Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

CARSINOMA COLON
A. Definisi
Carsinoma colorectal adalah keganasan yang terjadi didaerah colon dan
rectum. Insiden carsinoma colon dan rectum di Indonesia cukup tinggi juga
dengan angka kematiannya. Sekitar 75 % ditemukan didaerah rectosigmoid.
(Wim de Jong, 1997).
B. Etiologi dan factor resiko.
Penyebab kanker kolon dan rectal tidak diketahui secara pasti, tetapi factor
resiko tinggi telah teridentifikasi dalam Brunner dan Suddarth , ( 2002):
1. Usia lebih dari 40 tahun.
2. Darah dalam feses.
3. Riwayat polip rectal atau polip colon.
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus.
5. Riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga.
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis/colitis ulceratif.
7. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
C. Klasifikasi Histologi (Diktat Kuliah, Debbi D)
1. Adenocarcinoma (berdifferensiasi baik, sedang, buruk).
2. Adenocarcinoma musinosum (berlendir)
3. Signet Ring Cell Carcinoma.
4. Carcinoma sel skuamosa.
D. Penentu stadium menurut sistem Dukes (Wim de Jong, 1997).
A : Terbatas pada dinding usus.
B : Menembus lapisan muskolaris mukosa.
C : Metastase kelenjar limfe.
C1 : Berapa kelenjar limfe dekat tumor primer.
C2 : Dalam kelenjar limfe jauh.

D : Metastasis jauh.
E. Klasifikasi Ca Colorectum menurut sistem TNM (Tumor, Node,
Metastasis).
T ( Tumor Primer )
Tx : Tumor primer tdk dpt dinilai.
To : Tdk ada tumor primer.
Tis : Tumor in situ.
T1 : Invasi mukosa di lap sub mukosa.
T2 : Invasi tumor di lap otot propia.
T3 : Invasi tumor melewati otot propia ke sub serosa atau nonperitoneal
pericolik atau ke jaringan perirectal.
T4 : Tumor mengalami perforasi visceral atau mengalami invasi ke organ
lain/struktur lain.
N (Nodes Lymph Regional)
Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dibagi.
No : Tdk tjd metastasis dinodes lymph regional.
N1 : Metastasis di 1-3 pericolik atau nodus lymph perirectal.
N2 : Metastasis di 4 atau lebih ke kelenjar pericolik atau nodus lymph
perirectal.
N3 : Metastasis pada kelenjar limfe isi nama pembuluh darah dan atau pada
kelenjar apical.
M (Metastasis jauh)
Mx : Metastasis jauh tidak dpt dinilai.
Mo : Tdk ada metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh
F. Pengelompokkan Stadium (Matassarin, 1997)
Stadium
(Dukes)

Tis

No

Mo

I(A)

T1

No

Mo

T2

No

Mo

T3

No

Mo

T4

No

Mo

Setiap T

N1

Mo

Setiap T

N2

Mo

Setiap T

N3

Mo

Setiap T

Setiap N

M1

II(B)

III(C)

IV(D)

G. Pathofisiologi
Tumor malignat (50%) terjadi pada area rectal. 20 30 % terjadi disigmoid
dan kolon desending. (Matassarin, 1997)
Kanker colon dan rectum terutama adalah adenocarcinoma (muncul dari
lapisan epitel usus) sebanyak 95%.
Dimulai sebagai Polip jinak

Polip ganas

Menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur


sekitarnya

Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh
yang lain (paling sering ke hati)
H. Manifestasi klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi dan dapat juga mencakup anemia yang tidak
diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
Gejala yang ditimbulkan menurut lokasi, (Brunner & Suddarth, 2002):
Lesi sebelah kanan
Nyeri
dangkal

abdomen.

Lesi sebelah kiri


Obstruksi (Nyeri

abdomen dan kram,

tidak lengkap setelah

penipisan feses,

defekasi.

konstipasi dan distensi).

melena

(feses

Lesi rectal
Evakuasi feses yang

Adanya

darah

segar

dalam feses.

hitam, seperti ter)

Konstipasi dan diare


bergantian.

Feses berdarah.

Perubahan kebiasaan
defekasi.

Gambaran klinik karsinoma kolorektal lanjut.


Aspek klinis

Kolon kanan
Kolitis

Kolon kiri
Obstruksi

Rektum
Proktitis

Nyeri

Karena penyusupan

Karena obstruksi

Tenesmi

Defekasi

Diare/diare berkala

Konstipasi progresif

Tenesmi
Terus

Obstruksi

Jarang

Hampir selalu

menerus

Darah pada feses

Okul

Okul /makroskopik

Tidak jarang

Feses

Makroskopik

Dispepsi

Normal/diare Sering

Normal

Perub bentuk

Memburuknya

Hampir selalu

Jarang

Jarang

Lambat

lambat

Lambat

lambat

keadaan
anemia

umum
Hampir selalu

3 tipe Carcinoma kolon dan rectum (makroskopik )(Wim de Jong, 1997):


A. Tipe polipoid atau vegetatif. (Tumbuh menonjol kedalam lumen usus dan
berbentuk bunga kol) terutama di seikum dan kolon asendens.
B. Tipe skirus. (Mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan
gejala obstruksi) kolon desendens, sigmoid dan rectum.
C. Ulceratif (Terjadi karena nekrosis dibagian sentral) rectum.
I. Komplikasi (Brunner & Suddarth, 2002):
Obstruksi usus partial atau lengkap.
Hemoragi.
Perforasi usus.
Peritonitis/sepsis.
J. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik.
a. Rectal touch atau colok dubur
b. Tes Guaiak
Melihat darah samar atau mengetahui adanya perdarahan di
gastrointestinal.
c. Carcinoma embryonic antigen (CEA).
Hasilnya dapat meningkat pada tumor kolon.
Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam
diagnosis prediksi.
Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali
ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya
menunjukkan kekambuhan.
d. Foto colon dengan barium enema.
Melihat kerusakan atau adanya lesi-lesi kecil.
e. Ultrasonografi

Mengetahui ukuran tumor dan metastasisnya. Terutama metastasis ke


hati
f. Rectrosigmoidescopy.
g. Colonoscopy
K. Penatalaksanaan
1. Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup
bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorectal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi anjuran. Terapi anjuran biasanya diberikan selain
pengobatan bedah, mencakup kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.
2. Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker kolon dan
rectal.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Dougthy & Jackson, 1993):
a. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limpatik).
b. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rectum serta sfingter
anal)
c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (Memungkinkan dekompresi
usus awal dan persiapan usus sebelum direseksi
d.Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat direseksi)
Diversi fekal untuk kanker kolon dan rectum

Kolostomi dilakukan pada < 1/3 pasien dengan kanker kolorektal untuk tekhnik
perbaikan melalui pembedahan.
Kolostomi adalah Pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini
dpt berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini untuk
memungkinkan drainage atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.
Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi,
yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan
sekitar.(Brunner & Suddarth, 2002)
Jenis-jenis kolostomi (Matassarin, 1997):
1. Single Barel

: Permanent

2. Double Barel

: Sementara, berhimpitan dengan jarak beberapa inchi

3. Loop

: Sementara

L. Pengkajian Keperawatan
1. Aktifitas
Kelelahan
2. Eliminasi
Warna, bau, konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mucus
riwayat penyakit inflamasi kronis atau polip rectal, darah dalam feses
3. Makanan/minuman
Kebiasaan diit, masukan lemak dan atau serat, penurunan BB, konsumsi
alkohol, bising usus, nyeri tekan, distensi dan massa padat
4. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdominal atau rectal, lokasi, frekuensi, durasi
M. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
2. Nyeri (Akut)
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
4. Resiko Tinggi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

5. Gangguan citra tubuh


6. Gangguan pola tidur
7. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare
8. Resiko tinggi terhadap Disfungsi seksual
9. Kurang pengetahuan Resiko tinggi terhadap
G. Renpra Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah. (Edisi VIII).
Jakarta: EGC.
Black and matasarin Jacobs. (1997). Medical surgical nursing:Clinical
management for continuity of care. (Edisi V).Philadelphia: Wb Sounders
Company.
Soeparman. (1994). Ilmu penyakit dalam. (Jilid I). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Jong & Sjamsuhidajat. (1997). Buku ajar ilmu bedah. (Edisi Revisi).
Jakarta : EGC
Doenges Marilyn E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III).
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai