Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki berbagai masalah dalam hidup baik yang terlihat
secara langsung maupun tidak. Bimbingan dan konseling memberikan sebuah
upaya untuk mereka agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi, melalui cara
pengembangan potensi ataupun cara lainnya.
Dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa ragam pendekatan dan
teknik antara konselor dengan klien. Pendekatan dan teknik inilah yang dapat terlihat
lebih membantu bimbingan konseling tersebut dalam upaya memecahkan masalahmasalah kliennya.
Beradasarkan latar belakang permasalahan yang sering dihadapi oleh
seorang pembimbing maupun konselor, Maka penulis akan menjelaskan beberapa
pendekatan dan teknik yang bisa pembimbing maupun konselor gunakan dalam
menangani permasalahan permasalahan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah di dalam penyajianmakalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian bimbingan dan konseling?
2. Pendekatan apa saja yang ada dalam bimbingan dan konseling?
3. Teknik teknik apa yang digunakan dalam bimbingan dan konseling?
4. Apa manfaat pendekatan teknik bimbingan dan konseling?
C. TujuanPenulisan
Tujuanpembuatanmakalahiniyaitu :
1. Memahami pengertian bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui pendekatan dalam bimbingan dan konseling.
3. Mengetahui teknik teknik dalam bimbingan dan konseling.
4. Mengetahui manfaat pendekatan teknik dalam bimbingan dan konseling.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu
dilakukan dengan mengambil referensi dari buku bimbingan dan konseling juga
bersumber dari internet dengan cara browsing.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun
dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya
sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno,
2004:99).
Sedangkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu
yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien (Prayitno, 2004:105).
Berdasarkan pengertian yang sudah dipaparkan maka bimbingan dan
konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai
potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu
itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal,
mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai
kesejahteraan hidup.[1]
B. PendekatanDalam Bimbingan Dan Konseling
Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an
yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan.[2] Jadi
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan
masalahnya.
Dalam

melaksanakan

kegiatan

bimbingan

konseling

pendekatan yang biasa digunakan.Antaralain yaitu :


1. http://www.slideshare.net/wiyadnya/pendekatan-konseling-color?
from_search=10#btnLast
2. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hal. 237

ada

beberapa

1. Pendekatan Psikologis
Sebagai mahluk yang diciptakan oleh tuhan ,anak bimbing harus dipandang
menurut teori homoiestetis(mekanisme keseimbangan antara berbagai unsur
potensi),yakni sebagai manusia ia harus bertumbuh dan berkembang dalam fisik
dan mental dalam pola keseimbangan dan keserasian.Antara kehidupan
jasmaniah dan rohaniah saling mempengaruhi satu sama lain secara seimbang
dan selaras sehingga menjadikan dirinya manusia dewasa yang sehat dan
sejahtera lahir dan batin. Oleh karena itu, pembimbing hendaknya melihat segi
sebagai titik tolak memberikan bantuan kepada anak bimbing.[3]
Jadi dengan kata lain pendekatan psikologis tersebut hendaknya ditujukan
pada usaha pengembangan individual anak bimbing kearah kesehatan rohaniah
sehingga akan berakhir dengan terbentuknya keperibadian yang bulat dan
sehat.Dalam kepribadian yang demikian itulah, nilai nilai agama kita akan
berkembang menjadi kekuatan pengendali terhadap segala bentuk tingkah
lakunya sesari- hari, terutama terhadap dorongan nafsu rendah.
2. Pendekatan Sosiologis
Anak bimbing bukan saja sebagai mahluk individual yang harus dibimbing
agar menjadi manusia yang sadar akan kemampuan individualnya.Melainkan
juga sebagai mahluk sosial yang mampu mengembangkan dirinya sebagai
anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan yang sehat jasmani dan
rohani. Sebagai mahluk yang bermasyarakat atau (homososius).]4]
Suatu tuntutan sosial untuk hidup diatas rasa solidaritas sosial, tanggung
jawab sosial, dan rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk, maju
mundurnya hidup bermasyarakat adalah menjadi faktor motivasi dalam kegiatan
bimbingan dan konsling karena dengan demikian maka proses sosialisasi anak
bimbing yang dilandasi nilai-nilai keimanan dan takwa, akan mampu membentuk
sikap dan mental.
3. Pendekatan Kependidikan (Paedagogis)
Sistem pendekatan kependidikan (Paedagogis) yang memandang manusia
sebagai mahluk yang harus di didik (homo endocandum). Karena potensi
3. Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling,(Palembang :Grafika Telindo
Prees,2010)hal.89
4. Rusmaini,Bimbingan dan Konseling,(Palembang:IAIN Raden Fatah Press,2002)hal.39

kejiwaan yang memiliki kemungkinan berkembang kearah kematangan perlu


pendidikan yang tepat.Tanpa di bimbing, potensi kejiwaan tersebut tidak akan
sampai pada titik optimal perkembanganya yang menguntungkan diri anak
bimbing.
4. Pendekatan Direktif
Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa manusia merupakan makhluk
rasional dan memiliki potensi-potensi yang bisa dikembangkan ke arah positif
atau negatif. Manusia dipandang tidak akan bisa berkembang secara otonom,
melainkan

butuh

pertolongan

orang

lain

agar

dapat

mencapai

batas

kemampuannya secara penuh.


Menurut pendekatan ini hakikat kecemasan seseorang adalah ketidak-pastian
tentang cara menggunakan potensi-potensinya. Tujuanpendekatan konseling ini
adalah menolong individu untuk secara bertahap dan pelan-pelan semakin
memahami

dan

semakin

terampil

mengatur

dirinya

sendiri.

biasanya

menggunakan teknik mengubah lingkungan, memilih lingkungan, mengajarkan


aneka keterampilan yang diperlukan, dan mengubah sikapdengan melakukan
berbagai macam tes dan alat ukur lain.
Riwayat hidup konseli perlu diungkap agar konseling dapat dilaksanakan.
Dengan cara mendiagnosis dan prognosis.Pendekatan direktif ini biasanya cocok
dipakai terhadap klien-klien Normal yang butuh pertolongan agar merasa siap
menghadapi aneka tuntutan penyesuaian sebelum berkembang konflik-konflik di
dalam dirinya. Dalam pendekatan ini si konselor harus berperan aktif.
5. Pendekatan Non-Direktif
Pendekatan ini semula dikembangkan oleh Carl Rogers. Dewasa ini,
pendekatan ini disebut sebagaikonseling yang berpusat pada klien.Asumsi dasar
yang melandasi pendekatan ini adalah bahwa manusia pada dasarnya rasional,
baik, dapat dipercaya, bergerak ke arah aktualisasi diri, sehat, realisasi diri,
bebas, dan otonomi.
Permasalahan yang dihadapi dalam pendekatan ini yaitu konseli merasa
cemas

sebab

terjadi

ketidakseimbangan

antara

konsep

dirinya

dan

pengalamannya. Dalam pendekatan ini, teknik konselingnya dipusatkan pada si


konseli, bukan pada masalahnya. Cara konselor menanganinya yaitu dengan
menunjukkan sikap-sikap kongruensi, empati, dan ketulusan tanpa syarat pada
kliennya.
5

Seorang konselor Non-direktif bertindak sejenis katalisator. Ia berbicara


sangat sedikit, sebaliknya menggunakan sebagian besar waktunya untuk
mendengarkan dan menunggu. Selain itu peran konselor adalah sebagai
fasilitator dan reflektor. Tugasnya adalah menolong konseli memahami dirinya,
menjernihkan serta merefleksikan kembali perasaan-perasaan dan sikap-sikap
yang dinyatakan konseli. Konselor berusaha menciptakan iklim di mana konseli
mampu melakukan perubahan di dalam dirinya.
Adapun tujuan pendekatan Non-direktif ada beberapa macam.Yaitu:
a. Membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya.
b. Menumbuhkan kepercayaan pada diri klien, bahwa ia memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan terbaik bagi dirinya tanpa merugikan orang lain.
c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempercayai orang lain dan
siap menerima pengalaman orang lain yang bermanfaat baginya.
d. Memberikan kesadaran kepada klien bahwa dirinya merupakan bagian dari
suatu lingkungan sosial budaya yang luas.
e. Menumbuhkan keyakinan pada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan
berkembang (process of becoming).[5]
Dalam pendekatan ini ada beberapa kebaikan dan kelemahan. Adapun kebaikan
- kebaikan pendekatan Non-Direktifakan membantu jika:
a. Klien mengalami kesukaran emosional dan tidak dapat menganalisis secara
raional dan logis.
b. Konselor memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menangkap
penghayatan emosi dalam mengungkapkan masalah dari klien dan
memantulkan kembali kepada klien dalam bahasa dan tindakan yang sesuai.
c. Pendekatan ini sangat baik digunakan jika klien memiliki kemampuan untuk
merefleksikan diri dan mengungkapkan perasaan-perasaan serta pikiranpikirannya secara verbal. dll
Adapun kelemahan dalam pendekatan Non-Direktif yaitu meliputi :
a. Pendekatanini menyita banyak waktu bila wawancara konseling tidak terarah.
b. Kemampuan dan keberanian klien untuk mengungkapkan secara verbal
seluruh permasalahannya sangat terbatas.
c. Kesukaran-kesukaran klien dalam menerima dan memahami diri sendiri.
d. Pendekatan ini menuntut sifat dan sikap kedewasaan dari klien.

5. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 90

e. Kesukaran-kesukaran konselor dalam aspek klinis sering merupakan


masalah, karena konselor belum terlatih dalam masalah psikologis.[ 6]
6. Pendekatan Rasional-Emotif
Teori Konseling Rasional Emotif dalam istilah lain dikenal dengan "rasionalemotif therapy" yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis, seorang ahli Clinikal
Psychology (Psikologi klinis).
Tujuan dari RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang
tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya. Konselor berusaha agar klien
makin menyadari pikiran dan ucapannya sendiri, serta mengadakan pendekatan
yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat yang lebih realistis dan
rasional.[7]
Pendekatan ini sangat ideal apabila diterapkan di sekolah.Guru melalui mata
pelajaran yang diajarkan kepada siswanya secara langsung bisa mengaitkan
pola bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhi para siswanyauntuk segera
meninggalkan tindakan, pikiran, dan perasaan yang tidak rasional.[8]
Ciri-ciri konseling Rasional-Emotif dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih
aktif dibandingkan dengan klien.
b. Dalam proses hubungan konseling harus diciptakan dan dipelihara hubungan
baik dengan klien.
c. Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor
untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi
rasional.
d. Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak terlalu banyak menelusuri
kehidupan masa lampau klien.
e. Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan dengan konseling rasionalemotif bertujuan untuk membuka ketidaklogisan pola pikir dari klien.
7. Pendekatan Analisis Transaksional
Prinsip-prinsip yang dikembangkan melalui analisis transaksional
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Eric Berne, dan kemudian
disusul dengan pembahasan yang mendalam di depan Regional Meeting of The
American Group Psychotherapy Association di Los Angeles, bulan November
6. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 96-98
7. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah, Cet.1, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 99
8. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 111

1957, yang berjudul: "Transactional Analysis: A New and EffectiveMethod Group


Therapy".
Prinsip-prinsip

yang

dikembangkan

oleh

Eric

Berne

dalam

analisis

transaksional adalah upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas
tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan realistis,
berkomunikasi terbuka, wajar dan pemah dalam berhubungan dengan orang lain.
Tujuan pendekatan Analisis Transaksional diantaranya yaitu :
a. Konselormembantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status
ego yang berlebihan.
b. Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam
menggunakan semua status egonya yang cocok.
c. Konselor berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status
ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan
pikiran dan penalaran individu.
d. Tujuan terakhir dari konseling adalah membantu klien dalam membebaskan
dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan
rencana hidup yang baru yang lebih produktif.[ 9]
Secara

historis analisis transaksional

dari

Eric Berne

berasal

dari

psikoanalisis yang dipergunakan dalam konseling atau terapi kelompok, tetapi


kini telah dipergunakan pula secara meluas dalam konseling atau terapi
individual.[10]
8. Pendekatan Klinikal
Konseling Klinikal berkembang diawali dari konsep konseling jabatan
(vocational counseling), yang menitikberatkan pada kesesuaian pendidikan
dengan jabatan(vocational). Konseling jabatan pertama-tama dirintis dan
diperkenalkan oleh Frank Parson (1909) yang menekankan kepada tiga aspek
penting, yaitu :
a. Pemahaman yang jelas tentang potensi-potensi yang dimiliki individu
termasuk di dalamnya ialah tentang bakat, minat, kecakapan, kekuatankekuatan maupun kelemahan-kelemahannya.
b. Pengetahuan tentang syarat, kondisi, kesempatan dan tentang prospek dari
berbagai jenis pekerjaan atau karir.
c. Penyesuaian yang tepat antara kedua aspek tersebut.
9. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 133
10. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Cet.1, ( Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2000), hlm. 112

Istilah klinikal maupun konseling klinikal merupakan kerangka acuan kerja,


yang mendasarkan pada konsep bahwa konselor bukanlah semata-mata penata
dan pelaksana tes, tetapi dia juga bekerja menghadapi individu sebagai pribadi
seutuhnya. Jadi, ini berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan
tertentu tentang hakikat manusia.[11]
Adapun tujuan Konseling Klinikalyaitu :
a. Membantu siswa yang menghadapi masalah yang tidak dapat memecahkan
masalahnya sendiri. Dengan cara, konselor harus memahami dengan
seksama seluk beluk dan liku-liku masalah yang dihadapi oleh siswa.
b. Membantusiswa mempelajari, memahami, dan menghayati dirinya sendiri
serta lingkungannya, serta melancarkan terjadinya proses pengembangan
diri, pemahaman diri, perwujudan cita-cita dan penemuan identitas diri.
c. Agarindividu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan
mampu untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya secara
optimal. Untuk mencapai tujuan ini, pola hubungan yang penuh dengan
keakraban, bersahabat, perhatian, dan ikut merasakan apa yang dirasakan
orang lain perlu ditanamkan dalam proses hubungan konseling.[ 12]
Berdasarkan tujuan tersebut, maka ada langkah langkah dalam pendekatan
Klinikal. Diantaranya :
a. Langkah Diagnosis I yaitu konselor berusaha mengumpulkan dari berbagai
sumber dan berbagai pihak yang diduga ada relevansinya dengan masalah
yang dihadapi siswa.
b. Langkah Sintesis ialah suatu langkah untuk membuat suatu rangkuman data,
sehingga tampak jelas hal-hal unik yang berhubungan dengan masalah
siswa.
c. Langkah Diagnosis II yaitu kegiatan untuk menyusun gambaran kondisi
siswa. Dengan tersusunnya gambaran kondisi sehingga tampak dengan jelas
masalah apa yang sedang dialami siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah tersebut.
d. Langkah Prognosis adalah suatu usaha untuk memilih alternatif tindakan
yang dapat membantu siswa dalam mengatasi sendiri masalahnya.

11. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 142
12. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 147

e. Langkah Treatment atau penyembuhan adalah pelaksanaan pemberian


bantuan kepada siswa.
f. Langkah Follow Up (lanjutan) ialah membantu siswa melaksanakan rerncana
tindakan langkah awal sampai terakhir sedangkan klien itu sendiri kelihatan
aktif pada waktu terjadi hubungan wawancara konseling saja.[ 13]
C. Teknik Teknik Bimbingan dan Konseling
Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir.
Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan
untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang
agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu
mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara
berinteraksi atau bertatap muka.
Pada umumnya teknik-teknik

yang

dipergunakan

dalam

bimbingan

mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance)


dan pendekatan secara individual (Individual Guidance Counseling).
1. Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
Tehnik ini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid
memecahkan masalah-masalah melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan
bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu
sebagai anggota kelompok.
Tehnik ini membawa keuntungan pada diri murid. Diantaranya:
a. Menghemat waktu dan tenaga.
b. Menciptakan kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan
konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan
perencaan masa depan atau masalah pribadi-social.
c. Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh temantemannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha mengahadapi
kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.
Ada beberapa teknik dalam bimbingan kelompok, seperti:
a. Home Room Programe
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat
mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara
efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara
guru dengan murid diluar jam pelajaran.
13. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 169180

10

b. Karyawisata atau Field Trip


Kegiatan rekreasi yang dikemas denga metode mengajar untuk bimbingan
kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh penyesuaian dalam
kelompok untuk dapat berkerjasama dan penuh tanggungjawab.
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akanmendapat
kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Dalam diskusi
dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri.
d. Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam bimbingan, karena
kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpatisipasi
dengan sebaik-baiknya. Tehnik sosiometri dapat banyak menolong dalam
pembentukan kelompok.
e. Organisasi Murid
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan
masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual maupun
kelompok dapa diseleseikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan
untuk belajar mengenal berbagai aspek kehdupan sosial.
f. Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam memecahkan
masalah-masalah sosialmelalui kegiatan bermain peran.
g. Psikodrama
Psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah psychis
yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu,
konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau
dihindari.
h. Remedial Teaching
Bentuk penambahan

pelajaran,

pengulangan

kembali,

latihan-latihan,

penekanan aspek-aspek tertentu.Hal ini tergantung dari jenis dan tingkat


kesulitan belajar yang dialami siswa.
2. Individual Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Individu)
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan
klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya.Dalam
konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Dengan
sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan
ini sangat membantu keberhasilan konseling.
Beberapa Masalah yang biasanya terdapat dalam individual guidance
counseling diantaranyayaitu :

11

a. Masalah-maslah yang sifatnya pribadi.


b. Dilakukan dengan face to Face relationship.
c. Metode wawancara antara konselor dab kasus.
d. Konselor harus bersikap penuh simpati dan empati.
D. Manfaat Pendekatan Dan Teknik Bimbingan Dan Konseling
Manfaat pendekatan teknik bimbingan dan konseling yaitu :
1. Membantu konselor dalam menangani konseli, sehingga dapat memperbaiki
kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Juga Agar
konseli memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya.
Dan konseli mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Membantu konselor mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Dan
memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam
diri konseli.
3. Menolongkonseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan kembali
perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang dinyatakan konseli.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang
bermuara

pada

teratasinya

masalah

yang

dihadapi

konseli

serta

dapat

memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai
perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang
lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan
masalahnya.
Sedangkan tehnik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk
membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Tehnik Bimbingan dan Konseling adalah
Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan
kegiatan Bimbingan dan Konseling.
Manfaat pendekatan teknik bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu
konselor mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Dan memberikan kemudahan
kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. Juga Menolong
konseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan kembali perasaanperasaan dan sikap-sikap yang dinyatakan konseli.

13

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/wiyadnya/pendekatan-konseling-color?

from_search=10#btnLastdiunduh tanggal02/12/2013-senin.
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hal. 237
Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling,(Palembang

Prees,2010)hal.89
Rusmaini, Bimbingan dan Konseling, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2002)

hal. 39
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 90,

96-98, 111, 112, 133, 142, 147, 169-180.


http://ainirzone.blogspot.com/2011/04/pendekatan-metode-dan-tehnik-

bimbingan.htmldiunduh tanggal02/12/2013-senin.
http://www.scribd.com/doc/21901169/12/Fungsi-Pendekatan-Bimbingan-Dan-

:Grafika

Telindo

Konselingdiunduh tanggal02/12/2013-senin.
Prof. dr. H. Tohari Musnamar, terbitan pustaka Pelajar, Yogyakarta, cetakan 1 Juli
2004
http://addardiri.blogspot.com/2012/05/pendekatan-dan-teknik-pelaksanaan.html
diunduh tanggal 02/12/2013- Hari: Senin

14

Anda mungkin juga menyukai