PENDAHULUAN
1.1
Pengertian
Demam reumatik merupakan suatu proses peradangan yang mengenai jaringanjaringan penyokong tubuh terutama persendian, jantung, dan pembuluh darah.
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi
setelah infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor
predisposisi. Penyakit ini masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung
didapat (acquired heart disease) pada anak dan dewasa muda di banyak negara
terutama negara sedang berkembang. Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit ini
ditandai oleh inflamasi endokardium dan miokardium melalui suatu proses autoimun
yang menyebabkan kerusakan jaringan
1.2
Etiologi
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Infeksi Streptococcus beta
hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik,
baik pada serangan pertama maupun serangan ulangan. Untuk menyebabkan
serangan demam reumatik, Streptokokus grup A harus menyebabkan infeksi pada
faring, bukan hanya kolonisasi superficial. Berbeda dengan glumeronefritis yang
berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit maupun di saluran napas, demam
reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit
Hubungan etiologis antara kuman Streptococcus dengan demam reumatik diketahui
dari data sebagai berikut:
1) Pada sebagian besar kasus demam reumatik akut terdapat peninggian kadar
antibodi terhadap Streptococcus atau dapat diisolasi kuman beta-Streptococcus
hemolyticus grup A, atau keduanya.
2) Insidens demam reumatik yang tinggi biasanya bersamaan dengan insidens oleh
beta-Streptococcus hemolyticus grup A yang tinggi pula. Diperkirakan hanya
sekitar 3% dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan
menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis Streptococcus yang tidak
diobati.
3) Serangan ulang demam reumatik akan sangat menurun bila penderita mendapat
pencegahan yang teratur dengan antibiotika.
1.3 Faktor Predisposisi
a. Faktor Individu
1.
Faktor Genetik
Banyak demam reumatik/penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu
keluarga maupun pada anak-anak kembar. Karenanya diduga variasi genetik
merupakan alasan penting mengapa hanya sebagian pasien yang terkena infeksi
Streptococcus menderita demam reumatik, sedangkan cara penurunannya belum
dapat dipastikan.
2.
Jenis Kelamin
Tidak didapatkan perbedaan insidens demam reumatik pada lelaki dan wanita.
Meskipun begitu, manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada salah
satu jenis kelamin, misalnya gejala korea jauh lebih sering ditemukan pada wanita
daripada laki-laki. Kelainan katub sebagai gejala sisa penyakit jantung reumatik
juga menunjukkan perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa
berupa stenosis mitral lebih sering ditemukan pada wanita, sedangkan insufisiensi
aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki.
3.
Belum bisa dipastikan dengan jelas karena mungkin berbagai faktor lingkungan
yang berbeda pada golongan etnik dan ras tertentu ikut berperan atau bahkan
merupakan sebab yang sebenarnya. Yang telah dicatat dengan jelas ialah
terjadinya stenosis mitral. Di negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi
bertahun-tahun setelah serangan penyakit jantung reumatik akut. Tetapi data di
India menunjukkan bahwa stenosis mitral organik yang berat seringkali sudah
terjadi dalam waktu yang relatif singkat, hanya 6 bulan-3 tahun setelah serangan
pertama.
4.
Umur
Paling sering pada umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun.
Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang
sebelum umur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi Streptococcus pada anak usia sekolah.
5.
b. Faktor-faktor Lingkungan
1.
2.
lebih tinggi daripada yang diduga semula. Di daerah yang letaknya tinggi agaknya
insidens lebih tinggi daripada di dataran rendah
3.
Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat
1.4
Epidemiologi
Lebih dari 100.000 kasus baru demam reumatik di diagnosa setiap tahunnya. Anak
sekolah 6-15 th merupakan kelompok yang paling sering terserang. Penyakit
cenderung terjangkit pada udara dingin, lembab, dan pada lingkungan yang kondisi
kebersihannya dan gizinya kurang memadai. Juga ada kecenderungan terjangkit
dalam suatu keluarga ( family tedency). Demam reumatik dapat dicegah dengan
pengenalan dan pengobatan awal radang tenggorokan yang disebabkan oleh
Streptokokus Beta-Hemolitikus Group A.
