Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

Sebuah Kopling tidak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan
poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut dalam
keadaan diam atau berputar.
Kopling plat meneruskan momen dengan perantara gesekan dengan demikian
pembebanan yang berlebihan pada penggerak dapat dihindari. Selain itu, karena dapat
terjadi slip maka kopling ini juga dapat juga berfungsi sebagai pembatas momen.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dapat dibagi atas kopling manual,
hidrolik dan magnetik. Kopling dapat disebut kering bila plat-plat gesek tersebut
bekerja dalam keadaan kering dan disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan
minyak.
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat atau lebih
yang dipasang diantara kedua poros tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui
gesekan antara sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat
dihubungkan dan dilepas dalam keadaan berputar karena itu kopling ini sangat
banyak dipakai.

A. Komperatif Data
Data-data mengenai kopling plat gesek pada mobil Toyota Kijang Rangga
yang akan dirancang adalah sebagi berikut:
Jenis kopling yang dipakai adalah kopling plat gesek tunggal dengan
menggunakan pegas diafragma dalam operasi, sistem kering dimana:
Daya (P)

: 72 PS

Putaran (n)

: 5000 rpm

Perbandingan gigi akhir (I)

: 4,777

Jumlah gigi poros bintang (Z)

: 21 buah

Jumlah baut pengikat rumah kopling

: 6 buah

Jumlah paku keling pengikat plat gesek

: 16 buah

Jumlah pegas segitiga pada diafragma

: 18 buah

B. Cara Kerja
1. Saat pemutusan sambungan
Jika pedal pegas ditekan, maka melalui transmisi kawat kopling akan
menggerakkan tuas ke kiri. Gerakkan ini akan memberikan tekanan pada
bantalan aksial sehingga bergerak ke kiri dan menekas pegas diafragma
dengan bantuan pasak yang akan berfungsi sebagai pengungkit, karena adanya
gaya reaksi dari pegas diafragma maka plat teakan akan bergerak kekanan
sehingga terjadi kelonggaran antara plat gesek diroda gila dan plat tekan.

Pada saat kopling berfungsi sebagai pemutus gerakan antara mesin dan
roda belakang. Untuk menjaga supaya plat tekan tidak bergerak dalam arah
vertikal maka dipasang pegas plat diantara plat tekan dan rumah kopling.
Pegas plat berfungsi untuk memberikan daya tekan pada plat tekan.
2. Saat penyambungan
Apabila pedal pegas yang ditekan dilepaskan, maka pegas akan
menarik tuas sehingga tuas akan bergerak kekanan dan bersamaan dengan itu
pegas diafragma akan mendorong bantalan aksial ke sebelah kanan. Gaya
reaksi dari pegas diafragma akan menyebabkan plat tekan akan bergerak ke
kiri dan menekan plat pada roda gila. Penekanan ke kiri pada plat gesek oleh
plat tekan juga dibantu oleh pegas plat. Pada saat ini kopling akan berfungsi
sebagai penyambung gerakan mesin dengan roda gila.
Tujuan penulisan adalah agar dalam perencanaan sebuah kopling

BAB III
PERHITUNGAN KOPLING

A. Perhitungan Pelat Gesek


1. Diameter luar dan diameter dalam pelat gesek
Bahan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah bahan asbes
dalam operasi kering dengan koefisien gesek (1).
f = 0,35 0,65

(Lit.1, hal.63)

Tekanan permukaan yang diizinkan (Pa)


Pa = 0,007 0,07

(Lit.1, hal.63)

Perbandingan radius luar dan dalam pelat gesek


ro
0,6 0,8
r1

(Lit.1, hal.13)

maka:
Do
0,7
D1

(Lit.1, hal.13)

Luas permukaan pelat gesek


F=

2
( D2 D1 ) Pa
4

(Lit.1, hal.63)

dimana:
F = gaya yang menimbulkan tekanan pada pelat gesek

D2 = diameter luar pelat gesek


= D0
D1 = diameter dalam pelat gesek
= 0,7 Do
Pa = tekanan permukaan izin
= 0,025 Kg/mm2
= 2,5 Kg/cm2
maka:
F=
=

2
[ D1 (0,7.D1 ) 2 ].2,5
4

.0,51, D1 .2,5

= D12
Dengan memakai rumus momen puntir:
T = 0,5 . i . f . F . Dm

(Lit.5, hal.54)

Dimana:
T = momen puntir
= 2757,732 Kg.cm
i = jumlah permukaan yang bergesek
=2
f = 0,35

(Lit.5, hal.54)
(Lit.5, hal.54)

F = gaya yang menimbulkan tekanan pada pelat gesek

= D12
maka :
2757,732 Kg.cm = 0,5 . 2 0,35 . D12 . 0,85 D1 Kg/cm2
= 0,2975 D13

2757,732

D1 =

2757,732

0,2975

1
3

D1 = 21 cm
Maka untuk:
Do
0,7
D1

Do = 0,7 D1
= 0,7 . 21 cm
= 14,7 cm 15 cm
2. Jenis kopling yang akan direncanakan
Umumnya digunakan jumlah penghubungkurang dari 20 kali per
menit. Sesuai perencanaan ini digunakan jumlah penghubung 3 kali per menit,
kerja penghubung yang diperbolehkan adalah 906,825 Kg.m/hb. Dari grafik
(terlampir dapat dilihat jumlah hubungan dan nomor kopling, maka didapat :
Untuk n = 1046,682 rpm
Maka:
Tdo = 85 Kg.m
L3 = 210 cm3

(Lit.1, hal.71)

GD2 = 0,0118 Kgl.m2

(Lit.1, hal.72)

Jenis kolping nomor 6,1

(Lit.1, hal.71)

3. Momen percepatan (T)


GD 2 .n r
Tl1
T =
375.t c

(Lit.1, hal.67)

Dimana:
GD2 = batas keausan permukaan
= 0,0118 Kg/m2

(Lit.1, hal.72)

nr

= n1

tc

= waktu penghubung
= 0,2 1

(Lit.1, hal.64)

= 0,6 detik (asumsi nilai rata-rata)


Tl1 974.

Pd
n2

dimana:
Tl1 = momen start

Pd = daya yang direncanakan


= 29,6352 kW
n1 = 5000 rpm
maka :
Tl1 =

974.29,635
5000

(Lit.1, hal.65)

= 5,773 Kg.m
maka :
Ta =

0,0118 .146,682
5,773
375.0,6

= 5,828 Kg.m

Pemeriksaan terhadap momen kecepatan (T) apakah dalam keadaan baik,


maka :
Tdo > T . f

(Lit.1, hal.67)

dimana :
Tdo = momen puntir gesek dinamis
= 10 Kg.mm
f

(Lit.1, hal.69)

= faktor keamanan
= 1,7

(Lit.1, hal.69)

maka:
Tdo > T . f
10 > 5,828 . 1,7
10 > 9,9 Kg.m
Jadi momen percepatan memenuhi persyaratan.
4. Kerja penghubung yang diperbolehkan (E)
E = Ag = kerja gesek penghubung

E = Ag =

1
m g . ..t (Lit.8, hal.32)
2

Dimana:
mg

= momen torsi gesek


= 2757,732 Kg.cm

= Kecepatan sudut
= 2 .n 2

= 2 .

1046
60

= 109,61 rad/det
t

= waktu pemutusan penyambungan


= (0,2 - 1) detik

(Lit.1, hal.64)

= 0,6 detik (asumsi nilai rata-rata)


maka :

E = Ag = 2757,732 . 109,61 .

= 906,825 kg.m/hb

0,6
2

jadi didapat :
Diameter luar plat gesek (D1) = 21 mm
Diameter dalam plat gesek (Do) = 15 mm

5. Kerja penghubung (E)

GD 2 .nr 2 Td o
.
( Kg .m / hb)
7160 Td o Tl1

dimana :
GD2 = batas keausan permukaan
= 0,0118 mm
nr2 = putaran relatif
= 1046,682 rpm
Tdo = momen puntir gesek dinamis
= 10 Kg.m
Tl1 = momen start

(Lit.1, hal.70)

= 5,773 Kg.m
maka :
0,0118 (1046,682).10
Kg.m/hb
7160(10 5,773)

= 4,271 Kg.m/hb

6. Perbandingan

E
Eo

E
<1
Eo

792,716
<1
906,825

0,874 < 1

Memenuhi persyaratan bila

E
<1.
Eo

7. Waktu penghubung sesungguhnya (tae)


GD

375

tae =

n2
n2

Td o Tl1 Td o Tl1

5000 1046,682
0,0118


375 10 5,773 10 5,773

= 3,15.(10.(564,18)
= 0,0177 (s)

8. Umur Pelat Gesek


Nml =

L3
E.W

(Lit.1, hal.72)

dimana :
L3 = Volume total pada batas keausan
= 210 cm3

(Lit.1, hal.72)

E = kerja penghubung
= 792,716 Kg.m/hb
W = laju keausan permukaan bidang gesek
= (4 - 8). 104 cm3/Kg.m

(Lit.1, hal.72)

= 6.104 cm3/Kg.m (asumsi nilai rata-rata untuk plat gesek yang


terbuat dari paduan sinter).
maka :
Nml =

210
hb
792,716.6.10 7

= 441520,04 hb
Bila pelat gesek ini digunakan enam jam perhari dengan 300 hari pertahunnya.
Jadi jumlah penghubung adalah:
= 3 hb/min . 60 min/jam . 6 jam/hari . 300 hari/tahun

= 324000 hb/tahun
Jadi umur plat gesek yang sesungguhnya adalah:
441520,04hb
Nmd = 324000 hb
tahun

= 1,3627 tahun
= 1,3627 . 300 . 6 jam
= 2453 jam
Jadi lama pemakaian plat gesek dalam satu kali pakai selama 2453 jam atau
1,3627 tahun.
Dari perhitungan diatas didapat besaran utama plat gesek sebagai berikut:
Diameter luar plat gesek (D)
Diameter dalam plat gesek (d)
Lama pemakaian (L)

= 21 mm
= 15 mm
= 2453 jam

Dengan waktu pemakaian 6 jam perhari dan 300 hari pertahun.

B. Perhitungan Poros
Dari survey diketahui bahwa pada roda gila dan komponen-komponen dari
rangkaian rumah kopling berfungsi sebagai penggerak, sedangkan plat gesek

dengan porosnya berfungsi sebagai poros yang digerakkan. Dalam perencanaan,


perhitungan diutamakan pada poros yang digerakkan.
A. Poros yang digerakkan
Untuk poros penggerak :
Daya (Pi)

= 72 PS = 72 . 0,735 = 52,92 KW

Putaran (ni)

= 5000 rpm

Sehingga daya yang ditransmisikan ke poros penggerak adalah:


P2 = m . Pi(Lit.1, hal.7)
Dimana:
m

= efisiensi mekanis
= 0,7 s/d 0,85

0,7

(Lit.1, hal.36)

= asumsi nilai minimum untuk mendapatkan daya minimum

jadi : P2 = 0,7 . 52,92


= 37,044 KW
Perbandingan putaran antara poros penggerak, poros yang digerakkan dan
roda gigi berkisar antara:
i = 1 s/d 5

(Lit.1, hal.216)

Dari survey didapatkan perbandingan gigi akhir, yaitu harga i = 4,777.


Maka:
i=

ni
n1

(Lit.1, hal.216)

n1 =

ni
i
5000

= 4,777
= 1046,682 rpm
Daya yang direncanakan:
Pd = FC . P2

(Lit.1, hal.216)

Dimana:
Pd = daya yang direncanakan
P2 = daya nominal output penggerak
FC = faktor koreksi
= 0,8 s/d 1

(Lit.1, hal.7)

= 0,8 (asumsi nilai minimum untuk mendapatkan nilai Pd yang


kecil)
Sehingga :
Pd

= 0,8 . 37,044
= 29,6352 KW

Jadi daya yang direncanakan sebesar 29,6352 KW


Momen puntir : T = 9,74 . 10 .

Pd
ni

(Lit.1, hal.7)

Dimana:
T

= momen puntir yang direncanakan

Pd

= daya yang direncanakan

= 29,6352 KW
n1

= putaran poros yang digerakkan


= 1046,682 rpm

maka :
29,6352

T = 9,72 . 10 . 1046,682
= 27577,32 Kg.mm
Diameter poros :
Didalam perencanaan ini dipilih poros pejal (agar dapat menahan beban
puntir yang besar) dengan bahan yang diambil adalah standart JIS G 4105
untuk SCM 5 dimana tegangan tarik bahan 105 Kg/mm.
Untuk

mencari

tegangan

tarik

yang

diizinkan

pada

poros

harus

diperhitungkan faktor bahan dan konsentrasi tegangan sehingga:

b
Sf 1 .Sf 2

(Lit.1, hal.8)

dimana:
a tegangan geser yang diizinkan
b = tegangan tarik beban

Sf1 = faktor koreksi bahan


=4

(Lit.1, hal.8)

Sf2 = faktor kekasaran dan jenis alur (1,3 s/d 3,0)

(Lit.1, hal.8)

= 2 (asumsi nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai yang


mendekati kebenaran pada pengerjaan)
sehingga :
a

105
6( 2)

= 8,75 Kg/mm2
maka :
d=

5,1

K t C b T

1
3

(Lit.1, hal.8)

dimana:
d

= diameter poros

= tegangan geser yang diizinkan


= 8,75 Kg/mm

= momen torsi yang direncanakan


= 27577,32 Kg.mm

Kt

= factor koreksi bahan,

dimana kopling

pada

saat

penyambungan menimbulkan sedikit kejutan atau tumbukan


pada poros
= 1,0 s/d 1,5

(Lit.1, hal.8)

= 1 (asumsi nilai minimum, untuk mengecilkan kemungkinan


tumbukan pada poros)
Cb

= faktor koreksi untuk pemakaian dengan beban lentur

= 1,2 s/d 2,3

(Lit.1, hal.8)

= 1,2 (asumsi nilai minimum, agar dapat menahan beban lentur


yang besar)
sehingga:
d

5,1

8,75 .1(1,2)( 27577,32)

1
3

= 26,82 mm
agar lebih aman diambil d = 27 mm
Momen lengkung yang direncanakan:
Wc

= berat kopling
= 1 Kg (direncanakan)

Lp

= panjang poros
= 250 mm
= 0,25 m

Perhitungan berat poros:


a.

