang tinggal dalam rumah tangga
13

terpilih. Untuk pencacahan sample telah dipilih sejumlah wilayah, kemudian dari
wilayah tersebut dipilih dari sejumlah rumah tangga (BPS, 1989). Tidak banyak
informasi mengenai mobilitas penduduk yang dapat diperoleh dari sensus penduduk. Hal
in dapat dimengerti mengingat tujuan dari sensus adalah untuk mengumpulkan informasi
yang bersifat umum mengenai keadaan social ekonomi dan demografi penduduk di
suatu Negara. Tidak dapat tempat yang tersedia dalam questioner.
Untuk menanyakan aspek tertentu secara medalam. Walaupun ada kelemahankelemahan, menurut Sundrum (1976), data migrasi penduduk dari hasil sensus penduduk
tahun 1971 merupakan data migrasi terbaik di Asia.
2. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk mencatat kejadian-kejadian (events) kependudukan yang
terjadi pada setiap saat, misalnya kelahiran, kematian, mobilitas penduduk keluar, dan
mobilitas penduduk masuk, baik itu permanent maupun non permanent catatan mobilitas
permanent lebih lengkap dibanding dengan mobilitas penduduk non permanent. Orangorang yang pindah domisili harus mempunyai surat pindah dari daerah asal. Selanjutnya
disampaikan pada kantor kelurahan/desa dimana mereka akan menetap.
Pada waktu situasi keamanan terganggu seperti pada peristiwa Gerakan Tiga
Puluh September PKI (G.30.S PKI), seseorang yang bepergian ke daerah lain, melapor
ke kantor kepala desa untuk meminta surat keterangan perjalanan dan dalam surat itu
dicantumkan bahwa yang membawa surat ini tidak terlibat dalma G.30.S PKI.
Di Indonesia sejak tahun 2003 diadakan penataan administrasi kependudukan
diantaranya penertiban terhadap migrant permanent dan nonpermanent yang dating dan
catat dengan resmi dan sangat kecil kemungkinannya terjadi kelewat cacah, atau
tercacah lebih dari satu kali.
3. Survei Penduduk
Data mobilitas penduduk juga didapatkan dari penelitian survey yang dilaksanakan
di suatu wilayah. Mislnya survey ini lebih bervariasi daripada data yang didapat dari
sensus penduduk dan registrasi penduduk.
Umumnya penelitian mobilitas penduduk yang dilaksanakan oleh instansi, lembaga
tertentu atau perseorangan berskala mikro. Biasanya yang diteliti aspek-aspek ekonomi,
proses dan dampak mobilitas terhadap tingkat ekonomi rumah tangga daerah asal. Ada
13

dua pendektan dalam mendapatkan data tentang mobilitas penduduk disuatu daerah,
yaitu pendekatan retrospektif dan pendekatann prospektif. Pendekatan retrispektif adalah
menanyakan riwayat mobilitas penduduk yang dilaksanakan oleh pelaku mobilitas yang
telah kembali ke daerah asal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di tarik dalam pembahasan makalh ini bahwa pengertian
mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Mobilitas yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain.
Mobilisasi penduduk dibedakan menjadi dua yaitu: mobilisasi penduduk vertikal dan
mobilisasi horizontal atau geografis. Mobilisasi penduduk vertikal merupakan perubahan
sosial ekonomi dari penduduk. Mobilisasi penduduk horizontal meliputi semua gerakan
penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu (propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan)
dalam waktu tertentu.
Faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk antara lain :
1. Faktor dari daerah asal yang disebut faktor pendorong seperti adanya bencana alam,
panen yang gagal, lapangan kerja terbatas, kemanan terganggu, kurangnya sarana
2.

pendidikan
Faktor yang ada di daerah tujuan yang disebut faktor penarik seperti tersedianya

3.

lapangan kerja, upah tinggi, tersedia sarana pendidikan, kesehatan dan hiburan.
Faktor yang terletak di antara daerah asal dan daerah tujuan yang disebut penghalang.
Yang termasuk faktor ini misalnya jarak, jenis alat transport dan biaya transport. Jarak
yang tidak jauh dan mudahnya transportasi mendorong mobilitas penduduk.
13

4.

Faktor yang terdapat pada diri seseorang disebut faktor individu. Faktor ini sangat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan mobilitas atau tidak. Contoh faktor
individu ini antara lain umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
Perilaku nmobilitas penduduk oleh Ravenstain disebut dengan hukum-hukum migrasi
sebagai berikut:
Para migrant cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan.
1. Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigran adalah
situasinya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh
2.

pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan.


Daerah tujuan mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place utility) lebih tinggi

3.

disbanding dengan daerah asal.


Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah lain
merupakan informasi yang sangat penting bagi orang-orang yang ingin bermigrasi.
Cara dalam mengetahui mobilitas penduduk dapat menggunakan tiga cara yaitu

menggunakan sensus penduduk, registrasi penduduk dan survei penduduk.

3.2 Saran
Saran dari saya dalam membahas materi mobilitas penduduk ini agar kita semua
dapat membedakan bahwa mobilitas dan migrasi itu berbeda. Selain itu agar kita tidak rancu
dalam membahas masalah kependudukan yang ada pada saat ini, bahwasanya ada faktorfaktor yang memacu munculnya masalah kependudukan.

13

DAFTAR PUSTAKA

http://mutyara92.wordpress.com/2009/11/01/pengertian-dan-ruang-lingkup-mobolitas-penduduk/
Mantra, Ida Bagoes., Kasto., Yerenias T. Keban. 1999. Mobilitas Penduduk. Yogyakarta : Pusat
Penelitian Kependudukan UGM.
Mantra, Ida Bagoes., dan Nasruddin Harahap. 1993. Analisis Perkembangan Kependudukan
Menurut Sensus Penduduk 1990 : Dinamika Mobilitas Indonesia. Yogyakarta : Pusat Penelitian
dan Kependudukan UGM.
Mantra, Ida Bagoes., 1995. Mobilitas Penduduk Non Permanen. Makalah Seminar Bangga Suka
Desa, di Yogakarta 6 Juni, di selenggarakan oleh BKKBN, DIY.

13

Anda mungkin juga menyukai