Anda di halaman 1dari 10

Apa syarat-syarat pendirian perusahaan (PT)?

Dokumen apa saja yang perlu Anda


siapkan?
Berikut adalah dokumen dan informasi yang perlu disiapkan bila Anda mau mendirikan
perusahaan.
Berikut adalah dokumen-dokumen dan informasi tersebut:
1. Nama Perusahaan (Anda siapkan 2 atau 3 nama perusahaan bila pilihan pertama ditolak
Departemen Hukum dan Ham)
2. Bidang Usaha yang Digeluti
3. Nama-Nama Pemilik Modal (Minimal Dua Orang)
4. Klasifikasi Usaha: Kecil (Rp51 Juta - Rp500 Juta), Menengah (Rp501 Juta - Rp10 M),
Besar (Di atas 10 M)
5. Persentase Kepemilikan Modal
6. Nama Direktur Utama/Direktur (Pimpinan Tertinggi Perusahaan)
7. Copy KTP Pemilik Modal
8. Kartu Keluarga (bila Direktur Utama/Direktur adalah perempuan)
9. NPWP Direktur Utama/Direktur
10. Foto Direktur/Direktur Utama ukuran 3x4 2 lembar (4x6 2 lembar untuk wilayah Bogor)
11. Surat Keterangan Domisili Usaha
12. Copy Bukti Surat Kepemilikan Tempat Usaha dan PBB atau Bukti Sewa-Menyewa
Tempat Usaha
13. Nomor Telepon Perusahaan
14. Denah Lokasi Tempat Usaha (Bila Perusahaan menjadi PKP (Perusahaan Kena Pajak)

Itulah beberapa dokumen umum yang perlu Anda persiapkan sebagai syarat pendirian
perusahaan sebelum Anda mendapatkan akte perusahaan, NPWP perusahaan, SIUP (Surat Izin
Usaha Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan).

PEMBUBARAN DAN PENGHAPUSAN PERSEROAN TERBATAS


Posted on 17 April 2013 by I Made Somya Putra, SH, MH
1. A.

Pendahuluan

Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
disebutkan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Dalam perjalanannya
tidak semua Perseroan Terbatas tersebut menemukan hasil yang diinginkan, yang pada akhirnya
Perseroan Tersebut menjadi bangkrut dan Akhirnya dibubarkan.
Secara hukum terjadinya Pembubaran Perseroa Terbatas diatur atur dalam Pasal 142 (1)
Undang-Undang Perseroan Terbatas yang menyatakan Pembubaran Perseroan terjadi karena:
1. berdasarkan keputusan RUPS;
2. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telahberakhir;
3. berdasarkan penetapan pengadilan;
4. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar
biaya kepailitan;
5. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang; atau

6.

karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan


likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun di dalam prakteknya, pembubaran Perseroan tidak diikuti dengan penghapusan Badan
Hukumnya, sehingga Pajak yang mengikuti masih membebani Perseroan tersebut. Oleh
karenanya menjadi penting kemudian membahas bagaimana pembubaran Perseroan Terbatas
Tersebut sehingga betul-betul Badan Hukumnyapun terhapuskan, tanpa dikenakan biaya pajak
atau Perseroan tersebut tidak beroperasi sama sekali.

1. B.

Pelaksanaan Pembubaran Perseroan terbatas

Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan, tidak serta merta perseroan tersebut hanya
diwacanakan saja. terdapat tahapan-tahapan yang harus dilanjutkan. Pasal 142 Ayat (2) UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 mengisyaratkan bahwa Pembubaran Perseroan tersebut wajib
diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator; dan Perseroan tidak dapat
melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan
dalam rangka likuidasi. Hal ini berarti Pembubaran Perseroan tersebut dilakukan dengan cara
atau proses likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau yang karena pailit oleh kurator untuk
membereskan segala urusan yang tersangkut dengan Perseroan yang dibubarkan agar tidak
menjadi masalah di kemudian hari.
Sedangkan untuk pembubaran yang terjadi terjadi berdasarkan keputusan RUPS, jangka waktu
berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya
kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan RUPS tidak menunjuk likuidator, Direksi
bertindak selaku likuidator. Hal ini dikarenakan bahwa Perseroan Terbatas adalah perjanjian,
maka dapat dibubarkan dengan kesepakatan pula yang diambil dalam RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham). Disini yang bertindak sebagai likuidator adalah Direksi atas kesepakatan
dengan pemegang saham.
Dalam hal pembubaran Perseroan terjadi dengan dicabutnya kepailitan berada pada ranah
pengadilan niaga yang berarti pengadilan niaga harus memutus kepailitannya dan sekaligus

memutuskan pemberhentian kurator dengan memperhatikan ketentuan dalam Undang-Undang


tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam proses tersebut Direksi,
komisaris dan pemegang saham tidak boleh melakukan perbuatan hukum apapun, Kalau
umpamanya dilanggar, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan Perseroan bertanggung
jawab secara tanggung renteng.
Pasal 143 (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menyebutkan Pembubaran Perseroan tidak
mengakibatkan Perseroan kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi
dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan. Artinya bahwa
pembubaran Perseroan tersebut tidak menghapus badan hukumnya yang telah didaftarkan sampai
dengan likuidasi dan pertanggungjawaban likuidatornya diterima oleh RUPS atau pengadilan
niaga.
Dalam Ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 Jo. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Surat Izin Usaha Perdaganga (SIUP), PT wajib
memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dibedakan antara SIUP Kecil, SIUP
Menengah dan SIUP besar berdasarkan kewajiban memiliki perdagangan yang kekayaan
bersihnya masing-masing Rp. 50.000.000-Rp.500.000.000,- untuk SIUP Kecil, Rp.500.000.000,sampai Rp.10.000.000.000,- Untuk SIUP Menengah dan lebih dari Rp. 10.000.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunannya Untuk SIUP besar. SIUP itulah yang kemudian dijadikan dasar
usaha dari sebuah PT yang harus harus didaftarkan dan/atau dihapuskan karena terkait dengan
Pajak didalamnya.
Usulan Pembubaran dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham
atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS. Dan keputusan
RUPS tersebut menjadi sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, dimana
Pembubaran Perseroan dimulai sejak saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.
Kemudian Pasal 145 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengatur tentang Pembubaran
Perseroan terjadi karena hukum apabila jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan

dalam anggaran dasar berakhir. Pada Ayat (2)nya menyebutkan Dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah jangka waktu berdirinya Perseroan berakhir RUPS
menetapkan penunjukan likuidator. Setelah itu Direksi tidak boleh melakukan perbuatan hukum
baru atas nama Perseroan setelah jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam
anggaran dasar berakhir.
Disamping itu sesuai dengan Pasal 146 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,
Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas:
1. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau
Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan;
2. permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam
akta pendirian;
3. permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan
Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.

Di dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator. Likuidator memiliki


Peran yang penting yang diatur dalam Pasal 147 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan,
likuidator wajib memberitahukan:
1. kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara mengumumkan
pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia; dan
2. pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa
Perseroan dalam likuidasi.
Pemberitahuan tersebut kepada kreditor dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik
Indonesia memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya, nama dan alamat likuidator; tata
cara pengajuan tagihan; dan jangka waktu pengajuan tagihan dimana Jangka waktu pengajuan
tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengumuman

Kemudian Pemberitahuan kepada Menteri sebagaimana dimaksud wajib dilengkapi dengan


bukti:
1. dasar hukum pembubaran Perseroan; dan
2. pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a.

Pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri oleh Likuidator belum dilakukan, pembubaran
Perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga. Dan Dalam hal likuidator lalai melakukan
pemberitahuan likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita pihak ketiga.
Terdapat Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam
proses likuidasi meliputi pelaksanaan:
1. pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan;
2. pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi;
3. pembayaran kepada para kreditor;
4. pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan
5. tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
Disamping itu, likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar daripada kekayaan
Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali peraturan
perundang-undangan menentukan lain, dan semua kreditor yang diketahui identitas dan
alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan. Kreditor dapat mengajukan
keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60
(enam) puluh hari terhitung sejak tanggal Pengumuman. Dalam hal pengajuan keberatantersebut
ditolak oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka
waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan.

Yang menjadi bahan penting pula tentang hak kreditur. Pasal 150 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007, Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu yang ditolak oleh
likuidator dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60
(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan. Kreditor yang belum mengajukan
tagihannya dapat mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung sejak pembubaran Perseroan diumumkan tersebut.
Likuidator tersebut dapat diganti apabila tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Pasal
151 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menegaskan :
(1) Dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 149, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan, ketua
pengadilan negeri dapat mengangkat likuidator baru dan memberhentikan likuidator lama.
(2) Pemberhentian likuidator sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setelah yang
bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya.

Disinilah letah pembubaran PT tersebut yang dilakukan oleh Likuidator.


C.

Penghapusan Badan Hukum Perseroan Terbatas

Sebagaimana telah dituangkan dalam Pasal 143 (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
bahwa Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan kehilangan status badan hukum
sampai dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau
pengadilan maka harus dihapuskan Pula mengenai status badan Hukum PT tersebut.
Kemudian dalam Pasal 152 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 juga menegaskan
(1) Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas
likuidasi Perseroan yang dilakukan.
(2)

Kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas atas likuidasi Perseroan yang

dilakukan.

(3) Likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses
likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada
likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggungjawaban likuidator yang ditunjuknya.
(4)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku juga bagi kurator yang

pertanggungjawabannya telah diterima oleh hakim pengawas.


(5)

Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama

Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) dipenuhi.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku juga bagi berakhirnya status badan
hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan, atau Pemisahan.
(7)

Pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)

dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh RUPS, pengadilan atau hakim
pengawas.
(8) Menteri mengumumkan berakhirnya status badan hukum Perseroan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Maka sesuai dengan Pasal tersebut, ujung dari Pembubaran PT adalam berakhirnya status badan
Hukum Perseroan dalam Berita Acara Republik Indonesia.
Badan hukum perseroan terbatas tersebut terkait dengan pendaftaran Perusahaan yang telah
dilakukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 37/MDAG/PER/9/2007 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan. Dalam Pasal 2 Ayat
(1) Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 37/M-DAG/PER/9/2007 diterangkan bahwa
setiap Perseroan terbatas (PT), Koperasi, Persekutuan komanditer (CV), Firma (fa), Perseroan,
dan bentuk usaha lainnya (BUL) termasuk kantor asing dengan status Kator Pusat, kantor
tunggal, kantor Cabang, kantor pembantu, Anak Perusahaan, Agen Perusahaan, dan Perwakilan
Perusahaan yang berkedudukan di Wilayah kesatuan Republik Indonesia Wajib didaftarkan
dalam daftar perusahaan. Setalah mendaftarkan perusahaannya atau perseroan maka akan

mendapat Tanda Pendaftaran Perusahaan (TDP) yang berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung mulai tanggal diterbitkannya dan wajib diperbaharui paling lambat (3) tahun.
Sebuah badan Usaha termasuk PT yang sudah didaftarkan, juga dapat dihapus dari daftar
perusahaan apabila terjadi perubahan bentuk perusahaan, pembubaran, penghentian segala usaha
kegiatannya, berhenti akibat akta pendiriannya kadaluwarsa atau berakhir auat bubar berdasarkan
putusan pengadilan. Dalam pokok permasalahan ini, Perseroan dapat dihapusakan dari daftar
perusahaan apabila dibubarkan. Hal ini diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri
Perdagangan RI Nomor : 37/M-DAG/PER/9/2007.
Lebih lanjut, Pasal 14 Ayat (4) Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 37/MDAG/PER/9/2007 dalam penghapusan oleh karena pembubaran PT, likuidator yang
bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan semenjak dihitung hari pembubaran
wajib memberitahukannya kepada Menteri yang berwenang dan wajib pula memberitahukannya
kepada kepala KKP Kabupaten/Kota/ Kotamadya setempat dengan menyertakan :
1. Bukti Penerimaan pemberitahuan dari menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang perundang-udangan.
2. TDP asli

Di kota/Kabupaten/ Kota Madya, penghapusan Ijin TDP dilakukan melalui dinas perijinan yang
memiliki beberapa persyaratan yaitu :
1. Formulir permohonan bermaterai 6000
2. Salinan KTP/Keterangan Domisili
3. Bukti Pemberitahuan dari kementerian Hukum dan HAM tentang Pembubaran PT
4. TDP asli
5. Laporan serta alasan Penutupan Perusahaan.

Dalam 5 Hari jangka waktu Penurusan ijin harus sudah selesai dan ketika ijin penghapusan
tersebut sudah keluar maka selesai sudah proses Pembubaran PT dan badan hukumnya sudah
terhapuskan.

Anda mungkin juga menyukai