Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja
atas input untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai
tujuan yang ditetapkan. Sebagai sebuah proses maka pendidikan
harus dievaluasi hasilnya untuk melihat apakah hasil yang dicapai
telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil
yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah
melalui evaluasi. Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting
dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena
evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau
kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik
harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia
lakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah
satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses
pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi
peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas
pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat
mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk
berubah menjadi lebih baik ke depan.
Evaluasi

dalam

pembelajaran

tidak

semata-mata

untuk

menentukan rating siswa melainkan juga harus dijadikan sebagai


teknik

atau

cara

pendidikan, evaluasi

pendidikan.
pembelajaran

Sebagai
harus

teknik

atau

dikembangakan

alat
secara

terencana dan terintegratif dalam program pembelajaran, dilakukan


secara kontinue, mengandung unsur paedagogis, dan dapat lebih
mendorong siswa aktif belajar.

Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan


untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar
yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai
berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu.
Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil
belajar dan evaluasi pembelajaran. Namun, dalam makalah ini, hanya
akan dibicarakan masalah evaluasi pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja jenis-jenis evaluasi pendidikan?
2. Bagaimana teknik melakukan evaluasi pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi pendidikan

2. Untuk mengetahui teknik melakukan evaluasi pendidikan


D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah dengan judul Jenis-jenis dan Teknik
Evaluasi Pendidikan ini diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah keilmuan
dalam dunia pendidikan khususnya tentang evaluasi pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti


penilaian. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2004) evaluasi
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia
lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim dengan
penilaian

tidak

sama

konsepnya

dengan

pengukuran

dan

tes

meskipun ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi


pendidikan dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan
dengan aspek kuantitatif dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan
aspek kuantitatif, sedangkan tes hanya merupakan salah satu
instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga konsep ini merupakan
satu kesatuan dan saling memerlukan. Pengukuran adalah proses
penentuan kuantitas suatu objek dengan membandingkan antara alat
ukur dengan objek yang diukur. Penilaian adalah proses penentuan
kualitas suatu objek dengan membandinkan antara hasil-hasil ukur
dengan standart penialaian tertentu. Tes adalah alat pengumpulan
data yang dirancang khusus. Yang membedakannya dengan evaluasi
adalah

bahwa

evaluasi

mencakup

aspek

kualitatif

dan

aspek
3

kuantitatif. Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu


kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Evaluasi dapat didefinisikan sebgai suatu proses sistematik
dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh
siswa. Ada dua aspek penting dari definisi diatas. Pertama, evaluasi
menunjukan

pada

mengasumsikan

proses

bahwa

yang

tujuan

sistematik.

instruksional

Kedua,

ditentukan

evaluasi
terlebih

dahulu sebelum proses belajar mengajar berlangsung.


Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap
jalur,

jenjang,

dan

jenis

pendidikan

sebagai

bentuk

pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.


Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau
keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan. sehingga dapat disimpulkan bahwa
evaluasi

adalah

proses

mendeskripsikan,

mengumpulkan

dan

menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan


dalam pengambilan keputusan.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi pembelajaran adalah proses mengumpulkan, menganalisis
dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan
sejauh

mana

ketercapaian

tujuan

pembelajaran

yang

telah

ditetapkan.

A.

Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

1.

Jenis evaluasi berdasarkan tujuannya


a.

Pre-test dan Post-test


Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap
akan

memulai

penyajian

baru.

Tujuannya

ialah

untuk

mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan


yang akan disajikan.
Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni
kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir
penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf
pengetahuan siswa atas materi yang telah diajarkan.
b.

Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
pelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi atau
menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor
penyebabnya.

c.

Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk
memilih siswa yang paling tepat atau sesuai dengan kriteria
program kegiatan tertentu.

d.

Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang
sesuai dengan karakteristik siswa.

e.

Evaluasi formatif
Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai ulangan yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau
modul.

Evaluasi

ini

bertujuan

untuk

memperbaiki

dan

meningkatan proses belajar dan mengajar.


f.

Evaluasi sumatif

Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ulangan


umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau
prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program
pengajaran, atau disebut juga dengan evaluasi yang dilakukan
untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.Evaluasi
ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir
tahun ajaran.Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai
kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya
siswa ke kelas yang lebih tinggi.
g.

Ujian Nasional (UN)


Ujian Nasional (UN) pada prinsipnya sama dengan evaluasi
sumatif, yaitu sebagai alat penentu kenaikan status siswa.

2.

Jenis evaluasi berdasarkan sasaran


a.

Evaluasi Konteks
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks
program

baik

mengenai

rasional

tujuan,

latar

belakang

program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam


perencanaan.
b. Evaluasi Input
Adalah evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik
sumber

daya

maupun

strategi

yang

digunakan

untuk

melihat

proses

mencapai tujuan.
c.

Evaluasi Proses
Adalah

evaluasi

yang

ditujukan

untuk

pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian


dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang
muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
d. Evaluasi Hasil atau Produk
Adalah evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program
yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan
akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
6

e.

Evaluasi Outcome atau Lulusan


Adalah evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar
siswa lebih lanjut, yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke
masyarakat.

3. Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran


a.

Evaluasi Program Pembelajaran


Adalah

evaluasi

yang

mencakup

terhadap

tujuan

pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar


mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
b.

Evaluasi Proses Pembelajaran


Adalah evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses
pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran
yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.

c.

Evaluasi Hasil Pembelajaran


Adalah evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan
siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik
umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif,
psikomotorik.

4. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi


a.

Berdasarkan objek :
1). Evaluasi Input
Adalah evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan
kepribadian, sikap, keyakinan.
2). Evaluasi Transformasi
Adalah evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses
pembelajaran antara lain materi, media, metode dan lainlain.
3). Evaluasi Output
Adalah evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada
ketercapaian hasil pembelajaran.
7

b. Berdasarkan subjek :
1). Evaluasi Internal
Adalah evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah
sebagai evaluator, misalnya guru.
2). Evaluasi Eksternal
Adalah evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah
sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.
B.

Teknik Evaluasi
Instrument (alat) adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk

mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai


tujuan secara lebih efektif dan efesien. Alat evaluasi tersebut
dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi
dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam menggunakan
alat tersebut evaluator menggunkan cara atau teknik yaitu dengan
teknik evaluasi. Teknik evaluasi tersebut terbagi kedalam dua
macam , yaitu teknik nontes dan teknik tes.
1. Teknik nontes
a.

Skala Bertingkat (rating scale)


Skala mengambarkan suatu nilai yang berbentuk angka
terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Dengan maksud agar
pencatatannya
penampilan

dapat

atau

objektif

maka

penggambaran

penilaian

kepribadian

terhadap
seseorang

disajikan dalam bentuk skala.


b. Kuesioner (questionair)
Kuesioner

(questionair)

dikenal

dengan

sebagai

angket.

Kuesioner ialah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh


orang yang aka diukur (responden). Dengan kuesioner ini
orang

dapat

diketahui

tentang

keadan

atau

data

diri,

pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dsb.


Kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu :
1).

Ditinjau dari segi siapa yang menjawab


8

a.

Kuesioner langsung
Kuesioner ini diisi dan dikirimkan langsung oleh
orang yang akan diminta jawaban tentang dirinya.

b.

Kuesioner tidak langsung


Kuesioner ini dikirimkan dan diisi oleh bukan orang
yang diminta keterangannya. Dan digunakan untuk
mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara,
tetangga, dsb.

2).

Ditinjau dari segi menjawab


a.

Kuesioner tertutup
Kuesioner ini disusun dengan menyediakan pilihan
jawaban

lengkap

sehingga

pengisi

hanya

tinggal

memberi tanda pada jawaban yang dipilih.


b. Kuesioner terbuka
Kuesioner ini disusun sedemikian rupa sehingga para
pengisi

bebas

mengemukakan

pendapatnya.

