Universitas Diponegoro
Semarang
Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada
baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang
benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Keimanan dan Ketaqwaan ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media
massa yang berhubungan dengan agama islam, tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen matakuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung
sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai keimanan dan
ketaqwaan, khususnya bagi penulis. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau
dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia
harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami
hambatan atau masalah dengan manusia yang lain. Proses pembentukan akhlak sangat
berperan dalam masalah keimanan dan ketaqwaan seseorang. Keimanan dan ketaqwaan
manusia berbanding lurus dengan akhlak seseorang, oleh karena itu keimanan dan
ketaqwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan
ketaqwaan sebenarnya potensi yang ada pada diri manusia sejak ia lahir dan melekat
pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang
telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin
munculatau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa oleh
masyarakat bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti dari keimanan dan
ketaqwaan itu sendiri, hal itu dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal
itu dan mengartikan keimanan dan ketaqwaan itu hanya sebagai arti bahasa dan tidak
mempraktekkan dalam kehidupan nyata.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dan disusun oleh penulis dalam makalah ini hanya
merumuskan mengenai masalah Keimanan dan Ketaqwaan. Hal ini mencakup mengenai
pengertian iman dan taqwa, ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa, tanda-tanda orang
beriman dan bertaqwa, serta manfaat beriman dan bertaqwa.
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas dari dosen.
2. Mengetahui sampai mana pengetahuan penulis tentang keimanan dan ketaqwaan.
3. Menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Perkataan iman berasal dari bahasa arab, asal kata dari Amanu yang artinya yakin
atau percaya. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman, keyakinan atau
kepercayaan. Menurut istilah iman berarti meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan
dan diamalkan dengan perbuatan.
Orang yang percaya kepada Allah SWT dan lainnya yang tersebut didalam rukun
iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan
(taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih bisa di sebut orang yang beriman. Hal
ini di sebabkan karena keyakinan setiap manusia yang mengetahui urusan hatinya hanya
Allah SWT. Yang penting bagi mereka, mereka sudah mengucapakan dua kalimat
syahadat dan telah menjadi islam.
Didalam surat Al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah SWT beserta ajaran-Nya. Oleh karena itu,
orang yang beriman kepada Allah SWT berarti orang yang amat sangat rindu terhadap
ajaran Allah SWT, yaitu yang terdapat dalam Al-Quran dan sunnah Rasul.
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut Ibnu Majah Atthabrani, iman
merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan dilanjutkan dengan amal
perbuatan (Al-iimaanu aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani waamalun bil arkaan).
Dengan demikian, iman merupakan kesatuan antara hati, ucapan dan tingkah lakuatau
perbuatan seseorang.
Iman dapat dibedakan menjadi 2, yaitu iman Haq dan iman Bathil. Iman haq
merupakan iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya.
Sedangkan iman bathil adalah iman yang berpandangan dan bersikap selain ajaran Allah.
B. Pengertian Taqwa
Taqwa secara umum memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan Allah. Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman, yaitu orang yang
berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah rasul, yakni orang
yang melaksanakan sholat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya
untuk kepentingan ajaran Allah.
Ketaqwaan adalah kekuatan dari dalam yang cemerlang dan unik. Pertumbuhannya
dapat mengukir sejarah baru di dunia. Bersihkanlah iman kita dari syirik dengan
menjauhi mantra-mantra, ajaran sesat, takhayul dan perdukunan yang sesat. Pastikan kita
melakukan ibadah-ibadah wajib setiap hari dan menjauhi maksiat dalam bentuk apapun.
Bertemanlah dengan orang-orang yang sholeh agar kita tidak menyimpang. Allah
berfirman dalam QS. At-Taghabun (64): 16
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta
taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.
C. Tanda-tanda Orang Beriman
Dalam Al-Quran, orang-orang yang beriman dapat dinyatakan sebagai berikut:
a.
Jika disebut nama Allah SWT, maka hatinya bergetar dan apabila dibacakan AlQuran maka hatinya bergejolak untuk melaksanakannya.
b.
Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah SWT
dan diiringi dengan doa.
c.
d. Menafkahkan rizeki yang diterima (Al-Anfal : 3 dan Al-Muminun : 4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi.
e.
f.
g.
b.
c.
f.
Menepati janji
g.
Berlaku lurus kepada musuh ketika mereka pun melakukan hal yang sama
h.
i.
j.
pada hari kiamat, dan dijadikan bahan untuk mengadili mereka sendiri. Maka atas
dasar perhitungan dan keyakinan itu mereka tidak mau mengerjakan apa saja yang
tidak berguna bagi dirinya sendiri, bahkan hanya menimbulkan kerugian dan
penyesalan. Kekhusyukan dalam salat dapat berpengaruh kepadanya di luar salat
ialah dengan berakhlak yang mulia dalam pergaulan sehari-hari meniru akhlak para
Nabi dan para siddiqin.
3. Orang-orang yang Menunaikan Zakat
Yaitu suka mengeluarkan zakat dan memberi derma yang dianjurkan, yang oleh
mereka dipandang sebagai usaha untuk membersihkan harta dan dirinya dari sifat
kikir, tamak serakah, hanya mengutamakan diri sendiri (egois), dan juga untuk
meringankan penderitaan.
4. Orang-orang yang Menjaga Kemaluannya
Yaitu suka menjaga kemaluannya dari setiap perbuatan keji seperti berzina,
mengerjakan perbuatan kaum Lut (homosexuil), onani dan sebagainya. Bersenggama
itu yang diperbolehkan oleh agama hanya dengan istri yang telah dinikahi dengan
sah atau dengan jariahnya yang diperoleh dari jihad fisabilillah, karena dalam hal ini
mereka tidak tercela. Akan tetapi barang siapa yang berbuat, di luar yang tersebut itu,
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dalam ayat ini dan yang
sebelumnya Allah SWT menjelaskan bahwa kebahagiaan seorang hamba Allah itu
tergantung kepada pemeliharaan kemaluannya dari berbagai penyalahgunaan supaya
tidak termasuk orang yang tercela dan melampaui batas. Maka menahan ajakan hawa
nafsu, jauh lebih ringan daripada menderita akibat-akibat buruk dari perbuatan zina
itu.
5. Orang-orang yang Memegang Amanat dan Janjinya
Yaitu orang yang suka memelihara amanat-amanat yang dipikulnya, baik dari
Allah SWT ataupun dari sesama manusia, yaitu bilamana kepada mereka dititipkan
barang atau uang sebagai amanat yang harus disampaikan kepada orang lain, maka
mereka benar-benar menyampaikan amanat itu sebagaimana mestinya, dan tidak
berbuat khianat. Demikian pula bila mereka mengadakan perjanjian, memenuhinya
dengan sempurna. Mereka menjauhkan diri dari sifat kemunafikan seperti tersebut
dalam sebuah hadis yang masyhur. yang menyatakan, tanda orang munafik itu ada
tiga, yaitu berbicara suka berdusta, jika menjanjikan sesuatu suka menyalahi dan jika
diberi amanat suka berkhianat.
6. Orang-orang yang Memelihara Sembahyang
Yaitu orang mukmin yang berbahagia itu selalu memelihara dan memperhatikan
salatnya yang lima waktu secara sempurna dalam waktunya yang telah ditentukan
dengan memenuhi persyaratan dan sebab-sebabnya. Ayat ini tidak sama dengan ayat
kedua di atas, sebab di sana disebutkan bahwa mereka khusyuk dalam salatnya,
sedangkan di sini disebutkan bahwa mereka selalu memelihara salat dengan tertib
dan +teratur. Kelompok ayat-ayat ini dimulai dengan menyebutkan salat dan
disudahi pula dengan menyebut salat, hal ini memberi pengertian betapa pentingnya
salat yang telah di jadikan tiang agama. Barangsiapa yang mendirikan salat sungguh
ja telah mendirikan agama dan barangsiapa yang meninggalkan salat, sungguh ia
telah merobohkan agama.
F. Ciri-ciri Orang Bertaqwa
1. Bersegera memohon ampunan Allah bila berbuat dosa dan mudah meminta maaf
kepada sesama manusia (Tidak gengsi)
2. Mau berinfaq/sedekah dalam keadaan lapang maupun sempit (Tidak pelit)
3. Bisa menahan amarah (Tidak ngambekan/emosian)
4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain (Tidak pendendam)
5. Senantiasa melakukan kebaikan atau berbuat baik (Tidak jahat)
Kelima ciri di atas diambil dari surat Al-Quran - Ali Imran (3) : 133 135
sebagai berikut:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman adalah percaya sepenuh hati, diucapkan dengan lisan dan ditunjukkan dengan
perbuatan. Iman kepada Allah artinya meyakini dan membenarkan adanya Allah yang
menciptakan dan memelihara alam semesta dengan segala isinya.
Taqwa yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat
diarikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama
islam secara utuh dan konsisten.
Kita sebagai umat islam harus meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah SWT agar mendapat ketentraman lahir dan bathin.
B. Saran
Iman adalah kewajiban yang paling pokok dan paling mulia. seluruh kebaikan dan
kejelekan yang dirasakan oleh seseorang tergantung dari benar dan tidaknya keimanan
orang itu. Oleh sebab itu, sudah selayaknya bagi setiap manusia yang beriman berusaha
untuk meningkatkan keimanannya, dan menjaganya agar tidak turun atau berkurang.
Dengan cara sebagai berikut: