Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

MANFAAT DAN DAMPAK BURUK DARI PENGAPURAN PADA TANAH


MASAM

Nama
NIM
Kelas

Oleh
: Naufal Fathur Rahman
: A1D115023
:E

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

I.PENDAHULUAN
Permasalahan utama yang dihadapi pada ultisol jika dijadikan lahan pertanian
adalah keracunan alumunium (Al). Kandungan kejenuhan Al yang tinggi dilaporkan
sebagai penyebab utama pertumbuhan buruk dan produksi rendah. Kejenuhan Al
yang tinggi pada tanah masam menyebabkan pertumbuhan akan terhambat sehingga
menguragin serapan hara dan air. Disamping itu, masalah kekurangan air dan muskin
hara juga sebagai penyebab produksi rendah atau gagal berproduksi pada tanah ultisol
(Hakim, dkk., 1986).
Untuk mengatasi kendala kejenuhan Al dan kemasaman yang tinggi dapat
dilakukan pengapuran. Pengapuran pada tanah-tanah masam dapat memperbaiki
kesuburan tanah, dengan adanya pengapuran pada tanah masam akan menurunkan
dengan nyata konsentrasi Al dalam keadaan sangat masam yang bersifat racun bagi
tanaman (Sarief, 1993).
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang tersebar luas mencapai
45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia. Ultisol berkembang
mulai dar I bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa. Dalam luasan yang
sangat tinggi, ultisol di Indonesia belum terkelola dengan baik. Penampang tanah
yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi
menjadikan tanah ini mempunyai peranan penting dalam pengembangan pertanian di
Indonesia (Hakim, dkk., 1986).

II.

PEMBAHASAN

Kemasaman tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: bahan induk
tanah yang bereaksi masam, tingkat pelapukan, curah hujan, dan intensitas pengunaan
lahan. Makin tinggi tingkat pelapukan, makin tinggi curah hujan dan makin intensif
penggunaan lahan pertanian, maka makin besar kemungkinan berkembangnya tanahtanah masam. Curah hujan yang melebihi evapotranspirasi mempunyai kemampuan
bagi terjadinya perkolasi air ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga
terjadi pencucian kation-kation basa (alkali dan lakali tanah seperti kalium, natrium,
kalsium, dan magnesium). Tercucinya kation-kation basa dari kompleks jerapan

menyebabkan kation-kation

+
H

dan

3+
Al

menjadi dominan, sehingga tanah

menjadi masam. Dahulu orang beranggapan bahwa keamsaman tanah semata-mata

disebabkan oleh ion

+
H

kemudian terbukti selain ion

tanah disebabkan oleh oleh aktivitas ion

+
H

3+
Al . Reaksi hidrolisis Al3+

menghasilkanion H+ adalah sebagai berikut:


3+

Al

+ H2O

tersebut, kemasaman

2+

Al ( OH ) +

+
H

2+

Al ( OH )

+ H2O < ------ >

2+

Al ( OH )

2+

Al ( OH )

+ H2O < ------ >

Al ( OH )3

+ H+

+
H

(Tisdale & Nelson, 1975).


Guna memperbaiki kondisi keadaan terseubt, upaya yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki kualitas tanah adalah dengan pengapuran. Menurut Hardjowigeno
(2002) kapur mengandung unsur Ca, tetapi pemberian kapur dalam tanah umumnya
bukan karena tanah kekurangan unsur Ca, melainkan tanah terlalu asam. Dengan
naiknya nilai pH tanah, maka unsur-unsur hara seperti P akan mudah diserap dan
tidak diikat oleh Fe maupun Al.
Pengapuran tanah masam mempengaruhi pH tanah, keadaan hara dan
mempengaruhi toksis yang terdapat pada keadaan tanah yang asam. Meningkatkan
pH tanah dari yang sangat rendah yang disebabkan oleh pengaruh positif terhadap
dekomposisi bahan organic karena terjadinya perubahan komposisi mikroorganisme
yang berperan dalam proses dekomposisi (Juntono, 1983). Menurut Winarso (2005)
mengatakan bahwa proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme tanah
umumnya dapat berjalan lancer apabila pH mendekati netral-alkalis (6,0-8,0). Apabila
pH dalam keadaan terlalu asam maka proses penguraian bahan organik akan menjadi
tidak sempurna.
Selain membantu proses dekomposisi bahan-bahan organik, manfaat
pengapuran pada tanah masam juga dapat menambah unsur Ca, Mg dan ketersediaan

P maupun Mo, mengurangi keracunan Fe, Mn dan Al, memperbaiki kehidupan


mikroorganisme tanah dan mengaktifkan pembentukan bintil-bintil akar (Yuniarsih
dan Rukmana, 1996). Meskpipun memiliki peranan yang sangat penting dalam
memperbaiki sifat fisik tanah, namun pengapuran dapat menumbulkan dampak
negatif jika dilaksanakan tanpa pengontrolan (berlebihan atau kurang) atau dilakukan
secara mendadak setelah penanaman. Dampak negative yang mungkin timbul antara
lain sebagai berikut :
1. Terjadinya klorosis pada tanaman ; daun, pucuk, atau bagian tanaman yang
mengandung klorofil menguning karena merosotnya penyerapan unsur Fe dalam
tanah.
2. Terjadi peningkatan kadar unsur seng, tembaga dan mangan yang dapat meracuni
tanaman.
3. Terjadi pnurunan fosfat dan molybdenum karena adanya pembentukan senyawa
kompleks yang tidak larut.
4. Terganggunya penyerapan unsur fosfor dan boron
Karena adanya kemungkinan timbulnya dampak negarif maka pengapuran
harus dilakukan secara terkontrol, maksimal setahun dua kali atau minimal 2-3 tahun
sekali dan dosis kapur yang diberikan harus disesuaikan dengan pH tanah mula-mula.

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, dkk., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung :


Bandar Lampung.
Hardjowigeno, S. 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta.
Juntono. 1983. Dampak Pengapuran terhadap Beberapa Sifat Fisiologi Tanah.
Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Sarief, S. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Pusaka Buana : Bandung.
Yuniarsih dan Rukmana. 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius :
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai