Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Manusia di akui sebagai individual differences, berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya. Ada dua jenis perbedaan antar manusia yakni
perbedaan horisontal dan perbedaan vertikal. Perbedaan horisontal
berkenaan dengan ras, suku, agama, adat-istiadat dan sebagainya.
Sedangkan perbedaan vertikal berkenaan dengan kekuatan fisik,
kecerdasan dalam suatu bidang, ketajaman sensoris, kepekaan sosial dan
sebagainya. Dengan perbedaan itulah manusia menjadi makhluk sosial
yang satu sama lain saling membutuhkan.
Dengan adanya perbedaan vertikal menyebabkan adanya anak-anak
yang berkebutuhan khusus, sehingga pendidikan sebisa mungkin harus
disesuaikan kebutuhan para peserta didik agar mampu mengembangkan
keterampilan yang diinginkan. Oleh karena itu penulis menyusun makalah
ini yang membahas mengenai pengertian, asesmen dan layanan untuk anak
berkebutuhan khusus agar dapat membantu guru dalam melaksanakan
suasana belajar mengajar yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
2. Apa sajakah assesmen bagi anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimanakah layanan pendidikan bimbingan bagi anak berkebutuhan
khusus?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa dapat memahami mengenai anak berkebutuhan
khusus.
2. Agar mahasiswa dapat memahami asesmen bagi anak berkebutuhan
khusus.
3. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana layanan bimbingan yang
tepat bagi anak berkebutuhan khusus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anak Berkebutuhan Khusus


a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas.
Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat
dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan
perkembangan yang berbeda-beda, dan oleh karena itu setiap anak
dimungkinkan akan memiliki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang
berbeda beda pula, sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan
pendidikan yang disesuiakan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan
masing-masing anak

Pengertian anak berkebutuhan khusus menurut para ahli diantaranya:


1. Suran dan Rizzo
Menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah mereka
yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam
mencapai

tujuan-tujuan/kebutuhan

dan

potensinya

secara

maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan


bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga
anak-anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat
dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus atau luar biasa,
karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga
profesional.
2. Hallahan dan Kauffman
Menyatakan anak berkebutuhan khusus sebagai anak yang
memerlukan pendidikan dan layanan yang khusus agar potensi
kemanusiaan yang mereka miliki dapat berkembang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya anak berkebutuhan
khusus bukan hanya anak-anak yang memiliki kelainan berupa cacat saja,
melainkan retardasi mental, gangguan emosional dan juga anak-anak yang
berbakat dengan inteligensi yang tinggi. Anak-anak berkebutuhan khusus
ini memerlukan pendidikan dan layanan yang khusus, sehingga dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki.

b. Cakupan Konsep Anak Berkebutuhan Khusus


Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi
dua kelompok besar yaitu:

1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer)


Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer)
adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Anak seperti ini
memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan
yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak
perlu dilayani di sekolah khusus.
2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak
yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang
bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti
anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan
perkembangan kecerdasan dan kognisi, gannguan gerak (motorik),
gannguan iteraksi-komunikasi, gannguan emosi, social dan tingkah laku.
Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanent
sama artinya dengan anak penyandang kecacatan.

c. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus


Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anak
berkebutuhan khusus diantaranya:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah kondisi yang dimiliki oleh anak yang
bersangkutan. Faktor internal ini diantaranya:
1) Genetis
2) Kondisi fisik,
3) Mental,
4) Emosi,
5) Kepribadian
2. Faktor Ekternal
Faktor eksternal adalah sesuatu yang berada di luar diri anak yang
mengakibatkan anak menjadi memiliki hambatan perkembangan dan

hambatan belajar, sehingga mereka memiliki kebutuhan layanan


khusus dalam pendidikan.
1) Orang tua,
2) Teman,
3) Lingkungan sekolah,
4) Lingkungan masyarakat.
3. Kombinasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Kombinasi antara factor eksternal dan factor internal dapat
menyebabkan terjadinya kebutuhan khusus pada sorang anak.
Kebutuhan khusus yang disebabkan oleh factor ekternal dan internal
sekaligus diperkirakan anak akan memiliki kebutuhan khusus yang
lebih kompleks. Sebagai contoh seorang anak yang mengalami
gangguan pemusatan perhataian dengan hiperaktivitas dan dimiliki
secara internal berada pada lingkungan keluarga yang kedua orang
tuanya tidak memerima kehadiran anak, tercermin dari perlakuan yang
diberikan kepada anak yang bersangkutan. Anak seperti ini memiliki
kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan akibat perlakuan
orang tua yang tidak tepat.
d. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya memiliki banyak sekali
variasi dan derajat kelainan. Variasi kelainan tersebut diantaranya:
1. Kelainan Fisik
1) Tuna Netra
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya
penglihatanya berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan
walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus,
mereka masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak tuna nera dapat dikenali berdasarkanciri-ciri sebagai
berikut:

Tidak mampu melihat


Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
Kerusakan nyata kedua bola mata
Sering meraba-raba tersandung waktu berjalan
4

Mengalami kesulitan mengambil bola kecil di dekatnya


Bagian bola mata berwarna keruh/bersisik/kering.
Peredangan hebat pada kedua bola mata
Mata bergoyang terus

2) Tuna Rungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau
sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang
mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah
diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak tuna rungu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Secara nyata tdak mampu memdengar


Terlambat perkembangan bahasa
Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
Kurang /tidak tanggap bila diajak bicara
Ucapan kata tidak jelas
Kualitaas suara aneh/monoton
Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
Banyak perhatian terhadap getaran
Keluar cairan nanah dari kedua telinga

3) Tuna Daksa
Dari segi fungsi fisik ,tuna daksa diartikan sebagai seseorang
yang fisik dan kesehatannya mengalami masalah sehingga
menghasilkan kelainan didalam berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program
dan layanan khusus. Pengertian yang didasarkan pada anatomi
biasanya digunakan pada kedokteran yang disesuaikan dengan
daerah atau organ yang mengalami kelainan.
Ciri-ciri anak tuna daksa dapat dilukiskan sebagai berikut:

Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh


Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak
terkendali).

Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak


sempurna/lebih kecil dari biasa.

Terdapat cacat pada alat gerak.


Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk,dan menunjukkan
sikap tubuh tidak normal.

Hiperaktif/tidak dapat tenang


4) Tuna Grahita
Tunagrahita (retardasi mental ) adalah anak yang secara nyata
mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental
intelektual jauh dibawah rata-rata sedemikian rupa sehingga
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi
maupun sosial ,dan karenanya memerlukan layanan pendidikan
khusus.
Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum
yang secara signifikan berada di bawah rata-rata normal.
Bersamaan dengan itu pula ,tunagrahita mengalami kekurangan
dalam tingkah laku dan penyesuaian.Semua itu berlangsung atau
terjadi pada masa perkembangannya.
Ciri-ciri fisik dan penampilan anak tunagrahita

Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu


kecil/kecil

Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia

Perkembangan bicara/bahasa terlambat

Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan


(pandangan kosong)
6

Koordinasi gerekan kurang (gerakan sering tidak terkendali)

Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)


Untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang, secara

umum biasanya diukur melalui tes inteligensi yang hasilnya


disebut dengan IQ (Intelligence quotient), yang dapat dibagi
menjadi :

Tunagahita ringan biasanya memiliki IQ 70-55


Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55-40
Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40-25

Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi :

Tunagrahita ringan IQ nya 50-70


Tunagrahita sedang IQ nya 30-50

Tunagrahita berat dan sangat berat IQ nya kurang dari 30


2. Kelainan Mental
1) Mental Tinggi
Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana
selain memilki kemampuan memiliki kemampuan intelektual di
atas rata-rata normal yang signifikan juga memilki kreativitas
dan tanggung jawab terhadap tugas.
2) Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di
bawah rata-rata dapat menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban
belajar (slow learners) yaitu anak yang memiliki IQ antara 7090. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal
dengan anak berkebutuhan khusus.
3) Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar
(achievement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar
spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal

ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang


akademik tertentu.
3. Kelainan Emosi
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya
dapat dilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu,
adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi :
1) Gangguan Perilaku
Mengganggu di kelas
Tidak sabaran terlalu cepat beraksi
Tidak menghargai menentang
Menyalahkan orang lain
Kecemasan terhadap prestasi di sekolah
Dependen pada orang lain
Pemahaman yang lemah
Reaksi yang tidak sesuai
Melamun, tidak ada perhatian dan menarik diri.
4) Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6
bulan,

ketidakmapuan

untuk

beradaptasi,

dan

tingkat

perkembanganya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention tersebut


adalah :
Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering
membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktifitas

yang lain.
Sering kesulitan memperhatikan tugas-tugas atau aktifitas

permainan.
Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara.
Sering tidak mengikuti instruksi untuk menyelesaikan

pekerjaan sekolah.
5) Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity

Disorder)
Perilaku tidak bisa diam
Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama.
Hiperaktivitas
Aktivitas motorik yang tinggi
Canggung
Berbuat tanpa dipikir akibatnya.

B. Assesmen Anak Berkebutuhan Khusus


Assesmen berasal dari bahasa Inggris yaitu

assesment yang

berarti penilaian suatu keadaan. Penilaian ynag dimaksud dalam hal ini
berbeda dengan evaluasi, jika evaluasi dilaksanakan setelah anak itu
belajar dan bertjuan untuk menilai keberhasilan anak dalam mengikuti
pelajaran, maka assesmen tidak demikian. Dalam assesmen, penilaian
dilakukan pada saat anak belum diberikan pelajaran atau setelah dari hasil
deteksi ditemukan ditemukan bahwa ia diperkirakan akan berkebutuhan
khusus. Assesmen bukan pula tes, tetapi tes merupakan bagian dari
assesmen.
Assesmen merupakan usaha untuk menghimpun informasi yang
relevan guna memahami atau menentukan keadaan individu. Dalam
bidang pendidikan, assesmen merupakan berbagai proses yang rumit
untuk lebih melengkapi hasil dari tes yang di berikan kepada siswa.
Assesmen pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus merupakan suatuu
proses sistematik dengan menggunakan instrumen yang relevan untuk
mengetahui perilaku belajar anak untuk tujuan penempatan dan
pembelajaran.
a. Faktor yang Perlu di Perhatikan dalam Assesmen:
1. Keadaan Kehidupan Sekarang
Pada assesmen pendidikan, kesehatan merupakan keadaan
kehidupan yang sekarang ini. Keadaan kesehatan dan nutrisi
sangat penting peranannya terhadap penampilan anak-anak pada
saat melakukan pelbagai tugas.
2. Riwayat Pengembangan
Keadaan kehidupan sekarang dari seseorang di pengaruhi oleh
kejadian-kejadian

dalam

riwayat

pengembangan

hidupnya.

Kejadian buruk terutama dapat berpengaruh pada pengembangan


fisik dan psikologik. Keterbatasan fisik dan sensorik menghambat
kesempatan siswa memperoleh pelbagai keterampilan dan
kemampuan.
3. Faktor-faktor Ekstrapersonal
Assesmen tergantung pula bagaimana tanggapan dari yang
mengadakan assesmen tergadap seseorang.

4. Interprestasi Penampilan ABK


Pendiagnosisan assesmen untuk ABK berdasarkan ciri-ciri
yang diperlihatkan, dengan tidak mudah mengambil keputusan.
5. Prognosis
Semua assesmen dan klasifikasi siswa mengandunng
prognosis (prediksi penampilan dimasa datang) yang eksplisit atau
implisit. Prognosis diberikan kepada siswa pada keadaan
hidupnya dan lingkungan sekarang ini dan dapat pula pada masa
terapinya dan memeberikan lingkuangan yang remedial.
b. Assesmen untuk anak keterbelakangan fisik
1. Assesmen penderita tuna rungu
Tujuan assesmen untuk:
1) Mengumpulkan data secara menyeluruh tentang tuna netra,
agar program latihan yang di rencanakan (prioritas
program) sesuai dengan kebutuan anak.
2) Mengetahui hal-hal yang telah dapat dilakukan siswa,
sehingga dalam memberikan program tidak mulai dasar,
sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.
3) Kapan dan dimana kita akan mulai latihan.
Teknik assesmen:
1) Skala penilaian
2) Wawancara dengan

guru

pendamping

atau

teman,

menghubungi keluarga
3) Observasi langsung tunanetra, observasi langsung tentang
gerak tunanetra, observasi tidak langsung
4) Tes formal dan informal
5) Penilaian klinis
2. Assesmen penderita tuna grahita
Tujuan assesmen untuk:
1) Untuk menyaring kemampuan anak tunagrahita, hal ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan anak dalam setiap
aspek.
2) Untuk

keperluan

pengklasifikasian,

penempatan

dan

penentuan program pendidikan anak tunagrahita. Setelah


dilakukan penyaringan maka dapat diperkirakan apakah anak

10

tersebut termasuk ke dalam kategori tunagrahita ringan,


sedang atau berat. Hal ini penting dalam hal perlakuan sesuai
dengan tingkat ke tunagrahitaan yang di derita..
3) Untuk menentukan arah dan kebutuhan pendidikan anak
tunagrahita.
4) Untuk mengembangkan

program

pendidikan

yang

di

individualisasikan atau biasa juga di sebut IEP (Individualized


Educational Program).
5) Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar dan evaluasi
pengajaran.
Teknik assesmen:
1) Observasi terhadap cara belajar siswa.
2) Tes dan evaluasi hasil belajar, dengan cara memberikan tes
pada setiap bidang pengajaran
3) Wawancara terhadap orang tua, keluarga dan siswa.
C. Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) yang dikutip oleh Purwanto,
bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ada
berbagai pilihan, yaitu :
a. Regular class only (Kelas biasa dengan guru biasa)
b. Regular class with consultation (Kelas biasa dengan
konsultan guru PLB)
c. Itinerant teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung)
d. Resource teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan
guru biasa, namun dalam beberapa kesempatan anak berada
pada ruang sumber dengan guru sumber)
e. Pusat Diagnostik-Prescriptif
f. Hospital or homebound Instruction (Pendidikan di rumah
atau di rumah sakit,yakni kondisi anak yang memungkinkan
belum masuk ke sekolah biasa)
g. Self-contained class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama
guru PLB)
h. Special day school (Sekolah luar biasa tanpa asrama)
i. Residential school (Sekolah luar biasa berasrama)
Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu :

11

a. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi


Bentuk layanan pendidikan segregasi adalah system pendidikan
yang terpisah dari system pendidikan anak formal. Pendidikan anak
berkebutuhan khusus melalui system segregasi maksudnya adalah
penyelenggaraaan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan
terpisah dari penyelenggaraaan pendidikan untuk anak normal. Dengan
kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada
lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus.
Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan dengan sistem
segregasi, yaitu :
1. Sekolah buar biasa (SLB)
2. Sekolah luar berasrama
3. Kelas jauh/kelas kunjung
4. Sekolah dasar luar biasa
b. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi
Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah system
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan
khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di
sekolah umum. Dengan demikian, melalui system integrasi anak
berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal belajar dalam satu
tahap.
System pendidikan integrasi disebut juga system pendidikan
terpadu, yaitu system pendidikan yang membawa anak berkebutuhan
khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan
tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagian, atau keterpaduan dalam
rangka sosialisasi.
Pada system keterpaduan secara penuh dan sebagian jumlah anak
berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10 % dari jumlah siswa
keseluruhan.
Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak berkebutuhan
khusus, di sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus
(GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala
sekolah, atau anak berkebutuhan, atau anak berkebutuhan khusus iyu

12

sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang


bimbingan khusus atau guru kelas pada kelas khusus.
Ada tiga tahap bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986) yang dikutip oleh
Purwanto. Ketiga bentuk tersebut adalah
1. Bentuk kelas biasa
2. Kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus
3. Bentuk kelas khusus

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus bukan hanya anak-anak yang memiliki
kelainan berupa cacat saja, melainkan retardasi mental, gangguan
emosional dan juga anak-anak yang berbakat dengan inteligensi yang
tinggi. Anak-anak berkebutuhan khusus ini memerlukan pendidikan dan
layanan yang khusus, sehingga dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki.
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi
dua kelompok besar yaitu:

1. Anak berkebutuhan khusus bersifat sementra (temporer)


2. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (Permanen)

13

Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anak


berkebutuhan khusus diantaranya:
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
3. Kombinasi faktor internal dan faktor eksternal
Klasifikasi anak berkebutuhan khusus diantaranya:
1. Kelainan fisik
a. Tunanetra
b. Tunarungu
c. Tunadaksa
d. Tunagrahita
2. Kelainan mental
a. Mental tinggi
b. Mental rendah
c. Berkesulitan belajar spesifik
4. Kelainan emosi
a. Gangguan perilaku
b. Gangguan konsentrasi (ADD/Attention

Deficit

Disorder)
c. Anak hiperactive (ADHD/Attention Deficit with
Hiperactivity Disorder)
Assesmen pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus merupakan
suatuu proses sistematik dengan menggunakan instrumen yang relevan
untuk mengetahui perilaku belajar anak untuk tujuan penempatan dan
pembelajaran.
Faktor yang Perlu di Perhatikan dalam Assesmen:
1. Keadaan kehidupan sekarang
2. Riwayat pengembangan
3. Faktor-faktor ekstrapersonal
4. Interprestasi penampilan ABK
5. Prognosis
Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
1. Bentuk layanan pendidikan segregasi
a. Sekolah luar biasa (SLB)
b. Sekolah luar berasrama
c. Kelas jauh/kelas kunjung
d. Sekolah dasar luar biasa
2. Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi
a. Bentuk kelas biasa
b. Kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus
14

c. Bentuk kelas khusus


B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca
bisa mengambil hal-hal penting dari makalah ini sehingga
ilmu-ilmu yang telah diperoleh dari makalah ini dapat
dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan keprofesionalitasan
pembaca kelak saat terjun di dunia pendidikan. Penulis
menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh karena itu
kritik

dan saran yang membangun penulis butuhkan untuk

kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Modul Pembelajaran Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Pelaksana Pendidikan Inklusi. Nanggro Aceh Darussalam: LPMP
Widyaiswara.
Bagaskorowati, Riana. 2010. Anak Berisiko. Bogor: Ghalia Indonesia.
Duke, Chris dan Smith, Maggie. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus:
Panduan Guru dan Orang Tua. Jakarta: Indeks.
Haryanto. 2010.

Modul Pemleblajaran Assesmen Pendidikan Luar Biasa.

Yogyakarta: UNY.
Purwanto, Heri. Modul Pembelajaran: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: UPI.
Smith, J David. 2014. Sekolah Inklusif. Bandung: Nuansa Cendekia.

15

Anda mungkin juga menyukai