Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN WANITA

PROFIL AKSES DAN KONTROL PEREMPUAN


PELAKU USAHA MIKRO DI KABUPATEN BANTUL
TERHADAP BERBAGAI SUMBER DAYA
PRODUKTIF

Oleh :
Ninik Sri Rahayu,SE,MM

DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN


TERAPAN DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN
NOMOR : 004/SP2H/PP/DP2M/III/2007 DIREKTORAT PEMBINAAN
PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DIREKTORAT
JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM DIPLOMA III, FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

OKTOBER 2007
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

RINGKASAN
Perempuan yang menerjuni usaha mikro selama ini dikenal sebagai
kelompok yang sering berhadapan dengan sejumlah kendala dalam hal akses maupun
kontrol terhadap sumber daya. Penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, mengetahui
sejauh mana akses dan kontrol perempuan pelaku usaha mikro terhadap sumber daya
fisik. Kedua, sejauh mana perempuan pelaku usaha mikro di dapat melakukan akses
dan kontrol terhadap sumber daya sosial budaya. Ketiga, mengidentifikasi kendala
yang dialami perempuan pelaku usaha mikro dalam hal akses dan kontrol terhadap
berbagai sumber daya. Keempat, merumuskan strategi penguatan terhadap perempuan
pelaku usaha mikro. Responden penelitian adalah perempuan pelaku usaha mikro di
Kabupaten Bantul yang berjumlah 90 orang. Penarikan sampel menggunakan
pendekatan multistage area sampling. Dengan menggunakan analisis deskriptif
terungkap bahwa secara umum akses dan kontrol responden penelitian terhadap
sumber daya fisik sudah cukup baik, sedangkan akses dan kontrol terhadap sumber
daya sosial masih mengalami berbagai hambatan. Terdapat beberapa kendala yang
dihadapi pelaku usaha terkait dengan akses dan kontrol terhadap berbagai sumber
daya, yaitu 1) Tahah untuk tempat usaha masih menyewa. 2) Bagi pengusaha yang
menggunakan bahan baku yang masih harus didatangkan dari luar daerah, aktifitas
usaha sangat bergantung pada kelancaran pasokan dari luar daerah. 3) Transportasi
menjadi kendala bagi pelaku yang belum mempunyai kendaraan sendiri. 4) Sulit
mengembangkan usaha karena keterbatasan modal. 5) Masih sulit mendapatkan
kucuran kredit dari sektor perbankan. 6). Menggunakan alat produksi yang sederhana
sehingga ketika terjadi lonjakan permintaan sulit untuk dipenuhi. 7) Untuk jenis
usaha yang memerlukan tenaga kerja dengan tingkat keahlian cukup tinggi susah
untuk mereka perolah. 8) Sulit untuk menggunakan teknologi tepat guna karena
keterbatasan skill. 9) Distribusi informasi mengenai program-program pelatihan,
pendampingan usaha tidak merata di kalangan pelaku usaha. Berkaitan dengan
berbagai kendala yang dihadapi oleh pengusaha perempuan maka diperlukan upayaupaya penguatan berupa program, atau kegiatan bantuan permodalan, pemberian
pelatihan, pendampingan dan fasilitasi, bantuan teknis dan konsultasi, penyediaan
informasi, bantuan sarana, dan bantuan promosi pasar yang dilakukan baik secara
individu dan kelompok.
Kata kunci : Akses, Kontrol, Usaha Mikro.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.2 Landasan Teori
1. Usaha Mikro
2. Gambaran Kondisi Perempuan di Indonesia
3. Fenomena Cinderella Complex Pada Perempuan
4. Akses dan Kontrol Perempuan Terhadap Berbagai Sumber
Daya
2.3 Kerangka Pikir
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
3.3 Kontribusi Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2 Metode Sampling
4.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian
4.4 Teknik Pengumpulan Data
4.5.1 Wawancara
4.5.2 Kuisioner
4.5.3 Uji Instrumen Penelitian
4.5 Metode Analisa Data
4.5.1 Analisis Deskriptif

i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
1
2
4
5
6
7
8
10
12

13
13
14
15
15
16
17
17
17
18
21
21

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Analisa Deskriptif
22
5.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian
22
5.1.2. Akses Sumber Daya Fisik (A1)
26
5.1.3 Kontrol Terhadap Sumber Daya Fisik
29
5.1.4 Akses Terhadap Sumber Daya Non Fisik
33
5.1.5
Kontrol
Terhadap
Sumber
Daya
Non
Fisik
35
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

5.1.6

Kendala yang dihadapi oleh perempuan pelaku usaha mikro


di Kabupaten Bantul yang berkaitan dengan akses dan
kontrol terhadap berbagai sumber daya produktif
5.1.7 Strategi penguatan usaha bagi perempuan pelaku usaha
mikro di Kabupaten Bantul

37

41

5.3 Pembahasan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

43

DAFTAR PUSTAKA

50

47
48

LAMPIRAN

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perhatian berbagai kalangan terhadap usaha mikro mulai terasa semenjak
badai krisis menghantam Indonesia beberapa tahun yang lalu. Krisis yang sempat
meluluhlantakan sendi-sendi perekonomian Indonesia tersebut ternyata tidak
membuat usaha ekonomi marginal ini menjadi terpuruk. Sebaliknya, sektor usaha
mikro justru lebih mampu bertahan jika dibandingkan dengan usaha-usaha besar
dan bahkan mampu menjadi penyangga (buffer) bagi perekonomian rakyat.
Deraan krisis yang berkepanjangan menjadi faktor pendorong masuknya kaum
perempuan ke dalam usaha mikro sebagai lahan alternatif untuk dapat
mempertahankan hidup. Kegiatan ekonomi pinggiran ini banyak diminati
perempuan karena jenis produk yang dihasilkannya relatif sederhana dan tidak
memerlukan suatu keahlian khusus.
Kantor Kementrian Pemberdayaan Perempuan menyebutkan bahwa
jumlah perempuan yang terjun dalam usaha ekonomi mikro tidak kurang dari
43% dari total usaha mikro yang ada di Indonesia. Namun demikian dapat
dipastikan bahwa angka tersebut bisa lebih besar mengingat usaha mikro yang
dijalankan perempuan biasanya bersifat informal serta tidak berbadan hukum
sehingga kurang terpublikasikan secara luas. Minimnya publikasi terhadap usaha
mikro yang digeluti perempuan berdampak terhadap sulitnya langkah untuk
mengidentifikasi persoalan-persoalan riil yang mereka hadapi sehingga upaya
untuk menangani secara tepat permasalahan-permasahan perempuan pegusaha
mikro dalam menjalankan usahanya tidak mudah untuk dilakukan. Secara
karakteristik, persoalan yang dihadapi oleh perempuan pengusaha mikro berbeda
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

dengan laki-laki pengusaha mikro. Firdaus (2005) menyebutkan bahwa


perempuan pengusaha mikro dalam menjalankan usahanya harus berhadapan
dengan dua persoalan mendasar yaitu problem teknis usaha dan problem
struktural.
Dalam problem teknis usaha, perempuan pengusaha mikro mengalami
hambatan yang tidak berbeda dengan laki-laki pengusaha mikro, seperti
kekurangan modal, keterbatasan kontrol teknologi tepat guna, terbatasnya
jaringan pasar, keterampilan manajemen, keterampilan teknis produksi dan
kemampuan pengembangan desain. Sedangkan pada problem struktural
perempuan harus menghadapi dua persoalan sekaligus, Pertama adalah problem
yang menyangkut kebijakan pemerintah seperti peraturan yang tidak adil
mengenai sertifikasi kelayakan produk baik di pusat maupun daerah, peraturan
kelembagaan seperti perbankan yang memberi layanan kredit dan ketidaksetaraan
relasi dalam rantai produksi maupun perdagangan. Kedua adalah persoalan yang
berkaitan dengan "tubuh perempuan", yaitu perempuan sulit untuk pengembangan
usahanya akibat adanya ketimpangan relasi gender. Ketidaksetaraan relasi
tersebut memunculkan perbedaan jenis sumber daya yang boleh dan tidak boleh
diakses oleh perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bagaimana
akses dan kontrol perempuan pelaku usaha mikro terhadap berbagai sumber daya
produktif. Subyek penelitian adalah perempuan pelaku usaha mikro di Wilayah
Bantul, pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Kabupaten
Bantul merupakan sentra industri kecil di wilayah DIY sehingga dapat
diasumsikan terdapat banyak perempuan pengusaha mikro di daerah tersebut.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

1.2. Rumusan Masalah


Diskursus ketidakadilan gender dalam ranah ekonomi terus bergulir
menjadi isu segar, kontroversial dan bahkan menjadi agenda tematik dari tahun ke
tahun. Hal ini tampaknya pararel dengan munculnya berbagai temuan yang
mendokumentasikan bahwa perempuan kerap menerima perlakukan yang tidak
adil dalam kegiatan ekonomi. Salah satunya adalah isu ketidakadilan gender yang
dialami oleh perempuan pengusaha mikro. Dalam menjalankan usahanya
perempuan tidak saja terjepit dalam hubungan kekuasaan ekonomi-politik tetapi
juga hubungan sosial-kekerabatan. Perempuan seringkali tidak diuntungkan
dengan berbagai stereotype dan pencitraan dalam masyarakat yang masih
bercorak patriarki, perempuan dalam kapasitasnya sebagai pelaku ekonomi kerap
ditempatkan dalam posisi subordinat dan kurang diperhitungkan keberadaannya.
Dalam menggeluti usahanya, perempuan seringkali berhadapan dengan kendala yang
dikenal dengan istilah tripple burden of women, yaitu ketika mereka diminta
menjalankan fungsi reproduksi, produksi, sekaligus fungsi sosial di masyarakat pada saat
yang bersamaan (Smeru :2003). Komplikasi peran yang disandang oleh perempuan
menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan peluang ekonomi
yang ada termasuk dalam pemanfaatan sumber-sumber daya produktif baik sumber

daya fisik maupun sumber daya sosial budaya sebagai modal untuk menjalankan
usahanya. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap secara empirik bagaimana
akses dan kontrol perempuan pengusaha mikro di Kabupaten Bantul terhadap
berbagai sumber daya. Relevan dengan isu tersebut penelitian ini merumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Sejauh mana perempuan pelaku usaha mikro di Kabupaten Bantul dapat
melakukan akses dan kontrol terhadap sumber daya fisik ?
2. Sejauh mana perempuan pelaku usaha mikro di Kabupaten Bantul dapat
melakukan akses dan kontrol terhadap sumber daya sosial budaya?
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

3. Apa yang menjadi kendala bagi perempuan pelaku usaha mikro di


Kabupaten Bantul dalam melakukan akses dan kontrol terhadap berbagai
sumber daya ?
4. Bagaimana strategi penguatan terhadap perempuan pelaku usaha mikro di
kabupaten Bantul?

BAB III
TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh perempuan pelaku usaha mikro di
Kabupaten Bantul dalam menjalankan usahanya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui sejauh mana perempuan pelaku usaha mikro di Kabupaten
Bantul dapat melakukan akses dan kontrol terhadap sumber daya fisik.
2. Mengetahui sejauh mana perempuan pelaku usaha mikro di Kabupaten
Bantul dapat melakukan akses dan kontrol terhadap sumber daya sosial
budaya.
3. Mengetahui apa saja yang menjadi kendala bagi perempuan pelaku usaha
mikro di Kabupaten Bantul dalam melakukan akses dan kontrol terhadap
berbagai sumber daya.
4. Mengidentifikasi strategi penguatan terhadap perempuan pelaku usaha
mikro di kabupaten Bantul.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

3.2 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini masuk dalam wilayah ilmu Ekonomi Mikro,
khususnya menyangkut kegiatan ekonomi berskala mikro yang ditekuni oleh
kelompok perempuan. Penelitian ini merupakan riset yang berperspektif
perempuan mengingat isu yang diangkat menyangkut pengalaman dan persoalanpersoalan yang dihadapi oleh perempuan pelaku usaha mikro dalam menjalankan
kegiatan ekonominya terutama yang berhubungan dengan akses dan kontrol
perempuan terhadap berbagai sumber daya produktif. Subyek penelitian adalah
perempuan pelaku usaha mikro di kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

3.3 Kontribusi Penelitian


Hasil penelitian lapangan diharapkan dapat memberi gambaran dan informasi
mengenai keberadaan usaha mikro yang dikelola perempuan sekaligus dapat
mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi sehingga strategi pemecahan dan
penguatan terhadap pelaku ekonomi perempuan dapat dirumuskan secara lebih
spesifik. Lebih jauh penelitian ini didesain agar dapat memberikan sumbangan
pemikiran terhadap upaya-upaya pengentaskan perempuan dari segala bentuk
ketidakadilan dalam kegiatan ekonomi, selain itu hasil penelitian juga
dimaksudkan untuk mencari alternatif pemecahan masalah praktis dan strategis
perempuan yang menekuni usaha mikro di wilayah penelitian .

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

BAB IV
METODE PENELITAN
4.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh perempuan pelaku usaha
mikro di Kabupaten Bantul. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pertimbangan
bahwa wilayah ini merupakan sentra industri di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta sehingga dimungkinkan populasi perempuan pelaku usaha mikro lebih
banyak di banding dengan wilayah lain.
4.2. Metode Sampling
Metode sampel yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sampel daerah
multitahap (Multistage Area Sampling). Multistage Area Sampling adalah prosedur
pengambilan sampel yang melibatkan penggunaan kombinasi teknik sampel
probabilitas (Kuncoro :2003). Tahap-tahap pengambilan dijelaskan sebagai berikut:
1.

Menentukan jumlah kecamatan dan desa sebagai sampel. Kabupaten Bantul


terdiri dari 17 Kecamatan dan 75 Desa, dari data tersebut kemudian diambil
10% dengan perhitungan seperti disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.1:Perhitungan Jumlah Kecamatan dan Desa Sebagai Sampel
Keterangan

2.

Perhitungan sampel minimal (10% dari populasi)

Jumlah

Kecamatan (17)

17 x 10% = 1,7

Desa (75)

75 x 10% = 7,5

Memilih minimal 2 kecamatan secara acak, kemudian dari tiap-tiap kecamatan


minimal dipilih 4 desa secara acak sebagai wilayah pengambilan sampel.

3.

Dari tiap-tiap desa yang dipilih secara acak diambil 10 -15 responden yang
memiliki karakteristik sebagai anggota sampel.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

4.

Dari perhitungan matematis tersebut sampel minimal yang diharapkan adalah


sebesar 80 responden yang

Dalam penelitian jumlah sampel yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 90


responden yang diambil dari 6 kecamatan dan 12 desa. Enam kecamatan tersebut
adalah Pleret, Piyungan, Jetis, Pundong, Srandakan dan Kasihan. Dengan demikian
pengambilan sampel minimal dalam penelitian ini sudah terpenuhi.
4.4 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang hendak dikur adalah variabel akses dan
kontrol perempuan pelaku usaha mikro terhadap sumber daya fisik dan sumber daya
sosial budaya di Kabupaten Bantul. Variabel penelitian dioperasionalkan sebagai
berikut:
1. Akses (peluang) terhadap sumber daya fisik (A1) artinya informasi
mengenai keberadaan sumber daya tersebut tersedia namun tidak memiliki
wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan
hasil sumber daya tersebut. Akses terhadap sumber daya fisik dilihat dari
aspek antara lain sumber daya tanah, teknologi, modal, kredit dan
peralatan dalam proses produksi. Sedangkan,
2. Kontrol (penguasaan) terhadap sumber daya fisik adalah kewenangan
penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber
daya tersebut. Kontrol terhadap sumber daya fisik (A2) di lihat dari aspek
sumber daya tanah, teknologi, modal, kredit dan peralatan dalam proses
produksi.
3. Akses (peluang) terhadap sumber daya sosial budaya (B1) adalah
kesempatan untuk menggunakan sumber daya fisik tanpa memiliki
wewenang mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil
sumber daya tersebut. Akses terhadap sumber daya sosial budaya diukur
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

dari aspek seperti informasi pasar, promosi, pelatihan usaha dan


penyuluhan.
4. Kontrol (penguasaan) terhadap sumber daya sosial (B2) adalah
kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan
hasil sumber daya. Kontrol terhadap sumber daya sosial budaya diukur
dari aspek seperti informasi pasar, promosi, pelatihan usaha dan
penyuluhan.
4.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
4.5.1 Wawancara
Metode ini ditempuh untuk dapat menggali secara lebih dalam informasi dari
responden. Wawancara dilakukan secara personal kepada responden dengan
berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar kuisioner
Kelompok perempuan dikenal sebagai the silent majority sehingga untuk
mengungkap pengalaman-pengalaman perempuan diperlukan pendekatan secara
personal.

4.5.2 Kuisioner
Proses pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan angket
yang berisi pertanyaan yang ditujukan kepada responden. Desain kuisioner
dikembangkan berdasar indikator-indikator variabel penelitian yaitu akses terhadap
sumber daya fisik, kontrol terhadap sumber daya fisik, akses terhadap sumber daya
sosial budaya dan kontrol terhadap sumber daya sosial budaya. Desain kuisioner
tersebut dibuat pertanyaan dengan pilihan jawaban sebagai berikut :
1. Jika responden mendapat kesempatan untuk melakukan/menggunakan
kegiatan tersebut (+), skornya adalah 3
2. Jika responden tidak mempunyai pendapat tentang kegiatan tersebut (N),
skornya adalah 2

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

3. Jika responden mendapat hambatan untuk melakukan kegiatan tersebut (-),


skornya adalah 1

4.5.3 Uji Instrumen Penelitian


Untuk menguji keandalan dan ketepatan kuisioner dilakukan pengujian
sebagai berikut :
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mendeteksi apakah alat ukur yang digunakan
untuk mengumpulkan data itu benar-benar sahih atau tidak. Untuk menguji validitas
digunakan teknik koreksi produk moment angka besar (Karl Pearson) dengan rumus
sebagai berikut (Mustafa 2000) :
N XY (X) (Y)
R xy

{ NX (X )} { NY ) - Y )}

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan program SPSS 15 for windows.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk melakukan uji validitas adalah (Santoso
2000):
a) Menentukan hipotesis
Ho = Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor
H1 = Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor
b) Menentukan nilai r tabel
Dengan jumlah kasus sebanyak 90 maka diperoleh besarnya df = 90-2 =88.
Jika tingkat signifikansi yang dipakai adalah 5% maka besarnya r adalah
0.1279
c) Mencari r hasil

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

r hasil pada tiap item dapat dilihat dari pada kolom corrected item-total
corelation. (Tabel 4.1)
d) Mengambil keputusan
Jika r hasil positif, r hasil > r tabel, maka butir tersebut valid
Jika r hasil positif, r hasil < r tabel, maka butir tersebut tidak valid

Tabel 4.2 :Uji Validitas Kuisioner Penelitian


Butir

R-stat

R-tabel

Keterangan

A11

,312

0.1279

Valid

A12

,284

0.1279

Valid

A13

,312

0.1279

Valid

A14

,202

0.1279

Valid

A15

-,057

0.1279

Tidak Valid

A16

,051

0.1279

Tidak Valid

A17

,159

0.1279

Valid

A18

,007

0.1279

Tidak Valid

A21

,208

0.1279

Valid

A22

,200

0.1279

Valid

A23

,212

0.1279

Valid

A24

,439

0.1279

Valid

A25

,364

0.1279

Valid

A26

,462

0.1279

Valid

A27

,450

0.1279

Valid

A28

,246

0.1279

Valid

B11

,323

0.1279

Valid

B12

,522

0.1279

Valid

B13

,568

0.1279

Valid

B14

,492

0.1279

Valid

B21

,451

0.1279

Valid

B22

,390

0.1279

Valid

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

B23

,238

0.1279

Valid

B24

,288

0.1279

Valid

Hasil pengujian (tabel4.1) menunjukan bahwa terdapat tiga butir pertanyaan


yang digunakan untuk mengukur variabel akses terhadap sumber daya fisik
(A1) yang tidak valid (sah) sehingga harus dikeluarkan dari variabel
penelitian karena nilai corrected item-total correlation lebih kecil dari r tabel.
Butir-butir tersebut adalah akses terhadap kredit perbankan, akses terhadap
peralatan produksi dan akses terhadap teknologi.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah derajat ketepatan atau tingkat presisi dan tingkat
keajegan konsistensi suatu alat ukur. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas
dari angket, digunakan teknik belah. Selanjutnya dicari koefisien alpha dari
cronbach, Mustafa (2000) menyebutkan bahwa untuk mencari koefisien alpha
menggunakan rumus sebagai berikut :

N ( r12 )
1+{( r12 ) ( n -1)}

r12 = Mean korelasi antar item


n

= Banyaknya item yang di uji

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan program SPSS 15 for windows.
Langkah yang ditempuh untuk melakukan pengujian adalah sebagai berikut :
a)

Menentukan hipotesis
Ho = Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktor
H1 = Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktor

b)

Menentukan nilai r tabel

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Dengan jumlah kasus sebanyak 90 maka diperoleh besarnya df = 90-2


=88. Jika tingkat signifikansi yang dipakai adalah 5% maka besarnya r
adalah 0.1279
c)

Mencari r hasil
r hasil adalah nilai Alpha (terletak di akhir ouput)

d)

Mengambil keputusan
Jika r hasil positif, r Alpha > r tabel, maka butir tersebut reliabel
Jika r hasil positif, r Alpha < r tabel, maka butir tersebut tidak reliabel

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa seluruh item yang digunakan untuk


mengukur variabel penelitian adalah reliabel dimana nilai r Alpha > r tabel (Tabel
4.2)
Tabel 4.3 :Uji Reliabilitas Kuisioner
Variabel
A1
A2
B1
B2

Nilai Alpha
0.3157
0.6904
0.8136
0.6984

R-tabel
0.1279
0.1279
0.1279
0.1279

Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

4.6 METODE ANALISA DATA


4.6.1 Analisis Deskriptif
Analisis data diskriptif dilakukan berdasarkan atas jawaban yang
berhasil dikumpulkan dari kuisioner penelitian, dari data yang masuk akan
diuraikan berbagai variabel penelitian dengan tujuan untuk memberikan
gambaran mengenai variabel yang dipergunakan dalam penelitian. Dari data
yang terhimpun selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan atas kajian
distribusi frekuensi dan persentase ataupun kecenderungan.
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1

Analisa Deskriptif

5.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian


Responden dalam penelitian ini adalah perempuan pelaku usaha mikro di
Kabupaten Bantul yang berjumlah 90 orang. Titik pengambilan sampel dilakukan di 6
kecamatan dan 12 desa. Enam kecamatan tersebut adalah Pleret, Piyungan, Jetis,
Pundong, Srandakan dan Kasihan. Karakteristik umum responden dalam penelitian
ini merangkum beberapa aspek seperti usia, status pernikahan, jumlah anak, jenis
usaha yang digeluti, lama usaha, jumlah karyawan dan omset per bulan. Apabila
dilihat dari faktor usia seperti tercermin dalam tabel 5.1 nampak bahwa sebagian
besar responden penelitian penelitian berada dalam kisaran usia 30-39 tahun dengan
persentase sebesar 45%, usia dominan kedua adalah pada rentang usia 20-29 tahun.
Tabel 5.1 Usia Responden

Valid

20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
50-59 tahun
diatas 59 tahun
Total

Frequency
28
41
17
3
1
90

Percent
31,1
45,6
18,9
3,3
1,1
100,0

Valid
Percent
31,1
45,6
18,9
3,3
1,1
100,0

Cumulative Percent
31,1
76,7
95,6
98,9
100,0

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Sedangkan jika dicermati dari status pernikahan responden (Tabel 5.2) terlihat bahwa
lebih lebih dari separuh responden penelitian berstatus menikah yakni sebesar 72,2%
dan responden yang belum menikah hanya sebesar 27,8%.
Tabel 5.2 : Status Perkawinam

Belum kawin
Kawin
Total

Frequency Percent
25
27,8
65
72,2
90
100,0

Valid
Percent
27,8
72,2
100,0

Cumulative Percent
27,8
100,0

Dari 90 responden penelitian sebesar 43 responden memiliki jumlah anak tidak lebih
dari 2 orang dengan persentase sebanyak 47,8%. Sementara responden penelitian
yang belum memiliki anak juga memperlihatkan angka yang cukup besar yakni 27
orang atau 30%.
Tabel 5.3 : Jumlah Anak

Belum memiliki anak


1-2 anak
3-4 anak
> 4 anak
Total

Frequency
27
43
15
5
90

Percent
30,0
47,8
16,7
5,6
100,0

Valid
Percent
30,0
47,8
16,7
5,6
100,0

Cumulative
Percent
30,0
77,8
94,4
100,0

Jenis usaha yang digeluti oleh responden penelitian sebenarnya cukup beragam, hal
ini bisa dipahami sebab wilayah Bantul merupakan salah satu sentra industri di
Propinsi DIY. Dalam penelitian ini, jenis-jenis UKM yang diminati oleh perempuan
antara lain gerabah, handycraft, kerajinan, makanan ringan, toko kelontong, konveksi,
salon, warung makan/restoran, mebel, tanaman hias, peternakan dan batik. Namun
demikian, tampaknya konsentrasi usaha yang ditekuni responden lebih banyak pada
bidang industri dengan persentase total 68,9% yang terdiri dari usaha gerabah,
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

handicraft, kerajinan, salon, konveksi dan makanan ringan. Sedangkan pengusaha


yang bergerak di sektor perdagangan seperti usaha warung makan dan kelontong
hanya sebesar 12,3%. Persentase sebanyak 18,9% pada jenis usaha lain-lain
merupakan representasi responden penelitian yang bergerak dalam usaha pertanian,
tanaman hias dan peternakan.
Tabel 5.4 : Jenis Usaha

Percent
8,9

Valid
Percent
8,9

Cumulative
Percent
8,9

30

32,2

32,2

41,3

6
7
13
4
5
17
90

6,7
7,8
14,4
4,4
5,6
18,9
100,0

6,7
7,8
14,4
4,4
5,6
18,9
100,0

48
55,8
70,2
74,6
80,2
100,0

Frequency
Valid

Gerabah
Kerajinan
bambu/anyaman/tas
Kelontong
Konveksi
makanan ringan
Salon
warung makan/restoran
lain-lain
Total

Dalam penelitian ini, sebesar 45,6% dari responden telah merintis usaha antara 0-4
tahun, sedangkan yang menjalankan usaha dalam rentang waktu 5-9 tahun
memperlihatkan persentase sebesar 35,6%. Sangat sedikit responden yang memiliki
usaha selama 10 14 tahun ataupun lebih dari 14 tahun, yakni hanya berkisar 8,9%
dan 10%.

Tabel 5.5 : Lama usaha

Valid

0-4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
> 14 tahun
Total

Frequency
41
32
8
9
90

Percent
45,6
35,6
8,9
10,0
100,0

Valid Percent
45,6
35,6
8,9
10,0
100,0

Cumulative Percent
45,6
81,1
90,0
100,0

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Dalam mengelola usahanya, 80% responden didukung oleh sekitar 1-4 tenga kerja
dan hanya sekitar 14,4% yang memperkerjakan 5-9 orang. Sedangkan responden
yang memiliki karyawan antara 10-14 orang atau lebih dari 14 orang menunjukan
persentase yang kurang signifikan yakni 2,2% dan 3,3%. Hal ini sekaligus
mengisyaratkan bahwa skala usaha yang dijalankan oleh mayoritas responden masih
relatif kecil sehingga memerlukan sedikit tenga kerja. Sebagian besar tenaga kerja
yang dipergunakan berasal dari anggota keluarga sendiri karena alasan lebih
menghemat biaya produksi.

Tabel 5.6 : Jumlah Karyawan

Valid

1-4 orang
5-9 orang
10-14 orang
> 14 orang
Total

Frequency
72
13
2
3
90

Percent
80,0
14,4
2,2
3,3
100,0

Valid Percent
80,0
14,4
2,2
3,3
100,0

Cumulative Percent
80,0
94,4
96,7
100,0

Berdasarkan besarnya omzet yang dikelola perempuan terlihat bahwa kelompok


omzet terkonsentrasi pada pada omset usaha antara Rp.1.000.000-Rp. 2.900.000
setiap bulannya dengan persentase sebanyak (45,6%) mempunyai. Namun, yang
beromset kurang dari 1.000.000 juga tidak sedikit yaitu 36,7%. Sedangkan yang
beromset tinggi yaitu Rp.9.000.000-11.900.000 ataupun lebih dari angka tersebut
hanya sebesar 1,2%. Hal ini menggambarkan bahwa skala usaha yang dikelola oleh
perempuan di wilayah sampel penelitian masih sangat mikro.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Tabel 5.7 : Omset Per Bulan

Valid

< 1.000.000
1.000.000-2.900.000
3.000.000-5.900.000
6.000.000-8.900.000
9.000.000-11.900.000
> 11.900.000
Total

Frequency Percent
33
36,7
41
45,6
9
10,0
5
5,6
1
1,1
1
1,1
90
100,0

Valid
Percent
36,7
45,6
10,0
5,6
1,1
1,1
100,0

Cumulative Percent
36,7
82,2
92,2
97,8
98,9
100,0

5.1.2. Akses Sumber Daya Fisik (A1)


1. Akses Terhadap Tanah/Lahan Untuk Usaha (A1.1)
Tabel Akses 5.10 : Terhadap Tanah Untuk Usaha

Valid

Mendapat hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapat kesempatan
Total

Frequency
24
17

Percent
26,7
18,9

Valid
Percent
26,7
18,9

Cumulative
Percent
26,7
45,6

49

54,4

54,4

100,0

90

100,0

100,0

Dalam penelitian ini, sebesar 54,4% responden menyatakan tidak menemui kesulitan
untuk mengakses dan menggunakan sumber daya fisik berupa tanah untuk usaha.
Artinya, perempuan pengusaha mikro di wilayah Bantul tidak mengalami hambatan
dalam mengakses sumber daya tersebut untuk menjalankan proses produksi dan
kelangsungan usaha. Sedangkan perempuan yang mengaku mendapat hambatan
untuk mengakses sumber daya tanah hanya sebesar 26,7%.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

2. Akses Terhadap Bahan Baku (A1.2)


Tabel 5.12 : Akses Terhadap Bahan Baku

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Valid
Cumulative
Percent
Percent
26,7
26,7
17,8
44,4

Frequency
24
16

Percent
26,7
17,8

50

55,6

55,6

90

100,0

100,0

100,0

Dalam persoalan bahan baku produksi, diakui oleh 55,6% responden penelitian
peluang untuk mengakses sumber daya tersebut tersedia bagi mereka. Sedangkan
jumlah perempuan pelaku usaha mikro yang mengakui sulit untuk mendapatkan
informasi mengenai bahan baku usaha hanya sebesar 26,6%.

3. Akses Terhadap Sarana Transportasi (A1.3)


Tabel 5.13 : Akses Terhadap sarana Transportasi

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Frequency Percent
22
24,4

Valid
Percent
24,4

Cumulative
Percent
24,4

23

25,6

25,6

50,0

45

50,0

50,0

100,0

90

100,0

100,0

Sedangkan akses perempuan pelaku usaha mikro terhadap sarana transportasi juga
tidak mengalami hambatan berarti, dimana sebesar 50% responden menyatakan
tersedia kesempatan untuk mengakses sarana transaportasi yang dipergunakan untuk
menjalankan kegiatan usahanya dan hanya sebesar 24,4% responden yang
menyatakan mengalami hambatan dalam mengakses sarana transportasi.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

4. Akses Terhadap Modal Usaha (A1.4)


Tabel 5.14 : Akses Terhadap Modal Usaha

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Frequency
32

Percent
35,6

Valid Percent
35,6

Cumulative
Percent
35,6

12

13,3

13,3

48,9

46

51,1

51,1

100,0

90

100,0

100,0

Persoalan modal usaha biasanya menjadi masalah pelik bagi setiap pelaku usaha
mikro, namun demikian dalam penelitian ini sebesar 51,1% perempuan pelaku usaha
mikro mendapatkan akses atau informasi mengenai modal usaha, sumber permodalan
yang biasa mereka manfaatkan berasal dari pinjaman informal misalkan dari family,
relasi, arisan dan paguyuban yang mereka ikuti sedangkan sebesar 35,6% mengaku
mengalami hambatan untuk mengakses sumber daya modal untuk menggerakan
usahanya terutama modal yang berasal dari perbankan.

5. Akses Terhadap Tenaga Kerja (A1.7)


Tabel 5.15 : Akses Terhadap Tenaga Kerja

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak berpendapat
Mendapat kesempatan
Total

Frequency
16

Percent
17,8

Valid Percent
17,8

Cumulative
Percent
17,8

17

18,9

18,9

36,7

57

63,3

63,3

100,0

90

100,0

100,0

Akses terhadap sumber daya fisik berikutnya yaitu tenaga kerja juga menunjukan
kecenderungan serupa dimana sekitar 63,3% responden menyatakan akses atau
informasi mengenai sumber daya tenaga kerja dapat mereka peroleh. Dalam
mengelola usahanya tenaga kerja banyak didukung dari anggota keluarga sendiri,
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

hanya pada saat-saat tertentu saja menggunakan tenaga kerja lepas. Di sisi lain sekitar
17,8% responden masih merasa kesulitan untuk mengakses sumber daya tenaga kerja,
biasaya ini dialami oleh usaha yang membutuhkan tenaga kerja dengan skill yang
cukup tinggi.

5.1.3 Kontrol Terhadap Sumber Daya Fisik


1. Kontrol Terhadap Tanah/Lahan Untuk Usaha (A2.1)
Tabel 5.16 : Kontrol Terhadap Tanah Untuk Usaha

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Frequency
24

Percent
26,7

Valid Percent
26,7

Cumulative
Percent
26,7

20

22,2

22,2

48,9

46

51,1

51,1

100,0

90

100,0

100,0

Penguasaan/kontrol responden penelitian terhadap sumber daya tanah sudah cukup


baik, ini di indikasikan dari 51,1% perempuan pelaku usaha mikro yang menyatakan
keputusan untuk menggunakan jenis sumber daya tersebut berada di tangan mereka
dan responden penelitian yang mengalami hambatan dalam penguasaan sumber daya
ini sejumlah 26,7%.

2. Kontrol Terhadap Bahan Baku (A2.2)


Tabel 5.17: Kontrol Terhadap Bahan Baku

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Frequency
24

Percent
26,7

Valid Percent
26,7

Cumulative
Percent
26,7

27

30,0

30,0

56,7

39

43,3

43,3

100,0

90

100,0

100,0

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Dalam penelitian ini, sebanyak 43,3% dari perempuan pelaku usaha mikro
mengungkapkan bahwa mereka mempunyai kewenangan penuh untuk mengambil
keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya produktif berupa bahan baku
produksi. Namun demikian, persentase responden yang tidak memberikan pendapat
mengenai persoalan bahan baku tersebut juga cukup banyak yakni sebesar 30% dan
sisanya sebanyak 26,7% mengatakan mendapat hambatan untuk melakukan kontrol
atau penguasaan terhadap sumber daya ini.

3. Kontrol Terhadap Sarana Transportasi (A2.3)


Tabel 5.18 :Kontrol Terhadap Sarana Transportasi

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Frequency
29

Percent
32,2

Valid Percent
32,2

20
41
90

22,2
45,6
100,0

22,2
45,6
100,0

Cumulative
Percent
32,2
54,4
100,0

Sebesar 45,5% responden penelitian berpendapat bahwa mereka mempunyai


kewenangan penuh terhadap penggunaan sarana transportasi untuk menjalakan usaha
mereka sebab pada umumnya setiap responden telah mempunyai sarana transportasi
sendiri baik berupa kendaraan roda dua dan roda empat. Sedangkan sebanyak 32,2%
responden menyatakan menemui kendala dalam hal kontrol terhadap sarana
transportasi, artinya, keputusan untuk menggunakan transportasi yang mendukung
jalanya usaha tidak berada dalam tangan mereka, hal ini dialami jika pelaku usaha
belum memiliki alat transpotasi sendiri sehingga masih harus menyewa pada pihak
lain.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

4. Kontrol Terhadap Modal (A2.4)


Tabel 5.19 : Kontrol Terhadap Modal Usaha

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Frequency
28

Percent
31,1

Valid Percent
31,1

Cumulative
Percent
31,1

18

20,0

20,0

51,1

44

48,9

48,9

100,0

90

100,0

100,0

Keputusan mengenai pemanfaatan dan pemanfaatan hasil dari modal usaha, diakui
oleh 48,9% responden penelitian berada dalam kewenangan perempuan pelaku usaha
mikro di wilayah Bantul. Akan tetapi, sekitar sepertiga (31,1%) dari responden
penelitian mengaku masih mengalami kendala dalam melakukan kontrol terhadap
penggunaan sumber daya modal untuk memajukan usahanya. Hal ini diakibatkan oleh
masih tercampurnya manajemen modal usaha dankeluarga sehingga seringkali modal
usaha digunakan untuk menambal kebutuhan keluarga sehari-hari.

5. Kontrol Terhadap Pengajuan Kredit Perbankan (A2.5)


Tabel 5.20 : Kontrol Terhadap Pengajuan Kredit Perbankan
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Mendapat Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapat Kesempatan

45
20

50.0
22,2

50,0
22,2

50,0
50,0

25

27,8,0

27,8

100,0

Total

90

100,0

100,0

Setengah dari responden penelitian menyatakan bahwa keputusan untuk mengajukan


kredit ke sektor perbankan tidak berada dalam kendali mereka. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor prosedur peminjaman yang masih dirasa rumit dan pihak perbankan
sendiri menilai jenis usaha tersebut tidak feasible untuk didanai. Sebesar 27%

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

responden lain berpendapat tidak menemui hambatan untuk melakukan kontrol


terhadap kegiatan tersebut.

6. Kontrol Terhadap Peralatan Produksi (A2.6)


Tabel 5.21 : Kontrol Terhadap Peralatan Produksi

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Frequency
30
14

Percent
33,3
15,6

Valid Percent
33,3
15,6

Cumulative
Percent
33,3
48,9

46

51,1

51,1

100,0

90

100,0

100,0

Penguasaan terhadap peralatan produksi yang dipergunakan untuk menjalankan


kegiatan usaha, diakui oleh 51,1% responden penelitian berada dalam kewenangan
mereka. Peralatan yang dipergunakan untuk proses produksi masih relative sederhana
sehingga kebanyakan penguasaan terhadap faktor produksi ini dapat dilakukan oleh
pelaku usaha. Sementara itu sebanyak 33,3% responden menyatakan kontrol terhadap
peralatan produksi tidak sepenuhnya berada dalam tangan mereka, ini terjadi jika alat
produksi yang digunakan masih harus menyewa dari pihak lain.

7. Kontrol Terhadap Tenaga Kerja (A2.7)


Tabel 5.22 : Kontrol Terhadap Tenaga Kerja

Valid

Mendapat Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapat Kesempatan
Total

Frequency
30
15

Percent
33,3
16,7

Valid Percenrt
33,3
16,7

Cumulative
Percent
33,3
50,0

45

50,0

50,0

100,0

90

100,0

100,0

Keputusan untuk menggunakan faktor produksi tenaga kerja dikatakan oleh 50%
responden penelitian di bawah kewenangan mereka, akan tetapi sebanyak 33,3%
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

perempuan pelaku usaha mikro yang menjadi responden penelitian mengatakan masih
mengalami hambatan untuk melakukan kontrol terhadap faktor produksi tenaga kerja.
8. Kontrol Terhadap Teknologi (A2.8)
Tabel 5.23 : Kontrol Terhdap Teknologi

Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan

Frequency
40
16

Percent
44,4
17,8

Valid Percent
44,4
17,8

Cumulative
Percent
44,4
55,6

34

37,8

37,8

100,0

90

100,0

100,0

Total

Penguasan terhadap teknologi tepat guna yang mendukung kegiatan usaha perempuan
pelaku usaha mikro di Kabupaten Bantul belum bisa dikatakan memadai, hal ini
tercermin dari 44,% persentase responden yang men yatakan masih mengalami
hambatan dan jumlah responden yang mengaku tidak mengalami hambatan untuk
melakukan kontrol terhadap teknologi adalah 37,7%.

5.1.4
1.

Akses Terhadap Sumber Daya Non Fisik


Akses Terhadap Pelatihan (B1.1)
Tabel 5.24 : Akses Terhadap Pelatihan

Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan
Total

Frequency
46
15

Percent
51,1
16,7

Valid
Percent
51,1
16,7

Cumulative
Percent
51,1
67,8

29

32,2

32,2

100,0

90

100,0

100,0

Penelitian ini berhasil menggali informasi mengenai akses responden penelitian


terhadap berbagai kegiatan pelatihan yang mendukung kelancaran usaha mereka.
Sekitar 51,1% responden penelitian menyatakan tidak mendapat informasi/akses
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

mengenai kegiatan-kegiatan pelatihan baik dari dinas terkait maupun lembaga swasta
dan hanya sebesar 32,2% responden yang menyatakan tidak kesulitan untuk
mengakses berbagai bentuk kegiatan pelatihan yang mendukung usaha mereka.

2.

Akses Terhadap Jaringan Pasar (B1.2)


Tabel 5.25 : Akses Terhadap Pasar

Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan

Frequency
45
15

Percent
50,0
16,7

Valid Percent
50,0
16,7

Cumulative
Percent
50,0
66,7

30

33,3

33,3

100,0

90

100,0

100,0

Total

Tidak berbeda jauh dengan akses terhadap pelatihan usaha, akses responden
penelitian terhadap pasar juga terbilang masih terlilit kendala, hal ini diindikasikan
dari 50% responden yang menyebutkan bahwa akses/informasi pasar masih dirasakan
sulit oleh perempuan pelaku usaha mikro. Kedati demikian, sebesar 33,3% lainya
merasakan bahwa peluang untuk memasuki pasar cukup terbuka.

3.

Akses Terhadap Promosi (B1.3)


Tabel 5.26 : Akses Terhadap Promosi

Frequency
Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan
Total

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

38
17

42.2
18.9

42.2
18.9

42.2
61.1

35

38.9

38.9

100.0

90

100.0

100.0

Dari aspek akses untuk melakukan promosi, nampak bahwa antara responden yang
menyatakan mendapat hambatan dan memperoleh peluang menunjukan perbandingan
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

yang tidak begitu mencolok yakni 42,2% : 38,9% dan hanya sebagian kecil dari
responden (18,9%) yang tidak berpendapat terhadap aspek tersebut.

4.

Akses Terhadap Penyuluhan (B.14)


Tabel 5.27 : Akses Terhadap Penyuluhan

Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan
Total

Frequency
38
20

Percent
42,2
22,2

Valid Percent
42,2
22,2

Cumulative
Percent
42,2
64,4

32

35,6

35,6

100,0

90

100,0

100,0

Sebesar 42,2% dari responden merasakan bahwa informasi/akses mengenai programprogam penyuluhan maupun mendampingan tidak mudah untuk mereka terima
sedangkan 35,% lainya mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk mengakses
kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan usaha yang mereka jalankan.

5.1.5 Kontrol Terhadap Sumber Daya Non Fisik


1.

Kontrol Terhadap Pelatihan (B2.2)


Tabel 5.28 : Kontrol Terhadap Pelatihan

Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan
Total

Frequency
32
16

Percent
35,6
17,8

Valid Percent
35,6
17,8

Cumulative
Percent
35,6
53,3

42

46,7

46,7

100,0

90

100,0

100,0

Sebanyak 46,7% responden penelitian menyatakan bahwa keputusan untuk mengikuti


kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan usaha yang mereka geluti sepenuhnya
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

dibawah kewenangan dan kendali mereka, sedangkan 35,6% lainnya mengaku masih
mendapati sejumlah hambatan terkait dengan kontrol terhadap kegiatan pelatihan.

2.

Kontrol Terhadap Pasar (B2.2)


Tabel 5.29 : Kontrol Terhadap Pasar

Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan
Total

Frequency
31
18

Percent
34,4
20,0

Valid Percent
34,4
20,0

Cumulative
Percent
34,4
54,4

41

45,6

45,6

100,0

90

100,0

100,0

Sejumlah 45,6% perempuan pelaku usaha mikro yang menjadi responden penelitian
menyebutkan bahwa mereka memiliki kewenangan penuh dalam mengambil
keputusan untuk memasuki pasar dan sebanyak 34,4% lainnya mengatakan masih
kesulitan untuk melakukan kontrol terhadap kegiatan tersebut.

3.

Kontrol Terhadap Promosi (B2.3)


Tabel 5.30 : Kontrol Terhadap Promosi

Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan
Total

Frequency
38

Percent
42,2

Valid Percent
42,2

Cumulative
Percent
42,2

16

17,8

17,8

60,0

36

40,0

40,0

100,0

90

100,0

100,0

Di lihat dari aspek kontrol terhadap kegiatan promosi, tergambar bahwa antara
responden yang menyatakan mendapat hambatan dan memperoleh kesempatan untuk
melakukan kontrol terhadap aktifitas promosi menunjukan komparasi yang cukup
berimbang yakni 42,2% : 40%9% dan hanya sebagian kecil dari responden (17,8%)
yang tidak berpendapat terhadap aspek tersebut.
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

4.

Kontrol Terhadap Penyuluhan (B2.4)


Tabel 5.31 : Kontrol Terhadap Penyuluhan

Valid

Mendapatkan Hambatan
Tidak Berpendapat
Mendapatkan Kesempatan
Total

Frequency
39

Percent
43,3

Valid Percent
43,3

Cumulative
Percent
43,3

14

15,6

15,6

58,9

37

41,1

41,1

100,0

90

100,0

100,0

Sama halnya dengan kontrol terhadap promosi, kontrol responden penelitian terhadap
aktifitas penyuluhan juga memperlihatkan kecenderungan yang serupa dimana terjadi
perimbangan komposisi antara responden yang menyatakan dapat melakukan kontrol
sepenuhnya (41,1%) dan responden yang mendapat hambatan untuk melakukan
kontrol terhadap kegiatan penyuluan (41,1%).

5.1.6 Kendala yang dihadapi oleh perempuan pelaku usaha mikro di


Kabupaten Bantul yang berkaitan dengan akses dan kontrol terhadap
berbagai sumber daya produktif
Dari pengamatan di lapangan, penelitian dapat mengidentifikasi sejumlah hambatan
yang dialami oleh perempuan pelaku usaha mikro dalam menjalankan kegiatan
usahanya sebagai berikut :
1. Hambatan yang berkaitan dengan akses dan kontrol terhadap sumber daya
tanah atau lahan tempat usaha adalah persoalan kepemilikan, hal ini terutama
dialami oleh pengusaha dimana lahan yang digunakan untuk tempat usaha
bukan milik sendiri namun masih menyewa dari pihak lain sehingga pelaku
tidak dapat sepenuhnya melakukan kontrol terhadap sumber daya tersebut.
Hambatan lainya meskipun bersifat eksternal namun tampaknya cukup
menjadi ganjalan dalam usaha, yaitu banyaknya bangunan dan lokasi usaha
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

yang rusak akibat gempa menjadikan informasi atau akses terhadap sumber
daya fisik ini menjadi terhambat.
2. Hambatan berikutnya adalah yang berkaitan dengan akses dan kontrol
terhadap sumber daya bahan baku. Disebutkan oleh perempuan pengusaha
mikro bahwa bahan baku menjadi persolan bagi mereka ketika bahan baku
yang harus di datangkan dari luar Yogyakarta mengalami keterlambatan
sehingga hal ini kerap mengganggu jalannya proses produksi. Sedangkan bagi
pengusaha yang menggunakan bahan baku lokal sering dihadapkan pada
persoalan kelangkaan pasokan bahan baku terutama pada kejadian pasca
gempa

dimana

harga

bahan

baku

mengalami

peningkatan

diluar

kendali/kontrol para pengusaha di wilayah tersebut. Minimnya akses terhadap


supply bahan baku dari luar Bantul mengakibatkan kegiatan usaha yang
dijalankan oleh perempuan pelaku usaha mikro bergantung pada kelancaran
distribusi sumber bahan bahan baku yang didatangkan dari daerah tertentu.
Akibatnya, ketika pasokan mengalami hambatan proses produksi menjadi
terganggu.
3. Secara umum persoalan akses dan kontrol terhadap sumber daya transportasi
tidak menjadi problem berarti bagi perempuan pelaku usaha mikro di wilayah
Bantul. Hal ini dikarenakan jenis usaha yang dilakukan sebagian besar masih
berskala kecil dan bersifat usaha rumahan sehingga tidak memerlukan jenis
transportasi yang rumit dan hanya menggunakan kendaraan bermotor atau
mobil yang mereka miliki, hanya saja bagi pengusaha yang tidak memiliki
alat transportasi mereka masih bergantung pada ketersediaan kendaraan sewa.
4. Salah satu alasan yang melatar belakangi sulit berkembangnya usaha yang
dikendalikan oleh perempuan adalah persoalan akses dan kontrol terhadap
sumber daya modal. Dalam penelitian ini, sebagian perempuan pelaku usaha
mikro masih menggantungkan aspek permodalan pada sumber-sumber yang
terbatas yaitu keluarga, sanak famili dan lembaga keuangan informal seperti
misalnya kelompok arisan, paguyuban dan bahkan dari tukang kredit sehingga
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

ketika terjadi kenaikan permintaan produksi sulit mereka penuhi karena


terbentur persoalan keterbatasan modal usaha.
5.

Selama ini pengusaha perempuan dikenal sebagai kelompok yang memiliki


keterbatasan akses terhadap pinjaman atau kredit perbankan. Mereka masih
sulit mengakses kredit dari lembaga keuangan formal karena beberpa
keterbatasan yang dimiliki, antara lain informasi tentang skema kredit,
kemampuan membayar bunga yang ditetapkan, dan kesanggupan memenuhi
persyaratan. Dengan keterbatasan tersebut beberapa pelaku usaha terpaksa
mengajukan permohonan dengan menggunakan nama orang lain yang
memenuhi persyaratan lembaga keuangan tersebut.

6. Akses dan kontrol terhadap pengadaan alat produksi kerap menjadi persoalan
bagi pelaku usaha mengingat penambahan faktor produksi tersebut biasanya
memakan biaya yang cukup besar. Akibatnya, ketika terjadi kenaikan
permintaan atau pesanan dalam jumlah besar menyebabkan permintaan pasar
sulit untuk dipenuhi karena terbatasnya peralatan produksi yang dimiliki.
7. Jenis usaha yang ditekuni oleh perempuan pelaku usaha mikro biasanya
mempunyai kharakteristik yang cukup khas yaitu produk yang dihasilkan
relatif sederhana dan tidak membutuh keahlian tinggi. Dalam menjalankan
usahanya, para pelaku usaha yang menjadi sampel penelitian lebih banyak
memanfaatkan anggota keluarga dalam proses produksi mengingat usaha yang
dijalankan masih bersifat industri rumahan dengan kapasitas produksi yang
terbatas. Salah satu alasan yang mendasari utilitasi tenaga kerja dari anggota
keluarga sendiri adalah untuk menghemat ongkos produksi karena tidak perlu
memberikan upah. Dalam batas ini, akses dan kontrol terhadap faktor
produksi tenaga kerja tidak mengalami hambatan, persoalan baru muncul
ketika pada kondisi tertentu dihadapkan pada tingginya jumlah permintaan,
maka akses dan kontrol terhadap tenaga kerja dari luar anggota kelurga sulit
untuk mereka dapatkan.
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

8. Masih lemahnya akses dan kontrol terhadap teknologi tepat guna


menyebabkan usaha yang dikendalikan oleh perempuan menjadi lebih
tertinggal jika dibandingkan dengan usaha yang dijalankan oleh lak-laki
dengan jenis usaha yang sama. Lemahnya akses dan kontrol terhadap sumber
daya ini dipengaruhi oleh mahalnya biaya untuk mengadopsi faktor produksi
dengan kandungan teknologi yang tinggi, disamping itu minimnya
penguasaan terhadap teknologi juga dilatarbelakangi oleh keterbatasan skill
yang dimiliki oleh pengusaha perempuan.
9. Jenis sumber daya sosial yang sulit untuk diakses oleh perempuan pelaku
usaha mikro adalah program-program pelatihan baik yang berasal dari
pemerintah maupun swasta. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kenyataan bahwa
usaha yang digerakan oleh perempuan biasaya bersifat informal dan tidak
berbadan hukum sehingga tidak tercatat pada kantor dinas terkait, akibatnya
dalam program-program pelatihan pelaku usaha perempuan jarang dilibatkan
ataupun jarang mendapatkan kesesmpatan
10. Berikutnya adalah problem yang berkaitan dengan akses dan kontrol terhadap
jaringan pasar. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden mengatakan
masih kesulitan untuk mengakses jaringan pasar di luar wilayah Bantul
sehingga produk yang dihasilkan selama ini hanya untuk melayani konsumen
di wilayah tempat mereka menjalankan usahanya saja.
11. Dalam hal akses dan kontrol terhadap kegiatan promosi perempuan pelaku
usaha mikro masih terbelit hambatan terutama untuk melakukan promosi pada
media massa dan elektronik. Kegiatan promosi yang dilakukan masih
terbilang sederhana yaitu mengandalkan promosi dari mulut ke mulut (word
of mouth), pemberian kartu nama, surat menyurat dan pameran. Masalah
kedua terbesar yang dihadapi usaha mikro adalah pemasaran. Untuk
memasarkan produk usaha mikro ke pasar yang lebih luas, diperlukan
persyaratan- persyaratan yang
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

umumnya belum dipahami oleh usaha mikro. Misalnya dari pengakuan salah
satu responden yang menyebutkan bahwa untuk memasukkan kue ke tokotoko besar usaha mikro harus terlebih dulu memiliki izin dari Departemen
Kesehatan, di samping harus memenuhi beberapa kualifikasi dari segi mutu.
Karena sulitnya pemasaran, banyak usaha mikro yang tergantung kepada para
pengepul (tengkulak) yang biasanya menekan harga jual mereka.
12. Akses dan kontrol terhadap program penyuluhan ataupun pendampingan
usaha bagi pelaku usaha mikro masih dirasakan minim oleh responden
penelitian. Hal ini berkait erat dengan realitas bahwa usaha yang ditekuni oleh
perempuan masih bersifat informal dan tidak berbadan hukum sehingga
keberadaanya sukar untuk diketahui, sehingga program-program penyuluhan
bagi pelaku usaha perempuan jarang mereka terima.
5.1.7 Strategi penguatan usaha bagi perempuan pelaku usaha mikro di
Kabupaten Bantul
Tidak diragukan lagi bahwa kiprah perempuan di sektor perekonomian mikro
cukup menonjol, mengingat porsinya cukup banyak maka penguatan ekonomi pada
usaha yang digeluti oleh perempuan patut menjadi perhatian berbagai pihak terutama
pemerintah. Temuan dilapangan menyebutkan bahwa akses dan kontrol perempuan
pelaku usaha mikro terhadap sumber daya produktif terutama sumber daya non fisik
seperti pelatihan, pendampingan informasi pasar dan promosi masih tersumbat
sehingga hal ini dapat menjadi pijakan untuk melakukan program penguatan. Bentukbentuk penguatan yang dapat dilakukan antara lain melalui upaya berupa program,
atau kegiatan bantuan permodalan, pemberian pelatihan, pendampingan dan fasilitasi,
bantuan teknis dan konsultasi, penyediaan informasi, bantuan sarana, dan bantuan
promosi pasar. Tidak menutup kemungkinan dalam satu upaya terdapat lebih dari
satu kegiatan, misalnya bantuan modal disertai dengan kegiatan pelatihan atau
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

bimbingan teknis. Atau bisa juga misalnya bantuan berupa sarana yang diperuntukan
kepada kelompok kegiatan tertentu, seperti bantuan mesin/alat produksi dilengkapi dengan
bantuan lain, yaitu berupa pelatihan atau pendampingan agar sarana usaha yang diberikan
dapat berhasil guna. Agar bantuan sarana yang diberikan sesuai dengan kebutuhan atau
kemampuan penerima upaya, maka perlu diperhatikan aspek kebutuhan atau karakteristik
wilayah penerima upaya tersebut. Selain pelatihan, bentuk kegiatan lain yang dapat

diberikan langsung kepada usaha mikro adalah kesempatan untuk melakukan studi
banding ke usaha sejenis di daerah lain atau mengikutsertakan usaha mikro dalam
pameran. Namun demikian, jenis upaya ini biasanya hanya dinikmati oleh usaha
mikro tertentu yang memiliki produk unggulan setempat dan berkualitas. Upaya
berupa pelatihan, pendampingan atau bimbingan, dan bantuan sarana, hendaknya
bersifat
cuma-cuma atau hibah, sementara upaya berupa bantuan modal dapat berupa dana
pinjaman. Dalam prakteknya apabila bantuan modal berasal dari pemerintah, ada
upaya yang bersifat semi hibah (wakaf) kepada lembaga perantara, tetapi bersifat
pinjaman bagi sasaran akhir, baik masyarakat maupun usaha mikro. Tetapi, jika
bantuan modal tersebut berasal dari perbankan diberikan dalam bentuk kredit
komersial sedangkan bantuan modal dari ornop dan lembaga lain berbentuk dana
bergulir. Biasanya bantuan modal dari perusahaan, baik BUMN maupun swasta,
diberikan dalam bentuk kredit berbunga rendah. Sasaran upaya penguatan usaha
mikro dapat dilakukan melalui dua cara yaitu, pertama langsung ditujukan kepada
usaha mikro/kecil, dan kedua, melalui lembaga perantara . Lembaga perantara
tersebut bisa berupa pemanfaatan lembaga yang sudah seperti koperasi dan BMT
maupun membentuk lembaga perantara baru. Meskipun melalui lembaga perantara,
tujuan akhir dari program bantuan ini tetap diperuntukan bagi pengembangan usaha
mikro. Seperti upaya dalam bentuk bantuan modal, lembaga perantara diposisikan
sebagai pengelola dana pinjaman bagi usaha mikro.
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya penguatan
usaha mikro yaitu pendekatan secara individu, pendekatan secara kelompok, dan
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

gabungan dari keduanya. Sebenarnya sejauh ini upaya penguatan terhadap pengusaha
mikro sudah cukup banyak dilakukan baik oleh pemerintah, ornop, BUMN maupun
dari sektor perbankan. Namun demikian tampaknya hal ini belum banyak dinikmati
oleh pengusaha perempuan di wilayah penelitian, ini didindikasikan dari minimnya
jumlah responden yang menyatakan pernah menerima program-program penguatan.
Pada umumnya upaya yang dilakukan oleh kalangan perbankan dan perusahaan
swasta/BUMN disalurkan kepada individu, sedangkan program dari pemerintah,
ornop dan lembaga lainnya menggunakan pendekatan kelompok. Hal ini karena
sasaran upaya dari perbankan dan swasta/BUMN umumnya merupakan usaha mikro
yang sudah berjalan dan memiliki potensi untuk dikembangkan, serta memiliki
administrasi dan pengelolaan keuangan yang relatif baik. Sementara upaya dari
pemerintah dan ornop seringkali dikaitkan dengan masalah penanggulangan
kemiskinan, dimana pada umumnya penerima upaya masih marginal dan perlu
diberdayakan, sehingga pendekatan secara kelompok dianggap lebih tepat.

5.2

Pembahasan
Secara umum akses dan kontrol perempuan pelaku usaha mikro di Kabupaten

Bantul terhadap sumber daya produktif khususnya sumber daya fisik seperti tanah,
bahan baku, transportasi ,modal usaha, pengajuan kredit ke bank, alat produksi,
teknologi dan tenaga kerja sudah cukup baik meskipun masih dihadapan dengan
sejumlah kendala. Sumber daya yang terlihat masih sukar diakses dan dikuasi oleh
pelaku usaha adalah jenis sumber daya non fisik atau sosial berupa kegiatan pelatihan
usaha, pendampingan, bantuan promosi maupun pembukaan jaringan pasar. Oleh
sebab itu, program-program pembangunan dan penguatan terhadap usaha perempuan
perlu untuk dilakukan mengingat sumbangan perempuan di sektor perekonomian
marginal ini cukup tinggi. Kegiatan usaha mikro memang tidak bisa dilepaskan dari
peran kaum perempuan, usaha mikro banyak diminati oleh perempuan karena usaha
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

ini selain mudah untuk dimasuki, tidak membutuhkan tingkat keahlian tinggi juga
dipandang sebagai alternatif untuk menopang kehidupan ekonomi rumah tangga dan
dapat memenuhi kebutuhan pengembangan diri perempuan. Secara khusus usaha
mikro dapat memberikan dampak spesifik bagi perempuan yakni meningkatkan
kondisi ekonomi perempuan, menciptakan lapangan kerja bagi perempuan, serta
meningkatkan keberanian perempuan dalam mengemukakan pendapat dan tidak
terlalu bergantung kepada suami secara ekonomi. Sedangkan dampak secara umum,
jenis usaha ini dipandang sebagai katup pengaman kebutuhan rumah tangga,
sebagai alternatif usaha dan dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat
khususnya rumah tangga pelaku usaha mikro. Sektor ekonomi yang digerakan oleh
perempuan merupakan bagian integral dari perekonomian secara makro, artinya
partisipasi perempuan merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pembangunan ekonomi nasional. Sehingga upaya-upaya keberpihakan terhadap
penguatan usaha mikro yang dikelola oleh perempuan patut menjadi perhatian tidak
saja oleh pemerintah namun juga lembaga-lembaga terkait lainnya sehingga akses
dan kontrol terhadap berbagai sumber daya produktif yang menjadi mesin penggerak
usaha dapat mereka nikmati. Perempuan pelaku usaha mikro dengan berbagai
keterbatasan yang dimiliki akan sulit untuk mengembangkan usahanya sendiri tanpa
ada uluran dari pihak lain. Terlebih lagi, dalam menjalankan usahanya perempuan
seringkali berhadapan dengan kendala-kendala tertentu yang dikenal dengan istilah
tripple burden of women, yaitu ketika mereka diminta menjalankan fungsi
reproduksi, produksi, sekaligus fungsi sosial di masyarakat pada saat yang
bersamaan. Hal tersebut menyebabkan kesempatan perempuan untuk memanfaatkan
peluang ekonomi yang ada menjadi sangat terbatas.
Dalam penelitian ini usaha mikro yang digerakan oleh pengusaha perempuan
di Kabupaten Bantul secara umum memiliki beberapa karakteristik antara lain : masih
bersifat informal, tidak berbadan hukum, bersifat fluktuatif baik dari segi omzet
maupun tenaga kerja dan hanya menggunakan teknologi sederhana. Omzet dan
tenaga kerja bergantung pada permintaan, musim, serta ketersediaan bahan baku.
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Misalnya saja pengalaman yang dialami oleh salah satu pengusaha kue kering yang
mengatakan hanya mengalami lonjakan pesanan pada saat menjelang hari raya idul
fitri tiba. Ketika permintaan tinggi, omzet akan naik dan tenaga kerja yang terlibat
juga meningkat. Oleh sebab itu banyak tenaga kerja di usaha mikro yang sifatnya
tenaga kerja lepas karena pada hari-hari biasaya mereka lebih banyak memanfaatkan
anggota keluarga dalam proses produksinya. Omzet usaha mikro yang relatif stabil
terjadi di sektor perdagangan, terutama usaha warung makan/restoran dan warung
kelontong karena yang dijual umumnya adalah kebutuhan sehari-hari yang
permintaannya tidak dipengaruhi oleh musim.
Pengamatan di lapangan penunjukan sebagian responden masih merasa
kesulitan untuk mengembangkan usaha karena terbentur faktor modal usaha.
Misalnya ketika terjadi lonjakan permintaan akan sulit mereka penuhi karena
sempitnya modal yang dimiliki. Kedatipun pemerintah secara resmi telah menetapkan
tahun 2005 sebagai tahun keuangan mikro sebagai bentuk kepedulian terhadap
pengusaha mikro tidak berarti kemudahaan dalam mendapatkan akses pembiayaan
antara pengusaha mikro laki-laki sama persis dengan apa yang dialami oleh
perempuan pengusaha mikro. Fakta ini terungkap dilapangan dimana sebagian
perempuan pelaku usaha mikro mengaku masih kesulitan untuk mendapatkan
kucuran kredit dari sektor perbankan. Selama ini mereka lebih banyak mengandalkan
pinjaman modal dari kredit informal seperti arisan, paguyuban, tukang kredit keliling
dan pinjaman dari keluarga maupun relasi yang terkadang jumlahnya tidak cukup
untuk memenuhi biaya kenaikan produksi tatkala jumlah permintaan meningkat.
Agaknya sifat dan cara mengelola usaha mikro itu sendiri menjadi salah satu alasan
sulitnya mengakses modal perbankan karena biasanya bank mensyaratkan adanya
administrasi yang tertib dan tertata bagi pengusaha yang ingin mengajukan kredit,
sementara sebagian besar responden belum melakukan manajemen administrasi yang
mendukung hal tersebut. Selain itu, seringkali hasil atau pendapatan usaha mikro
digunakan untuk menutup kebutuhan sehari-hari sehingga tujuan menambah modal
sulit terpenuhi. Bahkan tidak jarang usaha mikro dikorbankan ketika ada kebutuhan
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

keluarga yang mendesak. Di samping itu, umumnya pengusaha mikro tidak


memisahkan pembukuan usaha dengan pengeluaran keluarga sehingga modal usaha
sering terpakai untuk keperluan sehari-hari. Disinilah, program penguatan berupa
pelatihan manajemen usaha, pendampingan dan penyuluhan dari pihak-pihak
eksternal sangat diperlukan perannya dalam upaya membangun dan mengembangkan
potensi usaha yang digeluti oleh pengusaha perempuan sehingga pada akhirnya
mereka mendapat kesempatan untuk menangkap dan memanfaatkan secara penuh
setiap peluang ekonomi yang ada.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Karakteristik dominan perempuan pelaku usaha mikro yang menjadi responden
penelitian adalah berusia antara 30-39 tahun, sudah menikah dengan jumlah
anak 1-2 orang.
2. Sedangkan karakteristik usaha adalah bergerak pada bidang usaha industry,
lama usaha adalah 0-4 tahun, memiliki jumlah tenaga kerja 0-4 orang dan
omzet perbulan antara Rp.2000.000-2.900.00 perbulan, usaha yang dijalankan
masih bersifat informal, tidak berbadan hukum, bersifat fluktuatif baik dari
segi omzet maupun tenaga kerja dan hanya menggunakan teknologi
sederhana.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

3. Akses dan kontrol perempuan pelaku usaha mikro terhadap sumber daya
produktif yang bersifat fisik seperti sumber daya tanah, bahan baku,
transportasi ,modal usaha, alat produksi, dan tenaga kerja sudah cukup baik,
namun akses dan kontrol terhadap modal perbankan dan teknologi masih
mengalami hambatan
4. Akses dan kontrol perempuan pelaku usaha mikro terhadap sumber daya
produktif

yang bersifat

non

fisik/sosial

seperti program pelatihan,

pendampingan usaha, informasi pasar dan promosi masih mengalami kendala.


5. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi pelaku usaha terkait dengan akses
dan kontrol terhadap berbagai sumber daya, yaitu 1) Tahah untuk tempat
usaha masih menyewa. 2) Bagi pengusaha yang menggunakan bahan baku
yang masih harus didatangkan dari luar daerah, aktifitas usaha sangat
bergantung pada kelancaran pasokan dari luar daerah. 3) Transportasi menjadi
kendala bagi pelaku yang belum mempunyai kendaraan sendiri. 4) Sulit
mengembangkan usaha karena keterbatasan modal. 5) Masih sulit
mendapatkan kucuran kredit dari sektor perbankan. 6). Menggunakan alat
produksi yang sederhana sehingga ketika terjadi lonjakan permintaan sulit
untuk dipenuhi. 7) Untuk jenis usaha yang memerlukan tenaga kerja dengan
tingkat keahlian cukup tinggi susah untuk mereka perolah. 8) Sulit untuk
menggunakan teknologi tepat guna karena keterbatasan skill. 9) Distribusi
informasi mengenai program-program pelatihan, pendampingan usaha tidak
merata di kalangan pelaku usaha.
6. Program penguatan perlu dilakukan terhadap pelaku usaha mikro adalah
permodalan, pemberian pelatihan, pendampingan dan fasilitasi, bantuan teknis
dan konsultasi, penyediaan informasi, bantuan sarana, dan bantuan promosi
pasar baik secara kelompok maupun individu.
6.2 Saran

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Mengingat temuan-temuan di lapangan menunjukan bahwa akses dan kontrol


perempuan pelaku usaha mikro terhadap sumber daya non fisik masih rendah,maka
penelitian ini merekomendasikan saran-saran yang terkait dengan kebijakan antara
lain :
1. Perlu pendirian lembaga konsultasi atau klinik bisnis di setiap Kecamatan
sehingga mempermudah pelaku usaha perempuan untuk melakukan konsultasi
usaha dan lebih mudah mengakses program-program pelatihan yang diberikan
oleh pihak luar.
2. Disain upaya-upaya penguatan terhadap pengusaha perempuan harus jelas
baik yang menyakut tujuan, sasaran maupun skim. Upaya penguatan harus
bersifat program berkelanjutan sampai pada titik pengusaha dapat berdiri
sendiri.
3. Program penguatan dalam teknis pelaksanaan sebaiknya menggunakan atau
bekerja sama dengan lembaga yang mempunyai reputasi baik dan kredibel.
4. Perlu penyadaran kepada para perempuan pelaku pengusaha mikro agar
mereka lebih memiliki blue print usaha yang jelas, sehingga tidak memmiliki
kecenderungan untuk menjalankan usaha hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga, atau sebagai katup pengaman dalam kehidupan
rumah tangganya.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2001.
Managing
a
Small
Business.
Available
at
http://www.bizmove.com/skills/m8b.htm
Bapeda DIY.2005. Peningkatan Peran Wanita Dalam Pengembangan Usaha Kecil
Menengah Berwawasan Gender di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
available at www.bapeda_pemda-DIY.go.id.html

Ekumah & Essel.2001. Gender Acces To Credit Under Ghanas Financial Sector
Reform: A Case Study of Two Rural Banks In The Central Region of Ghana.
available
at
www.ilo.org/public/english/
employment/finance/download/fslwp4.pdf
Firdaus.2005. Aspek Keadilan Gender Pada Lembaga Kredit Mikro. Kompas,
Senin 7 Maret.
Harsiwi, Agung. 2004. Studi Pandangan Akademisi Wanta Terhadap Prospek Karir
dan Kesetaraan Kesempatan di Wilayah Kopertis VI Jawa Tengah available
at www.http://artikelpendidikan.htm
Ishengoma,Christy.2002. Accessibility of Resources by Gender: The Case of
Morogoro
Region
in
Tanzania.
available
at
www.codesria.org/Links/conferences/gender/ISHENGOMA.pdf
Irwan A.,1997. Dari Domestik ke Publik : Jalan Panjang Pencaharian Identitas
Perempuan , hal. 176 193. Sangkan Paran Gender. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Irwan A.,2003. Sangkan Paran Gender. Pusat Penelitian Kependudukan Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad,2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta : Erlangga
Mustafa, Zainal. 2002. Metodologi Penelitian, Magister Managemen UII Yogkakarta,
tidak dipublikasikan.
Mulyani, Sri Wigati Mardi.2000. Cinderella Complex, Anima Indonesian
Psycological Journal, Vol.16, No. 1, hal 41-50.
Neumark, David dan Mc Michelle, Lennan. 1999. Sex Discrimination and Women
Labour Market Outcomes The International Journal of human Resources
Management, volume 4, hal 714-740.
Persepsi.2000. Pengalaman dalam Mengembangkan UKM dan Pengembangan
Usaha
Mikro
Berperspektif
Gender,
available
at
http://suarapublik.org/Profil/Pro_per.htm
Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Rubery, Jill et.al. 1997. Payment Structure and Gender Pay Defferential : some
Social effect, The International Journal of Human Resources Management,
volume 8:3, Hal. 131-149.
Setyawati, Trias. 2002. Pengantar Analisis Gender, Makalah dalam seminar
PelatihanTeknik dan Analisis Gender, Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
Smeru.2003. Peta Upaya Penguatan Usaha Kecil/Mikro di Tingkat Pusat 1997/2003.
available at www.smeru.or.id
Stefeni dkk. 2000. Hubungan Antara Peran Gender dan Persepsi Terhadap
Dukungan Suami Dengan Fear of Success Pada Wanita Karier, Anima,
Volume 16, Hal 51-73.
Sadli, Saparinah.2000. Beberapa Hasil Penelitian Kelompok Kerja Convenction
Wacth Dilihat Dari Perspektif Gender (dalam, Ihromi dkk, Penghapusan
Diskrimasi Terhadap Wanita ), ALUMNI, Bandung
Sihete,Romany Rampean.1995. Pola Kegiatan Wanita di Sektor Informal (dalam,
Ihromi, Kajian Wanita Dalam pembangunan), Yayasan Obor Indonesia.
Statistik Kesejahteraan Rakyat. 2003.available at www.bps.go.id
Santosa, Singgih.2004. Statistis Parametrik, Elex Media KOmputindo, Jakarta
Truss, Catherine.1996. Human Resources Gender Terrain ?, The International
Journal of Human Resources Management, volume 10:2, Hal. 180-199.
Worlbank.2000. Pembangunan Berperspektif Gender, available at
www.worlbank.org
Utrecht, A., 1989. Womens Role in Rural Industrialisation: the Case of Java (MA
thesis), The Hague, ISS.

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Penelitian Kajian Wanita, Didanai oleh Dirjen Dikti 2007 Dalam Proses
Penerbitam dalam Jurnal Utilitas Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai