Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI OMAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI TIMUR TENGAH

OLEH :
KELOMPOK VII

1. ROMI ISWANDI, ST

DOSEN PENGAMPUH : DAPIS TARSIN, M.H

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH AL-QUR’ANIAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT serta
shalawat dan salam kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi
Muhammad SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa
kita dari masa kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang
paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karena-Nya kami
dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam di Timur
Tengah ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pada Mata Kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam di Timur Tengah. Dalam proses penyusunan tugas ini penulis
menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak dan
partisifasi anggota kelompok, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu, oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah
SWT, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
segala saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Besar harapan penulis semoga
Makalah ini bermanfaat khususnya bagi kelompok kami dan bagi pembaca lain
pada umumnya.
Manna, Oktober 2022
Penulis
KELOMPOK VII

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Geografi, demografi dan sosial budaya di Oman 3
B. Sejarah masuknya Islam di Oman 3
C. Perkembangan Islam di Oman 5
D. Kondisi Oman di era modern 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA
.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Oman adalah sebuah negara Arab yang berada di bagian Asia Barat
Daya, tepatnya di pesisir tenggara Jazirah Arab. Oman berbatasan dengan Uni
Emirat Arab (UEA) di barat laut, Arab Saudi di barat, dan Yaman di barat
daya. Pesisir ini dibentuk oleh Laut Arab di tenggara dan Teluk Oman di timur
laut. Negara Oman disebut juga dengan nama Kesultanan Oman. Sebab bentuk
pemerintahannya monarki mutlak dimana Sultan memiliki kewenangan penuh
dalam mengatur jalannya roda pemerintahan.
Negara Oman terputus dari semenanjung oleh Gurun Al-Khali dan
topografinya didominasi oleh pegunungan. Medannya kasar dan iklimnya yang
panas serta kering sama seperti umumnya wilayah lain di Jazirah Arab. Oman
sebenarnya terlihat tidak cocok untuk populasi yang menetap, namun selama
ribuan tahun sebagian besar orang telah memanfaatkan sumber daya air yang
sangat sedikit dan mempraktikkan pertanian. Sedangkan yang lainnya telah
beralih ke laut untuk mencari nafkah baik sebagai nelayan atau sebagai
pedagang.
Dewasa ini Oman termasuk ke dalam salah satu negara yang
mengalami perkembangan pesat di dunia. Sebab pembangunan negara terus
dilakukan di segala sektor. Bahkan menurut indeks internasional, Oman
tercatat sebagai salah satu negara yang paling maju dan stabil di Jazirah Arab,
selain Uni Emirat Arab (UEA).

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah :
1. Bagaimana kedaan geografi, demografi dan sosial budaya di Oman
2. Bagaimana sejarah masuknya islam di Oman ?
3. Bagaimana Perkembangan Islam di Oman ?
4. Bagaimana kondisi oman di era modern ?

1
2

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana kedaan geografi, demografi dan sosial budaya
di Oman
5. Untuk mengetahui bagaimana sejarah masuknya islam di Oman
6. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Islam di Oman
7. Untuk mengetahui bagaimana kondisi oman di era modern
BAB II
PEMBAHASAN

