Anda di halaman 1dari 16

Makalah Konflik Dhofar, Pemberontakan Komunis di Oman

Mata kuliah : Sejarah Timur Tengah

Disusun untuk memenuhi tugas UAS

Muhammad Taufik Nurwansyah (4415155270)

Pendidikan Sejarah 2015 B

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Jakarta

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puja & puji Syukur atas rahmat & ridho Allah SWT,
karena tanpa Rahmat & RidhoNya, saya tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dosen mata
kuliah Sejarah Timur Tengah yang telah membimbing saya dalam pengajaran tugas
makalah ini.

Semoga makalah yang saya susun dapat memenuhi tugas UAS dari mata kuliah
sejarah timur tengah. Serta semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dalam
belajar sejarah, khususnya sejarah masuknya bangsa barat ke timur tengah. Atas nama
penulis, saya mohon maaf apabila ada kekurangan-kekurangan dan kesalahan-
kesalahan yang ada dalam makalah ini baik yang disengaja maupun tidak.
Kesempurnaan hanya milik-Nya bukan milik saya sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Jakarta, Mei 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... 3

Profil negara Oman ........................................................................................................................................ 4

Sejarah Oman sebelum konflik Dhofar terjadi ............................................................................................... 5

Awal dari dimulainya konflik Dhofar .............................................................................................................. 8

Berjalannya konflik Dhofar di Oman ............................................................................................................ 10

Berakhirnya konflik Dhofar .......................................................................................................................... 12

Kesimpulan .................................................................................................................................................. 14

Daftar pustaka ............................................................................................................................................. 15

Lampiran ...................................................................................................................................................... 16

3
Profil negara Oman

Oman merupakan negara Arab yang terletak di ujung tenggara semenanjung Arabia,
berbentuk kesultanan mutlak, berbatasan darat langsung dengan Republik Yaman di barat daya,
Saudi Arabia disebelah barat dan memiliki perbatasan yang unik dengan Uni Emirat Arab di
barat laut. Satu exclave Oman berada di wilayah Uni Emirat Arab di tanjung Musandam
menghadap ke selat Hormuz, serta tumpang tindih wilayah di daerah Madha, di Madha satu
wilayah kecil milik Oman berada di tengah tengah wilayah Uni Emirat Arab tapi di tengah
wilayah kecil Oman itu terselip kota kecil milik Uni Emirat Arab. Sejauh ini Oman merupakan
satu negara Arab yang paling stabil.1

Oman telah menjadi negara yang sangat penting, tetapi hal Ini bukan dilihhat dalam
pandangan dari produksi minyaknya (Oman berada di urutan keenam di antara eksportir Teluk
Persia dengan 363.000 barel per hari), seberapa pentingnya Oman bagi dunia internasional ini
lebih mengarah ke letak geografis Oman yang strategis di Timur tengah. Oman menguasai
bagian selatan Selat Hormuz, yang disana terdapat arus distribusi minyak bumi untuk konsumsi
dunia dan diperkirakan besarnya mencapai sekitar 60%. 40% lainnya dari Selat tersebut, tentu
saja, berada di tangan Iran.2

Oman adalah negara dengan luas wilayah terbesar kedua di Jazirah Arab (setelah Arab
Saudi). negara ini juga memiliki populasi penduduk sekitar 1 juta jiwa. Luas tanahnya adalah
100.000 mil persegi (kira-kira seukuran Colorado) dan menempati ujung tenggara
Semenanjung Arab dengan panjang garis pantai hingga 1.060 mil. selain itu, negara ini
umumnya juga mempunyai Iklim yang cenderung panas serta kering, dan wilayah dari negara
ini hampir seluruhnya terdiri dari 80% padang pasir.

1
https://singgahkemasjid.blogspot.co.id/2012/07/mengenal-kesultanan-oman.html, diakses pada 29
Mei 2017 pukul 18.40
2
http://www.globalsecurity.org/military/library/report/1984/CSA.htm, diakses pada 30 Mei 2017
pukul 07.29