1.5
Patofisiologi
DR diyakini sebagai reaksi hipersensitivitas atau autoimun terhadap organisme
Streptokokus Beta-Hemolitikus Group A yang merupakan kerusakan pada jantung,
persendian, kulit dan sistem syaraf pusat. Infeksi streptokokeal yang pada awalnya
ditandai dengan luka pada tenggorokan, akan menyebabkan peradangan dan
pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral
dan aorta. Aschoff body yang tersusun dari sel-sel retikuloendotelial, sel-sel plasma,
dan limfosit terdapat di sekeliling daerah nekrosis, dan , menutup katup. Jaringan
parut yang terbentuk pada saat penyembuhan meninggalkan stenosis pada katup.
Peradangan juga dapat mengenai endokardium, miokardium, dan perikardium.
Membran sinofial pada berbagai persendian dapat mengalami peradangan,
pembengkakan dan rasa nyeri. Pola peradangan persendian tak teratur dan
berpindah-pindah sehingga menyulitkan dalam membuat diagnosa.
Kulit dan jaringan subkutan yang terkena ditandai dengan adanya bercak kemerahmerahan dan nodula subcutan pada sekitar tulang yang terkena. Tetapi gejala ini
4
Komplikasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Aritmia jantung
Gagal jantung
Parikarditis dengan efusi yang luas
Pneumonitis rheumatik
Emboli paru
Infark
Kelainan katup jantung
Penatalaksanaan
Istirahat
Eradikasi kuman streptokok
Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya karditis
Pengobatan suportif berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama
BAB II
PEMBAHASAN
KASUS
An. Mawar, 5 tahun mengalami panas, nyeri dan pembengkakan sendi. Hasil
pemeriksaan penunjang ditemukan kardiomegali, bunyi jantung muffled dan perubahan
EKG. Orang tua An. Mawar berasal dari papua mengatakan bingung dengan penyakit
anaknya dan tidak tahu harus melakukan apa untuk perawatan anaknya.
2.2
1.
PENGKAJIAN
Identitas
Nama
: An. Mawar
Umur
: 5 tahun
Agama
: Kristen
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Kawin
Pendidikan
: TK
Pekerjaan
: Pelajar
Suku Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Papua
Tanggal Masuk
: 15 September 2015
Tanggal Pengkajian
: 15 September 2015
No. Register
: 031776
Diagnosa Medis
: Demam Reumatik
b.
2.
Status Kesehatan
a.
Status Kesehatan Saat Ini
1)
Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Keluarga px mengatakan saat px masuk rumah sakit px mengalami panas
2)
3)
b.
1)
2)
Pernah dirawat
Keluarga Px mengatakan sebelumnya px tidak pernah di rawat di rumah sakit
3)
Alergi
Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai alergi terhadap apapun
4)
c.
d.
3.
a.
Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit :
Keluarga px mengatakan, px biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan sayur
( 3xsehari). Px juga biasa minum air putih kurang lebih 6- 8 gelas
Saat sakit :
Keluarga px mengatakan, nafsu makan px menurun dan hanya menghabiskan
porsi nasi dengan lauk dan sayur. Dan minum kurang dari 6-8 gelas/ hari
c.
Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit
:
Keluarga px mengatakan sebelum sakit BAB px normal 1x sehari setiap pagi
dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses
Saat sakit
:
Keluarga px mengatakan dari masuk rumah sakit tgl 27 September 2012 sampai
tgl 29 September 2012 px BAB sedikit dengan konsistensi lembek kecoklatan
dan bau khas feses
2) BAK
Sebelum sakit
:
Keluarga px mengatakan px biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi kuning
cair dan bau khas urine
Saat sakit
:
Keluarga Px mengatakan saat sakit BAK px kurang dari 5-6 x shari
d.
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit :
8
f.
g.
h.
Pola Peran-Hubungan
Keluarga px mengatakan hubungan px dengan keluarganya baik telihat ayah ibu,
ayah dan keluarga lainnya menemani px bergiliran dan selalu member support
untuk tetap tenang agar cepat sembuh dan pulang
i.
j.
Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat sakit :tidak terkaji
Pola Toleransi Stress-Koping
Keluarga px mengatakan bahwa biasa bercerita tentang masalnya pada ayah
dan ibunya
k.
