Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FIQH

MASALAH PENYELENGGARAAN JENAZAH

D
I
S
U
S
U
N
Oleh kelompok 8 :

1. Juniyati (13410013)
2. Nurafifah lailiyah(13410021)
3. Solidartini(13410027)
4. Windy elga prastiwi (13410032)
Dosen Pembimbing : Bety,S.Ag. MA
FAKULTAS ADAB
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN FATAH
PALEMBANG

2013/2014
PEMBAHASAN
1. Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa arab yang berarti tubuh
mayat dan kata yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata
jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.
2. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan,
dikafani, dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum di kuburkan
terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan
jenazah menurut jumhur ulama adalah fardu kifayah, yang artinya
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu,
tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban

seluruh

mukallaf.

Adapun

dalil

yang

mnjelaskan

kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist


Rosululloh SAW, yang artinya : Dari Ibnu Abbas, Bahwasannya
Nabi Muhammad SAW telah bersabda tentang orang yang jatuh dari
kendaraan lalu mati, mandikanlah ia dengan air dan daun
bidara.(H.R. Bukhari dan Muslim).
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan
jenazah yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Orang yan utama memandikan jenazah
a. Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki
adalah prang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek,
keluarga terdekat, muhrimnya atau istrinya.
b. Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah
ibunya, neneknya, keluarga terdekatdari pihak wanita serta
suaminya.
c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan
Untuk
mayat
anak
laki-laki
boleh
perempuan

yang

memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan


boleh laki-laki yang memandikannya.

d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup


semuannya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau
sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih
hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri,
maka

mayat

tersebut

tidak

dimandikan

tetapi

cukup

di

tayamumkan oleh seorang dari mereka dengan memakai lapis


tangan. Hal ini berdasarkan sabda rosululloh SAW, yakninya :

)
(
Artinya : Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki
dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal ditempat
perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka
keduanya mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena
keduannya sama seperti tidak mendapat air. (H.R. Abu Daud
dan Baihaqi)
2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah
a) Muslim, berakal, dan baligh
b) Berniat memandikan jenazah
c) Jujur dan sholeh
d) Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat
dan memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah
serta mampu aib si mayat.
3. Mayat yang wajib untuk dimandikan
a) Mayat seorang muslim dan bukan kafir
b) Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan
sudah meninggal tidak dimandikan
c) Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
d) Bukan mayat yang mati syahid
4. Tata cara memandikan jenazah
Berikut beberapa cara memandikan jenazah orang muslim,
yaitu :
a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih
dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan
mandinya, seperti :
o Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup
o Air secukupnya
o Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian

o
o
o
o

Sarung tangan untuk memandikan


Potongan atau gulungan kain kecil-kecil
Kain basahan, handuk, dll
Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga

aurat utamanya tidak kelihatan


o Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup
o Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala
kotoran
o Ganti sarung tangan yang baru, lalu berihkan seluruh
badannya dan tekan perutnya secara perlahan-lahan
o Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengairi kearah
kapala
o Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah
ke mulut jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya,
kemudian wudhukan
o Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah
kiri tubuh jenazah
o Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang
terakhir dicampur dengan wangi-wangian
o Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan
menggosok anggota tubuhnya
o Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh
keseluruh tubuhnya itulah yang wajib. Di sunnahkan
mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil
o Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan
mengenai badannya, wajib dibuang dan dimandikan lagi.
Jika keluar najis setelah dikafani tidak perlu diulangi
mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja
o Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan
dan dibiarkan menyulur kebelakang, setelah disiram dan
dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang
o Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain
sehingga tidak membasahi kain kafannya
o Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian
yang tidak mengandung alkohol.
3. Mengkafani Jenazah
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah
dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya

sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati


syahid adaah fardu kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan
sebagai berikut :


,
Artinya

( ) ,
kami hijrah bersama Rosululloh SAW dengan

mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami


terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang
meninggal

sebelum memperoleh hasil duniawi sedikitpun juga.

Misalnya : Mashab bin Umar dia tewas terbunuh di perang uhud


dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar daun burdah.
Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya
tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh
kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh ruput izhir pada
kedua kakinya. (H.R. Bukhori)
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah :
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus,
bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis,
sedangkan bagi mayat perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk

membungkus

atau

mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian


terlebih dahulu
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut :


1. Untuk mayat laki-laki
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling
bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur
barus

b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan


diletakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangiwangian
c. Tutuplah lubamg-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan
dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas
d. Selimutkan kain kafan sebelah yang paling atas, kemudian
ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini
selembar demi selembar dengan cara yang lembut
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah
kain kafan 3 atau 5 ikatan
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan
mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya
yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput, atau
kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar
menutup aurotnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang
ada.
2. Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain
putih, yang terdiri dari :
a. Lembar utama berfungsi untuk menutupi seluruh badan
b. Lembar kedua berfungsi untuk sebagai kerudung kepala
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung
d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga
kaki
e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan, yaitu :
a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk
masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan
diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian
atau dengan kapur barus
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas
c. Tutuplah kain pembungkus pada kedua pahanya
d. Pakaikan sarung
e. Pakaikan baju kurung

f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan


kebelakang
g. Pakaikan kerudung
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara
menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan
kedalam
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan

4. Menshalatkan jenazah
Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah
adalah fardu kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah SAW,
yang berbunyi :
( )
Artinya : shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu
Orang paling utama untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu :
a) Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik dan
b)
c)
d)
e)
f)

bukan ahli bidah


Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu
Orang tua simayat dan seterusnya keatas
Anak-anak simayat dan seterusnya kebawah
Kelurga terdekat
Kaum muslimin seluruhnya

Rukun shalat jenazah ialah :


a. Berniat menshalatkan jenazah
b. Takbir empat kali
c. Berdiri bagi yang kuasa
Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut :
1. Niat shalat jenazah
Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah
SWT. Sebelum shalatjenazah dilakukan maka kepada imam dan
seluruh makmum hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk
menyalatkan mayat laki-laki imam berdiri sejajar dengan kepala si
mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam berdiri ditengahtengah sejajar pusat si mayat.
Lafal niat shalat jenazah :
a. Untuk mayat laki-laki


Artinya : sengaja aku niat shalat atas mayat laki-laki empat
takbir fardu kifayah menjadi makmum/imam karena Allah SWT
b. Untuk mayat perempuan

Artinya : sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan
empat takbir fardu kifayah karena Allah SWT
2. Takbir empat kali :
a. Takbir pertama

dimulai

dengan

mengangkat

tangan

dan

membaca Al-Fatikhah.
Yang artinya :
dengan menyebut nama Allah AWT yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam.
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai dihari
pembalasan, hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya
kepada engkaulah kami meminta pertolongan, tunjukilah kami
jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri
nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
b. Takbir kedua dan membaca shalawat







Artinya : Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad
dan

keluarganya,

sebagaimana

engkau

telah

memberikan

kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah


Muhammad

dan

kelurganya,

sebagaimana

engkau

telah

memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya engkau


Maha terpuji lagi Maha Bijaksana.
c. Takbir ketiga dan membaca doa untuk si mayat
( )( )( )( )
Artinya : Ya Allah ampunilah dia, berikanlah rahmat dan
sejahtera dan maafkanlah dia
d. Takbir keempat lalu diam sejenak dan membaca doa :
( )( )( )

Artinya : Ya Allah SWT janganlah engkau tahan kami pahalanya


dan janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah
kepergiannya
5. Mengkuburkan Jenazah
Adapun tata cara mengkuburkan jenazah adalah :
1. Masukkanlah mayat kakinya, jika tidak ada kesulitan
2. Bagi mayat perempuan, ketika mengkuburnya disunnahkan
ditirai dengan kain
3. Bagi mayat perempuan yang memasukkannya kedalam kuburan
hendaklah muhrimnya
4. Letakkan mayat dilahat dalam posisi miring ke kanan dan
mukanya menghadap ke kiblat. Rapatkan ke dinding kuburan
supaya tidak bergeser dan berikan bantalan di bagian belakang
dengan gumpalan tanah agar tidak terbalik ke belakang
5. Letakkan mayat di dalam kuburan dengan membaca doa

Artinya : dengan menyebut nama Allah dan atas agama
Rosululloh
6. Lepaskan ikatan kain kafan di bagian kepala dan kaki mayat
7. Setelah selesai meletakkan mayat di dalam kuburan, terlebih
dahulu mayat di tutup dengan kabin (kepingan-kepingan tanah,
papan) barulah ditimbun dengan tanah
8. Disunnahkan sebelum menimbun kuburan

meletakkan

tiga

genggam tanah pada bagian kepala, pinggang, dan kaki.


Hal-hal yang dilarang dan dianjurkan melakukannya setelah kuburan
ditimbun yaitu :
a. Tinggikan kuburan (20 cm) dari tanah sebagai tanda bahwa itu
b.
c.
d.
e.

adalah kuburan
Boleh memberi tanda kuburan dengan bau atau sejenisnya
Membundarkannya lebih baik dari pada meratakannya
Haram membuat bangunan diatas kuburan
Makruh duduk dan berdiri diatas kuburan dan haram buang air

diatas kuburan
f. Tidak boleh membangun masjid diatas kuburan dan membuat jndela
khusus kearah kuburan.
Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat
diambil beberapa hikmah, antara lain :

a. Memperoleh pahala yang besar


b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama muslim
c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai
ungkapan bela sungkawa atas musibah yang di deritanya
d. Mengingatkan dan menyandarkan manusia bahwa setiap manusia
akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk
hidup setelah mati
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling
mulia,

sehingga

apabila

salah

seorang

manusia

meninggal

dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah


SWT dan Rosul-Nya.

PENUTUP
KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya
manusia sebagai makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk
menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus
dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelenggaraan
jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardu kifayah.
Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf ditempat
itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :

a.
b.
c.
d.

Memandikan
Mengkafani
Menshalatkan
Mengkuburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan

jenazah, antara lain:


a. Memperoleh pahala yang besar
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama
muslim
c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai
ungkapan bela sungkawa atas musibah yang di deritanya
d. Mengingatkan dan menyandarkan manusia bahwa

setiap

manusia akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan


bekal untuk hidup setelah mati
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling
mulia, sehingga apabila salah seorang manusia meninggal
dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan
Allah SWT dan Rosul-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Karim, Abdul. 2002. Merwat Jenazah dan Shalat Jenazah. Jakarta: Amzah.
Rifai, Muhammad. 1978. Ilmu Fiqh Islam Lengkap. Semarang: PT. KARYA
TOHA PUTRA

Rifai, Muhammad. 2012. Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT.KRYA


TOHA PUTRA

Anda mungkin juga menyukai