Bahan poros adalah S35C


= 7,8 .103 Kg/m3

b.

Diameter bahn poros (Dp) adalah 20 mm

c.

Vporos =
=

1
.D p 2 .L
4
1
(0,02) 2 (0,12)
4

(Lit.12, hal.65)

= (78,5 . 10-6) m3
d.

Wporos = mporos
= V . (Lit.12, hal.65)
= (78,5 . 106) m 3 . (7,8.10-6) Kg/m3
= 0,612 Kg

Gaya-gaya reaksi yang terjadi pada bantalan A dan B adalah :


MB = 0
Ra . L - Wp .

L
- Wc . 50 = 0
2

250 . RA - 0,112 . (125) - (1) . (50) = 0


RA = 0,506 Kg

Fy = 0
RA + RB - WP - WC = 0
RB = WP + WC + RA
= 0,612 + 1 - 0,506
= 1,106 Kg
Diketahui :
A = bantalan radial A
B = bantalan radial B
C = kopling
q = beban terbagi rata untuk poros

WP
L
0,612

= 0,250
= 2,448 . 10-3 Kg/mm
-

Diagram gaya geser pada poros


V B = RB - q . D
RB = 1,106 Kg

VC = RB - q . 50 - WC
= 1,106 - 2,448 . 10-3 .50 - 1
= - 0,016 Kg

VL
2

= RB - q . 125 - WC

= 1,106 - 2,448 . 10-3 . 125 - 1


= - 0,2 Kg
V L = - RA
= - 0,506 Kg
-

Diagram momen lentur pada poros


MA = 0
MC = RB . 50 - q . (50)2
= 55,3 - 3,06

= 52,24 Kg.mm
ML
2

= RB . 125 -

q
. (125)2 - 75 . 1
2

= 138,25 - 19,125 - 75
= 44,125 Kg.mm
ML = 0

Momen lentur maximum


Mx = RB . X - WC (X - 50) -

q
. X2
2

= 1,106X - 1 (X - 50) - (1,224 . 10-3) X2


= 50 + 0,106X - (1,224 . 10-3) X2
Momen lentur maximum terjadi jika turunan pertamanya = 0
Maka :
Mx = 0
0,106 - 1,224 . 10-3 . 2X = 0
0,106 = 2,448 . 10-3 . X
X

= 43,3 mm

Momen maximum yang terjadi pada X = 43,3 mm dari titik B yang


besarnya :
Mmax = 50 = (,0106).(43,3 ) - (1,224.10-3).(43,3)2
= 52,295 Kg.mm

Gambar 2
Diagram gaya geser dan momen lentur
B. Poros Bintang
Fungsi poros bintang adalah sebagai penerus daya dan putaran dari
plat gesek ke poros yang digerakkan suatu kopling dalam putaran terhubung.
Perhitungan ukuran-ukuran dari poros bintang adalah sebagai berikut:
1. Luas penampang poros bintang

T
rm .F .Z .

(Lit.3, hal.179)

dimana:

= Tegangan tarik yang diizinkan

= momen torsi yang direncanakan

rm

= radius rata-rata poros bintang

= luas proyeksi penampang poros bintang

= jumlah poros bintang


= 21 buah

= faktor pemasangan

= 0,75
untuk radius rata-rata poros bintang:
rm

d
2

27
2

= 13,5 mm
untuk tegangan tarik yang diizinkan:

b
v

(Lit.4, hal.9)

dimana :
b

= kekuatan tarik bahan poros


= 105 Kg/mm

= faktor keamanan
=9

maka :

105
9

= 11,67 Kg/mm2
sehingga :

T
rm .F .Z .

T
rm . .Z .

(Lit.4, hal.11)

27577,32
13,5(11,67 )( 21)(0,75)

= 11,1 mm2
luas penampang poros bintang yang menahan gaya keliling akibat torsi = 2
buah sudut antara dua buah poros bintang tersebut adalah = 60o , maka luas
total adalah:
F1

2F
1
cos
2

2.11,1
cos 30 o

= 25,67 mm2
2. Panjang poros bintang
Ft

0,8.d.I
Z

(Lit.3, hal.179)

Dimana:
Ft

= luas penampang poros bintang total


= 25,67 mm

= diameter jarak bagi


= 27 mm

= panjang poros bintang

= jumlah poros bintang


= 21 buah

maka:

Ft .Z
0,8.d

25,67.21
0,8.27

= 24,95 mm
25 mm

Panjang poros yang diambil adalah 25 mm dimana panjang poros yang


diambil harus diperbesar karena faktor geometris dan faktor keamanan suatu
pergantian plat gesek. Besarnya penambahan tersebut adalah:
I = 1,5.d

(Lit.7, hal.199)

Dimana:
I

= panjang poros bintang pada poros penggerak

= diameter jarak bagi


= 27 mm

sehingga :
I

= 1,5 .d
= 1,5 (27)
= 40,5 mm

41 mm
3. Jarak Bagi Simetris
d

dimana:

N
P

(Lit.5, hal.8)

= diameter jarak bagi


= 27 mm

= jumlah poros bintang


= 21 buah

= jarak bagi diametris

Maka :
P

N
d

21
27

= 0,8 mm
4. Diameter Luar Poros Bintang
do

N 1
P

(Lit.5, hal.8)

dimana:
N

= jumlah poros bintang


= 21 buah

= jarak bagi simetris


= 0,8 /mm

do

= diameter luar poros

maka:
do

N 1
P

21 1
0,8

= 27,5 mm
5. Diameter Dalam Poros Bintang
Di

N 1
P

Dimana:
Di

= diameter dalam poros bintang

= jumlah poros bintang


= 21 buah

= jarak bagi diametris


= 0,8 /mm

maka:
di

N 1
P

21 1
0,8

= 25 mm
6. Jarak Bagi Lingkar
P'

Dimana:
P'