A. Geografi, Demografi Dan Sosial Budaya Di Oman


Oman adalah negara yang relatif kecil dengan luas hanya 309.500
kilometer persegi (dua setengah kali luas pulau Jawa) dan populasi 4,6 juta
orang (kurang lebih sama dengan penduduk Provinsi D.I Yogyakarta).
Pemerintahan di Oman berbentuk kesultanan dimana negara ini dipimpin oleh
seorang sultan yang sekaligus merangkap sebagai kepala pemerintahan.
Terdapat beberapa kota besar di Oman, yaitu Muscat sebagai ibu kota negara
dan beberapa kota lain seperti Nizwa, Sohar, Salalah dan Duqm.
Mayoritas penduduk adalah Arab muslim dengan populasi sebesar 77
persen. Sedangkan, sisanya adalah minoritas India, Pakistan, Iran, dan Afrika.
Negara ini diperkirakan didiami oleh ratusan suku yang didasarkan pada
genealogi, aliansi tradisional, agama dan pola ekonomi. Namun mayoritas,
sebuah suku yang ada di Oman terdiri dari sebuah klan atau sekelompok klan
yang memiliki leluhur yang sama. Suku-suku ini kemudian mengatur hubungan
sosial, teritorial, ekonomi dan politik. Suku yang besar atau yang memiliki
pengaruh politik yang penting memiliki seorang syekh yang disebut sebagai
tamimah. Tamimah dipilih secara turun-temurun dan memiliki tugas layaknya
pemimpin pada umumnya yaitu mengatur keeksistensian suku-suku yang ada
di Oman.
Selain dari ekspor minyak, Oman juga mengandalkan pendapatan dari
sektor pertanian. Komoditas utama yang dihasilkan adalah buah-buahan dan
sayuran seperti kurma, jeruk nipis, gandum, alfafa, tebu, pisang, mangga,
anggur, buah delima, kelapa, sorgum, ubi jalar dan padi. Barang-barang ini
selanjutnya akan dibawa menggunakan kapal-kapal menuju ke bandar-bandar
perdagangan baik di Asia maupun di Afrika.

B. Sejarah Masuknya Islam Ke Oman


Sebelum datangnya Islam, Oman termasuk kedalam bagian jaringan
perdagangan kerajaan Sasania di Persia yang membentang dari Teluk Persia

3
4

hingga ke Sindu. Disamping mendapatkan keuntungan dari perdagangan,


Oman juga menjadi masyarakat pertanian yang sangat maju sebab berada di
wilayah Arab yang subur. Pengaruh Persia memegang peranan yang sangat
penting dalam menentukan lingkungan budaya Oman. Persia mengenalkan
pengembangan sistem irigasi falaj untuk menggantikan sistem irigasi
sederhana yang sebelumnya dilakukan. Pengembangan ini dilakukan kedalam
dua tahap, yang pertama meliputi sisi barat dari pegunungan di utara Oman ke
Jauf dan Sharqiyah serta yang kedua di lembah-lembah gunung khususnya di
Ghadaf.
Selama periode Sasania, terutama setelah dikembangkannya sistem
irigasi yang lebih maju maka pengaruh perdagangan laut meningkat dan jalur-
jalur perdagangan dikembangkan dengan Afrika Timur dan China
menggunakan kapal-kapal. Kapal-kapal tersebut menggunakan pelabuhan
Apologas di Mesopotamia Selatan untuk berlayar hingga menuju ke India dan
China. Bahkan pelaut-pelaut Oman memainkan peranan penting dalam
membawa barang-barang dagangan dari Afrika Timur, India, China dan
melakukan kontak dengan wilayah-wilayah lain melalui lautan.
Islam masuk ke Oman pada tahun 630 M ketika Nabi Muhammad saw
mengutus Amr ibn al-‘Ash menemui Julanda Abd dan Jaifar untuk mengajak
mereka menganut kepercayaan baru. Hal ini dilakukan setelah adanya
persetujuan syekh-syekh Arab dan pengiriman seorang delegasi ke Madinah.
Amr bin al-‘Ash tetap berada di Oman untuk mengajarkan masyarakat tentang
Islam dan mendorong mereka untuk melawan terhadap Persia. Orang-orang
Persia yang mengalami kekalahan kemudian memutuskan berdamai dengan
orang-orang Arab. Mereka menarik iri ke Iran sehingga Oman menjadi milik
muslim dan orang-orang Arab. Kemudian kebijakan Rasulullah saw yang
diserahkan kepada pemerintahan muslim dengan sangat mudah diterapkan di
Oman, terutama yang berkaitan dengan zakat. Karena zakat yang terkumpul di
wilayah Oman tetap dibiarkan didistribusikan kepada penduduk miskin dan
tidak diserahkan ke pemerintahan pusat di Madinah.
5

