Kaji riwayat yang berkaitan dengan metode pengujian glukosa klien, termasuk temuan
uji glukosa yang terdahulu
Jawab pertanyaan klien
PENYULUHAN KLIEN
Nilai Rujukan
Dewasa:
Waktu
Puasa
jam
1 jam
2 jam
3 jam
Urine: Negatif
Serum (mg/dl)
70-110
<160
<170
<125
Kadar puasa
Serum (mg/dl)
70-110
<250
<155
<125
Kadar Puasa
Darah (mg/dl)
60-100
<150
<160
<115
Kadar puasa
Deskripsi
Uji toleransi glukosa (glucose tolerance test, GTT) dilakukan untuk mendiagnosis diabetes
mellitus pada seseorang yang memiliki kadar gula darah dalam batas normal-tinggi atau sedikit
meningkat. Uji ini dapat diindikasikan jika terdapat riwayat diabetes dalam keluarga, pada ibu
yang memiliki bayi dengan berat badan 5 kg atau lebih, pada orang yang menjalani pembedahan
atau cedera mayor, dan pada orang yang memiliki masalah kegemukan. Uji tidak boleh
dilakukan jika kadar gula darah puasa >200 mg/dl. Setelah usia 60 tahun, kadar gula darah
biasanya berkisar 10 sampai 30 mg/dl lebih tinggi daripada rentang normal/
Kadar glukosa puncak untuk GTT oral (Oral GTT), yakni saat sampai 1 jam setelah
konsumsi 100 gr slukosa, dan kadar gula darah harus kembali ke rentang normal dalam waktu 3
jam. Sampel darah akan diambil pada eaktu yang sudah ditentukan.
Uji toleransi glukosa intervena (intravenous-GTT, IV GTT) dianggap oleh banyak orang
sebagai uji yang lebih sensitive dibandingkan GTT oral karena tidak memerlukan absorpso
melalui saluran gastrointestinal. Uji IV GTT biasanya dilakukan jika klien tidak dapat makan
atau bertoleransi terhadap glukosa oral. Glukosa darah kembali ke rentang normal dalam 2 jam.
Namun demikian, nilai untuk OGTT dan IV-GTT sedikit berbeda karena glukosa IV diserap
lebih cepat.
Hiperinsulinisme dapat dideteksi dengan OGTT. Setelah 1 jam, kadar glukosa darah
biasanya lebih rendah daripada uji FBS. Klien dapat mengalami reaksi hipoglikemik yang beratterdapat lebih banyak insulin yang disekresikan sebagai respons terhadap glukosa darah.
Tujuan
Masalah Klinis
Penurunan Kadar: Hiperinsulinisme, insufiensi kelenjar adrenal, malabsorpsi, malnutrisi protein,
Peningkatan Kadar: Diabetes Mellitus, diabetes laten, hiperfungsi kelenjar adrenal (sindrom
Cushing), hiperlipoproteinemia, stress, infeksi, cedera atau pembedahan mayor, alkoholisme,
MCI akut; kanker pancreas, kondisi resinsten insulin (eklampsia, metastatis kanker, kondisi
asidotik), ulkus duodenum. Pengaruh Obat: Kortikosteroid (kortison), kontrasepsi oral, estrogen,
diuretic, tiazid, salisilat, asam askorbat.
Prosedur
OGTT
Diet karbohidrat yang adekuat harus dikonsumsi selama 2 sampai 3 hari sebelum uji
dilakukan
Klien tetap berpuasa selama 12 jam sebelum uji, kecuali minum
Tidak diperkenankan selama mengonsumsi kopi, teh, atau rokok selama uji. Tidak boleh
mengonsumsi makanan apapu.
Obat yang memengaruhi temuan ujia tidak boleh diminum 3 hari sebelum GTT dilakukan
jika memungkinkan.
Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung merah atau abu-abu untuk uji FBS. Ambil
specimen urine puasa.
Berikan 100 g glukosa, baik yang berasa lemon maupun glukola. Beberapa dokter akan
memberikan glukosa sesuai dengan berat beda (1,75 g/kg), seperti halnya pada anakanak.
Ambil specimen darah dan urine pada saat , 1, 2, dan 3 jam setelah glukosa diberikan.
IV-GTT
Beritahu petugas laboratorium tentang waktu (saat yang tepat) klien meminum larutan
glukosa. Petugas laboratorium akan mengambil sampel darah pada waktu yang sudah
ditentukan.
PENYULUHAN KLIEN
Jelaskan pada klien tentang prosedur uji. Jelaskan bahwa konsumsi makanan, alcohol,
dan obat harus dihentikan selama 12 jam sebelum uji dilakukan. Minum air
diperbolehkan.
Jelaskan pada klien bahwa kopi, teh, rokok tidak boleh dikonsumsi selama uji dilakukan.
Air masing diperbolehkan dan dianjurkan; namun demikian, di beberapa institusi, hanya
240 ml air yang diperbolehkan.
Jelaskan pada klien bahwa dia dapat berkeringat atau merasa lemah dan pusing selama 2
sampai 3 jam selama uji dilakukan. Gejala ini seing bersifat sementara; namun demikian,
perawat harus diberitahu dan gejala ini harus dicatat. Gejala ini dapat merupakan gejala
hiperinsulinisme,
Beri tahu klien untuk meminimilkan aktivitas selama uji dilakukan. Peningkatan aktivitas
dapat memengaruhi temuan glukosa.
Penurunan Kadar
Pantau tanda dan gejala hipoglikemia, terutama jika dicurigai terjadi hiperinsulinisme.
Gejala tersebut meliputi gugup; iritabilitas; konfusi; lemah; kulit pucat, dingin, dan
lembap; diaphoresis (keringat berlebih); dan takikardia.
Kaji riwayat klien, seperti tentang kapan gejala hipoglikemik terjadi (mis, sebelum
makan). Apakah terjadi gugup, gemetar, dan lemah.
Jelaskan bahwa memakan permen untuk mengatasi kegugupan dan kelemahan harus
dihindari saat terjadi hiperinsulinisme karena hanya akan mengatasi masalah secara
sementara (kebutuhan glukosa), tetapi tindakan ini akan menstimulasi sekresi insulin.
Gula akan mengatasi secara sementara reaksi insulin pada penderita diabetes.
Peningkatan Kadar
Identifikasi factor yang dapat memengaruhi temuan glukosa (mis; stress emosional,
infeksi, muntah, demam, latihan fisik, ketidakaktifan, usia, obat, dan berat badan).
Sebagian besar dari factor tersebut harus dilaporkan kepada pemberi layanan kesehatan.
Periksa temuan FBS terdahulu sebelum uji dilakukan. Normalnya, penderita diabetes
tidak atau dalam beberapa kasus tidak diperkenankan menjalani uji ini karena dapat
terjadi koma diabetikum.
DEWASA: Uji Skrining: Negatif. Uji Kuantitatif: 8-18 IU / g Hb, 125-281 U/dl SDM, 251-511
U/106 sel, 1211-2111 Miu/ml pak SDM (bervariasi berdasarkan metode penggunaannya)
ANAK: Sama dengan dewasa
Deskripsi
Glukosa-6-fosfat dehydrogenase (glucose-6-phospate dehydrogenase, G6PD) adalah enzim
dalam sel darah merah (SDM), atau eritrosit. G6PD biasanya membantu penggunaan glukosa
dalam SDM, penggunaan zat oksidatif, dan melindungi integritas SDM dari cedera.
Defisit G6PD merupakan kelainan genetic tertaut-seks yang dibawa oleh kromosom (X)
wanita, yang akan,dalam hubungannya dengan infeksi, penyakit, dan obat, membuat seseorang
rentan menghadapi anemia hemolitik. Pada defisiensi enzim G6PD tingkat sedang,tidak terdapat
abnormalitas SDM yang dapat dideteksi dengan jelas, kecuali dapat ditemukan keadaan
penurunan rentang hidup SDM. Metabolit yang berasal dari obat tertentut memiliki sifat
mengoksidasi SDM, yang akan menyebabkan peningkatan kebutuhan G6PD, untuk metabolism
glukosa. Kurangnya enzim ini menyebabkan hemolysis (destruksi SDM) dan anemia hemolitik
jika ditambah dengan pemberian obat oksidatif.
Tujuan
Masalah Klinis
Penurunan Kadar: Anemia hemolitik, diabetes asidosis, infeksi (bakteri dan virus), septicemia.
Pengaruh obat: Asetanilid (asetilanilin), aspirin, asam askorbat, nitrofurantoim (Furandatin),
fenesetin, primaquin, diuretic thiazide, probenesid, (Benemid), kinidi, kinin, kloramfenikol
(Chloromycetin), sulfonamide, vitamin K, tolbutamid (Orinase). Makanan: Fava bean.
Prosedur
Metode laboratorium yang digunakan akan bervariasi. Uji skrining untuk defisiensi
G6PDF adalah reduksi methemeglobin (uji Brewer), stabilitas glutation, reduksi
zatawarna, dan uji spot askorbat dan fluoresen.
Tanyakan ke bagian laboratorium tentang darah yang diperlukan, apakah berasal dari
darah kapiler atau darah vena.
Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung tertutup lembayung.
Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman.
Kaji riwayat keluarga mengenai keadaan defisiensi enzim SDM. Orang kulit hitam lebih
cenderung mengalami defisiensi G6PDdibadingkan yang berkulit putih ;namun demikian,
tingkat anemia pada orang kulit hitam tidak separah yang terjadi pada orang kulit putih.
Pantau gejala hemolisis, seperti ikterikpada mata dan kulit.
Periksa bila terjadi penurunan haluaran urine. Haluaran urine seharusnya berkecepatan
sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari. Hemolisis yang berkepanjangan (destruksi SDM)
dapat bersifat toksis terhadap sel ginjal sehingga menyebabkan kerusakan ginjal.
Periksa temuan hematologi
Catat obat oksidatif yang dikonsumsi klien pada catatan laboratorium. Laporkan
penggunaan tersebut kepada pemberi layanan kesehatan. Hemolisis biasanya terjadi 3
hari setelah individu yang rentan meminum obat oksidatif. Gejala hemolitik akan
menghilang dalam 2-3 hari setelah penggunaan obat dihentikan.
PENYULUHAN KLIEN
Anjurkan individu yang rentan untuk membaca label pada obatpaten dan dan tidak
meminum obat yang mengandung fenasetin dan aspirin. Hampir semu obat tersebut jika
diminum secara kontiu, dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Hemoglobin glikosilat
Lihat Hemoglobin A1C (darah)