= jarak bagi lingkar

= jarak bagi diametris

= 0,8 /mm
maka:
P'

P
3,14

= 0,8

= 3,927 mm
7. Tebal Gigi Lingkar
t

P'
2

(Lit.5, hal.8)

dimana:
t

= tebal gigi lingkar

P'

= jarak bagi lingkar

P'
2

3,927
2

Maka:

= 1,964 mm
8. Tinggi Kepala Poros Bintang
a

0,5
P

(Lit.5, hal.8)

dimana:
a

= tinggi kepala poros bintang

= jarak bagi diametris


= 0,8 /mm

maka:
a

0,5
P
0,5

= 0,8

= 0,625 mm
9. Tinggi kaki Poros Bintang
b

0,600
0,002
P

0,600
0,002
P

0,600
0,002
0,8

(Lit.5, hal.8)

dimana:
b

= 0,752 mm
C. Clucth Hub
Clucth hub adalah pasangan poros bintang yang dapat dilepaskan
dengan menggerakkannya sejajar poros bintang. Clucth Hub untuk
perencanaan ini diambil S 40 C dari JIS G 4501 dengan B 55 Kg/mm,
dimana:
JIS G 4501 lambang S 40 C = baja karbon konstruksi mesin = kekuatan tarik
(Kg/mm)

1. Tegangan tarik pada Clucth Hub


a

B
v

(Lit.4, hal.9)

dimana:
a

= tegangan tarik yang diizinkan

= tegangan tarik bahan


= 55 Kg/mm

= faktor keamanan
=4

(Lit.4, hal.9)

maka:
a

B
v

55
9

= 6,11 Kg/mm
2. Tegangan geser yang diizinkan pada clucth hub
(0,75).

(Lit.1, hal.299)

dimana:

= tegangan geser yang diizinkan

= tegangan tarik yang diizinkan pada clucth hub


= 6,11 Kg/mm

maka:
(0,75).

= (0,75).6,11
= 4,583 Kg/mm
3. Gaya tangansial pada poros
F

2T
ds

dimana:
F

= gaya tangensial pada permukaan poros

= momen puntir rencana poros


= 27577,32 Kg.mm

ds

= diameter poros
= 27 mm

maka:
F

2T
ds

2( 27577,32)
27

= 2042,76 Kg
4. Penentuan diameter luar clucth hub

4F
Dc D 2
2

dimana:

= tegangan geser yang diizinkan


= 4,583 Kg/mm

= gaya tangensial pada permukaan poros


= 2047,76 Kg

Dc

= diameter luar clucth hub

= diaqmeter jarak bagi


= 27 mm

maka:

4F
Dc D 2

Dc

4F
D2

Dc

4(242,76)
27
4,583

Dc 42,5mm

Dc = 43 mm
D.

Pemeriksaan Kekuatan Poros Bintang


Untuk pengujian hasil perhitungan apakah cukup aman waktu pengoperasiannya.
T

L.D 2 . a
1,2732

(Lit.5, hal.8)

dimana:
T

= momen puntir yang direncanakan


= 27577,32 Kg.mm

= panjang poros bintang pada poros

= 41 mm
D

= diameter jarak bagi


= 27 mm

= tegangan geser yang terjadi

maka:
T

L.D 2 . a
1,2732

T .(1,2732)
L.D 2

27577,32(1,2732)
41.(27)

= 1,17473 Kg/mm2
Dikatakan aman jika:
a

dimana:

= tegangan geser yang diizinkan


= 4,583 Kg/mm2

= tegangan geser yang terjadi


= 1,17473 Kg/mm2

dan
a

4,583 Kg/mm2 1,17473 Kg/mm2

sehingga poros bintang ini aman terhadap pembebanan puntir.

C. Perhitungan Pegas Diafragma


Pengasumsian bahwa bentuk bentuk pegas segitiga datar dan jumlahnya:
18 buah.
1.

Gaya untuk memutuskan

2
2
( D2 D1 ).P
4

(Lit.1, hal.62)

dimana:
F

= gaya yang menimbulkan tekanan pada pegas

D2

= diameter luar plat gesek


= 21 cm

D1

= diameter dalam plat gesek


= 15 cm

= tekanan permukaan
= 2,5 Kg/cm2

maka:

2
2
( D2 D1 ).P
4

[(21) 2 (15) 2 ]2,5


4

= 423,9 Kg
gaya yang bekerja pada setiap pegas:
F1

F
18

F1

F
18

F1

423,9
18

maka:

= 23,55 Kg
2. Kopel gaya yang bekerja pada pegas
Dengan perantara pasak sebagai titik tumpu gaya pegas bagian dalam
(F2) akan menghasilkan gaya lawannya dibagian luar.
Ukuran-ukuran diameter pegas yang diambil, berdasarkan hasil survey
adalah:
D1

= diameter luar pegas diafragma


= 200 mm

D2

= diameter dalam pegas diafragma


= 180 mm

D3

= diameter pegas diafragma


= 30 mm

A
B

C
Gambar
b 3

Kopel Gaya Pada Pegas

F1 .a F2 .b 0

F2

a.F1
b

dimana:
F1

= gaya bagian luar pegas diafragma

F2

= gaya bagian dalam pegas diafragma

= panjang lengan AC

= panjang lengan AB

1
( D1 D2 )
2

1
( 200 180)
2

dari:

= 10 mm
b

1
( D2 D3 )
2

1
(180 30)
2

= 75 mm
maka:
F2

10.23,55
75

= 3,14 Kg
3. Bahan pegas diafragma

Bahan yang direncanakan adalah SUP 7 dari JIS G 4801, karena


lebih pejal sehingga dapat menahan beban puntir

yang besar, maka

didapatkan:
B 125 Kg/mm2

(Lit.1, hal.340)

B
v

dimana:

= tegangan tarik yang diizinkan

= faktor keamanan
=4

maka:

B
v

125
4

= 31,25 Kg/mm2
4. Tali Busur
Tali busur yang akan dihitung adalah tali busur antara pasak dan
tali busur bagian dalam dari pegas diafragma.
a. Tali busur pasak (b2)
b2

= 2(b+c) tan

Gambar 4
Pegas segitiga datar Kantilever

dimana:
b2

= tali busur pasak

= panjang lengan AB
= 75 mm

= panjang BD
= 15 mm

dari:
c

D3
2

dimana:
D3

= dimana pegas difragma bagian dalam


= 30 mm

maka:
c

30
2

= 15 mm

= sudut tiap pegas segitiga


=

360 o
18

= 20o
sehingga:

b2

= 2(75+15) tan

20 o
2

= 31,74 mm
b. Tali busur pegas diafragma bagian dalam

b1

= 2.c.tan

b1

= tali busur pegas bagian dalam

= panjang BD

dimana:

= 15 mm

= sudut tiap pegas segitiga


= 20o

maka:

b1

= 2.15.tan

20 o
2

= 5,3 mm
5. Tebal pegas
6.F .L
h 2 .

b2

= tebal pegas

b2

= tali busur pasak

(Lit.6, hal.38)

dimana:

= 31,74 mm
F

= F2
= gaya bagian dalam pegas diafragma
= 3,14 Kg

= tegangan tarik yang diizinkan


= 31,25 Kg/mm2

= panjang pegas
=b
= 75 mm

maka:
b2

6.F .L
h 2 .
6.F .L
b2 .

6.(3,14).(75)
31,74.(31,25)

= 1,194 mm

6. Defleksi yang diizinkan pada pegas


f

8.P 1
.
b2 .E h

(Lit.5, hal.49)

dimana:
f

= defleksi pegas yang diizinkan

= F2
= 3,14 Kg

b2

= tali busur pasak


= 31,74 mm

= panjang pegas
= 75 mm

= tebal pegas
= 1,194 mm

= modulus elastisitas baja


= 20,14 . 103 Kg/mm2

maka:
8.P 1
f
.
b2 .E h

8.(3,14)
75
f
.

3
31,74.( 20,4.10 ) 1,194

= 9,615 mm

D.

Perhitungan Bantalan
Ada dua jenis bantalan yang digunakan dalamperencanaan ini, yaitu:
1. Bantalan gelinding radial
2. Bantalan aksial
Perhitungan:
1. Bantalan gelinding radial
Bantalan gelinding radial ini hanya menerima beban radial saja.

Gambar 5
Bantalan gelinding radial

Bantalan poros sebelah kiri


Gaya ekuivalen

bantalan:

Pe

= C1 . V1 . Ft

(Lit.10, hal.401)

Pe

= gaya ekuivalen

C1

= faktor untuk kerja biasa

Dimana:

= 1,1 - 3,3

(Lit.1, hal.137)

= 1,1 (untuk mendapatkan gaya ekuivalen yang kecil)


V1

= 1,2 (untuk pembebanan pada cincin lura yang

berputar)
(Lit.1, hal.137)
Ft

= gaya radial akibat berat poros dan kopling


= F1 - F2
= 23,55 - 3,14
= 20,41 Kg

maka:
Pe

= C1 . V1 . Ft
= 1,1 . 1,2 . 20,41
= 29,9412 Kg
= [29,9412 . 2,205] lb/Kg
= 59,40 lb

Umur bantalan yang direncanakan sama dengan umur plat gesek yaitu:
lb

= 9812 jam

Umur bantalan nominal dalam revolution (L):

60.n 2 .Ln
10 6

(Lit.1, hal.28)

n2

= putaran poros kopling

Ln

= umur nominal dalam jam

Dimana:

= 9812 jam
maka:
L

60.n 2 .Ln
10 6

60.(1046,682).(9812)
10 6

= 616,20 rev
harga

c
dari bantalan :
pe
1

c
L3
pe

(Lit.11, hal.28)
1

= (616,20) 3
= 8,5
beban dinamis bantalan yang direncanakan (C)
C

= 8,5 . Pe

= 8,5 . 59,40
= 504,95 lb
dari diameter dalam bantalan (d) = 8 mm dan beban yang direncanakan =
504,95 lb didapat jenis dan ukuran utama bantalan:
Jenis bantalan DGBB 608-2Z . . . . . . . . . .(Lit 11, hal 146)
Diameter luar (D)

= 22 mm

Diameter dalam (d)

= 8 mm

Lebar bantalan (B)

= 7 mm

Jari-jari sudut (r)

= 0,5 mm

Beban statis (Co)

= 301,5 lb

Beban dinamis ( C )

= 560 lb

560 lb lebih besar daripada 504,95 lb, jadi ( C ) > C, maka konstruksi
bantalan aman.
Umur bantalan sesungguhnya dalam revolution (L)
C
L
Pe

(Lit.11, hal.28)

dimana:
L

= umur bantalan sesungguhnya (rev)

= beban dinamis bantalan

= 560 lb
Pe

= beban ekuivalen bantalan


= 59,4 lb

= 3 (untuk bantalan bola)

Maka:
C
L
Pe

560

59,4

= 883,6 rev
Umur bantalan sesungguhnya dalam jam (Lb):

60.n 2 .Lh
10 6

(Lit.11, hal.28)

dimana:
L

= umur bantalan sesungguhnya


= 883,6 rev

n2

= putaran poros kopling

= 1046,682 rpm
Lh

= umur bantalan sesungguhnya dalam jam

Maka:

60.n 2 .Lh
10 6

Lh

L.10 6
60.n 2

883,6.10 6
60.1046,682

= 14070 jam
Bantalan poros sebelah kanan
Beban yang diterima pada bantalan sebelah kanan tidak hanya dari
berat kopling dan poros saja tetapi juga menerima beban berat dari roda
gigi pada persnelling.
Pengaruh berat roda gigi:

Gambar 6
Berat Roda Gigi
Keterangan gambar:
Q

= berat roda gigi


= 42 Kg

R1

= R2
= tumpuan bantalan

L1

= L2
= jarak beban

Karena beban dianggap berada dalam keadaan simetris, maka:

R2'

= R3

Q
2

42
2

= 21 Kg

Beban totalyang dibawa bantalan sebelah kanan adalah:


R

= R2 + R2'

= gaya total pada bantalan kanan

R2

= gaya radial akibat poros dan kopling

Dimana:

= 20,41 Kg
R2'

= gaya radial akibat beban roda gigi


= 21 Kg

maka:
R

= R2 + R2'
= 20,41 + 21
= 41,41 Kg

Gaya ekuivalen bantalan:


Pe
Dimana:

= C1 . V1 . Fr

(Lit.11, hal.403)

Pe

= gaya ekuivalen

C1

= 2 (faktor untuk tumbukan sedang) (Lit. 1, hal.135)

V1

= untuk cincin dalam berputar


= 1 (untuk pembebanan pada cincin dalam berputar)
(Lit.1, hal.135)

Ft

= beban total radial


= 41,41 Kg

maka:
Pe

= C1 . V1 . Ft
= 2 .(1) .(41,41)
= 82,82 Kg
= [82,82 . 2,205] lb/Kg
= 182,62 lb

Umur bantalan yang direncanakan sama dengan umur pelat gesek yaitu
9812 jam.

Umur nominal dalam revolution (L):

60.n 2 .Ln
10 6

(Lit.11, hal.28)

dimana:
L

= umur nominal bantalan dalam revolution

n2

= putaran poros kopling


= 1046,682

Ln

= umur nominal dalam jam


= 9812 jam

maka:

60.n 2 .Ln
10 6
60.(1046,682).(9812)
10 6

= 616,2 rev

harga

c
dari bantalan:
Pe

c
L3
pe

(Lit.11, hal.28)
1

= (616,20) 3
= 8,5
beban dinamis bantalan yang direncanakan (C)
C

= 8,5 . Pe
= 8,5 . 182,62
= 1554,02 lb

Jenis-jenis dan ukuran bantalan untuk beban dinamis yang direncanakan


1554,02 lb didapat:
Jenis bantalan DGBB 16006 . . . . . . . . . . . . .(Lit.11 hal.134)
Diameter luar (D)

= 55 mm

Diameter dalam (d)

= 30 mm

Lebar bantalan (B)

= 9 mm

Jari-jari Sudut (r)

= 0,5 mm

Beban dinamis ( C )

= 1949,25 lb

Beban Aksial (Co)

= 1316,25 lb

1946,25 lb lebih besar daripada 1554,02 lb, maka konstruksi untuk


bantalan aman.
Umur bantalan sesungguhnya dalam revolution (L):

C
L
Pe

(Lit.11, hal.28)

dimana:
L

= umur bantalan sesungguhnya dalam revolution

= beban dinamis bantalan


= 1946,25 lb

Pe

= beban ekuivalen bantalan


= 182,62 lb

= 3 (untuk bantalan bola)

maka:
C
L
Pe

1946,25

182,62

= 1210,5 rev
umur bantalan sesungguhnya dalam jam (Lh):

60.n 2 .Lh
10 6

(Lit.11, hal.28)

dimana:
L

= umur bantalan sesungguhnya


= 1210,5 rev

n2

= putaran poros kopling


= 1046,682 rpm

Lh

= umur bantalan sesungguhnya dalam jam

Maka:

60.n 2 .Lh
10 6

Lh

1210,5.10 6
60.(1046,682)

= 1974,6 jam
bantalan aman karena umur bantalan sesungguhnya lebih besar dari umur
bantalan rencana.
2. Perhitungan bantalan aksial
Pengasumsian bahwa bantalan aksial ini hanya menerima beban aksial
saja.

Gambar 7
Bantalan Peluru Aksial

Keterangan gambar:
D = diameter luar
d

= diameter dalam sisi luar

d2 = diameter dalam sisi dalam


H = tebal bantalan
Beban aksial yang diterima bantalan:
Fa

= n . F2

(Lit.11,hal.140)

Fa

= beban aksial bantalan

= jumlah pegas segitiga datar

Dimana:

= 18 buah
F2

= gaya pada pegas segitiga datar

= 3,14 Kg
maka:
Fa

= n . F2
= 18 . 3,14
= 56,52 Kg
= [56,52 . 2,205] lb
= 124,63 lb

Gaya ekuivalen bantalan:


Pe

= X . V1 . Fr + fw . Y . Fa

(Lit.1 hal.135)

Fr

Pe

= beban ekuivalen

fw

= faktor kerja untuk beban biasa

Maka:

= 1,1 s/d 1,3


= 1,3 (kerja dianggap maximum)
Y

= faktor beban aksial


= 1 (untuk bantalan radial)

Fa

= beban aksial
= 124,63 lb

sehingga:
Pe

= X . V1 . Fr + fw . Y . Fa
= 0 + 1,3 . 1 . 124,63

= 162,019 lb
umur nominal bantalan yang direncanakan sama dengan umur pelat gesek
yaitu 9812 jam.
Umur nominal dalam revolution (L):

60.n1 .Lh
10 6

(Lit.11, hal.28)

dimana:
L

= umur nominal dalam revolution

n1

= putaran poros kopling


= 5000 rpm

Lh

= umur nominal dalam jam


= 9812 jam

maka:

60.n1 .Lh
10 6
60.(5000).(9812)
10 6

= 2943,6 rev
harga

c
dari bantalan:
Pe
1

c
L3
Pe

(Lit.11, hal.28)
1

= 2943,6 3

= 14,3
beban dinamis bantalan yang direncanakan (c):
c

= 14,3 . Pe
= 14,3 . 162,019
= 2322 lb

Dari besarnya beban dinamis yang direncanakan dan putaran maksimum.


Dimana:
c

= 2322 lb

n1

= 5000 rpm

maka didapat:
Jenis bantalan adalah TTB 51207 . . . . . . . . . . . . . .(Lit.11 hal.316)
Diameter luar (D)

= 62 mm

Diameter dalam (d)

= 35 mm

Diameter dalam sisi dalam (d2)

= 35,2 mm

Tebal bantalan (H)

= 18 mm

Jari-jari sudut (r)

= 1,5 mm

Beban statis (Co)

= 11925 lb

Beban dinamis ( C )

= 6075 lb

6075 lb lebih besar daripada 2322 lb, maka kontruksi aman.


C

L
Pe

(Lit.11, hal.28)

Umur bantalan sesungguhnya dalam revolution

dimana:
L

= umur bantalan sesungguhnya dalam revolution

= beban dinamis bantalan


= 6075 lb

Pe

= 3 (untuk bantalan bola)

Maka:
C

L
Pe

6075

162,019

= 52715,8 rev
Umur bantalan sesungguhnya dalam jam (Lh):

60.n1 .Lh
10 6

(Lit.11, hal.28)

Dimana:
L

= umur bantalan sesungguhnya


= 52715,8 rev

n1

= putaran poros kopling


= 5000 rpm

Lh

= umur bantalan sesungguhnya dalam jam

Maka:

60.n1 .Lh
10 6

L
Lh

E.

L.10 6
60.n1
52715,8.10 6
60.5000

= 175719,33 jam bantalan cukup aman

Perhitungan Dimensi Baut


1. Beban aksial yang diterima
F

2
2
( D2 D1 ) Pa
4

(Lit.1, hal.62)

dimana:
F

= beban aksial baut

D2

= diameter luar pelat gesek


= 21 cm

D1

= diameter dalam pelat gesek


= 15 cm

Pa

= tekanan permukaan
= 3 Kg/cm2

maka:
F

2
2
( D2 D1 ) Pa
4


(212 15 2 )3
4

= 508,68 Kg
Akibat adanya beban puntir, maka beban aksial (F) ditambah pengaruh beban

puntir sebesar

F
sehingga beban menjadi:
3
W F

F
3

508,68

(Lit.1, hal.229)
508,68
3

= 678,24 Kg
Dalam perencanaan ini beban aksial ditahan oleh enam buah baut, sehingga
untuk satu baut beban yang diterima:
N1

W
6
678,24
6

= 113,04 Kg
2. Pemilihan bahan baut dan lubang ulir
Bahan baut yang direncanakan adalah S 35 C dari JIS G 4501 (Lit.1, hal.3)
Tegangan tarik yang diizinkan pada baut:
a

Dimana:

b
v

(lit.1, hal.3)

= tegangan tarik yang diizinkan

= tegangan tarik yang direncanakan


52 Kg / mm 2

= faktor keamanan
= 8 - 10

(Lit.1, hal.3)

= 10 (untuk mendapatkan tegangan tarik yang kecil)


maka:
a

b
v

52
10

= 5,2 Kg/mm2
Tegangan geser yang diizinkan pada baut ( a ):
a 0,75. a

(Lit.1, hal.229)

dimana:
a

= tegangan geser yang diizinkan

= tegangan tarik yang diizinkan

maka:
a 0,75. a

a 0,75.(5,2)

= 3,9 Kg/mm2

Bahan lubang ulir yang direncanakan sama dengan bahan dari roda
gila. Untuk roda gila yang menerima beban tumbukan ringan dengan sedikit
keausan dipilih bahan S 40 C dari JIS H 0205 . . . . . . . . . . . . . .(Lit.1 hal.247)
Tegangan tarik yang diizinkan pada ulir:
a

b
v

(Lit.1, hal.3)

dimana:
b

= tegangan tarik yang direncanakan pada lubang ulir


= 55 Kg/mm2

(Lit.1, hal.247)

maka:
a

b
v
55
10

= 5,5 Kg /mm2
Tegangan geser yang diizinkan pada lubang ulir:
a 0,75. a

(Lit.1, hal.299)

= 0,75 . 5,5
= 4,125 Kg/mm2
3. Perhitungan besaran pada baut tap
Diameter inti baut yang diperlukan:
di

2W
a

(Lit.1, hal.296)

dimana:
di

= diameter inti baut

= beban aksial baut


= 113,04 Kg

= tegangan tarik yang diizinkan


= 5,2 Kg/mm

maka:
di

2W
a
2.(113,04)
5,2

6,6 mm

Direncanakan untuk emilih ukuran ulir kasar meteris (JIS B 0205).


Jenis ulir adalah M8 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(Lit.1 hal.290)
Didapat diameter inti baut (di) = 6,6 mm
Jumlah ulir yang diperlukan:
Z

W
.d 2 .h.g a

dimana:
Z

= jumlah ulir

= beban aksial baut

d2

= diameter efektif luar

(Lit.1, hal.290)

= 7,188 mm
h

(Lit.1, hal.290)

= tinggi kaitan
= 0,677 mm

ga

= tekanan permukaan yang diizinkan


= 1 Kg/mm2

(Lit.1, hal.297)

maka:
Z

113,04
.(7,188).(0,677 ).(1)

= 7,4
Untuk pertimbangan keamanan jumlah ulir yang diperlukan = 8 buah
Panjang ulir yang diperlukan (H):
H

=Z.P

= jarak bagi

Dimana:

= 1,25
maka:
H

=Z.P
= 8 . 1,25
= 10 mm

Kedalaman lubang ulir:


L

= H + 10
= 10 + 10

= 20 mm
jumlah ulir dari lubang ulir (Z'):
Z

L
P
20

= 1,25
= 16 buah ulir

F.

Perhitungan Paku Keling


A. Paku keling antara Clutch facing dan disk spring
Gaya pada paku keling:
F

2.mP
D

(Lit.1, hal.25)

dimana:
F

= gaya tangensial pada paku keling

mp

= momen puntir
= 27577,32 Kg.mm

= diameter rata-rata pelat gesek

= 170 mm
maka:
F

2.mP
D
2.( 27577,32)
170

= 324,44 Kg
karena jumlah paku keling adalah 16 buah, maka gaya pada tiap paku keling
adalah 20,77 Kg.
Dalam perencanaan ini bahan yang digunakan adalah S 35 C dari JIS G 4501
(lit.1 hal. 3)
Tegangan tarik yang diizinkan:
a

b
v

(Lit.1, hal.3)

dimana:
b

= tegangan tarik yang direncanakan


= 52 Kg/mm2

= faktor keamanan
= 8 10

(Lit.1, hal.3)

= 10 (untuk mendapatkan tegangan tarik yang kecil)


maka:
a

b
v

52
10

= 5,2 Kg/mm2
Tegangan geser yang diizinkan ( ):
0,75. a

= 0,75 . 5,2
= 3,9 Kg/mm2
Perbandingan diameter dalam dan diameter luar:
d2
0,6
d1

dimana:
d2

= diameter dalam

d1

= diameter luar

untuk mencari diameter paku keling:

4F '
d1 0,6d1 2

(Lit.1, hal.25)

dimana:
d1

= diameter luar paku keling

F'

= gaya tangensial paku keling


= 20,277 Kg

maka:
d1

4F '
.0,64.

4.( 20,27)
..(0,64).(3,9)

3,2 mm

agar paku keling yang digunakan aman maka diambil 4 mm.


Didapat:
d2
0,6
d1

d2

= 0,6 d1
= 0,6 . 4
= 2,4 mm

diameter kepala paku keling:


do

= 1,81 . d1

(Lit.5, hal.8)

= 1,81 . 4
= 7,24 mm
Tebal kepala paku keling
T

= 0,5 . d1

(Lit.5, hal.8)

= 0,5 . 4
= 2 mm
B. Paku keling antara disc spring dan disc plat
Gaya pada paku keling:
F

2.m p
D

(Lit.5, hal.25)

dimana:
F

= gaya tangensial pada paku keling

mp

= momen puntir
= 27577,32 Kg.mm

= diameter disc plat


= 130 mm

maka:
2.m p

2.( 27577,32)
130

= 424,186 Kg
sedang gaya pada tiap paku keling (F')
F'

424,286
16

= 26,52 Kg
Diameter paku keling (d)

F'
A

4F '
.d 2

4.F '
.

4.(26,52)
.(3,9)

2,94

mm

Agar aman digunakan 3 mm.


Jenis paku keling adalah jenis kepala bulat.
Diameter kepala bulat paku keling (do)
do

= 1,75 . d

do

= 1,75 . d

(Lit.5, hal.38)

maka:

= 1,75 .3
= 5,25 mm
Radius kepala paku keling (r)
r

= 0,895 . d

(Lit.5, hal.38)

= 0,895 . 3
= 2,685 mm
Tebal kepala paku keling (T)
T

= 0,75 . d

(Lit.5, hal.35)

= 0,75 .3
= 2,25 mm
C. Paku keling antara pegas diafragma dan rumah kopling
Gaya tangensial pada tiap paku keling (F')

F'

2.m p
n.D

(Lit.1, hal.25)

dimana:
mp

= momen puntir
= 27577,32 Kg.mm

= jumlah paku keling


= 18 buah

= diameter luar pegas diafragma


= 200 mm

maka:
F'

2.m p
n.D
2.(27577,32)
18.( 200)

= 15,32 Kg
untuk menentukan diameter paku keling:
a

F
A

(Lit.4, hal10)

dimana bahan paku keling adalah S 35 C dengan:


a

= tegangan tarik yang diizinkan


= 5,27 Kg.mm

= gaya aksial paku keling


= 30,34 Kg

= luas penampang paku keling


=

.d 2

maka:
d

4.F
. a
4.(30,34)
..5,2

2,95 mm

Agar aman digunakan 3 mm.