Pola Nilai-Kepercayaan
Px beragama Kristen dan keluarga px mengatakan px hanya bias berdoa di
tempat tidur sambil berbaring ditemani keluarganya
4.
Pengkajian Fisik
1).
: verbal: 6
Psikomotor: 4
Mata :5
Keadaan fisik
a.
Kepala dan leher
:
Kepala : I : Rambut hitam, penyebaran rambut merata, tidak ada rontok dan tidak ada
kebotakan
P : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Mata : I : Simetris,konjung tipa anemis, skera anikterik, pupil isokor, tidaka ada
kantung mata,
tidak ada edema palpebra.
P : tidak ada nyeri tekan
Hidung : I : Simetris, penyebaran rambut silia merta, terdapat sekcret, dan ada nafas
cuping hidung,dan penggunaan otot bantu nafas.
P : Tidak ada nyeri tekan pada sinus prontalis, etmoidalis, maksilaris.
Mulut : I : Tidak ada cyanosis,tidak ada karies,tidak ada stomatitis,bibir simetris.
Telinga : I : Simetris, tidak ada lesi,tidak ada luka,tidak ada serumen dan discharge.
P : tidak ada nyeri tekan pada kartilago.
b.
Dada
1. Paru
I : simetris
P : vokal taktil premitus terasa getaran
P : sonor
A : vesikuler
2. Jantung
I : terlihat iktuskordis
P : Teraba iktuskordis di ICS 5
P : dallnes
A : muffled
c.
10
d.
abdomen :
I : simetris, tidak ada hiperpigmentasi
A : Peristaltik
P : tidak ada nyeri tekan
P : timpani
e.
Genetalia
Tidak terkaji
f.
Integumen :
I : tidak ada hiperpigmentasi
P : turgor kulit elastis
g. Ekstremitas:
Atas:
I : simetris,tidak ada lesi
P : CRT kurang dari 3 detik
Bawah:
I : Simetris, tidak ada lesi tidak ada luka
P : CRT kurang dari 3 detik
4)
Neurologis :
a. Status mental dan emosi :
Baik
b. Pengkajian saraf kranial :
Tidak Terkaji
c. Pemeriksaan refleks :
Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+
Patela :+
2.
Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji
3.
Hasil konsultasi
Tidak terkaji
4.
Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
11
Tidak terkaji
5. Diet pada Penyakit Demam Reumatik
1) Tujuan Diit :
Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, mencegah
penimbunan garam atau air
2) Syarat syarat Diit :
a. Energi cukup untuk mempertahankan BB normal
b. Protein cukup, 0,8 gram/kg BB
c. Lemak sedang, 25 30 % kebutuhan total kalori (10 % lemak jenuh, 15 % lemak tak
d.
e.
f.
g.
h.
2.3
ANALISA DATA
A.
DATA
Ds : pasien mengeluh
Etiologi
Proses implamasi
MASALAH
Hipertermi
badanya panas
Do : suhu tubuh pasien
380C . pasien terlihat
lemas
Nyeri akut
melakukan aktifitas.
Do: Skala nyeri 5, dan px
terlihat meringis
kesakitan
TD: 140/100mmHg
S: 380C
N: 88x/mnt
RR: 28x/mnt
Ds : keluarga pasien
mengatakan nafsu
Gangguan kebutuhan
makan pasien
makanan
menurun .
kebutuhan tubuh
TANGGAL /
JAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL
TERATASI
DITEMUKAN
13
Ttd
WITA
wita
C.