Dan

kuesioner ini digunakan untuk meminta pendapat


seseorang.
c.

Daftar cocok (check list)


Daftar cocok (check list ialah deretan pertanyaan (yang
biasanya singkat-singkat), disini responden yang dievaluasi
tinggal membubuhkan tanda cocok () ditempat yang sudah
disediakan.

d.

Wawancara
Wawancara (interview) ialah suatu metode atau cara yang
digunakan untukmendapatkan jawaban dari responden dengan
jalan tanya-jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan oleh 2
cara, yaitu:
1.

Interview bebas, yaitu dimana responden mempunyai


kebebasan

untuk

mengutarakan

pendapatnya,

tanpa

dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh


subjek evaluasi.
2. Interview terpimpin, yaitu dilakukan oleh subjek evaluasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sudah disusun terlebih dahulu, sehingga responden pada
waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang
sudah dipersiapkan oleh penanya.
e.

Pengamatan (observation)
Pengamatan ialah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan

pengamatan

secara

teliti

serta

pencatatan

secara sistematis. Ada dua macam obervasi (pengamatan),


yaitu :
1.

Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh


pengamat,

tetapi

dalam

pada

waktu

itu

pengamat

memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang


diamati.
2.

Observasi sistematik, yaitu dimana faktor-faktor yang


diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur
menurut

kategorinya.

Dalam

observasi

ini

pengamat

berada diluar kelompok. Dengan demikian pengamat tidak


dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
3.

Observasi eksperimental, yaitu terjadi jika pengamat tidak


berpatisipasi dalam kelompok.

f.

Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang
selama masa kehidupannya.

Teknik tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif
untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan
seseorang dengan cara yang tepat dan cepat tes ini ada 3
macam, yaitu :

10

a.

Tes

diagnostic,

mengertahui

adalah

tes

yang

digunakan

kelemahan-kelemahan

siswa

untuk

sehingga

berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan


pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostic ini ada 4
tingkat, antara lain :
1.

Tes

diagnostic

ke-1

dilakukan

terhadap

calon

siswa

sebagai input, untuk mengetahui apakah calon tersebut


sudah menuasai pengetahuan yang merupakan dasar
untuk

menerima

pengetahuan

di

sekolah

yang

dimaksudkan. Tes ini disebut dengan tes penjajakan atau


dalam istilah bahasa inggis entering behaviour test.
2.

Tes diagnostic ke-2, dilakukan terhadap calon siswa yang


sudah akan mulai mengikuti program. Dan tes diagnostic
ini berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).

3.

Tes diaonostik ke-3, dilakukan terhadap siswa yang sedang


belajar,

karena

tidak

semua

siswa

dapat

menerima

pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan lacar. Maka


pengajar (guru) disini harus sekali-kali memberikan tes
diagnostic untuk mengetahui bagian mana dari bahan yang
diberikan itu belum dikuasai oleh siswa. Dan mendeteksi
mengenai sebab siswa tersebut belum menguasai bahan.
4.

Tes diagnostic ke-4, diadaka pada waktu siswa akan


mengakhiri pelajaran. Dengan ini guru dapat mengetahui
tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.

b.

Tes formatif, tes ini diberikan pada akhir setiap program. Tes
ini merupakan post-test atau tes akhir proses. Digunakan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah
mengikuti

sesuatu

program

tertentu.

Evalusi

formatif

mempunyai manfat, baik bagi siswa, guru, maupun program


itu saendiri.
c.