C. Perkembangan Islam Di Oman


Penduduk pantai Oman masuk Islam bersamaan dengan penduduk
Oman lain yaitu pada tahun 630 ketika Nabi Muhammad saw mengutus Amr
bin Ash ke Omanuntuk berdakwah. Pada waktu yang sama Nabi Muhammad
saw membawa surat-surat dakwah kepada raja-raja di semenanjung Arabia.
Islam terus berkembang di wilayah pantai Oman. Pada tahun 684 orang-orang
khawarij menguasai Oman. Para khalifah Bani Umayah di Damaskus dan
Abbasiyah di Baghdad tidak pernah dapat menguasaiOman secara penuh. Umat
Islam negeri itu secara politik merdeka dari pusat pemerintahan Islam. Tahun
752-1507, Oman diperintah oleh imam-imam kelompok al-Ibadiyah yaitu
cabang dari kelompok khawarij yang menjadi pengikut Abdullah bin Ibad al-
Murri at-Tammimi, seorang tokoh khawarij. Pada tahun 1624-1741 wilayah
Oman diperintah oleh imam dari Dinasti Ya'ribah dan sejak 1741 hingga kini
diperintah oleh Dinasti Al-Bu Sa'id.
Sejak Dinasti Al-Bu Sa'id berkuasa penduduk pantai Oamn
memisahkan diri. Rahmat bin Mathar, pemimpin Bani Qawasim menyatakan
kemerdekaan negeri itu pada tahun 1741. Kemerdekaan itu diakui oleh Ahmad
bin Sa'id, pendiri Dinasti Al-Bu Sa'id. Rahmat menjadikan Rah al-Khaymah
sebagai pusat pemerintahannya atas Teluk Persia. Daerah daratan dikuasai oleh
Al-Bu Falah dari Bani Yas dan memiliki pusat pemerintahan di Abu Dhabi.
Dalam perkembangan berikutnya, di Pantai Oman berdiri tujuh pemerintahan
emir yaitu Abu Dhabi, Dubai, Ash-Syariqah,Ajman, Umm al-Qawain,Ras al-
khammah, dan Fuyayrah.
Walaupun Pantai Oman berabad-abad dikuasai oleh imam-imam
khawarij, namun penduduknya tidak terpengaruh denagn paham-paham
khawarij. Mereka teatp menganutu Islam Suni hingga berdirinya Uni Emirat
Arab. Hali ini disebabkan oleh pemerintahan khawarij yang memberikan
kebebasan dan tidak memaksakan pham khawarij terhadap penduduk pantai
Oman. Para pemuka Oman mengakui bahwa Islam telah mampu
mempersatukan suku-suku Oman dibawah panji-panji Islam. Hal itu tampak
6

sekarang dalam sistem sosial dan politik, baik di Oman maupun Pantai Oman
( UEA ) yang memberlakukan syariat Islam dalam peradilan.
A. Bidang Politik
Sistem pemerintahan negara Oman adalah monarki (kesultanan).
Konstitusi sebagai Hukum Dasar Negara, ditetapkan tanggal 6 November
1996 mengatur sistem pemerintahan dan hak-hak sipil warga negara. Sistem
hukum menggunakan hukum islam (syariah) dan juga Common Law Inggris
khususnya untuk mengatur masalah sosial dan perdagangan. Mekanisme
suksesi kesultanan menurut ketentuan dalam Basic Statue Of State,
kekuasaan kesultanan diwariskan kepada garis keturunan laki-laki dari
Sayyid Turky bin Said bin Sultan. Pemilihan sultan baru dilakukan dalam
pertemuan Dewan Keluarga Kesultanan dalam waktu tiga hari setelah
kosongnya posisi sultan. Bila kesepakatan gagal tercapai, maka dewan
pertahanan akan membacakan surat wasiat yang ditulis oleh sultan
mengenai pilihan penggantinya.
a) Badan Eksekutif. Dewan menteri adalah badan eksekutif tertinggi yang
diangkat oleh sultan.
b) Badan Legislatif. Mempunyai sistem Parlemen dua kamar (bicameral)
yaitu : Majelis Negara dan Majelis Permusyawaratan
c) Sistem Peradilan. Terdiri dari 3 tingkatan yaitu pengadilan tingkat
pertama, pengadilan tingkat banding, dan Mahkamah agung.
Oleh karena Oman adalah negara yang menganut sistem monarki,
maka tidak ada UUD dan Parlemen, dilarang segala macam partai politik.
Sultan yang mengumumkan hukum dan dekrit serta mengizinkan
penandatanganan perjanjian serta persetujuan internasional
B. Bidang Ekonomi
Tiga tahun sejak minyak yang kini menjadi tulang punggung
ekonomi negeri tersebut ditemukan, belum banyak kemajuan yang dicapai.
Minyak yang ditemukan pada 1964 yang mulai berproduksi pada tahun
yang sama. Pada 1992 produksinya mencapai tingkat tertinggi sebanyak
750.000 barel per hari. Selain minyak, Oman juga memiliki gas alam, yang
7

