Beberapa Indikator Unit rawat inap yang dapat menggambarkan cakupan pelayanan Rawat
Inap adalah :
- BOR
- LOS
- Ratio pasien rawat inap dengan penduduk
Indikator Mutu pelayanan rawat inap :
- NDR
- GDR
- Prosentase Mati kurang dari 48 jam
Indikator efisiensi pelayanan unit rawat inap
- LOS
- TOI
- Ratio hari perawatan dengan perawat rawat inap
Selain menggunakan beberapa indikator dan grafik yang menyajikan informasi dari data yang
diolah, salah satu alat pemantau efisiensi yang dapat digunakan di unit rekam medis adalah
grafik Barber Johnson, yang menempatkan empat parameter yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO
pada satu titik
BOR (Bed Occupancy Rate) Standar: 75-85%
Rata-rata penggunaan tempat tidur
Angkat BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah
sakit oleh maysarakat.
Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi
sehingga perlu pengembangan RS dan penambahan tempat tidur
ALOS (Average Length of Stay) Standar: 3-12 hari
Rata-rata Lama dirawat
Angka LOS yang tinggi (>12 hari) menunjukkan tingkat ketidak efisiensinya suatu pelayanan
rumah sakit
TOI (Turn Over Interval) Standar: 1-3 hari
Interval penggunaan tempat tidur
Angkat TOI yang tinggi (>3hari) menunjukkan tingkat ketidak efisiensinya penggunaan
tempat tidur rumah sakit
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count
days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) 100%
(jlh tempat tidur jlh hari dalam satu periode)
2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah
rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum
nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jlh pasien keluar (hidup + mati)
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus : ((jumlah tempat tidur Periode) Hari Perawatan)
(jlh pasien keluar (hidup + mati))
4.
BTO menurut Huffman (1994) adalah the net effect of changed in occupancy rate and
length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
5.
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
6.
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
MENGHITUNG TENAGA PERAWAT
A. Cara rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM
rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit
yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan
personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang
umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979
tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS
TM/TT
TPP/TT
TPNP/TT
TNM/TT
1/(4-7)
(3-4)/2
1/3
1/1
1/9
1/1
1/5
1/15
1/2
1/6
2/3
A&B
Khusus
Disesuiakan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat
laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih
sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
B. Cara Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat
dibutuhkan waktu sebagai berikut:
1. untuk kasus gawat darurat
: 86,31 menit
: 71,28 menit
: 33,09 menit
Jenis pelayanan
Non bedah
Bedah
3,4
Pos partum
3,0
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:
a) Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan
secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok,
yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994)
kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
: 2 jam
: 3 jam
: 4-6 jam
: 8 jam
1. Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan
hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini
merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur
nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.
2. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari
maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam
perhari)
3. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk
antisiapasi kekurangan/ cadangan)
D. Metoda Formulasi Nina
Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
Contoh pengitungannya:
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah ratarata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam
perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di
ruang tersebut adalah sbb:
Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4
jam/ hari
Tahap II
Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
Tahap III
Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun.
D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah
nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
Tahap V