Anda di halaman 1dari 8

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan
suatu masalah, yaitu:
1. Apakah pengertian dari emosi?
2. Bagaimana bentuk-bentuk serta ciri-ciri emosi?
3. Bagaimana karakteristik dan perkembangan emosi remaja?
4. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan emosi remaja?
5. Bagaimana upaya untuk mengembangkan emosi remaja dan implikasinya dalam
pendidikan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari emosi.
2. Mengetahui bentuk-bentuk serta ciri-ciri emosi.
3. Mengetahui karakteristik dan perkembangan emosi remaja.
4. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan emosi remaja.
5. Mengetahui upaya untuk mengembangkan emosi remaja dan implikasinya dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Banyak definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli. Istilah emosi menurut
Sarlito Wirawan Sarwono dalam Syamsu Yusuf (2004: 115) adalah setiap keadaan pada
diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkah lemah (dangkal) maupun
pada tingkat yang luas.
Sementara itu, Daniel Goleman dalam Ali dan Asrori (2010: 63), mengatakan bahwa
emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Agoes Dariyo (2007: 180) emosi merupakan bagian dari aspek afektif yang
memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan perilaku seseorang yang bersifat
fluktuatif dan dinamis.
Dari beberapa pengertian tentang emosi yang telah dikemukakan, penulis berasumsi
bahwa emosi adalah keadaan diri seseorang yang berkaitan dengan perasaan dan
memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian serta perilaku seseorang.
B. Bentuk-Bentuk dan Ciri-Ciri Emosi
Berbicara tentang emosi, ada beberapa emosi yang begitu kompleks yang telah
diidentifikasi dan dikelompokkan oleh Daniel Goleman , yaitu sebagai berikut:
1. Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal
hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian
patologis.

2. Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis,


mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.
3. Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan
takut sekali, sedih, waspada , tidak tenang, ngeri, kecut, panik dan fobia.
4. Kenikmatan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang,
terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang,
senang sekali dan mania.
5. Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih sayang.
6. Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap, takjub dan terpana.
7. Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka dan mau
muntah.
8. Malu, meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati
hancur lebur.
Menurut Syamsu Yusuf (2004) emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologi lainnya seperti pengamatan dan
berfikir.
2. Bersifat fluktuatif (tidak tetap).
3. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indra.
C. Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja adalah masa goncang, yang terkenal dengan berkecamuknya perubahanperubahan emosional. Perubahan itu disebabkan oleh perubahan jasmani, terutama
perubahan hormon seks pada remaja itu. Akan tetapi, hasil penelitian lain membuktikan
bahwa tidak hanya perubahan hormon seks saja yang mempengaruhi emosi remaja,
karena perubahan hormon itu mencapai puncaknya pada permulaan masa remaja awal,
sedangkan perkembangan emosi mencapai puncaknya pada periode remaja akhir. Oleh
karena itu jelaslah bahwa kegoncangan emosi itu tidak disebabkan oleh perubahan
hormon seks dalam tubuh saja, akan tetapi juga sebagai akibat dari suasana masyarakat
dan keadaan ekonomi lingkungan remaja. Bahkan ada yang berpendapat, bahwa
pengaruh lingkungan lebih besar daripada pengaruh hormon.
Berdasarkan uaraian tersebut, penulis berasumsi bahwa pekembangan emosi remaja
yang ditandai dengan masa goncang dipengaruhi oleh perubahan hormon seks dan
lingkungan sekitar.
D. Karakteristik Perkembangan Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak sampai masa dewasa.
Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental,
sosial dan emosional. Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan
masa dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan
pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman,

tidak tenang, dan khawatir kesepian.


Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode , yaitu periode
pra remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk
setiap periode ada sebagaimana dipaparkan berikut ini.
1. Periode Praremaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria maupun
wanita. Perubahan fisik belum tanpa jelas, tetapi pada remaja putri biasanya
memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa gemuk.
Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan
terhadap rangsangan dari luar dan respon mereka biasanya berlebihan sehingga mereka
mudah tersinggung dan cengeng tetapi juga cepat merasa senang, atau bahkan
meledak-ledak.
2. Periode Remaja Awal
Pada periode ini perkembangan fisik yang semakin tampak, adalah perubahan fungsi alat
kelamin. Karena perubahan alat semakin nyata, remaja seringkali mengalami kesukaran
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang
mereka cenderung menyendiri sehingga merasa terasing, kurang perhatian dari orang
lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya. Kontrol terhadap
dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar
untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena
adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadangkadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja, yaitu mampu
memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Karena tuntutan
peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota
keluarganya tetapi juga dari masyarakat sekitarnya. Akibatnya, remaja seringkali ingin
membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas
untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang
dewasa di sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa
disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka.
4. Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai
mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu
orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada
mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena mereka
sudah memiliki kebebasan penuh serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan arah hidup
sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan dan keputusan tentang arah
hidupnya secara lebih bijaksana meski belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai
memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri,
orang tua dan masyarakat.

