Anda di halaman 1dari 12

Tanam merupakan kegiatan menempatkan bahan tanam baik berupa benih maupun

bibit pada media tanam berupa tanah ataupun bukan tanah dalam suatu pola tanam.
Sedangkan pola tanam memiliki arti penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur
susunan letak dan tata urutan tanaman selama periode tertentu.
Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, hal ini dapat
dibuktikan dengan terdapatnya lahan-lahan pertanian yang terletak di berbagai tempat, oleh
sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Dalam hal ini tentu tujuan
utama mereka melakukan tanam adalah untuk memperoleh hasil yang maksimal supaya dapat
memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan menggunakan hasil mereka dari bekerja.
Untuk menghasilkhan hasil yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan
adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus mengkondisikan tempat/lokasi dimana
tanaman itu akan tumbuh nantinya.
Dalam usaha pertanian yang efektif, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam
dan pola tanam yang berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas mapun
kuantitas.
Terdapat banyak jenis pola tanam dalam dunia pertanian, ada yang menguntungkan
namun ada juga yang manfaatnya kurang dirasakan bagi pengguna. Oleh karena itu perlu
diketahui berbagai macam pola tanam yang diterapkan pada tanaman budidaya. Sehingga kita
dapat memaksimalkan penggunaannya pada lahan berdasarkan kesesuaiannya dengan kondisi
lingkungan.
Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistim monokultur, sedan`g
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis
tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena
memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan
menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Selain itu ada juga faktor

yang harus diperhatikan lagi, yakni sifat fisika maupun kimia dari tanah tersebut. Dengan
memperhatikan faktor-faktor yang ada maka pelaksanaan pola tanam tentu akan mempunyai
hasil yang baik dan nantinya akan berdampak pada hasil ahir dari tanaman tersebut.
Selain melakukan tanam dan pola tanam yang baik, pemberian mulsa juga perlu
dilakukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal yang
nantinya mampu meningatkan kualitas dan kuantitas pada lahan dan tanaman yang
dibudidayakan. Mulsa adalah proses atau praktek untuk membuat lebih pada kondisi yang
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, perkembangannya. Tujuan dari pemberian
mulsa ini adalah melindungi agregat tanah dari percikan air hujan, menekan pertumbuhan
gulma pada sekitar tanaman budidaya, dan masih banyak lagi tujun dari mulsa ini.
Jadi, dalam membudidayakan tanaman budidaya perlu diperhatikan tanam, pola
tanam dan pemerian mulsa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari tanaman budidaya
nya.

Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu,
tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni
menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam
tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara
bergilir beberapa jenis tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama (Mahmudin, 2008).
Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahaman kaedah teoritis dan keterampilan yang
baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan
lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian
terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah
pendekatan yang bijak (Andoko, 2008).

Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur.
Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang
sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan
waktu yang sama. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan
perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya
tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman
kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan
penyakit tanaman). (Wirosoedarmo, 1985)
Warsana (2009) menyatakan, sistem tanam tumpangsari adalah salah satu usaha
sistem tanam dimana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara
bersamaan dalam waktu relatif sama atau berbeda dengan penanaman berselangseling dan
jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama. Pola sistem tumpangsari mengakibatkan
terjadi kompetisi secara intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi dapat berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Tetapi bagaimana sistem tumpangsari dapat

meminimalkan kompetisi diantara tanaman atau dapat saling mendukung untuk pertumbuhan
dan produksi dan meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan (Sullivan, 2003 cit
Suwarto, Yahya, Handoko, dan Chozhin. 2005).
Ada pula pola tanam rotasi tanaman, metode ini merupakan penanaman beberapa jenis
tanaman pada lahan yang sama tetapi pada waktu yang berbeda atau secara bergilir.
Keuntungan pola tanam ini adalah untuk meningkatkan keanekaragaman bahan pangan dan
sumber gizi, serta memutus daur hidup hama dan penyakit tanaman. Lakitan (1995)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola tanam, yaitu
1) Iklim, dimana pada keadaan musim hujan dan kemarau akan berpengaruh pada
persediaan air untuk tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan air
untuk tanaman berada dalam jumlah yang besar, sebaliknya pada musim kemarau
persediaan air akan menurun.
2) Topografi, merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut yang
berpengaruh

terhadap

suhu

dan

kelembaban

udara

dimana

keduanya

mempengaruhi pertumbuhan tanaman.


3) Debit air yang tersedia, dimana debit air pada musim hujan akan lebih besar
dibandingkan pada musim kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah
debit saat itu mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.
4) Jenis tanah, jenis tanah yaitu tentang keadaan fisik, bioligis dan kimia tanaman.
5) Sosial ekonomi, dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit
untuk dirubah sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu
jenis tanaman (Sentjanata 1983)
Penanaman tumpangsari kali ini dilakukan dengan penanaman jagung dan kangkung.
Menilik latar belakang dua tanaman ini Jagung sebagai sumber utama karbohidrat dan protein
setelah beras, disamping itu jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan,
industri pakan, dan bahan bakar (Siregar, 2009). Produktivitas tanaman jagung di indonesia
tiap tahun cenderung meningkat, hal itu disebabkan adanya varietas varietas unggul baru

(Rukmana,

1997).

Kangkung

adalah

tanaman

semusim

yang

berumur

pendek,

penggunaannya biasa digunakan sebgai panganan dengan sumber vitamin A, B, C dan Zat
besi yang berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan (Emilia dan Ainun 1999)
Tanaman jagung umumnya ditanam monokultur, namun dalam upaya intensifikasi
lahan dapat ditumpangsarikan dengan kedelai. Intensifikasi adalah usaha untuk
mengoptimalkan lahan pertanian yang ada (Ahira, 2011).
Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama
karena koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi
ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian bagian tertentu (Setyati, 1983).
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, co2 anding dan unsur hara yang diperoleh
tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang pada akhirnya memberikan
pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi (Barri, 2003)

Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam
baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Penanaman
merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan
berkembang dengan baik. Untuk memperoleh pertanaman yang baik sebelumnya harus

dilakukan pengolahan tanah yang sempurna, penentuan jarak tanam yang tepat , penentuan
jumlah benih perlobang tanam dan benih yang akan di tanam adalah benih yang bermutu
tinggi.
Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu,
tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni
menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam
tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara
bergilir beberapa jenis tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama (Mahmudin, 2008).

Sedangkan pengertian pola tanam menurut Anwar (2012). adalah usaha penanaman
pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode
waktu tertentu termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu.
Pola tanam ada tiga macam, yaitu : monokultur, rotasi tanaman dan polikultur
Menurut Lakitan (1995) pola tanam dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pola tanam monokultur
Pola tanam monokultur adalah pola tanam dengan menanam satu jenis tanaman. Pola
tanam monokultur pada umumnya dilakukan dengan tujuan komersil, yakni hanya
menanam jenis tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan
jenis tanaman yang sistim tataniaganya telah diketahui oleh petani. Dengan menggunakan
pola tanam monokultur petani lebih mudah mendapatkan keuntungan, sederhana karena
mudah mengelolanya, dan peluang memberikan keuntungan yang maksimal jika jenis
tanaman yang dipilih mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan waktu panennya tepat.

b. Pola tanam majemuk


Pola tanam majemuk adalah pola tanam dengan menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan produksi yang sama. Pola tanam majemuk terdiri dari :
1) Rotasi tanaman

Rotasi tanaman adalah penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan yang sama tetapi
pada waktu yang berbeda atau secara bergilir. Keuntungan pola tanam ini adalah untuk
meningkatkan keanekaragaman bahan pangan dan sumber gizi, serta memutus daur hidup
hama dan penyakit tanaman.
2) Tumpang sari
Tumpang sari adalah penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan yang sama, pada
waktu yang sama dan pengaturan jarak tanam yang jelas. Pada pola tanam tumpang sari
ditanam dua atau lebih jenis tanaman pada waktu yang bersamaan dengan jarak tanam
yang teratur pada lahan yang sama.
3) Campuran
Pola tanam campuran merupakan penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan yang
sama dan pada waktu yang sama tanpa jarak tanam yang jelas atau ditanam secara tidak
beraturan.
4) Relay cropping (Tumpang gilir)
Tumpang gilir merupakan transisi antara rotasi tanaman dengan tumpang sari. Pada pola
tanam ini, berbagai jenis tanaman ditanam pada lahan yang sama tetapi tidak ditanam
pada waktu yang bersamaan sebagaimana dalam rotasi tanaman. Tanaman kedua ditanam
sebelum tanaman pertama dipanen. Dengan demikian pola tanam ini menekankan
efisiensi penggunaan waktu, sehingga dalam setahun beberapa jenis tanaman dapat
dibudidayakan.

Keuntungan Multiple Cropping


1. Ada kemungkinan untuk memperoleh penggunaan ruang vertikal lebih baik dan
waktu ", meniru pola ekologi alam dalam hal struktur sistem, dan memungkinkan
pengambilan efisien energi surya dan nutrisi.

2. jumlah biomassa (bahan organik) yang lebih besar yang bisa diperoleh kembali ke
sistem, kadang-kadang bahkan kualitasnya lebih baik.
3. Efek dari angin bisa diminimalisir
4. Multiple cropping system hanya sedikit terpengaruh pada variabilitas dalam kondisi
5.
6.
7.
8.

iklim, terutama ekstrem curah hujan, temperatur, atau angin.


Pengurangan penguapan air dari permukaan tanah.
Peningkatan aktivitas mikroba dalam tanah.
Menghindari atau mengurangi erosi permukaan.
Mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk pengendalian hayati serangga dan
penyakit.

Kerugian
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Persaingan antara tanaman untuk mendapatkan cahaya.


Persaingan antara tanaman untuk penyerapan nutrisi tanah.
Persaingan antara tanaman dalam penyerapan air.
Pemanenan satu jenis tanaman dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman yang lain
Kemungkinan adanya pengaruh penyebaran alelopati antara tanaman
Peningkatan evapotranspirasi air dari tanah, disebabkan oleh volume akar yang lebih
besar dan permukaan daun yang lebih lebar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola tanam, yaitu
6) Iklim, dimana pada keadaan musim hujan dan kemarau akan berpengaruh pada
persediaan air untuk tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan air
untuk tanaman berada dalam jumlah yang besar, sebaliknya pada musim kemarau
persediaan air akan menurun.
7) Topografi, merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut yang
berpengaruh

terhadap

suhu

dan

kelembaban

udara

dimana

keduanya

mempengaruhi pertumbuhan tanaman.


8) Debit air yang tersedia, dimana debit air pada musim hujan akan lebih besar
dibandingkan pada musim kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah
debit saat itu mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.
9) Jenis tanah, jenis tanah yaitu tentang keadaan fisik, bioligis dan kimia tanaman.

10) Sosial ekonomi, dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit
untuk dirubah sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu
jenis tanaman (Sentjanata 1983)

Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam atau usaha tani yaitu
1) Ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang tergantung
pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan
2) Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik, kimia serta bentuk permukaan tanah.
3) Tinggi tempat dari permukaan laut, terutama sehubungan dengan suhu udara, tanah
dan ketersediaan air
4) Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan potensial.
5) Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis dan varietas
menurut agroekosistem dan toleransi terhadap jasad pengganggu.
6) Aksesibilitas dan kelancaran pemasaran hasil produksi dengan dukungan infrastruktur
dan potensial yang memadai (Beets 1982)
Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena
koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik
pada seluruh tanaman maupun pada bagian bagian tertentu (Setyati, 1983). Sistem jarak
tanam mempengaruhi cahaya, co2 anding dan unsur hara yang diperoleh tanaman sehingga
akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang pada akhirnya memberikan pengaruh yang
berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi (Barri, 2003)
Waktu tanam haruslah mempertimbangkan persyaratan tumbuh tanaman, sejatinya
tanaman itu mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi saat sedang tumbuh dan
berkembang, mulai dari intensitas cahaya, curah hujan, kesediaan hara dan mineral, dsb.
Kebutuhan tersebut mutlak dipenuhi supaya tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara
maksimal. Selain syarat tumbuh tanaman, serangan OPT juga harus diperhatikan. Populasi
hama yang masih dalam batas wajar dan tidak membahayakan produksi tanaman kita masih

dapat diterima kehadirannya, bila populasinya sudah berlebihan, maka akan berdampak pada
hasil produksi tanaman yang dapat berkuran drastis, hal tersebut dapat menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar. Begitu pula dengan gulma, adanya gulma menjadikan perakaran
tanaman dan perakaran gulma berkompetisi dalam penyerapa unsur hara dalam tanah.
Segi ekonomi harus diperhatikan dalam hal analisis untung dan ruginya, apakah
produksi yang dihasilkan dapat menghasilkan profit atau tidak, mulai dari perhitungan
produksi sampai perhitungan hasil jual produksi tersebut. Selain segi ekonomi, pasar juga
perlu diamati, penentuan pasar mana yang akan dimasukki oleh komoditas yang diproduksi,
penentuan pasar juga berdampak pada analisis untung dan rugi, jika pasarnya bagus maka
akan profit dan begitu pula sebaliknya. Respon pasar terhadap komoditas yang kita jual juga
harus diperhatikan, jika pasar memberikan dampak positif maka penjualan komoditas di pasar
tersebut dapat dilanjutkan, tetapi jika responnya negatif maka harus disudahi
Kekurangan dan kelebihan pola tanam monokultur menurut (Setjanata,1983)
yaitu.
Kelebihan pola tanam ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena
tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis dan pola tanam ini
adalah pola tanam monokultur memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih besar
daripada pola tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya persaingan antar
tanaman dalam memperebutkan unsur hara maupun sinar matahari, akan tetapi pola
tanam lainnya lebih efisien dalam penggunaan lahan karena nilai LER lebih dari satu.
Namun, di sisi lain, Kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang
hama maupun penyakit karena keseragaman tanaman yang dibudidayakan
Sedangkan kekurangan dan kelebihan pola tanam tumpangsari menurut
(Semeru,1995)

yaitu salah satunya yaitu dapat mengurangi serangan OPT

(pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan
OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada

tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin. Sedangkan kekurangannya yaitu


terjadi persaingan unsur hara antar tanaman.

Andoko, A. 2008. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.


Anwar. 2012. Pola Tanam Tumpangsari. Agroekoteknologi. Litbang Deptan.
Barri, N. L. 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang Pendapatan
Petani Berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor. Desember 2003
Beets, W.C. 1982. Multiple Cropping and tropical farming system. Westview press inc USA
Gardner P, et al. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia
Gliessman R Multiple Cropping Systems: A Basis for Developing an Alternative Agriculture
Environmental Studies University of California
Jumin HB 2002. Dasar2 agronomi jakarta rajawali
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Unger, P.W., and T.M. McCalla. 1980. Conservation tillage systems. gon Agric. Exp. Stn.
Spec. Bull. 675. Oregon State Univ., Pendle- Adv. Agron.
Setjanata, S. 1983. Perkembangan Penerapan Pola !anam dan Pola Usahatani dalam Usaha
Intensifikasi Proyek Bimas. Lokakarya Teknologi dan Dampak Penelitian Pola. Jakarta.
Setyati s 1983 pengantar agronomi gramedia jakarta
Siregar, G.S. 2009. Analisis Respon Penawaran Komoditas Jagung dalam Rangka Mencapai
Swasembada Jagung di Indonesia. Skripsi S-1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor. 130 Hal.
Suwarto, S. Yahya, Handoko, M. A. Chozhin. 2005. Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubi
Kayu dalam System Tumpang Sari. USU. Medan

Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. Sinar Tani.
Jakarta.
wirosoedarmo. 1985. Dasar-dasar Irigasi Pertanian. universitas brawijaya: malang.

Anda mungkin juga menyukai