4
Sejarah Oman sebelum konflik Dhofar terjadi

Kisah perjalanan Oman, dimulai dari periode Pra-sejarah, yaitu 130 ribu tahun yang lalu
dimana mendekati akhir jaman es. Beberapa saat sebelum waktu pergantian jaman, lantas
terjadilah migrasi dalam jumlah besar dari Afrika menuju Jazirah Arab. Proses migrasi
disebabkan oleh iklim Jazirah Arab yang lebih hangat disertai dengan curah hujan lebih tinggi,
serta permukaan laut merah yang terus menurun dari hari ke hari, lantas memudahkan
terjadinya migrasi dari Afrika Timur hingga Oman. Berbagai situs arkeologi di Yaman dan
Oman yang ditemukan, telah menjadi bukti nyata bahwa peradaban yang masuk ke kedua
negara tersebut berasal dari Afrika Timur. Proses migrasi terus terjadi hingga 10 ribu tahun
kemudian yang selanjutnya menjadi akhir dari jaman es sesungguhnya, sehingga permukaan
laut merah kembali naik, bahkan hingga naik ke daratan. Oman tidak hanya kehadiran
pendatang asal Afrika Timur, sebagian proses migrasi lainnya datang dari wilayah Saudi
Arabia yang kemudian ditandai dengan penduduk ber-ciri khas kulit coklat, sedangkan
pendatang dari Afrika Timur memiliki kecenderungan untuk berkulit hitam. Mulai Abad ke-6
SM hingga periode masuknya Islam di Abad ke-7 Masehi, Oman berada dalam kekuasaan
Dinasti Achaemenida, Parthia, Sassanid, dan Persia.3

Pada abad ke-6 SM, Dinasti Achaemenida memiliki kontrol yang kuat atas semenanjung
Oman, dan kemudian berkuasa penuh pada pesisir pusat seperti Sohar. Sekitar tahun 250 SM,
Dinasti Parthia menaklukan Teluk Persia yang sebelumnya di bawah kendali Dinasti
Achaemenida, lantas memperluas pengaruh mereka sampai ke Oman, mendirikan garnisun di
Oman untuk membantu mengendalikan rute perdagangan di Teluk Persia. Pada abad ke-3,
Dinasti Sasanid berhasil menaklukan Dinasti Parthia, dan kemudian memiliki daerah tersebut
sampai munculnya Islam, empat abad kemudian. Oman mulai mengadopsi Islam pada abad ke-
7, yaitu selama masa Nabi Muhammad. Ibadisme kemudian menjadi faham keagamaan yang
dominan di Oman pada abad ke-8. Oman saat ini menjadi satu-satunya negara Islam di dunia
dengan penduduk mayoritas berfaham Ibadisme.

3
http://satulabsky.blogspot.co.id/2011/05/361-tahun-saltanat-uman.html, diakses pada 29 Mei 2017
pukul 17.13

5
Tapi setelah kedatangan Islam, Oman tetap mendapat intervensi kekuatan asing yang
dikendalikan oleh Dinasti Qarmatian pada tahun 931-932 dan kemudian terjadi lagi pada tahun
933-934. Antara tahun 967 dan 1053, Oman merupakan bagian dari pengaruh kekuasaan
Buyyids Iran, dan antara tahun 1053 dan 1154, Oman adalah bagian dari kekuasaan Seljuk
Agung. Tahun 1154, Dinasti Nabhani menguasai Oman, dan raja-raja Oman Nabhani
memerintah sampai tahun 1470. Muscat, ibukota Oman, pada akhirnya tunduk pada Portugis
tanggal 1 April 1515. Pada sekitar tahun 1600, Dinasti Nabhani sementara dikembalikan ke
Oman, walaupun terus berlangsung hingga tahun 1624. Perebutan Muscat yang terakhir dari
Portugis terjadi pada 1650 setelah kehadiran kolonial di pantai timur laut Oman.

Selama masa pemerintahan Sultan Said bin Sultan Al Said (1806-1856), Oman
membudidayakan koloni di Afrika Timur, mendapat keuntungan dari perdagangan budak.
Sebagai kekuatan regional di abad ke-19, Oman menjajah wilayah di Pulau Zanzibar (Afrika
Timur), wilayah sepanjang pantai Afrika Timur yang dikenal dengan Zanj termasuk Mombasa
dan Dar es Salaam, dan di wilayah Gwadar (sekarang Pakistan) di sepanjang pantai Laut Arab.
Tetapi ketika Inggris menyatakan perbudakan adalah ilegal di pertengahan abad ke-19, nasib
kesultanan menjadi sebaliknya. Ekonomi runtuh sehingga banyak keluarga Oman bermigrasi
ke Zanzibar. Populasi Muscat turun dari 55.000 menjadi 8.000 di antara tahun 1850 hingga
1870-an. Sebagian besar harta benda luar negeri disita oleh Inggris, dan Oman pada tahun 1850
menjadi salah satu daerah yang terisolasi dan miskin di dunia. Ketika Sultan Said bin Sultan
Al-Busaid meninggal pada tahun 1856, anak-anaknya bertengkar atas suksesi ayahnya. Sebagai
hasil dari perjuangan ini, kekaisaran - melalui mediasi Pemerintah Inggris di bawah "Canning
Award" - dibagi pada tahun 1861 menjadi dua kerajaan yang terpisah - Zanzibar, dengan
dependensi Timur di Afrika, dan Muscat serta Oman. Lantas Zanzibar membayar subsidi
tahunan untuk Muscat dan Oman sampai kemerdekaan pada tahun 1964 awal.

6
Selama akhir abad ke-19 awal abad ke-20, sultan Muscat dihadapi pemberontakan oleh
anggota Dinasti Ibadhi yang berada di pedalaman Oman, berpusat di sekitar kota Nizwa, yang
ingin secara eksklusif Oman dikuasai oleh pemimpin agama mereka, Imam Oman. Konflik ini
telah diselesaikan sementara oleh Perjanjian Seeb, yang memberikan imam mengenai aturan
otonom di pedalaman, sementara mengakui kedaulatan sultan di tempat lain. Konflik berkobar
lagi pada tahun 1954, ketika imam baru (yang bernama Ghalib Bin Ali Al Hinai) memimpin
pemberontakan selama 5 tahun dengan pola serangan yang sporadis terhadap upaya sultan
untuk memperluas kontrol pemerintah ke pedalaman. Para pemberontak dikalahkan pada tahun
1959 dengan bantuan Inggris. Sultan kemudian mengakhiri Perjanjian Seeb dan
menghancurkan kantor imam tersebut. Pada awal 1960-an, imam diasingkan ke Arab Saudi
dengan memperoleh dukungan dari tuan rumah dan pemerintah Arab lainnya, tapi dukungan
ini berakhir pada 1980-an.

7
Awal dari dimulainya konflik Dhofar

Sejak tahun 1954, Oman dipimpin oleh Sultan Said bin Taimur yang berhaluan
ultrakonservatif. Di bawah kepemimpinannya, Oman menjadi negara yang cenderung kolot &
isolasionis. Rakyat Oman dilarang bepergian keluar negeri. Produk-produk berunsur asing
seperti celana panjang, rokok, & bahkan buku-buku impor dilarang peredarannya di Oman.
Sementara dalam hal hubungan internasional, Oman tidak tergabung dalam organisasi PBB
ataupun Liga Arab. Dikombinasikan dengan minimnya fasilitas modern di Oman & rendahnya
taraf hidup rakyat Oman, rasa tidak suka rakyat Oman terhadap Sultan Said pun mulai
merebak.4

Sentimen negatif terhadap Sultan Said utamanya paling terasa di daerah Dhofar yang
lokasinya jauh dari pusat pemerintahan & kondisi infrastrukturnya adalah salah satu yang
paling tertinggal. Jika Dhofar merupakan provinsi Oman yang letaknya paling barat, maka
Muskat selaku ibukota Oman letaknya ada di sisi timur negara tersebut. Hal tersebut lantas
menimbulkan kesan di mata rakyat Dhofar kalau pemerintah pusat Oman adalah "pihak asing"
yang sedang menjajah wilayah mereka. Maka, pada tahun 1962 seorang syeikh / tetua suku di
Dhofar yang bernama Musselim bin Nafl kemudian berinisiatif membentuk kelompok DLF
(Dhofar Liberation Force) sebagai cara untuk memperjuangkan perbaikan nasib wilayah
Dhofar lewat jalur kekerasan bersenjata.

Walaupun kebijakan-kebijakan Sultan Said cenderung bersifat anti-Barat & anti-


modernisme, Sultan Said ternyata memiliki hubungan yang dekat dengan Inggris. Hubungan
itu sendiri bisa terjadi karena adanya simbiosis mutualisme & perjanjian militer antara
keduanya. Inggris membutuhkan Oman sebagai sekutu regional karena wilayah utara Oman
sering dilewati oleh kapal-kapal tanker penyuplai minyak bumi untuk Inggris. Sebagai
gantinya, Sultan Said memanfaatkan keberadaan militer Inggris untuk membantu melindungi
negaranya karena Sultan Said sengaja membatasi kekuatan militer Oman agar dirinya aman
dari kudeta militer.

4
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/re-tawon.com-
Konflik%20Dhofar%20Pemberontakan%20Komunis%20di%20Negara%20Oman.pdf, diakses pada
30 Mei 2017 pukul 08.15

8
Hubungan dekat antara Oman dengan Inggris pada gilirannya tidak disukai oleh golongan
Nasseris (golongan pengikut ideologi nasionalisme Arab yang dicetuskan oleh presiden Mesir,
Gamal Nasser) yang mengganggap Inggris berniat menjadikan Arab berada di bawah
kendalinya. Kubu Nasseris juga menganggap keberadaan Kesultanan Oman sebagai batu
sandungan untuk mewujudkan pemerintahan republik di seantero Arab. Itulah sebabnya di
tahun-tahun awal pemberontakan, milisi-milisi DLF sempat menerima pelatihan militer di Irak
yang pemerintahannya sedang dikuasai oleh kubu Nasseris.

Selain ideologi / paham Nasserisme, paham lain yang juga memiliki pengaruh dalam
menentukan alur konflik di Oman adalah komunisme. Karena Oman memiliki posisi strategis
di Asia Barat & Samudera Hindia, negara-negara Blok Timur lantas melihat Oman sebagai
sekutu potensial di masa depan jika DLF sampai berhasil memenangkan perang. Gayung
bersambut setelah pada tahun 1967, Yaman Selatan yang wilayahnya berbatasan langsung
dengan Dhofar merdeka sebagai negara komunis, sehingga Yaman Selatan kemudian
dimanfaatkan sebagai markas garis depan untuk menampung & mempersenjatai DLF.

9
Berjalannya konflik Dhofar di Oman

DLF sudah memulai serangannya secara sporadis sejak tahun 1962 di mana yang menjadi
target adalah bangunan-bangunan milik Inggris di Dhofar. Namun sesudah itu, serangan-
serangan yang dilakukan DLF sempat memasuki masa vakum karena para anggotanya bertolak
ke Irak untuk menerima pelatihan militer. Tiga tahun kemudian, para anggota DLF menggelar
kongres akbar perdananya di mana dalam kongres ini, DLF mendeklarasikan ambisinya untuk
menggulingkan Sultan Said secara paksa.

Tahun 1968 alias setahun pasca berdirinya rezim komunis di Yaman Selatan, DLF
menggelar kongres akbar keduanya. Dalam kongres tersebut, DLF mengganti namanya
menjadi Popular Front for the Liberation of the Occupied Arabian Gulf (PFLOAG; Front
Populer untuk Pembebasan Teluk Arab yang Terjajah). Posisi-posisi penting di keanggotaan
DLF kini dipimpin oleh orang-orang berhaluan komunis Marxis, sementara tokoh-tokoh lama
semisal Musselim bin Nafl harus tersingkir. Dengan modal aliran persenjataan & pelatihan
militer dari Yaman Selatan, sepak terjang DLF / PFLOAG pun kini menjadi semakin efektif &
berbahaya.

Merasa terhenyak dengan semakin hebatnya perlawanan yang ditunjukkan PFLOAG,


Sultan Said kemudian mengeluarkan sejumlah kebijakan kontroversial & berbau ketakutan
berlebihan. Rakyat Dhofar dilarang meninggalkan daerahnya & dilarang bergabung dengan
militer Oman. Jumlah personil keamanan di kawasan padat penduduk ditambah. Blokade di
pesisir selatan Dhofar dilakukan. Bahkan dalam banyak kasus, pasukan pemerintah Oman
sengaja melakukan taktik bumi hangus terhadap desa-desa di pelosok Dhofar. Akibatnya sudah
jelas, sentimen kebencian rakyat Dhofar terhadap pemerintah Oman malah semakin memuncak
& simpati terhadap perjuangan PFLOAG semakin meningkat.

