Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Pengertian
Demam reumatik merupakan suatu proses peradangan yang mengenai jaringanjaringan penyokong tubuh terutama persendian, jantung, dan pembuluh darah.
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi
setelah infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor
predisposisi. Penyakit ini masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung
didapat (acquired heart disease) pada anak dan dewasa muda di banyak negara
terutama negara sedang berkembang. Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit ini
ditandai oleh inflamasi endokardium dan miokardium melalui suatu proses autoimun
yang menyebabkan kerusakan jaringan

1.2

Etiologi
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Infeksi Streptococcus beta
hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik,
baik pada serangan pertama maupun serangan ulangan. Untuk menyebabkan
serangan demam reumatik, Streptokokus grup A harus menyebabkan infeksi pada
faring, bukan hanya kolonisasi superficial. Berbeda dengan glumeronefritis yang
berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit maupun di saluran napas, demam
reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit
Hubungan etiologis antara kuman Streptococcus dengan demam reumatik diketahui
dari data sebagai berikut:

1) Pada sebagian besar kasus demam reumatik akut terdapat peninggian kadar
antibodi terhadap Streptococcus atau dapat diisolasi kuman beta-Streptococcus
hemolyticus grup A, atau keduanya.
2) Insidens demam reumatik yang tinggi biasanya bersamaan dengan insidens oleh
beta-Streptococcus hemolyticus grup A yang tinggi pula. Diperkirakan hanya
sekitar 3% dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan
menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis Streptococcus yang tidak
diobati.
3) Serangan ulang demam reumatik akan sangat menurun bila penderita mendapat
pencegahan yang teratur dengan antibiotika.
1.3 Faktor Predisposisi
a. Faktor Individu
1.

Faktor Genetik
Banyak demam reumatik/penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu
keluarga maupun pada anak-anak kembar. Karenanya diduga variasi genetik
merupakan alasan penting mengapa hanya sebagian pasien yang terkena infeksi
Streptococcus menderita demam reumatik, sedangkan cara penurunannya belum
dapat dipastikan.

2.

Jenis Kelamin
Tidak didapatkan perbedaan insidens demam reumatik pada lelaki dan wanita.
Meskipun begitu, manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada salah
satu jenis kelamin, misalnya gejala korea jauh lebih sering ditemukan pada wanita
daripada laki-laki. Kelainan katub sebagai gejala sisa penyakit jantung reumatik
juga menunjukkan perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa
berupa stenosis mitral lebih sering ditemukan pada wanita, sedangkan insufisiensi
aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki.

3.

Golongan Etnik dan Ras

Belum bisa dipastikan dengan jelas karena mungkin berbagai faktor lingkungan
yang berbeda pada golongan etnik dan ras tertentu ikut berperan atau bahkan
merupakan sebab yang sebenarnya. Yang telah dicatat dengan jelas ialah
terjadinya stenosis mitral. Di negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi
bertahun-tahun setelah serangan penyakit jantung reumatik akut. Tetapi data di
India menunjukkan bahwa stenosis mitral organik yang berat seringkali sudah
terjadi dalam waktu yang relatif singkat, hanya 6 bulan-3 tahun setelah serangan
pertama.
4.

Umur
Paling sering pada umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun.
Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang
sebelum umur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi Streptococcus pada anak usia sekolah.

5.

Keadaan Gizi dan adanya penyakit lain


Belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi. Hanya sudah
diketahui bahwa penderita sickle cell anemia jarang yang menderita demam
reumatik/penyakit jantung reumatik.

b. Faktor-faktor Lingkungan
1.

Keadaan sosial ekonomi yang buruk


Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi
untuk terjadinya demam reumatik Termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang
buruk ialah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni
padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak
yang sakit sangat kurang, pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk
perawatan kesehatan kurang dan lain-lain

2.

Iklim dan Geografi


Penyakit ini terbanyak didapatkan di daerah beriklim sedang, tetapi data akhirakhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi,
3

lebih tinggi daripada yang diduga semula. Di daerah yang letaknya tinggi agaknya
insidens lebih tinggi daripada di dataran rendah
3.

Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat

1.4

Epidemiologi
Lebih dari 100.000 kasus baru demam reumatik di diagnosa setiap tahunnya. Anak
sekolah 6-15 th merupakan kelompok yang paling sering terserang. Penyakit
cenderung terjangkit pada udara dingin, lembab, dan pada lingkungan yang kondisi
kebersihannya dan gizinya kurang memadai. Juga ada kecenderungan terjangkit
dalam suatu keluarga ( family tedency). Demam reumatik dapat dicegah dengan
pengenalan dan pengobatan awal radang tenggorokan yang disebabkan oleh
Streptokokus Beta-Hemolitikus Group A.

1.5

Patofisiologi
DR diyakini sebagai reaksi hipersensitivitas atau autoimun terhadap organisme
Streptokokus Beta-Hemolitikus Group A yang merupakan kerusakan pada jantung,
persendian, kulit dan sistem syaraf pusat. Infeksi streptokokeal yang pada awalnya
ditandai dengan luka pada tenggorokan, akan menyebabkan peradangan dan
pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral
dan aorta. Aschoff body yang tersusun dari sel-sel retikuloendotelial, sel-sel plasma,
dan limfosit terdapat di sekeliling daerah nekrosis, dan , menutup katup. Jaringan
parut yang terbentuk pada saat penyembuhan meninggalkan stenosis pada katup.
Peradangan juga dapat mengenai endokardium, miokardium, dan perikardium.
Membran sinofial pada berbagai persendian dapat mengalami peradangan,
pembengkakan dan rasa nyeri. Pola peradangan persendian tak teratur dan
berpindah-pindah sehingga menyulitkan dalam membuat diagnosa.
Kulit dan jaringan subkutan yang terkena ditandai dengan adanya bercak kemerahmerahan dan nodula subcutan pada sekitar tulang yang terkena. Tetapi gejala ini
4

berubah-ubah. Apabila sistem syaraf pusat terkena maka terdapat tanda-tanda


gerakan pada ekstremitas yang involunter, ireguler, dan kelemahan otot. Mekanisme
patofisiologi perubahan sistem syaraf pusat tidak diketahui tetapi ini terjadi pada
peradangan akut.
1.6

Komplikasi

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Aritmia jantung
Gagal jantung
Parikarditis dengan efusi yang luas
Pneumonitis rheumatik
Emboli paru
Infark
Kelainan katup jantung

1.7 Pemeriksaan Diagnostik


a.
b.
c.
d.

Ekokardiografi: untuk mendiagnosa perikarditis


Perikardiosentasis: untuk mendiagnosis perikarditis
Pemeriksaan foto toraks: untuk mendeteksi kardiomegali
Elektrokardiogram (EKG): bio atrioventrikuler (AV) dan pemanjangan segmen PR

terdapat pada karditis


e. Laju endap darah (LED): meningkat pada peradangan
1.8.
a.
b.
c.
d.

Penatalaksanaan
Istirahat
Eradikasi kuman streptokok
Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya karditis
Pengobatan suportif berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama

vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMAM REUMATIK


5

KASUS
An. Mawar, 5 tahun mengalami panas, nyeri dan pembengkakan sendi. Hasil
pemeriksaan penunjang ditemukan kardiomegali, bunyi jantung muffled dan perubahan
EKG. Orang tua An. Mawar berasal dari papua mengatakan bingung dengan penyakit
anaknya dan tidak tahu harus melakukan apa untuk perawatan anaknya.

2.2
1.

PENGKAJIAN
Identitas
Nama

: An. Mawar

Umur

: 5 tahun

Agama

: Kristen

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Belum Kawin

Pendidikan

: TK

Pekerjaan

: Pelajar

Suku Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Papua

Tanggal Masuk

: 15 September 2015

Tanggal Pengkajian

: 15 September 2015

No. Register

: 031776

Diagnosa Medis

: Demam Reumatik

b.

Identitas Penanggung Jawab


Tidak terkaji

2.