Hari/
Tgl
Rencana Perawatan
Tujuan dan
Dx
Kriteria Hasil
Setelah diberikan
Kamis/
26
Intervensi
1. Kaji saat timbulnya demam
Ttd
Rasional
1. Dapat
asuhan
diidentifikasi
keperawatan
pola/tingkat
ber
demam
2015
diharapkan suhu
septem
tubuh pasien
kembali normal
dengan criteria
2. Tanda-tanda
2. Observasi tanda-tanda vital
: suhu, nadi, TD,
pernafasan setiap 3 jam
vitalmerupakan
acuan untuk
mengetahui
14
hasil:
keadan
1. Rentang suhu
umumKlien
tubuh pasien
36-37,5 0 C
2. Tubuh Pasien
tidak lemas
3. Kompres akan
dapat membantu
menurunkan suhu
tubuh, pakaian
tipisakan dapat
membantumening
katkanpenguapan
panas tubuh
4. Penjelasan
tentang kondisi
5. Untuk mengatasi
demam dan
menganjurkan
klien dan keluarga
untuklebih
kooperatif
6. Keterlibatan
keluarga sangat
berarti dalam
proses
penyembuhan
15
klien di RS
7. Peningkatan suhu
tubuh
mengakibatkan
penguapan cairan
tubuh meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan
yang banyak
8. Antipiretika yang
mempunyai
reseptor di
Kamis/
Setelah diberikan
26
asuhan
septem
keperawatan
ber
2015
diharapkan
hypothalamus
dapatmeregulasi
suhu tubuh
sehingga suhu
tubuh diupayakan
mendekatisuhu
normal
nyeri
5. Beritahu pasien untuk
1. Mengetahui
istirahat total
6. Kolaborasi dengan dokter
PQRST
2. Mengetahu tanda-
tanda vital
3. Menurunkan
kebutuhan
oksigen
4. mengatasi nyeri
5. untuk
16
pasien dapat
meminimalkan
mengontrol nyeri
resiko cedera
6. analgesic untuk
yang
mengurangi rasa
dirasakannya
dengan criteria
hasil:
nyeri
klien
1. Pasien
mengatakan
nyeri terkontrol
dengan skala
1-3
2. pasien tidak
tampak gelisah
3. TTV dalam
Kamis,
1. Menambah nafsu
makan pasien
2. Mengetahui alergi
5. Berikan pendiddikan
Septem
2015
tanda malnutrisi
rentang normal
26
ber
Setelah diberikan
3
asuhan
keperawatan
selama 3x 24 jam
diharapkan pola
kesehatan tentang
kebutuhan kalori dan
tindakan yang
berhubungan dengan
nutrisi
kriteria hasil :
1. Asupan nutrisi
3. Mengetahui
adanya ketidak
seimbangan nutrisi
4. memudahkan
makan px
seimbang dengan
terhadap makanan
pasien untuk
mencerna
makanan
nutrisi
5. Meningkatkan
px meningkat
pengetahuan agar
tanpa keluhan
2. Tidak ada
pasien lebih
tanda tanda
kooperatif
mal nutrisi
seperti : turgor
6. Menjaga
kulit tidak
17
elastis,
keseimbang
membrane
nutrsisi
mukosa
kering,
konjungtiva
anemis
3. Porsi makan
px normal 3x
sehari
D.
Implementasi Keperawatan
Hari/
No
Tindakan
Tgl/Jam
Dx
Keperawatan
Jumat
27
September
2015
15.00 wita
1
16.00 wita
2. Mengukur Suhu
1
17.00 wita
Evaluasi proses
Tubuh Pasien
3. Memantau
tanda- tanda vital
Ttd
S:37oC
RR: 28x/menit
1,2
18.00 wita
18.30 wita
1
19.00 wita
4. Memantau
pola
makan pasien
Sabtu , 28
pasien dalam
september
posisi semi
2015
08.00 wita
fowler
1,2
10.00 wita
1. Membantu
pasien mandi
1
11.00 wita
2. Mengkaji skala
nyeri pasien
1,2
12.00 wita
2
12.30 wita
3. Memantau
tanda-tanda vital
4. Mengkaji pola
makan pasien
19
5. Mengkolaborasi
pemberian obat
salisilat dan
vitamin C
E.
Evaluasi Keperawatan
N
o
1
Hari/Tgl
Jam
Sabtu , 28 september
No
Dx
1
2015
17.00 wita
Evaluasi
S: Pasien mengatakan nyerinya sudah
berkurang dan merasa lebih
nyaman
O: Skala nyeri pasien 2 pada daerah
persendian
TD: 110/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 37 oC
RR : 20 x/ mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutan Rencana Keperawatan
S: Pasien mengatakan pola
makannya sudah mulai kembali
Sabtu,28 september
2015
17.00 wita
20
TTd
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Demam reumatik merupakan suatu proses peradangan yang mengenai jaringanjaringan penyokong tubuh terutama persendian, jantung, dan pembuluh darah.
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah
infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi.
3.2 SARAN
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pebuatan makalah
masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan
maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua
pembaca.
21