Menurut Zakiah Daradjat (1994: 35-36) bahwa perilaku remaja tidak stabil, keadaan
emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat,
peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya. Perhatian
kepada diri dan penampilannya berlebihan. Remaja puteri lebih memperhatikan
penampilan daripada remaja putera, sedangkan sikap remaja putera terhadap lawan
jenis biasanya aktif, dan sikapnya kepada teman-teman sejenis juga positif akibat
kebutuhan akan penerimaan sosial dan kebebasan. Remaja memerlukan pengertian
mendalam tentang kebutuhan, bakat, kapasitas diri, sikap perkembangan dan tuntutan
masa remaja yang dilaluinya, dan ia juga ingin mengetahui bagaimana cara bergaul
dengan lawan jenis.
Berdasarkan karakteristik dan ciri-ciri perkembangan emosi remaja yang telah
dikemukakan di atas, penulis berasumsi bahwa pada masa remaja emosinya belum stabil
karena masih dalam tahap peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa.
Perkembangan emosi remaja juga ditandai dengan perubahan fisik yang sejalan dengan
ketertarikannya kepada lawan jenis, sehingga mulai memperhatikan penampilannya agar
diperhatikan oleh orang lain.
E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan emosi Remaja
Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah
lakunya. Perkembangan emosi juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang
tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada
pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat beberapa
tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, dan tingkah laku
yang menyakiti diri sendiri. Sejumlah faktor yang memengaruhi perkembangan emosi
remaja menurut Ali dan Asrori (2010: 69-71) adalah sebagai berikut:
1. Perubahan jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat
dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagianbagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.
Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada
perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi
tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang
menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan
dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di
dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan
emosinya.
2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola
asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang
bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh
cinta. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan
perkembangan emosi remaja.

3. Perubahan interaksi dengan teman sebaya


Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan
cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng.
Interaksi antaranggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta
memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.
4. Perubahan pandangan luar
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik
emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
a. Sikap luar terhadap remaja sering tidak konsisten
b. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja
laki-laki dan perempuan.
c. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak
bertanggungjawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatankegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
5. Perubahan interaksi dengan sekolah
Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat
pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat
penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan
tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih
percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada orang tuanya. Posisi guru
semacam ini sangat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak
melalui penyampaian materi-materi yang positif.
Berdasarkan faktor-faktor perkembangan emosi remaja yang telah dikemukakan di atas,
penulis berasumsi bahwa pada dasarnya perkembangan emosi remaja dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Perubahan jasmani termasuk ke dalam
faktor internal dan Perubahan pola interaksi dengan orang tua, Perubahan interaksi
dengan teman sebaya, Perubahan pandangan luar, Perubahan interaksi dengan sekolah
merupakan faktor eksternal.
F. Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya bagi Pendidikan
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
mengembangkan kecerdasan emosional , salah satu di antaranya adalah dengan
menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium dalam Ali dan
Asrori (2010:73-74) tentang Unsur-unsur aktif program pencegahan, yaitu sebagai
berikut.
1. Pengembangan keterampilan emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu
adalah :
a. Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan,
b. Mengungkapkan perasaan,
c. Menilai intensitas perasaan,

