1. Definisi
Evidence Based Medicine adalah integrasi hasil-hasil penelitian
terbaru dengan subyek pasien dan kejadian klinik dalam membuat keputusan
klinik atau merupakan juga hasil-hasil penelitian terbaru yang merupakan
integrasi antara pengalaman klinik, pengetahuan patofisiologi dan keputusan
terhadap kesehatan pasien (Sugiarto, 2009).
Evidence Based Medicine adalah suatu sistem atau cara untuk
menyaring semua data dan informasi dalam bidang kesehatan. Sehingga
seorang dokter hanya memperoleh informasi yang sahih dan mutakhir untuk
mengobati pasiennya. (Wirjo, 2002).
Evidence Based Medicine (EBM) adalah suatu tindakan yang
berlandaskan alasan yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Dalam hal ini tindakan medis, atau penanganan pasien oleh
seorang dokter. EBM sendiri merupakan integrasi dari bukti penelitian,
keahlian klinis dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat.
2. Tujuan Evidence Based Medicine
Dengan mengacu pada konsep evidence based medicine, dokter tidak
khawatir terhadap tuntutan malpraktek, karena telah menjalankan tugas
profesinya sesuai kaidah etika ilmu kedokteran yang berbasis ilmiah, valid,
dan reliabel. (Pandhita, 2007).
Tujuan utama dari EBM adalah membantu proses pengambilan
keputusan klinik, baik untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik,
maupun rehabilitatif yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini yang
terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.Dengan demikian maka salah
satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan keputusan klinik yang
evidence-based, adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang relevan
dengan masalah klinik yang dihadapi serta diutamakan yang berupa hasil
meta-analisis, review sistematik, dan randomised controlled trial (RCT).
Dua strategi digunakan untuk merealisasi tujuan EBM. Pertama, EBM
mengembangkan sistem pengambilan keputusan klinis berbasis bukti terbaik,
yaitu bukti dari riset yang menggunakan metodologi yang benar. Metodologi
yang benar diperoleh dari penggunaan prinsip, konsep, dan metode kuantitatif
epidemiologi. Pengambilan keputusan klinis yang didukung oleh bukti ilmiah
yang kuat memberikan hasil yang lebih bisa diandalkan (BMJ vidence Centre,
2010).
3. Langkah-langkah pembuatan Evidence Based Medicine
1. Mengajukan pertanyaan klinik yang dapat dijawab (asking answerable
question).
2. Melakukan pelacakan pustaka untuk menjawab pertanyaan klinik.
3. Melakukan telaah kritis terhadap bukti ilmiah.
4. Melakukan integrasi antara bukti ilmiah yang valid, keahlian klinik, dan
nilai serta harapan yang ada pada pasien.
5. Melakukan evaluasi hasil guna penerapan bukti ilmiah di dalam praktek.
(Guyatt, 2004)
4. Aspek-aspek dalam Evidence Based Medicine
a. Aspek medik
: Fungsinya untuk mengelola penderita.
b. Aspek ilmiah
:Untuk mensurvey keluhan, kelainan fisik, dan
terapinya.
c. Aspek personal
sistematik, terencana, dan melibatkan seluruh klinisi di bidang masingmasing. Pelatihan Evidence-based medicine perlu didukung dengan
perangkat lunak dan perangkat keras yang memadai. Pada saat ini
informasi-informasi ilmiah dapat diperoleh secara mudah dari journaljournal biomedik melalui internet. Oleh sebab itu sudah selayaknya
setiap rumah-sakit melengkapi diri dengan fasilitas-fasilitas untuk
searching dan browsing yang dapat diakses secara mudah oleh para
klinisi.
Pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan untuk membahas
masalah-masalah klinik hendaknya difasilitasi dengan sumber-sumber
informasi yang memadai. Untuk ini diperlukan staf pendukung yang
mampu secara kontinvu men-down load full text paper dari berbagai
journal biomedik. Informasi-informasi yang ada kemudian dapat
digunakan untuk mem-back-up keputusan-keputusan klinik agar dapat
berbasis pada bukti ilmiah yang terpercaya.
Sudah saatnya pula dilakukan sosialisasi secara sistematik kepada
seluruh jajaran pelayanan kesehatan untuk memanfaatkan hasil-hasil
studi biomedik dalam pengambilan keputusan klinik. Pusat-pusat
pelayanan kesehatan dapat bekerjasama dengan pusat-pusat pendidikan
tinggi, khususnya Fakultas-fakultas kedokteran dalam memverifikasi dan
menetapkan hasil-hasil penelitian yang valid yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan klinik.
6. Hambatan dalam praktek Evidence Based Medicine
a. Hambatan dalam praktek evidence based medicine yaitu :
1) Kurangnya akses terhadap bukti ilmiah
2) Kurangnya pengetahuan dalam telaah kritis dan metodologi penelitian
3) Tidak adanya dukungan organisasi
4) Tidak adanya dukungan dari para kolega.
5) Keterbatasan waktu para praktisi menuntut perlunya strategi dalam
praktek EBM yaitu :
a) pengembangan strategi yang lebih efisien untuk melacak dan
melakukan analisis kritis terhadap berbagai penelitian (termasuk
menilai validitas dan relevansinya.
b) pengembangan sistem informasi
c) Pengembangan strategi cara belajar EBM.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari materi yang telah diuraikan pada Studi Pustaka dan dalam kaitannya
dengan kasus skenario, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
EBM adalah pengambilan keputusan dengan berbasis bukti ilmiah. Bukti itu
dapat diperoleh memalui buku, jurnal ilmiah internet, atau opini para ahli.
EBM mutlak diperlukan untuk seorang dokter agar kualitas dan
profesionalismeya meningkat dan tidak perlu khawatir dengan tuntutan
malpraktek, karena ia telah bekerja sesuai prosedur yang ada.
Untuk melakukan pencarian bukti-bukti ilmiah pada internet dapat
dilakukan dengan logika boolean dan mengakses free full text.
B.
Saran
Berdasarkan pembahasan ada beberpa hal penting yang perlu diperhatikan:
1.
Perlu dibiasakan belajar berbasis bukti sedari kuliah agar saat mulai
menghadapai pasien bisa mengambil bukti secara tepat.
2.
Dalam menggunakan bukti ilmiah juga melihat relevan dan reliabelnya, karena
informasi di dunia medis terus berkembang.
3.
Dibutuhkan ketrampilan dalam menelusuri bukti ilmiah, hal itu perlu dilatih
sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
Wirjo, Hananto. 2002. Kajian Klinik Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik menurut
Kedokteran Berbasis Bukti (KBB). Jakarta: Sagung Seto
Pandhita, S. Gea, Implikasi Kedokteran Defensif, artikel ini pada website:
http://www.scribd.com, diakses pada 8 September 2016
Guyatt G. Evidence based medicine has come a long way, The second decade will be
as exciting as the first, BMJ 2004;329:9901
Soeleman, Koentjoro. Evidence Based Medicine. Artikel ini pada website:
www.fk.uwks.ac.id, diakses pada 8 September 2016