Anda di halaman 1dari 4

Pengendalian vektor nyamuk dapat dilakukan dengan cara pengendalian lingkungan,

pengendalian biologis, dan pengendalian kimiawi. Selain itu yang paling sering dikenal
dengan istilah 3M (menguras, menutup, mengubur). Pengendalian hamper sama intervensi
yang dilakukan akan tetapi pengendalian yang berbeda dilakukan berdasarkan karakteristik
tempat perindukan/perkembangbikan, dan waktu Aktivitas (kebiasaan) menggigit nyamuk
tersebut sehingga dapat terhindar penularan penyakit yang di bawah oleh vektor tersebut.
A. Pengendalian nyamuk Aedes sp.
a. Lingkungan

indakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan antaranya dengan 3M. Yaitu :
Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat-tempat yang sering dijadikan
perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. Pada dasarnya PSN ini dapat
dilakukan dengan :

Menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu


sekali. Dikarenakan perkembangan telur nyamuk menetas sekitar 7-10 hari.
- Menutup rapat tempat penampungan air. Supaya agar nyamu tidak menggunakannya
sebagai tempat berkembang biak.
- Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya semunggu
sekali
- Membersihkan perkarangan atau halaman rumah dari barang-barang yang dapat
Penampung air hujan. Karena berpotensi sebagai tempat berkembangnya jentikjentik nyamuk.
- Menutup lubang-lubang pada pohon, terutama pohon bambu ditutup dengan
menggunakan tanah.
- Membersihkan air yang tergenang diatap rumah juga dapat mencegah
berkembangnya nyamuk tersebut
b. Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan
menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Memutus daur hidup nyamuk Aedes
dengan menggunakan ovitrap dan memelihara ikan cupang atau ikan pemakan jentik
c.

Kimiawi
Pengasapan/togging dengan menggunakan malathion dan fenthion

yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aedes


aegypti dengan batas tertentu. Pengasapan dilakukan pada pagi
antara jam 07.00-10.00 dan sore antara jam 15.00-17.00 secara
serempak (Depkes RI,2004).

pemberian bubuk abate komposisi takaran 1 gram serbuk ABATE untuk 10 liter
air pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk
Aedes. Selain itu dapat juga digunakan larvasida.

menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau


minyak lemon eucalyptus,
Tanaman hidup pengusir nyamuk adalah jenis tanaman yang dalam
kondisi hidup mampu menghalau nyamuk. Cara penempatan tanaman
ini bisa diletakkan di sudut-sudut ruangan dalam rumah, sebagai
media untuk mengusir nyamuk. Jumlah tanaman dalam ruangan
tergantung luas ruangan seperti Tanaman Zodia atau Evodia
suaveolens, Serai wangi atau Cymbopogon nardus, Bunga lavender

B. Pengendalian nyamuk Anopheles sp


Nyamuk Anopheles sp. Merupakan vektor penularan penyakit malaria. Adapun
pengendaliannya:
- Pengolahan lingkungan bertujuan untuk mengurangi kepadatan
vektor dengan melakukan modifikasi dan manipulasi lingkungan
antara lain:

Penimbunan TPV: meniadakan meniadakan genangan air yang potensial sebagai


tempat berkembangbiaknya nyamuk Anopheles. Luas TPV terbatas dan mampu
dikelola secara tekhnis maupun ekonomis dan letaknya dalam radius jarak terbang
nyamuk terhadap pemukiman penduduk (2 km). Untuk TPV yang luas
dilaksanakan pada musim kemarau dan TPV yang sempit pada saat terbentuknya
genangan air.
Pengeringan TPV: merupakan kegiatan untuk menghilangkan TPV dengan cara
mengalirkan air hingga kering. Luasnya terbatas dan mampu dikelola secara
teknis maupun ekonomis, letaknya dalam radius jarak terbang nyamuk terhadap
pemukiman penduduk (2 Km).
Pembersihan TPV: kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan lumut dan
tanaman air dari TPV, luasnya terbatas dan bias dikelola. Letaknya dalam radius
jarak terbang nyamuk terhadap pemukiman penduduk (2 Km).
Pengeringan sawah secara berkala: adalah kegiatan mengeringkan sawah secara
berkala dan serempak di hamparan sawah sebagai TPV. Lokasi TPV pada
hamparan sawah dalam radius jarak terbang nyamuk (2 km). Dilakukan pada
waktu padi berumur 2 minggu sampai dengan menjelang panen.
Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati
(pengendalian dengan ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa
di mana terdapat di mana terdapat banyak tempat perindukan vektor
Anopheles yang potensial dengan ketersedian air sepanjang tahun,
seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-rawa
daerah pantai dan air payau, dll.
Pengendalian kimiawi dengan Menggunakan pemakaian kelambu
insektisida, penggunaan kasa anti nyamuk, dan pemakaian obat nyamuk oles,
bakar, atau semprot saat tidur di malam hari, karena prilaku Nyamuk

Anopheles sp.
10.00

menggigit manusia di malam hari di atas pukul

C. Pengendalian nyamuk Culex sp.


Nyamuk Culex sp. Merupakan vector penularan penyakit filariasis, west nile virus (virus nil
barat). Adapun pengendalian nyamuk Culex sp.:
Pengendalian

lingkungan dilakukan dengan membersihkan lingkungan

yang berpotensial di jadikan tempat perkembangabiakan/perindukan


nyamuk Culex. Dimana sasarannya yakni Culex menyukai air yang kotor
seperi genangan air, limbah pembuangan mandi, got (selokan) dan sungai
yang penuh sampah. pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang merupakan

tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air


sebagai tempat perindukan nyamuk dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah.
Culex, nyamuk yang memiliki ciri fisik coklat keabu-abuan ini mampu
berkembang biak disegala musim.

Nyamuk Culex menyukai tempat perindukan di tempat hewan ternak terutama babi,
sapi, kerbau dan unggas sehingga selalu membersihkan tempat-tempa/kandang ternak
atau menjauhkan hewan ternak dari pemukiman mengurangi jumlah gigitan nyamuk
pada manusia
Menggunakan pemakaian kelambu, penggunaan kasa anti nyamuk, dan
pemakaian obat nyamuk oles, bakar, atau semprot saat tidur di malam hari,
karena Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama
pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa
jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan
puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.
Pengendalian biologis dapat dilakukan dengan Intervensi yang di dasarkan

pada pengenalan organisme pemangsa, parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah


Culex sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan
nila di bak dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan

bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan merupakan dua
organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan dari tindakan pengendalian
secara biologis mencakup tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan. s

Anda mungkin juga menyukai