Anda di halaman 1dari 22

Pengelolaan Limbah : Kota Bandung Dinilai Buruk dalam Menangani

Limbah Industri
MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan
Lingkungan

Oleh
Dwi Lia Oktaviana
NIM 152110101129
Dasar Kesehatan Lingkungan Kelas A

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah dengan judul Pengelolaan
Limbah : Kota Bandung Dinilai Buruk dalam Menangani Limbah Industri
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan.

Keberhasilan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini tak lupa penulis mengucapkan
terima kasih yang mendalam kepada : Ibu Anita Dewi Mulyaningrum, S.KM.,
M.Kes. selaku dosen mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan dan semua pihak
yang membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi seluruh mahasiswa khususnya pada bidang yang bersangkutan.

Jember, 30 September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................1
1.1

Latar belakang...................................................................1

1.2

Rumusan masalah.............................................................2

1.3

Tujuan................................................................................2

1.3.1

Tujuan Umum:..............................................................2

1.3.2

Tujuan khusus:.............................................................3

BAB 2. PEMBAHASAN....................................................................6
2.1

Pengelolaan industri di Kota Bandung...............................6

2.2

Penyebab pengelolaan limbah di Kota Bandung masih

dinilai buruk...............................................................................7
2.3

Alternatif solusi untuk pemecahan masalah pengelolaan

limbah........................................................................................7
2.3.1

Pengelolaan limbah padat...........................................7

2.3.2

Pengelolaan limbah cair...............................................8

2.3.3

Pengelolaan limbah gas.............................................12

BAB 3. PENUTUP..........................................................................14
3.1

Kesimpulan......................................................................14

3.2

Saran...............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................16

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang

Kemajuan pengetahuan dan teknologi berdampak pula pada


peningkatan kegiatan perekonomian terutama sektor industri.
Semakin majunya peralatan industri yang digunakan memberi
dampak

positif

bagi

industri

tersebut

yakni

peningkatan

produktivitas dan efisiensi kerja. Dampak positif lainnya yakni


meningkatkan kesempatan kerja, tingkat ekonomi meningkat,
kesejahteraan

masyarakat

meningkat,

serta

pertumbuhan

ekonomi secara nasional. Tidak hanya membawa dampak positif,


industrialisasi tidak lepas juga dari berbagai dampak negatif.
Dampak

negatif

menurunnya

yang

kualitas

ditimbulkan
lingkungan

salah
yang

satunya

yakni

disebabkan

oleh

penanganan limbah yang tidak benar.


Industrialisasi tidak lepas dari hasil pembuangan dari proses
produksi yang lebih dikenal sebagai limbah. Limbah industri
sangat

beragam

sesuai

dengan

jenis

industri.

Limbah

mengandung bahan organik yang dapat menjadi sumber bahan


makanan untuk pertumbuhan mikroba. Limbah yang langsung
dibuang ke lingkungan tanpa melalui proses pengolahan yang
benar

dapat

menurunkan

kualitas

lingkungan

yang

dapat

memberi efek negatif pada seluruh makhluk hidup termasuk


manusia. Ketidak seimbangan ekologi yang ditimbulkan akan
membahayakan seluruh kehidupan makhluk hidup.
Limbah yang langsung dibuang ke perairan tanpa proses
pengolahan

menyebabkan

mekanisme

pertumbuhan

Meningkatnya

jumlah

penurunan

kualitas

mikroorganisme

mikroorganisme

air

yang

dapat

dengan

berlimpah.

menyebabkan

berkurangnya nilai oksigen terlarut. Dengan adanya penurunan


oksigen terlarut maka akan mempengaruhi kehidupan ikan dan
biota air lainnya. Begitu pula limbah yang langsung dibuang di

tanah menyebabkan degradasi kualitas tanah, kandungan nutrisi


tanah yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan hilang sehingga
menjadi tanah yang tidak produktif karena tidak bisa digunakan
untuk bercocok tanam.
Masalah pencemaran karena limbah yang tidak dikelola
dengan baik tidak hanya disebabkan oleh industri besar, tetapi
juga oleh industri kecil yang seringkali belum mempunyai
fasilitas pengolahan limbah.

Mengingat jumlah industri yang

sangat banyak dan lokasi yang menyebar maka hal ini perlu
mendapat perhatian. Banyak industri besar maupun kecil yang
beroperasi di kota-kota besar, sehingga masalah limbah lebih
terjadi di kota-kota besar. Menurut Pusat Data dan Analisa
Pembangunan Jawa Barat, jumlah industri kecil menengah dan
besar di kota Bandung pada tahun 2015 sebanyak 11 unit.
Meskipun jumlah tersebut tergolong kecil dari kota lainnya di
Jawa Barat, namun pembuangan limbah yang dihasilkan berhasil
membuat kota Bandung sebagai kota paling buruk dalam
menangani

limbah

menurut

Kepala

Badan

Pengelolaan

Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat pada


Selasa 21 September 2016.
Jika limbah industri tidak ditangani dengan benar sesuai
dengan prosedurnya maka berbagai bahaya yang diakibatkan
olehnya akan mengancam kelangsungan hidup seluruh makhluk
hidup. Oleh karena itu, pengelolaan limbah industri harus
mendapat perhatian khusus baik dari pemerintah maupun
masyarakat.

Pemerintah telah mengatur mengenai baku mutu

air limbah dalam peraturan menteri lingkungan hidup republik


Indonesia nomor 5 tahun 2014. Dalam peraturan tersebut telah
ditetapkan bahwa semua industri wajib melakukan pengolahan
limbah sesuai dengan baku mutu air limbah. Secara umum
pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan

sumber (source reduction), penggunaan kembali (recycling), dan


pengolahan (treatment).

1.2

Rumusan masalah

1. Bagaimana pengelolaan limbah industri di Kota Bandung?


2. Apa yang menyebabkan pengelolaan limbah di Kota
Bandung masih dinilai buruk?
3. Alternatif

solusi

menyelesaikan

apa

yang

masalah

dapat

pengelolaan

digunakan
limbah

di

untuk
Kota

Bandung?
4. Rekomendasi

apa

yang

dapat

diberikan

terkait

permasalahan limbah di Kota Bandung?


1.3

Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum:


Mengetahui pengelolaan industri di Kota Bandung
1.3.2 Tujuan khusus:
1. Mengetahui pengelolaan limbah industri di Kota Bandung.
2. Mengetahui penyebab masih buruknya pengelolaan limbah
di Kota Bandung.
3. Memberikan

alternatif

solusi

pemecahan

masalah

pengelolaan limbah di Kota Bandung.


4. Memberikan rekomendasi mengenai pengelolaan limbah di
Kota Bandung.

Kota Bandung Dinilai Paling


Buruk Tangani Limbah
Industri

K
ontributor Bandung, Reni SusantiWakil Gubernur Jawa Barat
Deddy Mizwar melakukan inspeksi mendadak (sidak) bersama
BPLHD Jabar ke sejumlah pabrik di kawasan Kamasan, Banjaran,
Kabupaten Bandung, Selasa (21/6/2016). Dalam sidak tersebut
ditemukan banyak industri yang membuang limbah ke sungai.
BANDUNG,

KOMPAS.com

Kepala

Badan

Pengelolaan

Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat Anang


Sudharna menilai bahwa penanganan limbah industri di Kota
Bandung paling buruk. Data ini diperoleh dari penilaian yang
dilakukan BPLHD ke 200 perusahaan di enam kabupaten/kota.
Anang menjelaskan, pada
penilaian

terhadap

200

2015

lalu,

industri

pihaknya

yang

melakukan

diusulkan

setiap

kabupaten/kota untuk dinilai lembaga independen.


Ke-200 industri tersebut berada di enam kabupaten/kota yang
berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, yakni Kota
Bandung,

Cimahi,

Kabupaten

Bandung,

Bandung

Barat,

Purwakarta, dan Karawang.

Dari daerah tersebut, Kota Bandung menjadi yang paling buruk


dalam penanganan limbah industrinya. Kota Bandung gagal
mengelola lingkungan," ujar Anang seusai inspeksi mendadak
(sidak) ke sejumlah pabrik di kawasan Kamasan, Banjaran,
Kabupaten Bandung, Selasa (21/6/2016).
Anang mengungkapkan, penilaian tersebut menyebutkan, dari 45
perusahaan di Kota Bandung yang dinilai, 32 di antaranya tidak
mengolah

limbahnya

dengan

baik.

Perusahaan-perusahaan

tersebut masuk dalam kategori merah dan hitam.


"70 persen tidak taat. Masa ada hotel bintang empat masuk
kategori

merah,"

ungkapnya

seraya

menyebut

penilaian

menyangkut pembuangan limbah cair, padat, dan udara.


Anang pun meminta Pemerintah Kota Bandung lebih fokus dalam
mengatasi persoalan limbah yang dihasilkan industrinya itu.
"Apa

peranan

pemkot

dalam

membina

industrinya?

Itu

kewenangan wali kota," tuturnya.


Berdasarkan penilaian tersebut, industri yang masuk kategori
hitam ini akan dilaporkan ke Kepolisian untuk disidik.
"Yang merah kita bina. Kalau tahun depan masih saja, kita
binasakan," pungkasnya.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1

Pengelolaan industri di Kota Bandung.

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di


Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut.
Pada awalnya Kota Bandung merupakan kawasan pertanian,
namun

seiring

pertanian

dengan

menjadi

laju

urbanisasi

kawasan

menjadikan

perumahan

serta

lahan

kemudian

berkembang menjadi kawasan industri dan bisnis. Kota bandung


menjadi tempat berkembangnya berbagai industri kreatif yang
menarik minta para pebisnis untuk mendirikan usahanya di kota
kembang tersebut (julukan untuk Kota Bandung).
Mulai dari industri makanan, fashion sampai berbagai
industri kreatif lainnya. Berkembangnya berbagai industri kreatif
membawa

berbagai

dampak

baik

positif

maupun

negatif.

Dampak positifnya antara lain berkembangnya berbagai industri


kreatif menjadikan Bandung sebagai barometer pertumbuhan
industri kreatif di tingkat nasional, membuka banyak lapangan
kerja,

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat,

dan

meningkatkan pendapatan daerah. Selain berbagai dampak


positif tersebut, ada pula dampak negatif adanya berbagai usaha
kreatif yakni pembuangan sisa-sisa proses produksi atau yang
biasa dikenal sebagai limbah.

Namun sayangnya, berbagai

industri tersebut lalai mengenai pengelolaan limbah.


Menurut

Kepala

Badan

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup

Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat Anang Sudharna bahwa


penanganan limbah industri di Kota Bandung adalah yang paling
buruk. Berdasarkan Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jawa
Barat, jumlah industri kecil menengah dan besar di kota Bandung
pada tahun 2015 sebanyak 11 unit. Sebanyak 70% industri tidak
taat

dalam

melakukan

pengelolaan

limbah.

Perusahaan-

perusahaan tersebut masuk dalam kategori merah dan hitam.

Penilaian tersebut menyangkut pembuangan limbah cair, padat,


dan udara. Berdasarkan penilaian tersebut, industri yang masuk
kategori hitam akan dilaporkan ke kepolisian untuk disidik.

2.2

Penyebab pengelolaan limbah di Kota Bandung

masih dinilai buruk.


Berbagai faktor yang mendorong masih buruknya sistem
pengelolaan limbah di berbagai industri antara lain disebabkan
oleh:
1. Biaya untuk melakukan pengelolaan limbah yang sesuai
prosedur tergolong besar.
2. Rendahnya pengetahuan pemilik industri mengenai caracara pengelolaan limbah yang benar.
3. Tidak

melaporkan

monitoring

bulanan

aspek
kepada

administrasi
BPLHD

berupa

(Badan

self

Pengelola

Lingkungan Hidup Daerah).


4. Kelalaian perusahaan atau karyawan yang tidak melakukan
pengelolaan limbah sesuai standar operasional prosedur.
5. Keterbatasan alat dan teknologi.
6. Rendahnya

pengawasan

terhadap

sistem

pengelolaan

limbah.
7. Sanksi

yang

ringan

terhadap

pelanggaran

terhadap

kelalaian pengelolaan limbah.

2.3

Alternatif solusi untuk pemecahan masalah

pengelolaan limbah
1. Memberikan

pelatihan

dan

pengetahuan

mengenai

pengelolaan llimbah industri kepada pemilik industri.

2. Peningkatan pengawasan mengenai pengelolaan limbah


industri.
3. Memberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku kepada siapapun pelaku industri yang lalai terhadap
masalah pengelolaan limbah.
4. Menggunakan beberapa metode pengelolaan limbah di
bawah ini;
Menurut

Undang-Undang

No

32

Tahun

2009

tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah


sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan wujudnya, limbah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Limbah padat
2. Limbah cair
3. Limbah gas
2.3.1

Pengelolaan limbah padat

Ada beberapa metode dalam proses pngolahan limbah


padat

yaitu

dengan

(pengurukan),

dengan

memakai

recycling

metode

(daur-ulang),

landfills

composting

(pengomposan), dan incineration (penempatan bahan limbah).


Sanitari

landfills

penempatan

adalah

bahan

suatu

limbah

metode

diatas

pengolahan

tanah

dengan

dan
cara

mengemasnya menjadi bagian-bagian kecil yang kemudian


ditutup

dengan

suatu

lapisan

tanah

penutup

setiap

hari.pemadatan dan penutupan lapisan tanah dilakukan dengan


menggunakan bulldozer atau alat-alat berat. Limbah padat
ditempatkan pada tempat yang telah disediakan kemudian
dipadatkan atau dibakar agar supaya volume limbahnya menjadi
kecil sehingga lokasi pembuangan limbah bisa berumur lebih
panjang.
Recycling dapat diartikan sebagai daur ulang, sebuah proses
mengolah kembali sampah atau benda-benda bekas menjadi
8

barang atau produk yang memiliki nilai manfaat. Dengan


melakukan

recycle

atau

daur

ulang,

benda-benda

yang

sebelumnya tidak bermanfaat dan menjadi sampah bisa diolah


menjadi barang-barang yang sebelumnya tidak bermanfaat dan
menjadi sampah bisa diolah menjadi barang-barang baru yang
memiliki manfaat dan kegunaan baru.
Pengomposan merupakan salah satu metode mengelola
sampah padat menjadi kompos, yakni pupuk alami (organik)
yang terbuat dari bahan-bahan hijauan dan bahan organik lain
yang

sengaja

ditambahkan

untuk

mempercepat

proses

pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu,


bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied,
2004). Incineration atau pembakaran sampah adalah teknologi
pengolahan

sampah

yang

melibatkan

pembakaran

bahan

organik. Insinerasi mengubah limbah padat atau sampah menjadi


abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang
dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke
atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai
energi pembangkit listrik.
2.3.2

Pengelolaan limbah cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau
kegiatan berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan dapat
menurunkan kualitas lingkungan. . Pengelolaan limbah cair dalam
proses

produksi

dimaksudkan

untuk

meminimalkan

jumlah

limbah yang terjadi di lingkungan.


Tahapan pengolahan limbah cair diantaranya:
1. Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah
berupa proses pengolahan secara fisika.
a. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir

melalui

saluran

pembuangan disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini

disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara


yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan
padat berukuran besar dari air limbah.
b. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap Selanjutnya limbah disaring kemudian disalurkan
kedalam tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan
pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran
relatif besar. Cara kerjanya dengan memperlambat aliran
limbah sehingga partikel partikel pasir jatuh ke dasar
tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses
selanjutnya.
c. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair
akan dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode
pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang
paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer
limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan
agar partikel partikel padat yang tersuspensi dalam air
limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel
tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan
dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih
lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode
pengapungan (Floation).
d. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan
polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan
dilakukan

dengan

menggunakan

alat

yang

dapat

menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil


( 30 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan
membawa
permukaan

partikel
air

partikel

limbah

minyak

sehingga

dan

lemak

kemudian

ke

dapat

disingkirkan.
10

Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah


dapat disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka
limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer
tersebut

dapat

langsung

dibuang

kelingkungan

(perairan).

Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain


yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen
penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut,
maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan
selanjutnya.
2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan
secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang
dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme
yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga
metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu
metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode
lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan
(treatment ponds / lagoons) .
a. Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk
mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada
suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu
atau plastik, dengan dengan ketebalan 1 3 m. limbah
cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan
dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama
proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah

akan

didegradasi

oleh

bakteri

aerob.

Setelah

merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan


menetes

ke

suatu

wadah

penampung

dan

kemudian

disalurkan ke tangki pengendapan.

11

Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami


proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat
tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan
yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah
lebih

lanjut,

lingkungan

sedangkan
atau

air

limbah

disalurkan

ke

akan
proses

dibuang

ke

pengolahan

selanjutnya jika masih diperlukan.


b. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah
cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah
dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob.
Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut
selama

beberapa

jam,

dibantu

dengan

pemberian

gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat


mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.
Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan
untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur
yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki
aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang
telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau
diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
c. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan
merupakan

metode

yang

murah

namun

prosesnya

berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair


ditempatkan
tumbuh

kolam-kolam

dipermukaan

menghasilkan
digunakan

dalam

oksigen.
oleh

kolam

terbuka.
akan

Oksigen

bakteri

aero

Algae

yang

berfotosintesis

tersebut
untuk

kemudian
proses

penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada


metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses
degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses

12

pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk


endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk
dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer
dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair
yang

dapat

berbahaya

bagi

lingkungan

atau

masyarakat.

Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini


disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah
cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan
sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder
adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan
garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan
(advanced

treatment).

Pengolahan

ini

meliputi

berbagai

rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan


tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir,
saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter,
penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan,
dan osmosis bolak-balik.
Metode

pengolahan

tersier

jarang

diaplikasikan

pada

fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang


diperlukan

untuk

melakukan

proses

pengolahan

tersier

cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.


4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi

atau

pembunuhan

kuman

bertujuan

untuk

membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada


dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu
dengan

menambahkan

senyawa/zat

tertentu,

atau

dengan

perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh

13

mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,


yaitu :

Daya racun zat

Waktu kontak yang diperlukan

Efektivitas zat

Kadar dosis yang digunakan

Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan

Tahan terhadap air

Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah


penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet
(UV), atau dengan ozon (O). Proses desinfeksi pada limbah cair
biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai,
yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum
limbah dibuang ke lingkungan.
5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder,
maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa
lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung,
melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil
pengolahan

limbah

diurai/dicerna

secara

biasanya
aerob

akan

(anaerob

diolah

dengan

digestion),

cara

kemudian

disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke


lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau
dibakar (incinerated).
2.3.3

Pengelolaan limbah gas

1. Penanggulangan dengan alat ECO-SO2 (Electric Catalyc


Oxidation) - SO2 ialah sejenis alat kontrol polusi udara untuk
mengurangi polusi udara.
2. Penanggulangan dengan alat koagulasi listrik

14

Asap dan debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan


dengan

alat

koagulasi

listrik.

Asap

dari

pabrik

sebelum

meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung


logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.00075.000). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekulmolekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diabsorpsi oleh
partikel asap dan menjadi bermuatan.
Rekomendasi
1. Perlu

dilaksanakan

pengelolaan

limbah

pelatihan
untuk

mengenai
pemilik

teknik-teknik

industri

guna

meningkatkan pengetahuan.
2. Peningkatan pengawasan oleh dinas terkait mengenai
pengelolaan limbah ditiap-tiap kegiatan industri.
3. Penegakan peraturan yang telah ditetapkan mengenai
pengelolaan limbah.

15

BAB 3. PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Kota Bandung merupakan pusat industri kreatif terbesar di

Indonesia. Mulai dari industri fashion sampai makanan banyak


berkembang di kota kembang ini (julukan Kota Bandung). Namun
berkembangnya industri kreatif ini tidak diimbangi dengan
pengelolaan limbah yang baik pula. Akibatnya
disebut

sebagai

kota

dengan

penanganan

Kota Bandung
limbah

industri

terburuk menurut Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat Anang Sudharna. Sebanyak
70% industri tidak taat dalam melakukan pengelolaan limbah.
Perusahaan-perusahaan tersebut masuk dalam kategori merah
dan hitam. Penilaian tersebut menyangkut pembuangan limbah
cair, padat, dan udara. Berdasarkan penilaian tersebut, industri
yang masuk kategori hitam akan dilaporkan ke kepolisian untuk
disidik.
Beberapa alasan yang menyebabkan para pelaku industri di
Kota

bandung

pengelolaan

mendapatkan

limbah

industri

penilaian
yakni

buruk

karena

mengenai

mereka

tidak

melaporkan aspek administrasi berupa self monitoring bulanan


kepada BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah),
kelalaian perusahaan atau karyawan yang tidak melakukan
pengelolaan

limbah

sesuai

standar

operasional

prosedur,

keterbatasan alat dan teknologi, dan rendahnya pengawasan


terhadap sistem pengelolaan limbah.
Berbagai teknik pengelolaan limbah yang dapat dilakukan
dikelompokkan

berdasarkan

jenis

limbah

industri

yang

dihasilkan. Limbah industri dibagi kedalam 3 jenis yakni, limbah


padat atau sampah, limbah cair, dan limbah gas. Untuk limbah
padat

dapat

dilakukan

teknik

sanitary

landfill,

recycling,

insinerasi, dan pengomposan. Pengelolaan limbah cair terdiri dari

16

beberapa tahapan, mulai dari tahapan primer sampai dengan


sekunder. Untuk limbah gas dapat dilakukan teknik alat koagulasi
listrik.
3.2

Saran
Seyogyanya

para

pelaku

industri

melaksanakan

kewajibannya untuk mengelola limbah industri sesuai dengan


peraturan yang berlaku. Meningkatkan kepedulian terhadap
lingkungan

sekitar

guna

menjaga

keseimbangan

ekologi.

Pemerintah melakukan pengawasan terhadap berbagai industri


agar tidak ada lagi pelaku industri yang lalai untuk mengelola
limbah hasil aktivitas industrinya. Masyarakat dapat turut
berperan

serta

melakukan

pengawasan

terhadap

berbagai

kegiatan industri khususnya mengenai pembuangan sisa-sisa


kegiatan industri.

17

DAFTAR PUSTAKA
Anugerah, M. N. P. 2012. Pengolahan Limbah Cair. Tidak
Diterbitkan. Makalah. Palembang. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Arief,

L. M. 2008. Teknik Pengolahan Limbah


Jakarta.Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul.

B3.

Arsawan, M., I Wayan, B. S., dan Wayan, S. 2007. Pemanfaatan


Metode Aerasi dalam Pengolahan Limbah Berminyak.
Jurnal Ecotrophic, 2 (2): 2-6.
Damanhuri, E. dan Tri, P. 2011. Pengelolaan Sampah. Bandung.
Itbpress.
Khoiron, dkk. 2014. Dasar Kesehatan Lingkungan. Jember. Jember
University Press.
Said, N. I. 2010. Teknologi Pengolahan Air Limbah dengan Proses
Biofilm Tercelup. Jurnal Teknologi Lingkungan, 1 (2): 102105.
Sulistyorini, L. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara
Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2
(1): 78-79.
Susanti, R. 2016. Kota Bandung Dinilai Paling Buruk Tangani
Limbah Industri. WWW kompas.com [ on line news].
http://regional.kompas.com/read/2016/06/21/15143791/ko
ta.bandung.dinilai.paling.buruk.tangani.limbah.industri.
[ 22 September 2016 ].
Widodo, F. H. 2013. Pengolahan Limbah. Tidak Diterbitkan.
Makalah. Bandung. Fakultas Sains Program Studi Teknik
Fisika Universitas Telkom.
Wied, H. A. 2004. Memproses Sampah. Jakarta : Penebar
Swadaya.

18

Anda mungkin juga menyukai