Anda di halaman 1dari 3

SINOPSIS PENELITIAN TESIS

SUMBER ENERGI ALTERNATIF BIOETANOL


BERBAHAN BAKU RUMBIA (Metroxylon sagu)
Oleh : Intan Komalasari
Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan menjadi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan energi bahan bakar semakin meningkat seiring bertambahnya
penduduk dan kebutuhan masyarakat. Selama ini penggunaan energi berasal dari hasil
pembakaran fosil. Bahan bakar fosil memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan harga
yang relatif tinggi. Bahan bakar fosil yang tersedia saat ini tidak akan bertahan lama untuk
memenuhi seluruh kebutuhan dan permintaan masyarakat. Jika eksploitasi bahan bakar
fosil ini terjadi terus menerus maka akan terjadi kelangkaan bahkan hilangnya bahan bakar
fosil dari bumi karena bahan bakar fosil ini bukan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Untuk itu diperlukan adanya energi alternatif yang lebih ramah lingkungan
pengganti bahan bakar fosil yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat atau
menghemat penggunaan bahan bakar fosil tersebut.
Salah satu energi alternatif yang banyak dikembangkan adalah bioetanol. Bioetanol
merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berperan penting dalam mengurangi
dampak negatif pada pemakaian bahan bakar fosil (Cardona dan Sanchez, 2007).
Bioetanol memiliki bilangan oktan yang lebih tinggi daripada premium sehingga mampu
mengurangi emisi setelah pembakaran. Penggunaan etanol menunjukkan rasio kompresi
yang tinggi dan mampu meningkatkan produksi energi selama pembakaran mesin (Shah
et. al., 2014). Bioetanol tidak menimbulkan efek rumah kaca dan kadar CO 2 kurang dari
22 % dibandingkan bahan bakar fosil yang menghasilkan gas-gas pencemar sangat
berbahaya (Milan, 2005). Bioetanol juga merupakan sumber energi yang menjanjikan
karena berawal dari proses fotosintesis dimana energi matahari ditangkap dan diubah
menjadi biomassa yang mampu dibakar untuk menghasilkan energi, selain itu biaya untuk
produksi bioetanol relatif rendah.
Bioetanol sangat potensial untuk dikembangkan karena masyarakat sangat
mengenal bahan bakunya dan juga mudah didapat serta dibudidayakan. Bioetanol dapat
diproduksi dari bahan baku yang memiliki kadar amilum (pati). Salah satu sumber daya

alam yang mengandung amilum dengan kadar yang cukup tinggi adalah rumbia
(Metroxylon sagu) atau yang dikenal dengan sagu. Rumbia (Metroxylon sagu) merupakan
tumbuhan asli Indonesia bahkan tumbuh liar di beberapa daerah di Indonesia. Populasi
tumbuhan rumbia di Indonesia diperkirakan terbesar di dunia sekitar 1,2 ha. Rumbia
tumbuh baik pada lahan marginal seperti gambut, rawa, atau lahan tergenang dimana
tanaman lainnya tidak dapat tumbuh. Rumbia memiliki batang yang besar yang banyak
mengandung pati. Rumbia memiliki senyawa kimia seperti 80% amilum, 16% air, 2%
nitrogen, dan beberapa senyawa karbon (Bakhriansyah, et. al., 2011). Hal ini
menunjukkan bahwa rumbia (Metroxylon sagu) berpotensi tinggi untuk menghasilkan
bioetanol.
Pembuatan bioetanol dari amilum (pati) dilakukan dengan beberapa proses yaitu
persiapan bahan baku, hidrolisis, fermentasi, dan pemurnian. Sagu yang terkandung pada
batang rumbia harus diekstraksi terlebih dahulu. Ekstraksi menggunakan metode aliran air
yang kemudian diendapkan untuk mendapatkan sagu. Tahap selanjutnya adalah hidrolisis
yang berguna untuk mengubah amilum menjadi gula untuk difermentasi.
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil atau OH oleh suatu
senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisa amilum menjadi glukosa
berlangsung sangat lambat, sehingga dalam reaksinya membutuhkan enzim sebagai
katalisator untuk mempercepat terjadinya proses hidrolisis. Enzim yang digunakan untuk
menghidrolisa ikatan -1,4-glukosida adalah enzim -amilase dalam proses liquifikasi.
Proses hidrolisa dengan menggunakan enzim -amilase, amilosa terurai menjadi saltosa
dan maltotriosa. Pada tahap berikutnya maltose dan glukosa terbentuk kembali dengan
terurainya maltotriosa Untuk menghasilkan glukosa lebih banyak ditambahkan enzim
glukoamilase. Dimana enzim ini dapat memutus ikatan pada pati yang belum terputuskan
oleh enzim -amilase. Setelah gula terbentuk selanjutnya dilakukan fermentasi.
Fermentasi merupakan proses pemecahan gula menjadi alkohol dan karbondioksida yang
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme secara anaerob (Ahmed et. al., 2014). Proses
fermentasi

dilakukan

dengan

memasukan

larutan

substrat

ditambahkan

yeast

Saccharomyces cerevisiae dan nutrien berupa NPK dan urea. Proses fermentasi dilakukan
pada suhu 30oC dengan range pH 4 5. Hasil proses fermentasi disaring dengan kain
untuk memisahkan endapan dengan larutan etanol-air (Sukaryo et. al., 2013).
Etanol yang dihasilkan dari fermentasi masih bercampur dengan air dan harus
dipisahkan untuk mendapatkan etanol murni. Proses memisahkan etanol dari air disebut

destilasi. Pemanasan dilakukan pada suhu 78oC karena titik didih etanol adalah 78oC dan
titik didih air adalah 100oC sehingga alcohol akan menguap terlebih dahulu dan terpisah
dari air. Konsentrasi maksimum etanol yang dapat diperoleh dengan cara destilasi biasa
adalah 96%. Metode yang digunakan untuk memperoleh etanol dengan kadar 100% dari
etanol 96% yaitu menggunakan molecular sieve, yakni suatu absorben berpori yang secara
selektif mengikat molekul air. Metode ini tidak meninggalkan residu pada etanol yang
diperoleh. Hasil penelitian ini diperoleh produk bioetanol dengan kadar 100% berbahan
dasar rumbia (Metroxylon sagu).

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Abu Saleh., Md. Saiful Islam, Md Ashraful Hoque, dan Yogeswaran Doraisingam.
2014. Production of Bioethanol from Tropical Woody Biomass. Open Journal of
Renewable Energy and Sustainable Development. 1 (2) : 1 8.
Bakhriansyah, Mohammad dan Aswin Febria dan Defiyanti Rahmah. 2011. Efek
Antibakteri In Vitro dan Antidiare In Vivo Infusa Akar Sago (Metroxylon sagu).
Majalah Farmasi Indonesia. 22(3), 158 165.
Cardona A. and Sanchez OJ. 2007. Feul Ethanol Production: Process Design Trends and
Integration Opportunities. Biores Technology 98(12) : 2415-57.
Milan JM. 2005. Bioethanol Production Status and Prospects. Journal Science Food
Agricultural. 10 : 42-56.
Shah, Nasrullah dan Touseef Rehan. 2014. Bioethanol Production from Biomass. Journal
of Chemistrry and Biochemistry. 2 (2) : 161 167.
Sukaryo, Bakti Jos, dan Hargono. 2013. Pembuatan Bioetanol dari Pati Umbi Kimpul
(Xanthasoma Sagittifolium). Momentum. 9 (2) : 41 45.

Anda mungkin juga menyukai