Tes subsumtif dan sumatif, pelaksanaan kegiatan tes


subsumatif

ini

dilakukan

pada

perempat

semester

atau
11

caturwulan dan pada pertengahan semester (caturwulan) yang


lazim kita ssebagai mindsemester. Evaluasi sumatif ialah
penentuan kenaikan kelas bagi setiap siswa. Tes sumatif
adalah

penilaian

yang

dilakukan

tiap

akhir

semester

(caturwulan), setelah para siswa menyelesaikan program


belajar dari suatu bidang studi atau mata pelajaran tertentu
selama satu perode waktu tertentu pula.adapun fungsi dari
penilaian ini adalah untuk menentukan prestasi hasil belajar
siswa terhadap bidang studi atau mata pelajaran selama satu
semester atau caturwulan.
Manfaat tes sumatif, ada 3 hal yang paling terpenting, yaitu :
1.

Untuk menentukan nilai.

2.

Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidaknya


mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya.

d.

Tes formatif dan tes sumatif dalam praktek


Dalam pelaksanaannya disekolah tes formatif ini merupakan
ulangan harian, sedangkan tes sumatif ialah ulangan umum
yang diadakan pada akhir caturwulan atau akhir semester.
Tes formatif dilaksanakan oleh guru setiap mengakhiri satu sub
pokok bahasan, sedangkan tes sumatif dilaksanakan setiap
mengakhiri satu pokok bahasan (dalam program yang lebih
besar). Dan apabila pengertian ini dihubungkan dengan yang
telah dibicarakan pada alinea sebelumnya, yaitu bahwa tes
sumatif dilaksanakan sebagai ulangan umum, maka tes yang
dilaksanakan diakhir pokok bahasan ini dapat dipandang
sebagai tes subsumatif atau tes unit, sedangkan ulangan
umum itulah yang disebut tes sumatif.
Adapun teknik evaluasi yang lainnya yang telah dikemukakan

oleh

Daryanto

dalam

bukunya

yang

berjudul

evaluasi

pendidikanada 4, yaitu :
a.

Measurement model

12

Menurut model ini, evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran


terhadap berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk
melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok yang
hasilnya diperlukan untuk seleksi, bimbingan dan perencanaan
pendidikan bagi para siswa di sekolah,
Objek evaluasi dari model ini adalah tingkah laku siswa yang
mencangkup kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawan
(intelegensi bakat), minat, sikap dan juga kepribadian siswa.
Pendekatan yang ditempuh model ini adalah membandingkan
hasil

belajar

antara

anak

atau

lebih

kelompok

yang

menggunakan cara pengajaran yang berbeda sebagai variable


bebas, lalu diberikan tes yang sama yang hasil dari tes tersebut
untuk mengetahui cara pengajara mana yang lebif efektif untuk
digunakan.
Kelebihan dan kelemahan
Konsep measurement menekankan pentingnya objektivitas
dalam

proses

evaluasi

yang

dijadikan

landasan

dalam

mengembangkan konsep dan sistem evaluasi kurikulum. Di


samping itu, pendekatan yang digunakan oleh konsep ini masih
sangat besar pengaruhnya dan dirasakan faedahnya dalam
berbagai kegiatan pendidikan, seperti seleksi dan klasifikasi siswa,
pemberian nilai di sekolah, dan kegiatan penelitian pendidikan.
Kelemahan konsep ini terletak pada penekanannya yang berlebihlebihan

pada

aspek

pengukuran

dalam

kegiatan

evaluasi

pendidikan. Aspek pengukuran memang diperlukan dalam proses


evaluasi, tapi tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses
evaluasi itu sendiri: Measurement is not evaluation, but it can
provide useful data for evaluation. Dalam evaluasi hasil belajar,
misalnya

kita

pengukuran

tidak

hasil

dapat

belajar

mengelakkan
untuk

penggunaan

menghasilkan

data

alat
yang

diperlukan dalam pemberian judgement selanjutnya mengenai


hasil belajar yang telah dicapai.
13

Konsekuensinya, evaluasi cenderung dibatasi pada dimensi


tertentu dari program pendidikan yang dapat diukur, terutama
hasil belajar yang bersifat kognitif. Hasil belajar yang bersifat
kognitif

bukanlah

merupakan

satu-satunya

indikator

bagi

keberhasilan kurikulum. Sebagai wahana untuk mencapai tujuantujuan pendidikan, kurikulum diharapkan dapat mengembangkan
berbagai potensi yang ada pada diri siswa, tidak terbatas hanya
pada potensi di bidang kognitif. Di samping itu, peranan evaluasi
yang

diharapkan

akan

dapat

memberikan

input

bagi

penyempurnaan program dalam setiap tahap, menjadi kurang


dapat terpenuhi dengan dibatasinya evaluasi pada pengukuran
hasil belajar saja, apalagi hanya ditekankan pada bidang kognitif.
b. Congruence model
Menurut model ini, evaluasi adalah usaha untuk memeriksa
persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang
diinginkan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil yang
diperoleh

dari

evaluasi

dengan

model

ini

berguna

bagi

kepentingan penyempurnaan sistem bimbingan siswa dan untuk


memberikan

informasi

kepada

pihak-pihak

luar

pendidikan

mengenai hasil belajar yang telah dicapai.


Objek evaluasinya adalah perubahan tingkah laku siswa yang
diperlihatkan
tersebut

pada

akhir

mencangkup

kegatan

baik

pendidikan.

pengetahuan

Tingkah

maupun

laku
aspek

pengetahuan maupun keterampilan dan sikap.


Kelebihan dan kelemahan
Konsep congruence memperlihatkan adanya high degree of
integration with the instructional process. Dengan mengkaji
efektivitas kurikulum dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan,

akan

memberikan

balikan

kepada

pengembang

kurikulum tentang tujuan-tujuan mana yang sudah dan yang


belum dicapai. Hasil evaluasi yang diperoleh tidak bersifat relatif

14

karena selalu dihubungkan dengan tujuan yang hendak dicapai


sebagai kriteria perbandingan.
Kelemahan dari konsep ini terletak pada ruang lingkup
evaluasinya.

Sekalipun

tujuan

evaluasi

diarahkan

pada

kepentingan penyempurnaan program kurikulum, tapi konsep ini


tidak menjadikan input dari proses pelaksanaan sebagai objek
langsung evaluasi. Yang dijadikan perhatian oleh konsep ini adalah
hubungan antara tujuan dan hasil belajar. Faktor-faktor penting
yang terdapat diantara tujuan dan hasil yang dicapai kurang
mendapat perhatian, padahal dimensi yang perlu disempurnakan
yaitu input dan proses belajar-mengajar, yang keseluruhannya
akan menciptakan suatu tipe pengalaman belajar tertentu.
Pelaksanaan evaluasi dari konsep ini terjadi pada saat kurikulum
sudah selesai dilaksanakan, dengan jalan membandingkan antara
hasil pretest dan posttest.
Sebagai akibatnya informasi yang dihasilkan hanya dapat
menjawab pertanyaan tentang tujuan-tujuan mana yang telah dan
yang belum dapat dicapai. Pertanyaan tentang mengapa tujuantujuan tertentu belum dapat dicapai, sukar untuk dapat dijawab
melalui

informasi

perbedan

pretest

dan

posttest.

Jadi

pendekatannya menghasilkan suatu teknik evaluasi yang sifatnya


terminal/ postfacto yang membantu pengembang kurikulum
dalam menentukan bagian-bagian mana dari program yang masih
lemah, tapi kurang membantu di dalam mencari jawaban tentang
segi-segi apanya yang masih lemah dan bagaimana kemungkinan
mengatasi

kelemahan

tersebut.

Namun

konsep

ini

telah

memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan


konsep evaluasi kurikulum, khususnya dalam usaha:
a.

Menghubungkan

hasil

belajar

dengan

tujuan-tujuan

pendidikan sebagai kriteria perbandingan; dan

15

b.

Memperkenalkan sistem pengolahan hasil evaluasi secara


bagian demi bagian, yang ternyata lebih relevan dengan
kebutuhan pengembangan kurikulum.

c.

Educational system eavaluation model


Menurut model ini, evaluasi dimaksudkan untuk membandingkan
performance

dari

berbagai

dimensi

sistem

yang

sedang

dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu untuk akhirnya


sampai pada suatu deskripsi dan judgment mengenai sistem yang
dinilai tersebut.
Objek evaluasi menurut model ini adalah jenis-jenis data yang
dikumpulkan dalam kegiatan evaluasi, baik data objektif (skor
hasil tes) maupun data subjektif atau judgment data (pandangan
guru-guru, reaksi para siswa dll). Adapun pendekatan yang
ditempuh model ini dalam pelaksanaan evaluasi adalah :
1. Membandingkan performa setiap demensi system dengan
criteria intern dalam sistem itu sendiri.
2. Membandingkan performa setiap dimensi dengan kriteria
ekstern diluar sistem yang bersangkutan.
Kelebihan dan kelemahan
Ditinjau dari segi hakikat dan ruang lingkup evaluasi, konsep
ini

memperlihatkan

banyak

segi-segi

yang

positif

untuk

kepentingan proses pengembangan kurikulum. Ditekankannya


peranan kriteria (absolut maupun relatif) dalam proses evaluasi
sangat penting artinya dalam memberikan ciri-ciri khas bagi
kegiatan

evaluasi.

Tanpa

kriteria

kita

tidak

akan

dapat

menghasilkan suatu informasi yang menunjukkan ada tidaknya


kesenjangan (discrepancy), sedangkan informasi semacam inilah
yang diharapkan dari hasil evaluasi. Sehubungan dengan ruang
lingkup evaluasi, konsep ini mengemukakan perlunya evaluasi itu
dilakukan terhadap berbagaai dimensi program, tidak hanya hasil
yang dicapai, tapi juga input dan proses yang dilakukan tahap
16

demi tahap. In penting sekali agar penyempurnaan kurikulum


dapat dilakukan pada setiap tahap sehingga kelemahan yang
masih terlihat pada suatu tahap tertentu tidak sampai dibawa ke
tahap berikutnya.
Suatu bagian dari konsep ini yang kiranya dapat dipandang
sebagai kelemahan adalah mengenai pandangannya tentang
evaluasi

untuk

menyeluruh.

Ada

menyimpulkan
dua

persoalan

kebaikan
yang

program

perlu

secara

mendapatkan

penegasan dari konsep ini, yang pertama menyangkut segi teknis


dan yang kedua menyangkut segi strategis. Persoalan teknis
berkenaan

dengan

prosedur

yang

ditempuh

dalam

membandingkan hasil antara kurikulum yang baru dan kurikulum


yang

ada.

Pengalaman-pengalaman

yang

lalu

menunjukkan

bahwa studi perbandingan semacam ini pada umumnya berakhir


dengan kesimpulan tidak adanya perbedaan yang berarti.
Persoalan strategis

menyangkut

persoalan nasib

dari

kurikulum yang baru tersebut bila hasil perbandingan yang


dilakukan menunjukkan perbedan yang tidak berarti. Bila hal itu
terjadi, apakah kita aka menarik kembali kurikulum yang baru
tersebut

untuk

kembali

ke

kurikulum

yang

ada

ataukah

mengembangkan kurikulum baru yang lain lagi? Bagaimanakah


hal ini dapat dipertanggungjawabkan dari segi biaya yang telah
dikeluarkan

maupun

dari

segi

siswa-siswa

yang

telah

menggunakan kurikulum baru tersebut selama bertahun-tahun?


Kedua persoalan di atas itulah yang terdapat dan belum dapat
dibahas secara tuntas di dalam konsep ini. Secara keseluruhan,
konsep educational system evaluation ini relevan dengan peranan
evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dan dapat
mengatasi kelemahan-kelemahan yang terkandung di dalam
konsep-konsep yang terdahulu.
d.

Illuminative Model
17

Model ini memandang fungsi eavaluasi sebagai bahan atau input


untuk

kepentingan

pengambilan

penyesuaian-penyesuaian

dan

keputusan

dalam

penyempurnaan

rangka

sistem

yang

sedang dikembangkan.
Objek evaluasi yang diajukan model ini mencangkup : Latar
belakang dan perkembangan yang dialami oleh sistem yang
bersangkutan. Proses pelaksanaan sistem itu sendiri. Hasil belajar
yang diperlihatkan oleh para siswa. Kesukaran-kesukaran yang
dialami dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya di
lapangan.

pendekatan

yang

ditempuh

model

ini

dalam

melaksanakan evaluasi tersebut bersifat terbuka atau open-ended


dan dalam melaporkan hasil evaluasi lebih banyak digunakan cara
deskritif dalam penyajian informasinya.
Kelebihan dan kelemahan
Konsep

illumination

menekankan

pentingnya

dilakukan

evaluasi yang berkelanjutan selama proses pelaksanaan kurikulum


sedang berlangsung. Gagasan yang terkandung di dalam konsep
ini memang penting dan menunjang proses penyempurnaan
kurikulum, karena pihak pengembang kurikulum akan memperoleh
informasi yang cukup terintegrasi sebagai dasar untuk mengoreksi
dan menyempurnakan kurikulum yang sedang dikembangkan. Di
samping itu, jarak antara pengumpulan data dan laporan hasil
evaluasi cukup pendek sehingga informasi yang dihasilkan dapat
digunakan pada waktunya.
Kelemahan konsep ini terletak pada teknik pelaksanaannya.
Pertama,

kegiatan

evaluasi

tidak

didahului

oleh

adanya

perumusan kriteria yang jelas sebagai dasar bagi pelaksanaan dan


penyimpulan hasil evaluasi. Ini dapat mengakibatkan bahwa
sejumlah segi-segi yang penting kurang mendapat perhatian,
karena evaluator hanyut dalam mengamati segi-segi tertentu
yang menarik perhatiannya. Kedua, objektivitas dari evaluasi yang
dilakukan perlu dipersoalkan. Persoalan objektivitas evaluasi inilah
18

yang justru dipandang sebagai salah satu kelemahan yang


penting

dari

konsep

ini.

Di

samping

konsep

ini

lebih

menitikberatkan penggunaan judgement dalam proses evaluasi,


juga terdapat adanya kecenderungan untuk menggunakan alat
evaluasi yang terbuka dalam arti kurang spesifik/ berstruktur. Di
samping

kedua

menekankan

kelemahan di

pentingnya

atas,

evaluasi

konsep ini
terhadap

juga

tidak

bahan-bahan

kurikulum selama bahan-bahan tersebut disusun dalam tahap


perencanaan. Dengan kata lain, evaluasi yang diajukan oleh
konsep ini lebih berorientasi pada proses dan hasil yang dicapai
oleh kurikulum yang bersangkutan.

19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jenis-jenis evaluasi pendidikan secara garis besar dibagi menjadi 4
macam, yaitu :
a. Ditinjau dari dari tujuannya
b. Ditinjau dari sasarannya
c. Ditinjau dari lingkup kegiatan pembelajaran
d. Ditinjau dari objek dan subjek evaluasi.
2. Teknik evaluasi pendidikan secara garis besar terbagi menjadi 2
macam, yaitu teknik non tes dan teknik tes.
B. Saran
Dalam melakukan evaluasi, para pendidik harus memperhatikan
jenis-jenis dan teknik evaluasi pembelajaran yang sesuai agar hasil
yang diharapkan dapat tercapai.

20

DAFTAR RUJUKAN
Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto,

Suharsimi.

1995. Dasar-dasar

Evaluasi

Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Purwanto,

Ngalim.

2010.

Prinsip-prinsip

dan

Teknik

Evaluasi

Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya


Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Thoha, M. Chabib. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

21

Anda mungkin juga menyukai