Diameter kepala paku keling (do) untuk jenis paku keling silinder:
do

= 1,81 . d

(Lit.5 hal.34)

= 1,81 . 3
= 5,34 mm
Tebal paku keling (T):
T

= 0,5 . d
= 0,5 . 3
= 1,5 mm

(Lit.5 hal.34)

BAB IV
KESIMPULAN
Dari perhitungan-perhitungan terdahulu dapatlah ditarik kesimpulan ukuranukuran kopling plat gesek tunggal yang direncanakan.
1. Daya dan putaran berdasarkan data yang diberikan :
Daya ( P )

= 72 PS.

Putaran (u)

= 5000 rpm.

2. Ukuran poros :
Bahan poros

= SCM 5.

Diameter poros ( d )

= 20 mm.

Diameter poros bintang ( do )

= 27,5 mm.

Diameter poros Terkecil ( di )

= 25 mm.

Diameter luar clucth hub ( De)

= 43 mm.

Panjang poros bintang pada poros (I)

= 250 mm.

Panjang poros bintang pada pelat gesek ( L )

= 41 mm.

Jumlah poros bintang

= 21 buah.

Jenis poros Bintang

= Involut Splines.

3. Pelat Gesek :
Bahan plat gesek

= Asbes yang ditenun pada


Operasi kering.

Waktu pakai

= 6 jam setiap hari dan 300 hari

Setiap tahun.
Diameter luar pelat gesek ( Di )

= 210 mm.

Diameter dalam pelat gesek ( Do )

= 180 mm.

Tebal satu sisi pelat gesek ( ai )

= 3,32 mm.

Lama pemakaian ( L )

= 2453 jam.

Temperatur akhir kopling

= 78 ' C.

Jumlah penyetelan

= 4 kali.

4. Pegas Diagfraghma.
Bahan pegas

= SUP 7.

Diameter luar pegas diagfrahma ( Di )

= 210 mm.

Diameter dalam pegas diagfrahma ( Dz )

= 180 mm

Diameter luar pegas segitiga ( D )

= 30 mm.

Tebal pegas Diagfraghma (h)

= 2 mm.

Jumlah pegas segitiga datar

= 18 buah.

5. Bantalan.
Bahan

= SCM 2.

a. Bantalan radial sebelah kiri

= DGBB 6082 Z

Diameter luar

= 22 mm.

Diameter dalam

= 7 mm.

Tebal bantalan

= 7 mm.

Jarak antar lubang

= 15 mm.

Umur rencana bantalan

= 9812 jam.

b. Bantalan radial sebelah kanan

= DGBB 16006

Diameter luar

= 55 mm.

Diameter dalam

= 30 mm.

Tebal bantalan

= 7 mm.

Jarak antar lubang

= 40 mm.

c. Bantalan aksial

= SCM 2.

Diameter luar

= 62 mm.

Diameter dalam

= 35 mm.

Tebal bantalan

= 18 mm.

Jarak antar lubang

= 48 mm.

6. Baut tap
Bahan baut

= S 35 C

Bahan lubang ulir

= S 40 C

Ukuran standar ulir baut dan lubang ulir (Mur) = M8.


Ukuran standar kepada baut

= N 104

7. Paku keling.
Bahan paku keling

= S 35 C.

a. Paku keling clutch facing


- jenis paku keling

= Kepala silinder berlubang

- Diameter dalam paku keling (dz)

= 2,4 mm.

- Diameter luar paku keling (di)

= 3 mm.

- Diameter kepal paku keling (do)

= 7,24 mm.

- tebal kepala paku keling (T)

= 2 mm.

b. Paku keling pada disc plat


- jenis paku keling (d)

= Kepala bulat

- Diameter paku keling (d)

= 3 mm.

- Diameter kepala paku keling (do)

= 5,25 mm.

- tebal kepala paku keling (T)

= 2,25 mm.

- Radius kepala paku keling ( r )

= 2,685 mm.

c. Paku keling pada pegas diagfraghma.


- Jenis paku keling

= Kepala silinder pejal.

- Diameter paku keling ( d )

= 3 mm.

- Diameter kepala paku keling (do)

= 5,34 mm.

- tebal kepala paku keling (T)

= 1,5 mm.

DAFTAR GAMBAR
Gb.1
Gb.2
Gb.3
Gb.4
Gb.5
Gb.6
Gb.7

Kopling Plat Gesek


Diagram Gaya Geser dan Momen Lentur.
Kopel Gaya Pada Pegas.
Pegas Segitiga Datar Kantilever
Bantalan Gelinding Radial
Berat Roda Gigi.
Bantalan Peluru Aksial..

5
25
39
42
46
51
58

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..
HALAMAN PENGESAHAN .
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI ...
DAFTAR GAMBAR ...
BAB I
Pendahuluan ...
1. Kopling Tetap
2. Kopling Tidak Tetap ..
BAB II
Komperatif Data dan Cara Kerja
A. Komperatif Data
B. Cara Kerja .
BAB III
Perhitungan Kopling ..
A. Perhitungan Plat Gesek .
B. Perhitungan Poros ..
C. Perhitungan Pegas Diafragma ...
D. Perhitungan Bantalan
E. Perhitungan Dimensi Baut .
F. Perhitungan Paku Keling ...
BAB IV
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA .

i
ii
iii
iv
v
1
1
2
3
3
3
7
7
17
38
46
63
69
76
79

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso, "Elemen Mesin", PT.Pradya Paramitha, Jakarta.


2. Wiranto Arismunandar, "Penggerak Mula Motor Bakar Torak", ITB, Bandung,
1983.
3. V. Dobrovlski, CS, "Machine Element", Translation, Mir Publisher by A Tritsky.
4. Subakti. M, "Bagian-bagian Mesin I-A", FT. UNSRI Palembang, 1979.

5. Baulmester and Marks, "Standart handbook for mechanical Engineers", Seventh


Edition, Mc Graw Hill Book Company.
6. Gandhi Harahap M. Eng, "Perencanaan Teknik Mesin", edisi keempat, Jilid 2,
Erlangga, 1986.
7. Paul H. Black, "Mechine Design", 3th Edition, Mc Graw Hill Book Company.
8. Subakti. M, "bagian-bagian Mesin I-B", FT. UNSRI, Palembang, 1979.
9. La heij, Ilmu Menggambar Mesin I-B", PT. Pradaya Paramitha, Jakarta, 1982.
10. Spott, ME, "Design of Machine Element", PHI, India, 1978.
11. SKF, "Ball and Roller Bearing", Gradigue, No.2401 E.
12. Diklat "Mekanika Teknik", FT.UNSRI, Palembang.

Anda mungkin juga menyukai