Status Kesehatan
a.
Status Kesehatan Saat Ini
1)
Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Keluarga px mengatakan saat px masuk rumah sakit px mengalami panas

2)

Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Alasan Masuk Rumah Sakit :
px mengeluh badannya panas
Perjalanan penyakit saat ini :
Keluarga px mengatakan px mengalami sesak, panas, nyeri, dan pembengkakan
sendi. Nyeri dirasakan di bagian persendian ( lutut,siku dan pergelangan
tangan)seperti ditusuk tusuk dengan skala nyeri 5 di rasakan saat px melakukan
aktivitas

3)

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Keluarga px mengatakan px hanya di kompres untuk menurunkan panas tubuh
anaknya

b.
1)

Satus Kesehatan Masa Lalu


Penyakit yang pernah dialami
Keluarga px mengatakan px tidak pernah menderita penyakit serius seperti
hipertensi

2)

Pernah dirawat
Keluarga Px mengatakan sebelumnya px tidak pernah di rawat di rumah sakit

3)

Alergi
Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai alergi terhadap apapun

4)

c.

Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)


Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai kebiasaan merokok minum kopi
maupun minum alkohol
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga px mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti
hepatitis, dan menurun (DM)

d.

3.

Diagnosa Medis dan therapy


Diagnosa Medis : Demam Reumatik
Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

a.

Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan


Keluarga px mengatakan bahwa dia yakin dengan menggunakan pelayanan

kesehatan anaknya akan sembuh dan cepat pulang


b.

Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit :
Keluarga px mengatakan, px biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan sayur
( 3xsehari). Px juga biasa minum air putih kurang lebih 6- 8 gelas
Saat sakit :
Keluarga px mengatakan, nafsu makan px menurun dan hanya menghabiskan
porsi nasi dengan lauk dan sayur. Dan minum kurang dari 6-8 gelas/ hari

c.

Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit
:
Keluarga px mengatakan sebelum sakit BAB px normal 1x sehari setiap pagi
dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses
Saat sakit
:
Keluarga px mengatakan dari masuk rumah sakit tgl 27 September 2012 sampai
tgl 29 September 2012 px BAB sedikit dengan konsistensi lembek kecoklatan
dan bau khas feses
2) BAK
Sebelum sakit
:
Keluarga px mengatakan px biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi kuning
cair dan bau khas urine
Saat sakit
:
Keluarga Px mengatakan saat sakit BAK px kurang dari 5-6 x shari

d.

Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan

Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit :
8

Keluarga px mengatakan sebelum sakit px biasa melekukan aktivitas sehari


hari seperti bermain
Saat sakit :
Keluarga px mengatakan saat sakit px hanya bisa berbaring di tempat tidur
e.

Pola kognitif dan Persepsi


Keluarga px mengatakan px tidak mengetahui sakitnya karena px masih kecil

f.

Pola Persepsi-Konsep diri


Keluarga px mengatakan px tidak bisa bersekolah seperti biasa karena harus
terbaring di rumah sakit

g.

Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit :
Keluarga px mengatakan pasien biasa tidur siang 30 menit sampai 1 jam per hari
dan tidur malam 6-7 jam perhari dan px tidur dengan nyenyak
Saat sakit
:
Keluarga px mengatakan tidur px terganggu karena badannya panas

h.

Pola Peran-Hubungan
Keluarga px mengatakan hubungan px dengan keluarganya baik telihat ayah ibu,
ayah dan keluarga lainnya menemani px bergiliran dan selalu member support
untuk tetap tenang agar cepat sembuh dan pulang

i.

j.

Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat sakit :tidak terkaji
Pola Toleransi Stress-Koping
Keluarga px mengatakan bahwa biasa bercerita tentang masalnya pada ayah
dan ibunya

k.

Pola Nilai-Kepercayaan
Px beragama Kristen dan keluarga px mengatakan px hanya bias berdoa di
tempat tidur sambil berbaring ditemani keluarganya

4.

Pengkajian Fisik
1).

Keadaan umum : komposmetis


Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS

: verbal: 6

Psikomotor: 4

Mata :5

2). Tanda-tanda Vital : Nadi = 88 x/mnt, Suhu = 38 0C , TD = 140/100 mmhg, RR =


28x/menit
3).

Keadaan fisik

a.
Kepala dan leher
:
Kepala : I : Rambut hitam, penyebaran rambut merata, tidak ada rontok dan tidak ada
kebotakan
P : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Mata : I : Simetris,konjung tipa anemis, skera anikterik, pupil isokor, tidaka ada
kantung mata,
tidak ada edema palpebra.
P : tidak ada nyeri tekan
Hidung : I : Simetris, penyebaran rambut silia merta, terdapat sekcret, dan ada nafas
cuping hidung,dan penggunaan otot bantu nafas.
P : Tidak ada nyeri tekan pada sinus prontalis, etmoidalis, maksilaris.
Mulut : I : Tidak ada cyanosis,tidak ada karies,tidak ada stomatitis,bibir simetris.
Telinga : I : Simetris, tidak ada lesi,tidak ada luka,tidak ada serumen dan discharge.
P : tidak ada nyeri tekan pada kartilago.
b.

Dada

1. Paru
I : simetris
P : vokal taktil premitus terasa getaran
P : sonor
A : vesikuler
2. Jantung
I : terlihat iktuskordis
P : Teraba iktuskordis di ICS 5
P : dallnes
A : muffled
c.

Payudara dan ketiak :


I : payu dara dan ketiak simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka
P : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

10

d.

abdomen :
I : simetris, tidak ada hiperpigmentasi
A : Peristaltik
P : tidak ada nyeri tekan
P : timpani

e.

Genetalia
Tidak terkaji

f.

Integumen :
I : tidak ada hiperpigmentasi
P : turgor kulit elastis

g. Ekstremitas:
Atas:
I : simetris,tidak ada lesi
P : CRT kurang dari 3 detik
Bawah:
I : Simetris, tidak ada lesi tidak ada luka
P : CRT kurang dari 3 detik
4)

Neurologis :
a. Status mental dan emosi :
Baik
b. Pengkajian saraf kranial :
Tidak Terkaji
c. Pemeriksaan refleks :
Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+
Patela :+

5). Pemeriksaan Penunjang


1.

Data laboratorium yang berhubungan


a.
b.
c.
d.

Pemeriksaan laboratorium darah


Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E
Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi

2.

Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji
3.
Hasil konsultasi
Tidak terkaji
4.
Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
11

Tidak terkaji
5. Diet pada Penyakit Demam Reumatik
1) Tujuan Diit :
Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, mencegah
penimbunan garam atau air
2) Syarat syarat Diit :
a. Energi cukup untuk mempertahankan BB normal
b. Protein cukup, 0,8 gram/kg BB
c. Lemak sedang, 25 30 % kebutuhan total kalori (10 % lemak jenuh, 15 % lemak tak
d.
e.
f.
g.
h.

jenuh)Vitamin dan mineral cukup


Rendah garam, 2-3 gram perhari
Cairan cukup 2 liter perhari
Bila makanan per oral tdk cukup berikan enteral atau parenteral
Bentuk makanan sesuai keadaan pasien
Cara menghidangkan menarik

2.3

ANALISA DATA

A.

Tabel Analisa Data

DATA
Ds : pasien mengeluh

Etiologi
Proses implamasi

MASALAH
Hipertermi

badanya panas
Do : suhu tubuh pasien
380C . pasien terlihat
lemas

Ds: px mengeluh nyeri


pada bagian
persendian rasanya

Agen cidera biologis


(implamasi)

seperti di tusuktusuk apabila px


12

Nyeri akut

melakukan aktifitas.
Do: Skala nyeri 5, dan px
terlihat meringis
kesakitan
TD: 140/100mmHg
S: 380C
N: 88x/mnt
RR: 28x/mnt
Ds : keluarga pasien
mengatakan nafsu

Ketidakmampuan untuk mencerna

Gangguan kebutuhan

makan pasien

makanan

nutrisi kurang dari

menurun .

kebutuhan tubuh

Do : BB pasien saat sakit


18 kg , TB pasien 110
cm ,membran mukosa
kering,pasien hanya
mau makan setengah
piring nasi, lauk dan
sayur
B.

Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan


Prioritas

TANGGAL /

JAM

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL
TERATASI

DITEMUKAN

13

Ttd

26 September Hipertermi berhubungan dengan proses


2015/ 10.00

implamasi ditandai dengan suhu tubuh pasien

WITA

38 0C , pasien terlihat lemas

26 September Gangguan rasa nyaman nyeri pada sendi b/d


2015 / 10.00

proses inflamasi ditandai dengan pasien

wita

mengeluh nyeri di bagian sendi , seperti di


tusuk-tusuk , skala nyeri 5 , pasien terlihat
gelisah, TD: 140/100mmHg , Nadi 88 x/menit.

26 September Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari


2015 /10.00

kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna makanan
ditandai dengan porsi makanan pasien
menurun dengan makan setengah piring nasi,
lauk dan sayur

C.

Rencana Tindakan Keperawatan


N

Hari/
Tgl

Rencana Perawatan

Tujuan dan

Dx

Kriteria Hasil
Setelah diberikan

Kamis/
26

Intervensi
1. Kaji saat timbulnya demam

Ttd
Rasional
1. Dapat

asuhan

diidentifikasi

keperawatan

pola/tingkat

ber

selama 3x24 jam

demam

2015

diharapkan suhu

septem

tubuh pasien
kembali normal
dengan criteria

2. Tanda-tanda
2. Observasi tanda-tanda vital
: suhu, nadi, TD,
pernafasan setiap 3 jam

vitalmerupakan
acuan untuk
mengetahui

14

hasil:

keadan

1. Rentang suhu

umumKlien

tubuh pasien
36-37,5 0 C
2. Tubuh Pasien

3. Berikan kompres hangat


dan anjurkan memakai
pakaian tipis

tidak lemas

3. Kompres akan
dapat membantu
menurunkan suhu
tubuh, pakaian
tipisakan dapat
membantumening
katkanpenguapan
panas tubuh

4. Berikan penjelasan tentang

4. Penjelasan

penyebab demam atau

tentang kondisi

peningkatan suhu tubuh

yang dilami klien


dapat membantu
mengurangi
kecemasan klien
dan keluarga

5. Berikan penjelasan pada


klien dan keluarga tentang
hal-hal yang dilakukan

5. Untuk mengatasi
demam dan
menganjurkan
klien dan keluarga
untuklebih

6. Jelaskan pentingnya tirah

kooperatif

baring bagi klien dan


akibatnya jika hal tersebut
tidak dilakukan

6. Keterlibatan
keluarga sangat
berarti dalam

7. Anjurkan klien untuk

proses
penyembuhan

15

banyak minum kurang lebih

klien di RS

2,5 3 liter/hari dan


jelaskan manfaatnya

7. Peningkatan suhu
tubuh
mengakibatkan
penguapan cairan
tubuh meningkat

8. Berikan antipiretik sesuai


dengan instruksi Dokter

sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan
yang banyak
8. Antipiretika yang
mempunyai
reseptor di

1. Kaji P,Q,R,S,T pasien


2. Kaji tanda tanda vital
3. Lakukan reposisi sesuai
petunjuk misalnya semi
fowler
4. Anjurkan px untuk
memberitahu perawat
dengan cepat bila terjadi

Kamis/

Setelah diberikan

26

asuhan

septem

keperawatan

ber

selama 3x24 jam

2015

diharapkan

hypothalamus
dapatmeregulasi
suhu tubuh
sehingga suhu
tubuh diupayakan
mendekatisuhu
normal

nyeri
5. Beritahu pasien untuk

1. Mengetahui

istirahat total
6. Kolaborasi dengan dokter

PQRST
2. Mengetahu tanda-

dalam pemberian obat


analgesic salisalat

tanda vital
3. Menurunkan
kebutuhan
oksigen
4. mengatasi nyeri
5. untuk

16

pasien dapat

meminimalkan

mengontrol nyeri

resiko cedera
6. analgesic untuk

yang

mengurangi rasa

dirasakannya
dengan criteria
hasil:

1. Kaji makanan kesukaan

nyeri

klien

1. Pasien
mengatakan

2. Kaji alergi makanan

nyeri terkontrol
dengan skala
1-3
2. pasien tidak
tampak gelisah
3. TTV dalam

Kamis,

4. Berikan makanan lunak


pada pasien

1. Menambah nafsu
makan pasien
2. Mengetahui alergi

5. Berikan pendiddikan

Septem
2015

tanda malnutrisi

rentang normal

26
ber

3. Monitor adanya tanda-

Setelah diberikan
3

asuhan
keperawatan
selama 3x 24 jam
diharapkan pola

kesehatan tentang
kebutuhan kalori dan
tindakan yang
berhubungan dengan
nutrisi

kriteria hasil :
1. Asupan nutrisi

3. Mengetahui
adanya ketidak
seimbangan nutrisi
4. memudahkan

makan px
seimbang dengan

terhadap makanan

6. Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang pemenuhan

pasien untuk
mencerna
makanan

nutrisi

5. Meningkatkan

px meningkat

pengetahuan agar

tanpa keluhan
2. Tidak ada

pasien lebih

tanda tanda

kooperatif

mal nutrisi
seperti : turgor
6. Menjaga

kulit tidak
17

elastis,

keseimbang

membrane

nutrsisi

mukosa
kering,
konjungtiva
anemis
3. Porsi makan
px normal 3x
sehari

D.

Implementasi Keperawatan

Hari/

No

Tindakan

Tgl/Jam

Dx

Keperawatan

Jumat
27

1. Mengkaji PQRST DS : Pasien mengatakan nyerinya masih


dirasakan
DO: Skala nyeri pasien 4
TD : 110/90 mmHg
N : 88 x/ mnt
S : 38oC
RR : 28 x/mnt

September
2015
15.00 wita
1
16.00 wita

2. Mengukur Suhu
1

17.00 wita

Evaluasi proses

DS: Pasien mengatakan badannya lemas


DO: Suhu tubuh pasien 37,5 oC

Tubuh Pasien
3. Memantau
tanda- tanda vital

DS: Pasien mengatakan sudah lebih nyaman


DO: TD: 110/80mmHg
N: 86x/menit
18

Ttd

S:37oC
RR: 28x/menit
1,2
18.00 wita

DS : pasien mengatakan tidak nafsu makan


DO : pasien terlihat lemas
2

18.30 wita
1
19.00 wita

4. Memantau

pola

makan pasien

5. Memberikan obat DS: pasien mengatakan merasa lebih


nyaman
antipiretik
DO: pasien terlihat lebih nyaman
6. Membantu

Sabtu , 28

pasien dalam

september

posisi semi

2015
08.00 wita

fowler
1,2

10.00 wita

DO: Pasien terlihat meminum obatnya

1. Membantu
pasien mandi

DS: pasien mengatakan lebih segar


DO: pasien terlihat lebih nyaman dan lebih
segar

DS : pasien mengatakan nyerinya sudah


berkurang
DO: pasien terlihat lebih nyaman dengan
skala nyeri pasien 2

1
11.00 wita

2. Mengkaji skala
nyeri pasien

DS: pasien merasa lebih nyaman


DO : TD: 120/ 80 mmHg
S: 37 0 C
N : 80 x/menit
RR: 20 x/ menit

1,2
12.00 wita
2
12.30 wita

3. Memantau
tanda-tanda vital

DS: pasien mengatakan pola makannya


sudah mulai kembali walaupun tidak bisa
menghabiskan 1 piring nasi
DO: pasien makan piring nasi , lauk. Sayur
DS: pasien mengatakan merasa lebih
nyaman
DO: pasien terlihat meminum obatnya

4. Mengkaji pola
makan pasien
19

5. Mengkolaborasi
pemberian obat
salisilat dan
vitamin C
E.

Evaluasi Keperawatan
N
o
1

Hari/Tgl
Jam
Sabtu , 28 september

No
Dx
1

2015
17.00 wita

Evaluasi
S: Pasien mengatakan nyerinya sudah
berkurang dan merasa lebih
nyaman
O: Skala nyeri pasien 2 pada daerah
persendian
TD: 110/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 37 oC
RR : 20 x/ mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutan Rencana Keperawatan
S: Pasien mengatakan pola
makannya sudah mulai kembali

Sabtu,28 september
2015
17.00 wita

O : Pasien makan 3/4 piring 3x sehari


A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Renpra

20

TTd

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Demam reumatik merupakan suatu proses peradangan yang mengenai jaringanjaringan penyokong tubuh terutama persendian, jantung, dan pembuluh darah.
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah
infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi.
3.2 SARAN
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pebuatan makalah
masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan
maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua
pembaca.

21

Anda mungkin juga menyukai