Disusun Oleh :
Muhammad Irfan
Nur Alifia Chaerunnisa
Siti Marlina
Yuri Tadashi
Dosen Pembimbing :
Muhammad Qodhafi, M.Pd.I
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
FAKULTAS D3 FARMASI
JAKARTA
2016
DAFTAR ISI
1 | Page
COVER MAKALAH.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................................ 4
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................... 5
PENUTUP.............................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
2 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ijtihad adalah mengeluarkan (menggali) hukum-hukum yang tidak
terdapat nash (teks) yang jelas ; yang tidak mengandung kecuali satu makna
tentangnya. Ijtihad merupakan salah satu sumber hukum Islam. Ijtihad dilakukan
dengan mencurahkan kemampuan untuk mendapatkan syara dengan berlandaskan
Al-Quran dan hadis.
Mujtahid (orang yang melakukan ijtihad) ialah orang yang memiliki
keahlian dalam hal ini. Ia adalah seorang yang hafal ayat-ayat ahkam, haditshadits ahkam beserta mengetahui sanad-sanad dan keadaan para perawinya,
mengetahui nasikh dan mansukh, am dan khash, muthlaq dan muqayyad serta
menguasai betul bahasa Arab dengan sekira hafal pemaknaanpemaknaan setiap
nash sesuai dengan bahasa al Quran, mengetahui apa yang telah disepakati oleh
para ahli ijtihad dan apa yang diperselisihkan oleh mereka, karena jika tidak
mengetahui hal ini maka dimungkinkan ia menyalahi ijma' (konsensus para
ulama) para ulama sebelumnya. Lebih dari syarat-syarat di atas, masih ada sebuah
syarat besar lagi yang harus terpenuhi dalam berijtihad yaitu kekuatan
pemahaman dan nalar. Kemudian juga disyaratkan memiliki sifat adalah; yaitu
selamat dari dosa-dosa besar dan tidak membiasakan berbuat dosa-dosa. Ijzah
sanad (mata rantai) keilmuan yang telah didapat. Kemudian dalam seluruh
disiplin ilmu-ilmu Islam; mendapatkan Ijzah mmah Secara khusus; Syekh
Yasin al- Padani telah membukukan seluruh sanad beliau (ats-tsabt) diantaranya
dalam al-Iqd al-Fard Min Jawhir al-Asnd.
Rasulullah pernah menjelaskan bahwa jika seseorang berijtihad dan hasil
ijtihadnya benar akan mendapat balasan dua pahala, sebaliknya jika keliru tetap
mendapatkan pahala satu.
3 | Page
BAB II
4 | Page
PENJELASAN
5 | Page
6 | Page
7 | Page
8 | Page
( )
9 | Page
Wajib, yaitu perintah yang harus dikerjakan. Jika perintah tersebut dipatuhi
(dikerjakan), maka yang mebgerjakannya akan mendapat pahala, jika tidak
tidak berdosa
Haram, yaitu larangan keras. Kalau dikerjakan berdosa jika tidak
10 | P a g e
Dasar (dalil)
Masalah yang akan diqiyaskan
Hukum yang terdapat pada dalil
Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang
diqiyaskan
Istihsan/Istislah, yaitu mentapkan hukum suatu perbuatan yang tidak
dijelaskan secara kongret dalam Al Quran dan hadits yang didasarkan
atas kepentingan umum atau kemashlahatan umum atau unutk
kepentingan keadilan.
Contoh penggunaan istihsan dalam jual-beli.Islam hanya
membenarkan transaksi jual-beli jika barangnya sudah nyata-nyata
ada. Praktek salam, yakni jual-beli dengan cara bayar duluan
sementara barangnya belakangan, dilarang oleh Islam. Tentu saja
maksudnya agar tidak terjadi kecurangan. Tapi zaman berkembang dan
sistem transaksi bisnis bergerak lebih cepat. Sering kali produsen tidak
sanggup menyediakan barang yang dibutuhkan pelanggan karena
keterbatasan modal. Atas dasar kebutuhan dan kepercayaan, pelanggan
akhirnya membayar duluan, sementara barang yang dipesannya baru
diproduksi setelah pelanggan membayar (penuh ataupun sebagian) dari
keseluruhan harga barang yang dipesannya. Pembayaran secara salam
tersebut merupakan "kekecualian" dari salam yang umum.
Istishab, yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan
telah ditetapkan suatu dalil, sampai ada dalil lain yang mengubah
kedudukan dari hukum tersebut
Istidlal, yaitu menetapkan suatu hukum perbuatan yang tidak
disebutkan secara kongkret dalam Al Quran dan hadits dengan
didasarkan karena telah menjadi adat istiadat atau kebiasaan
masyarakat setempat. Termasuk dalam hal ini ialah hukum-hukum
agama yang diwahyukan sebelum Islam. Adat istiadat dan hukum
agama sebelum Islam bisa diakui atau dibenarkan oleh Islam asalkan
tidak bertentangan dengan ajaran Al Quran dan hadits
Maslahah mursalah, ialah maslahah yang sesuai dengan maksud syarak
yang tidak diperoeh dari pengajaran dalil secara langsung dan jelas
11 | P a g e
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
2.9 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ijtihad ialah berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya,
baik dalam Al Quran maupun Hadits, dengan menggunkan akal pikiran yang
sehat dan jernih, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukumhukumyang telah ditentukan.
ijtihad memiliki sumber hukum, yaitu ; pertama, ayat al-quran; kedua,
hadis-hadis nabi yang sudah melalui seleksi yang ketat tentang keshahihannya;
ketiga, ijma. Ijtihad untuk menentukan hukum dibenarkan dengan tujuan
kemaslahatan untuk menjawab setiap persoalan yang terjadi.
14 | P a g e
hasil yang
berbeda. Oleh karea itu, sikap kita yang sangat penting terhadap ijtihad hendaknya
senantiasa
bijaksana.
Artinya,
pertama,
perbedaan
itu
harus
disadari
DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. H. Aboebakar Atjeh. 1977. Ilmu Fiqh Islam dalam Lima
Mahzab. Jakarta: Islamic Research Institute
H. Kholil Abou Fateh. 2011. Masa-Il Diniyyah 1. Jakarta: Kompilasi Ebook
15 | P a g e
16 | P a g e