ditemukan secara kebetulan dan dalam waktu yang singkat memberi hasil
memuaskan. Tahun 1990, produksi gas alam kesultanan yang terletak
dipintu masuk Teluk tersebut mencapai 9,8 miliar kubik dan melonjak
menjadi 17 miliar kubik tahun lalu.
Oman juga telah lama dikenal sebagai ladang mineral. Tiga ribu
tahun lalu, tembaga sudah digali dan diekspor ke mancanegara. Tembaga
ditemukan di Wadi Jizzi, dekat Sohar dan Rakah serta Hayl Al Safil yang
terletak 215 km dari Sohar.
C. Bidang Sosial Budaya
Budaya masyarakat Oman antara lain :
a. Pakaian
Untuk pria, gaun nasional merupakan gaun kerah dengan lengan
panjang, disebut dishdasha. Biasanya, pakaian ini berwarna putih, namun
ada beberapa warna lain yang juga dikenakan. Kemudian ada banyak
aksesoris pria yang biasa dipakai, misalnya muzzar (sejenis sorban), yang
assa (tongkat yang digunakan terutama untuk acara-acara resmi) dan
khanjar (belati melengkung seremonial dipakai selama acara-acara resmi,
seringkali digambarkan sebagai “simbol penting elegan laki-laki
Untuk wanita, gaun yang dikenakan dengan celana panjang
(sirwal) dan penutup kepala (lihaf). Biasanya bahan yang digunakan
adalah yang berwarna-warni, terutama warna cerah. Secara tradisioanal,
wanita Oman akan memakai jenis sepatu platform kayu, namun saat ini,
kebanyakan lebih memilih untuk memakai sendal.
Makanan. Tidak seperti banyak negara Asia lainnya, masakan
Omani tidak pedas dan bervariasi regional. Makanan sehari-hari
umumnya memiliki komponen seperti beras, berbagai sup, salad, kari,
dan sayuran segar. Untuk hidangan penutup, banyak orang Oman
memiliki minuman manis, yang dikenal sebagai Omani halwa. Ini
biasanya disajikan sebelum konsumsi Kahwa. Kahwa adalah kopi Omani
yang sangat populer dan tetap menjadi simbol keramahan. Minuman
8

populer lainnya termasuk teh, laban (semacam buttermilk asin), dan


minuman yoghurt.
2. Bidang Pendidikan
Sebelum Sultan Qaboos naik tahta, Oman hanya memiliki tiga
sekolah untuk pria, di Matrah, Muskat dan Salalah, dan tak satu sekolah pun
untuk wanita. Kini, pria dan wanita telah memiliki kesempatan pendidikan
yang sama.
Pada tahun ajaran 1992/1993, terdapat 878 sekolah pendidikan
umum dengan jumlah pelajar 424.962 orang, wanita sebanyak 47,35 persen
dari jumlah itu, sedangkan pada tahun ajaran 1969/1970 hanya terdapat 909
siswa.
Menteri Pendidikan Oman, Yahya bin Mahfudh Al Mantheri, yang
juga adalah Wakil Penasihat di Universitas Sultan Qaboos, telah
mengumumkan bahwa selama Rencana Pembangunan Lima Tahun
Keempat saat ini akan dibangun 65 gedung sekolah lagi. Selain itu, 79
bangunan baru akan menggantikan gedung sekolah yang kini sudah tidak
memadai lagi.

D. Kondisi Oman Di Era Modern


Pada tahun 796, Oman dikuasai oleh pemerintahan Imam Ibadiyah
yang berusaha mempertahankan sistem kesukuan, pertanian dan
mengintegrasikan warga nomadik dan warga pemukiman. Ibadiyah berusaha
memperluas jaringan perdagangan Oman dengan cara mendirikan koloni
dagang di Basrah, Siraf, Aden, India dan wilayah pesisir Afrika Timur.
Portugis memasuki Oman pada abad ke-16 setelah Vasco da Gama
berhasil memasuki India. Kemudian Portugis memerintahkan Alfonso de
Albuquerque untuk mendirikan sebuah imperium di Timur. Alfonso
berpendapat bahwa untuk bisa mendirikan sebuah imperium terlebih dahulu
harus menguasai lautan yang menghubungkan antara Timur dan Barat, yaitu
Oman sebab posisinya yang berada di mulut Teluk Persia. Pendudukan
Portugis atas Oman terjadi pada tahun 1507 dan berakhir pada tahun 1650.
9

Namun pada abad ke-19, Mesir mengambil alih lalu lintas Samudera
Hindia melalui rute perdagangan Laut Merah. Akibatnya perdagangan bangsa
Oman dibawah dominasi Ibadiyah hancur. Kemudian Oman berusaha bangkit
dengan cara mengintegrasikan masyarakatnya menjadi masyarakat tunggal
disertai pengakuan Ibadiyah sebagai mazhab resmi negara yang akan mengatur
hukum perdata dan pidana di Oman.
Oman merupakan satu-satunya negara yang paling koservatif di
kawasan Teluk Persia. Kebangkitan kembali Oman terjadi pada abad ke-17 dan
ke-18 ketika Oman berhasil mengusir Portugis keluar dari kawasan Afrika
timur. Selain itu pada abad ke-19, para sultan dari dinasti Bu Sa’id pun berhasil
memperkuat kembali jaringan perdagangan mereka. Oman memperbaiki
kembali kontrol atas Zanzibar dan beberapa kota lainnya di Afrika Timur.
Pada tahun 1749 Ahmad ibn Sa’id terpilih menjadi khalifah Oman dan
mendirikan dinasti al-Bu Sa’id yang memerintah Oman hingga sekarang.
Disamping itu dominasi Portugis yang telah hilang kemudian digantikan oleh
Inggris. Langkah Inggris dalam usaha untuk menguasai Oman terhalang oleh
adanya niat yang sama dari Perancis. Sehingga hampir satu abad lamanya
Inggris berusaha membuat perjanjian dagang dengan Oman namun baru
berhasil pada tanggal 31 Mei 1839. Oman berada sepenuhnya dalam
penguasaan protektorat Inggris pada tahun 1854, ketika sultan Oman, Sa’id ibn
Sulthan (1791-1856), menghadiahkan pulau Kuria Muria kepada Inggris.
Pada tahun 1955, Sa’id ibn Taymur (1932-1970) dengan bantuan
Inggris, merampas seluruh wilayah negeri dibawah pemerintahannya. Pola
pemerintahan yang sempit dan tiranis memancing sejumlah gerakan oposisi.
Salah satunya ialah Front Pembebasan Masyarakat Oman dibentuk tahun 1965
oleh para pelajar dan The Dhofar Liberation Front mengorganisir perlawanan
terhadap pemilikan tanah pribadi para sultan. Sa’id ibn Taymur mampu
mempertahankan keutuhan kekuasaan atas negeri ini lantaran jasa para perwira
militernya dari Inggris dan lantaran kebijakan isolasi Oman dari dunia luar.
Tahun 1970-an, putranya yang bernama Qabus ibn Sa’id naik tahta
untuk membentuk sebuah rezim yang lebih modern. Ia menumpas semua
10