d. Mengelola perasaan,
e. Menunda pemuasan,
f. Mengendalikan dorongan hati,
g. Mengurangi stress, dan
h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.
2. Pengembangan keterampilan kognitif
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah
sebagai berikut.
a. Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi
masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b. Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
c. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan.
d. Belajar memahami sudut pandang orang lain.
e. Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana
yang tidak.
f. Belajar bersifat positif terhadap kehidupan.
g. Belajar mengembangkan kesadaran diri.
3. Pengembangan keterampilan perilaku
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan perilaku individu adalah
sebagai berikut.
a. Mempelajari keterampilan komunikasi nonverbal.
b. Mempelajari keterampilan komunikasi verbal
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan
emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosional adalah dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang di dalamnya terdapat materi yang dikembangkan oleh Daniel
Goleman dalam Ali dan Asrori (2010:74-75) yang kemudian diberi nama Self-Science
Curiculum sebagaimana dipaparkan berikut ini.
a. Belajar mengembangkan kesadaran diri
Caranya adalah mengamati sendiri dan mengenali perasaan sendiri, menghimpun
kosakata untuk mengungkapkan perasaan, serta memahami hubungan antara pikiran,
perasaan, dan respons emosional.
b. Belajar mengambil keputusan pribadi
Caranya adalah mencermati tindakan-tindakan dan akibat-akibatnya, memahami apa
yang menguasai suatu keputusan, pikiran, atau perasaan, serta menerapkan
pemahaman ini ke masalah-masalah yang cukup berat, seperti masalah seks dan obat
terlarang.
c. Belajar mengelola perasaan
Caranya adalah memantau pembicaraan sendiri untuk mengungkap pesan-pesan negatif
yang terkandung di dalamnya, menyadari apa yang ada di balik perasaan, menemukan
cara-cara untuk menangani rasa takut, cemas, amarah dan kesedihan.
d. Belajar menangani stress

Caranya adalah mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan yang terarah, dan


metode relaksasi.
e. Belajar berempati
Caranya adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut
pandang orang lain, serta menghargai perbedaan perasaan orang lain mengenai sesuatu.
f. Belajar berkomunikasi
Caranya adalah berbicara mengenai perasaan secara efektif, yaitu belajar menjadi
pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan atau yang
dikatakan sesorang dengan reaksi atau penilaian sendiri tentang sesuatu, serta
mengirimkan pesan dengan sopan dan bukannya mengumpat.
g. Belajar membuka diri
Caranya adalah menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan dalam suatu
hubungan serta mengetahui situasi yang aman untuk membicarakan tentang perasaan
diri sendiri.
h. Belajar mengembangkan pemahaman
Caranya adalah mengidentifkasi pola-pola kehidupan emosional dan reaksi-reaksinya
serta mengenali pola-pola serupa pada orang lain.
i. Belajar menerima diri sendiri
Caranya adalah merasa bangga dan memandang diri sendiri dari sisi positif, mengenali
kekuatan dan kelemahan diri anda, serta belajar mampu untuk menertawakan diri anda
sendiri.
j. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
Caranya adalah belajar rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari
keputusan dan tindakan pribadi, serta menindaklanjuti komitmen yang telah dibuat dan
disepakati.
k. Belajar mengembangkan ketegasan
Caranya adalah dengan mengungkapkan keprihatinan dan perasaan anda tanpa rasa
marah atau berdiam diri.
l. Mempelajari dinamika kelompok
Caranya adalah mau bekerja sama, memahami kapan dan bagamana memimpin, serta
memehami kapan harus mengikuti.
m. Belajar menyelesaikan konflik
Caranya adalah memahami bagaimana melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang
lain, orang tua atau guru, serta memahami contoh penyelesaian menang-menang (winwin solution) untuk merundingkan atau menyelesaikan suatu perselisihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pekembangan emosi remaja ditandai dengan masa goncang yang dipengaruhi oleh
perubahan hormon seks dan lingkungan sekitar. Pada masa remaja emosinya belum

stabil karena masih dalam tahap peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa.
Perkembangan emosi remaja juga ditandai dengan perubahan fisik yang sejalan dengan
ketertarikannya kepada lawan jenis, sehingga mulai memperhatikan penampilannya agar
diperhatikan oleh orang lain.
Pada dasarnya perkembangan emosi remaja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Perubahan jasmani termasuk ke dalam faktor internal dan
Perubahan pola interaksi dengan orang tua, Perubahan interaksi dengan teman sebaya,
Perubahan pandangan luar, Perubahan interaksi dengan sekolah merupakan faktor
eksternal.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi remaja agar berkembang ke
arah kecerdasan emosional antara lain dengan belajar mengembangkan : (a)
keterampilan eosional, (b) keterampilan kognitif, (c) keterampilan perilaku.

Anda mungkin juga menyukai