10
Tahun 1969, sebagian besar wilayah Dhofar sudah berada di bawah kendali PFLOAG.
Selain karena faktor kebijakan Sultan yang kontraproduktif, inferiornya kualitas militer Oman
juga berkontribusi atas kedigdayaan PFLOAG di medan perang. Dari segi persenjataan
misalnya, jika PFLOAG dibekali dengan senjata-senjata mutakhir seperti senapan AK-47 &
peluncur roket Katyusha, maka militer Oman hanya dibekali dengan senapan peninggalan era
Perang Dunia II. Bukan hanya itu, jumlah tentara Oman yang diterjunkan di Dhofar hanya
sekitar 1.000 personil & banyak dari mereka tidak dibekali dengan pengalaman militer yang
memadai. Efek dari kebijakan Sultan Said sendiri yang sengaja menjaga agar militer Oman
tetap lemah supaya mereka tidak berani mengkudeta dirinya.

Tahun 1970, jumlah kelompok yang terlibat dalam konflik Dhofar bertambah setelah pada
tahun 1970, muncul kelompok baru yang menyebut dirinya National Democratic Front for the
Liberation of Oman and the Arabian Gulf (NDFLOAG; Front Demokratik Nasional untuk
Pembebasan Oman & Teluk Arab) & aktivitasnya terkonsentrasi di Dhofar utara. Sepak terjang
NDFLOAG tidak berlangsung lama setelah mereka mengalami kekalahan beruntun di Nizwa
& Izwi sehingga sebagian besar tokoh kuncinya berhasil ditangkap oleh militer Oman. Lepas
dari kemenangan tersebut, kemunculan NDFLOAG menunjukkan kalau perubahan drastis
harus dilakukan di pemerintahan & militer Oman untuk mencegah semakin berlarut-larutnya
konflik.

11
Berakhirnya konflik Dhofar

Perubahan drastis yang dimaksud terjadi pada tanggal 23 Juli 1970 setelah putra Sultan
Said yang bernama Qabus bin Said mengkudeta ayahnya sendiri & naik tahta menjadi sultan
Oman yang baru. Tidak diketahui seberapa besar keterlibatan Inggris terlibat dalam kudeta
tersebut. Namun satu hal yang jelas, Inggris yang sudah gerah dengan Sultan Said langsung
menyatakan dukungannya pada Sultan Qabus pasca kudeta. Kebetulan Sultan Qabus pernah
mengenyam pendidikan di Akademi Militer di Senhurst, Inggris, sehingga Inggris merasa
kalau Qabus bisa bersikap lebih fleksibel dibandingkan ayahnya.

Sultan Qabus sadar kalau salah satu penyebab mengapa rakyat Dhofar memberontak adalah
karena mereka merasa ditelantarkan oleh pemerintah pusat Oman. Maka tidak lama sejak mulai
berkuasa, Sultan Qabus langsung mengeluarkan sejumlah kebijakan penting. Fasilitas-fasilitas
umum seperti sekolah & rumah sakit dibangun secara besarbesaran di Dhofar. Kebijakan
pengampunan hukuman (amnesti) & hadiah uang ditawarkan kepada milisi-milisi PFLOAG
yang bersedia menyerahkan diri. Pamflet-pamflet & siaran radio yang menekankan bahaya
komunisme terhadap agama & budaya lokal dipopulerkan. Dan untuk meningkatkan posisi
tawar Oman di luar negeri, Oman bergabung dengan organisasi PBB & Liga Arab pada tahun
1971.

Di sektor militer, stok persenjataan militer Oman diperbarui secara besar-besaran. Pasukan
khusus Special Air Service (SAS) milik Inggris semakin sering dilibatkan langsung dalam
operasi militer. Milisi-milisi PFLOAG yang membelot dikumpulkan dalam kelompok
bersenjata baru bernama "firqat" di mana mereka dilatih & dipersenjatai oleh pemerintah Oman
serta Inggris. Keputusan jitu karena sebagai penduduk asli Dhofar merangkap bekas anggota
PFLOAG, mereka secara otomatis memiliki pemahaman lebih akan medan konflik &
kelompok yang dihadapinya. Perlahan tapi pasti, wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai
oleh PFLOAG berhasil direbut kembali oleh pihak Oman.

12
Tahun 1973, atas permintaan dari Sultan Qabus, pemerintah Iran mengirimkan ribuan
tentaranya untuk membantu pasukan Oman & Inggris. Semakin bertambahnya kekuatan di
pihak lawan yang dikombinasikan dengan semakin banyaknya anggota PFLOAG yang
membelot membuat kelompok tersebut kembali menggelar kongres akbar pada tahun 1974.
Dalam kongres tersebut, PFLOAG mengganti namanya menjadi Popular Front for the
Liberation of Oman (PFLO; Front Populer untuk Pembebasan Oman) dengan tujuan
memfokuskan perjuangan bersenjata mereka di Oman alih-alih di negara-negara sekitar Teluk
Arab.

Hasil kongres tersebut ibarat menjadi senjata makan tuan karena karena penggantian nama
& kebijakan yang mereka deklarasikan langsung diikuti dengan desersi massal anggota-
anggota PFLO yang berasal dari luar Oman. Semakin melemahnya kekuatan PFLO tidak disia-
siakan oleh pasukan Oman & sekutunya yang berhasil membukukan sejumlah kemenangan
penting atas pasukan PFLO. Merasa semakin terdesak, sisa-sisa milisi PFLO kemudian
menyerahkan diri atau melarikan diri ke wilayah Yaman Selatan. Tahun 1976, Konflik Dhofar
secara resmi dinyatakan berakhir oleh pemerintah Oman dengan kekalahan pasukan
pemberontak, sekaligus mengubur dalam-dalam rencana PFLO untuk mendirikan negara
komunis di tanah Oman

13
Kesimpulan

Oman adalah nama dari negara Jazirah Arab yang terletak paling timur. Negara kesultanan
tersebut berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah timur & selatan, Selat Hormuz di
sebelah utara, serta Arab Saudi, Yaman, & Uni Emirat Arab di sebelah barat. Seperti halnya
negara-negara Jazirah Arab lainnya, Oman juga dikaruniai dengan cadangan minyak yang
melimpah. Namun cadangan minyak tersebut baru ditemukan pada dekade 1960-an. Sebelum
cadangan minyak di Oman ditemukan & dimanfaatkan secara luas, Oman hanyalah negara
gersang yang miskin & terbelakang sehingga salah satu provinsinya yang bernama Dhofar
sempat berinisiatif untuk memberontak. Pemberontakan di Dhofar / Zufar berlangsung pada
tahun 1962 hingga 1976. Dalam konflik ini, pasukan pemerintah Oman harus berjibaku dengan
pasukan pemberontak Dhofar Liberation Front (DLF; Front Pembebasan Dhofar) yang dalam
perkembangannya sempat beberapa kali mengalami pergantian nama & struktur organisasi.
Konflik Dhofar kerap dianggap sebagai bagian dari Perang Dingin karena jika pemerintah
Oman mendapat bantuan dari negara-negara Blok Barat seperti Inggris & Kerajaan Iran, maka
DLF mendapat bantuan dari negara-negara Blok Timur yang mencakup Yaman Selatan, Cina,
& Uni Soviet.

14
Daftar pustaka

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/re-tawon.com-
Konflik%20Dhofar%20Pemberontakan%20Komunis%20di%20Negara%20Oman.pdf

http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/8505251.stm

http://satulabsky.blogspot.co.id/2011/05/361-tahun-saltanat-uman.html

http://timesofoman.com/article/74653/Oman/Government/His-Majesty-the-Sultan-issues-
Royal-Decrees-on-9th-Five-Year-Plan-and-State%27s-General-Budget

http://www.globalsecurity.org/military/library/report/1984/CSA.htm

https://defenceindepth.co/2015/02/04/oman-on-the-ground-in-dhofar/

https://singgahkemasjid.blogspot.co.id/2012/07/mengenal-kesultanan-oman.html

https://tomiv73.wordpress.com/2012/12/23/day-1-muscat-bait-al-zubair-museum/said-bin-
taimur/

15
Lampiran

Berikut ini adalah lampiran dari beberapa foto atau dokumentasi pada saat konflik Dhofar
terjadi :

Potret dari Sultan Said bin Taimur (disebelah kiri) serta putranya, yaitu Sultan Qabus bin Said.
(sumber : https://tomiv73.wordpress.com/2012/12/23/day-1-muscat-bait-al-zubair-
museum/said-bin-taimur/, http://timesofoman.com/article/74653/Oman/Government/His-
Majesty-the-Sultan-issues-Royal-Decrees-on-9th-Five-Year-Plan-and-State%27s-General-
Budget)

Potret dari Tentara Oman & Inggris serta peta dari letak Dhofar di wilayah Oman (sumber :
https://defenceindepth.co/2015/02/04/oman-on-the-ground-in-dhofar/,
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/8505251.stm)

16

Anda mungkin juga menyukai