kekuatan perlawan yang dilakukan oleh oposisi. Selain itu, ketika Qabus
mengambil kontrol atas pemerintahan ia kemudian membuka isolasi Oman dari
dunia luar. Ia melakukan pembangunan dan pembaruan di segala sektor seperti
jalanan, sekolah-sekolah, kesehatan, komunikasi, layanan keuangan, sumber
air, dan perumahan. Ia berkeyakinan bahwa kebijakan baru tersebut dapat
mentransformasikan Oman kearah kemajuan.
Citra Oman segera berubah sejak ditemukannya ladang minyak dan
adanya ambisi yang kuat dari sultan Qabus untuk mengakhiri isolasi tersebut.
Oman menjadi salah satu negara maju dengan perkembangan yang pesat dalam
berbagai bidang. Kesejahteraan sosial di negara yang beribukota di Muskat itu
mengandalkan pengusaha dan jaringan kerabat. Jika ada masyarakat yang
berusia lanjut, memiliki keterbatasan fisik serta mengalami keterbatasan
ekonomi maka akan dirawat oleh jaringan kerabat.
Sejak tahun 1970-an, pemerintah telah bekerja keras membangun
layanan kesejahteraan sosial, mempromosikan stabilitas, dan keamanan bagi
masyarakat. Departemen sosial, tenaga kerja, dan pelatihan keterampilan
bertanggung jawab mengeluarkan biaya bulanan bagi orang tua, para janda,
korban perceraian, dan orang yang memiliki keterbatasan fisik. Adapun
perhatian khusus bagi kaum muda dilakukan melalui pusat pemerintahan
khusus.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oman adalah sebuah negara Arab yang berada di bagian Asia Barat
Daya, tepatnya di pesisir tenggara Jazirah Arab. Pendapatan Oman selain
mengandalkan dari ekspor minyak, juga mengandalkan pendapatan dari sektor
pertanian. Komoditas utama yang dihasilkan adalah buah-buahan dan sayuran.
Sebelum datangnya Islam, Oman termasuk kedalam bagian jaringan
perdagangan kerajaan Sasania di Persia. Pengaruh Persia memegang peranan
yang sangat penting dalam menentukan lingkungan budaya Oman. Persia
mengenalkan pengembangan sistem irigasi falaj untuk menggantikan sistem
irigasi sederhana yang sebelumnya dilakukan. Islam masuk ke Oman pada
tahun 630 M ketika Nabi Muhammad saw mengutus Amr ibn al-‘Ash menemui
Julanda Abd dan Jaifar untuk mengajak mereka menganut kepercayaan baru.
Pada tahun 796, Oman dikuasai oleh pemerintahan Imam Ibadiyah.
Perdagangan bangsa Oman dibawah dominasi Ibadiyah pernah hancur sebab
diambil-alihnya lalu litas Samudera Hindia melalui rute perdagangan Laut
Merah oleh Mesir. Namun Oman berusaha untuk bangkit kembali dibawah
pemerintahan Sultan Qabus ibn Sa’id. Pembangunan dilakukan di segala
bidang dan sultan pun menghilangkan sikap isolasi Oman terhadap dunia luar.
Sehingga kini Oman berhasil menjadi sebuah negara yang paling maju dan
stabil di Jazirah Arab.

11
DAFTAR PUSTAKA

Allen, C. H. (1987). OMAN : The Modernization Of The Sultanate. United States


of America: Westview Press.
Clements, Frank. (1980). Oman The Reborn Land. London: Longman Group
LTD.
Cleveland, W. L. (1994). A History Of The Modern Middle East. Philadelphia:
Westview.
Lapidus, I. M. (1999). Sejarah Sosial Umat Islam Jilid III. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Latifah, Zuhrotul. (2017). “Peradaban Islam Modern Di Negara-negara Arab.”
Dalam Siti Maryam, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa
Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi.
https: www.id.m.wikipedia.org/wiki/Oman
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ozmptr313. Di akses pada
9 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai