Anda di halaman 1dari 5

Bab 2

Standar Auditing yang Berlaku Umum


Standar auditing mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti
kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan dan bukti. Pedoman yang
paling luas adalah sepuluh standar auditing yang berlaku umum (GAAS) yang
dikembangkan AICPA. Sepuluh standar yang berlaku umum tersebut dibagi menjadi
tiga kategori:
1. Standar umum menekankan pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki
auditor.
Pelatihan dan kecakapan teknis yang memadai, standar umum yang pertama
biasanya diinterpretasikan sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan
formal di bidang auditing dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai bagi
pekerjaan yang sedang dilakukan, serta mengikuti pendidikan profesional yang
berkelanjutan.
Independensi sikap mental, kantor akuntan publik diharuskan mengikuti praktikprakatik tertentu untuk meningkatkan kemungkinan indepensi semua personil.
Kecermatan profesional, auditor adalah profesional yang bertanggung jawab
melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama.
2. Standar pekerjaan lapangan menyangkut pengumpulan bukti dan aktivitas lain
selama pelaksaan audit yang sebenarnya.
Perencanaan dan pengawasan yang memadai, audit direncanakan secara layak
untuk memastikan audit itu memadai dan para asisten diawasi sebagaimana
mestinya.
Memahami entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal, pemahaman
ini dapat membantu auditor mengidentifikasi risko bisnis yang signifikan yang
dihadapi klien serta risiko adanya salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Bukti yang mencukupi dan tepat, keputusan tentang berapa banyak dan jenis bukti
apa saja yang harus dikumpulkan dalam keadaan tertentu membutuhkan
pertimbangan profesional.

3. Standar pelaporan mengharuskan auditor menyiapkan laporan mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk pengungkapan informatif.
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) dan mengidentifikasi keadaan
dimana GAAP tidak diterapkan konsisten dalam tahun berjalan jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Statement on Auditing Standards
Standar auditing yang berlaku umum dan SAS dianggap sebagai literatur otoratif,
dan setiap anggota yang melakukan audit laporan keuangan historis diharuskan
mengikuti standar ini menurut Code of Professional Conduct AICPA.
Klasifikasi statement on Auditing Standart Semua SAS diberi dua nomor klasifikasi
satu nomor SAS dan satu nomor AU yang menunjukkan lokasi dalam praktik. Nomor
SAS menunjukkan urutan pernyataan itu dikeluarkan jika dihubungkan dengan SAS
yang lain; sementara nomor AU menunjukkan lokasinya dalam kodifikasi seluruh
SAS, yang dikeluarkan AICPA.
GAAS dan Standar Kinerja Walapun GAAS dan SAS merupakan pedoman auditing
yang anggota, keduanya memberikan lebih sedikit arahan kepada auditor ketimbang
yang dapat diasumsikan. Hampir tidak ada prosedur audit spesifik yang disyaratkan
oleh standar-standar itu, dan tidak ada persyaratan khusus bagi keputusan auditor,
seperti menentukan ukuran sampel, memilih item sampel dari populasi untuk diuji,
atau mengevaluasi hasil.
GAAS dan SAS dipandang oleh praktisi sebagai standar minimum kinerja, dan
bukan sebagai standar maksimum atau yang ideal. Jika auditor percaya bahwa
persyaratan standar tidak praktis atau tidak mungkin dilakukan, auditor dibenarkan
untuk mengikuti standar alternatif. Demikian pula, jika masalahnya tidak bernilai
material, juga tidak perlu mengikuti standar. Namun, beban untuk menunjukkan
alasan yang membenarkan penyimpangan dari standar itu berada di pundak auditor.
Apabila menginginkan pedoman yang lebih spesifik, auditor harus melihat sumbersumber yang kurang otoritatif, termasuk buku teks, jurnal, dan publikasi teknis.

BAB 7
PERSUASIVITAS BUKTI
Dua penentu persuasiv bukti adalah ketepatan dan mencukupi, yang langsung
diambil

dari

standar

pekerjaan

lapangan

poin

ketiga.

Ketepatan

bukti

(appropriateness of evidence) adalah ukuran mutu bukti, yang berarti relevansi dan
reliabilitasnya memenuhu tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan yang berkaitan.
Relevansi Bukti Bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang
akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat. Prosedur yang relevan
adalah menelusuri sampel dokumen pengiriman barang tersebut telah ditagihkan.
Relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karena bukti
audit mungkin relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevn untuk tujuan audit
lainnya.
Reliabilitas Bukti Mengacu pada tingkat di mana bukti tersebut dianggap dapat
dipercaya atau layak dipercaya. Seperti relevansi, jika bukti dianggap dapat
diandalkan, bukti tersebut dapat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Reliabilitas tergantung pada enam
karakteristik bukti yang dapat diandalkan berikut:
1. Independensi penyedia bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber luar entitas
lebih dapat diandalkan ketimbang yang diperoleh dari dalam entitas.
2. Efektivitas pengendalian internal klien. Jika pengendalian internal klien efektif,
bukti

audit

yang

diperoleh

lebih

dapat

diandalkan

ketimbang

jika

pengendalian internalnya lemah.


3. Pengetahuan langsung auditor. Bukti audit yang diperoleh langsung oleh
auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, perhitungan ulang, dan inspeksi
akan lebih dapat diandalkan ketimbang informasi yang diperoleh secara tidak
langsung.
4. Kualifikasi

individu

yang

menyediakan

informasi.komunikasi

dengan

pengacara dan konfirmasi bank umumnya lebih bernilai ketimbang konfirmasi


piutang usaha dari orang-orang yang kurang memahami dunia bisnis.
5. Tingkat objektivitas. Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan ketimbang
bukti yang memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah
bukti tersebut benar.

6. Ketepatan waktu. Merujuk pada kapan bukti itu dikumpulkan maupun pada
periode yang tercakup oleh audit itu. Bukti ini biasanya lebih bosa diandalkan
untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal
neraca.
Kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan kecukupannya. Kecukupan bukti
(sufficiency of evidence) diukur terutama oleh ukuran sampel yang dipilih auditor.
Selain ukuran sampel, masing-masing item akan mempengaruhi kecukupan bukti
audit. Kebanyakan auditor umumnya akan menganggap sampel yang ada tidak
mencukupi jika hanya mengandung item-item yang bernilai uang besar, kecuali itemitem tersebut merupakan bagian terbesar dari jumlah total populasi.
Persuasivitas bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi
antara ketetepatan dan kecukupan, termasuk pengaruh factor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan dan kecukupan tersebut.
Hubungan Antara Keputusan dan Persuasivitas Bukti Audit
Keputusan bukti audit

Kualitas yang mempengaruhi persusivitas bukti

Prosedur audit dan

Ketepatan

penetapan waktu

Relevansi
Realibilitas
Independensi penyedia bukti
Efektivitas pengndalian internal
Pengetahuan langsung auditor
Kualifikasi penyedia bukti
Objektivitas bukti
Ketepatan waktu
Kapan prosedur dilaksanakan
Bagian periode yang diaudit

Ukuran sampel dan item


yang dipilih

Kecukupan
Ukuran sampel yang memadai
Memilih item populasi yang tepat

Dalam membuat keputusan dalam audit tertentu, baik persuativitas maupun biaya
harus dipertimbangkan. Biaya bukan suatu alasan yang tepat untuk menghilangkan

suatu prosedur yang diperlukan atau tidak mengumpulkan ukuran sampel yang
memadai.

Anda mungkin juga menyukai