Anda di halaman 1dari 19

CBD

DEMAM THYPOID

Pembimbing :
dr Dewi Laksmi, S.pa, M.kes

Disusun Oleh :
Wahyu Aji Setiabudi
30101206747

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhosa dan hanya didapatkan pada
manusia. Terdapat 3 bioserotipe salmonella enteriditis yaitu bioserotif paratyphiA, paratyphi
(Schotsmulleri) dan paratyphi C (S.Hirschfeldii) sedangkan demam enteric dipakai baik pada
demam tifoid maupun demam paratifoid. Sinonim demam tifoid dan demam paratifoid adalah
enteritic Fever, Thyphus dan Paratyphus Abdominalis.
et Demam tifoid masih menjadi problem utama di beberapa negara berkembang termasuk
Indonesia (Soewandojo al., 1998). Kejadian demam tifoid di Amerika Selatan yaitu 1:650 per
tahun, lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara di benua yang berbeda seperti Indonesia
dan Papua New Guinea yaitu 1:100 per tahun (Portilli, 2000). Selama periode tahun 80-an,
Indonesia merupakan salah satu negara dengan insiden demam tifoid tertinggi di dunia
(Suandono et al, 2005). Hasil dari studi epidemiologi dan survei rumah tangga memperlihatkan
bahwa angka morbiditas untuk daerah semi pedesaan adalah 358/100.000 penduduk untuk
daerah perkotaan, disertai kecenderungan peningkatan karena program vaksinansi untuk penyakit
ini telah dihentikan sejak tahun 1980. (Arsojo dan Simanjuntak, 1998; Punjabi, 1998;
Sudarmono et al, 2001). Data dari rumah sakit yang menangani penyakit infeksius di Jakarta
melaporkan bahwa kasus demam tifoid terus meningkat, dari 11,4% menjadi 18,9% selama tahun
1983 1990. Pada periode tahun 1991 1996 penyakit meningkat dari 22% sampai 36,5%.
Angka mortalitas penyakit menurun dari 3,4% pada tahun 1981 menjadi 0,6% pada tahun 1996,
angka ini telah menunjukkan adanya penurunan berkaitan dengan adanya perbaikan fasilitas
kesehatan (Arjoso dan Simanjuntak, 1998; Sujudi, 1998). Hampir 80% kasus demam tifoid
ditemukan pada anak-anak atau dewasa, usia antara 5 sampai 29 tahun (Suandono et al., 2005).
Arjoso dan Simanjuntak (1998) melaporkan bahwa kelompok yang mudah terpapar kasus
tersebut sebagian besar terjadi pada umur 3 19 tahun.

Sampai saat ini demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan, hal ini disebabkan

oleh kesehatan lingkungan yang kurang memadai, penyediaan air minum yang tidak
memenuhi syarat, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat. Walaupun
pengobatan demam tifoid tidak terlalu menjadi masalah namun diagnostik kadangkadang menjadi masalah terutama ditempat dimana tidak dapat dilakukan pemeriksaan
kuman ataupun pemeriksaan laboratoriumnya, oleh sebab itu maka pengenalan gejalagejala

klinik

menjadi

sangat

penting

untuk

membantudiagnostik.(5)

Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat
mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi
kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus
menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat
dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau
diare beberapa hari.
Patogenesis
Kuman masuk melalui makanan/minuman, setelah melewati lambung
kuman mencapai usus halus (illeum) dan setelah menembus dinding usus
sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque peyeri). Kuman ikut
aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakterimia primer)
mencapai jaringan RES (hepar,lien,sumsum tulang untuk bermultiplikasi),
setelah mengalami bakterimi sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah
untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra kranial). Masa inkubasi kuman
10-14 hari. Perubahan pada jaringan yang terkena serupa dengan pada tifus
abdominalis, hanya umumjnya lebih ringan. Perubahan pada saluran
pencernaan

dapat

mengakibatkan

nekrosis

permukaan

mukosa

usus

sehingga terjadi gastroenteritis. Akan tetapi nekrosis pada mukosa usus


diatas jaringan limfoid yang menimbulkan ulserasi yang dalam jarang terjadi
sehingga jarang sekali ditemukan perforasi atau perdarahan usus. Dengan
terjadinya bakterimia (sepsis) dapat terjadi pada peradangan organ lain yang
terkena

sehingga

sesuai

dengan

osteomyielitis, meningitis, abses, dll.


Gejala klinis

lokasinya

dapat

terjadi

arthritis,

Demam yang berlangsung 1-3 minggu biasanya tidak seberapa panas


(sub febril),kecuali bila terjadi sepsis.
Terdapat gangguan sistim pencernaan berupa rasa enek,nyeri perut,muntah
dan kadang kadang diare. Limpa biasanya tidak membesar. Hati membesar
dan biasanya nyeri pada perabaan,sering ditemukan perut kembung.
Kesadaran mungkin menurun hanya sampai apatis, kecuali bila terjadi
meningitis atau komplikasi dehidrasi asidosis Gejala lain seperti

roseola

dapat pula ditemukan Pada paratypoid b biasanya ditemukan leukopeni, dan


pada paratypoid lain buasanya terjadi leukositosis

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan tes widal salmonella typhi O,H dan salmonella para typhi O,H
Pemeriksaan

darah

tepi

leukosit,

trombosit,

haemoglobin,

eritrosit,

hematokrit.

Pencegahan

mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air, menyiapkan


makanan sendiri, tidak sembarangan (di negara kita masih banyak keluarga
yang tidak memiliki jamban sendiri), memasak makanan terlebih dahulu,
bijak

dalam

menggunakan

antibiotik.

Selain hal-hal di atas, saat ini sudah tersedia vaksin untuk tifoid.

Pengobatan

1. Antibiotik
Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau
kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat
pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.
Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4
kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat
indikasi kontra pemberian kloramfenikol , diberi
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,
intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau
amoksisilin dengan

dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi

dalam 3-4 kali.

Pemberian, oral/intravena selama 21 hari, atau


kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.

Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama
5-7 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance),
maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
. Antipiretik, untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang timbul akibat demam
Untuk anak-anak, bisa digunakan Paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB,
setiap 4-6 jam
3. Steroid, hanya untuk demam tifoid yang berat, yaitu ensefalopati tifoid
yang ditandai dengan penurunan kesadaran, koma, syok Biasanya diberikan
di

rumah

sakit

karena

butuh

pengawasan

ketat.

Dapat

digunakan

Deksametason dengan dosis awal 3 mg/kg BB diikuti dengan 1 mg/kg BB


setiap 6 jam selama 48 jam.
Non Medis
Tatalaksana

Non-medikamentosa

untuk

demam

tifoid:

1.Tirahbaring(bedrest)
2.Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi karena demam
3. Makan makanan yang bergizi, rendah lemak dan lunak agar tidak
memberatkan

kerja

usus

4. Jaga higiene dan kebersihan diri maupun orang yang merawat untuk
menghindari

penularan

5. Monitoring keadaan klinis dan waspadai tanda-tanda perburukan atau


komplikasi

BAB II
CATATAN MEDIK ORIENTASI MASALAH

IDENTITAS PENDERITA
1.

Nama penderita

: An. N

2.

Tempat/tgl lahir

: 20 juni 2008

3.

Umur

: 8 tahun

4.

Jenis kelamin

: perempuan

5.

Pendidikan

: SD

6.

Alamat

: sukomulyo 03/01 kaliwungu selatan

7.

Nama ayah

: Tn. S

8.

Umur

: 35 tahun

9.

Pendidikan

: SMA Tamat

10.

Agama

: Islam

11.

Pekerjaan

: Swasta

12.

Suku Bangsa

: Jawa

13.

Alamat

: sukomulyo 03/01 kaliwungu selatan

14.

Nama ibu

: Ny. M

15.

Umur

: 32 tahun

16.

Pendidikan

: SMA Tamat

17.

Agama

: Islam

18.

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

19.

Alamat

: sukomulyo 03/01 kaliwungu selatan

20.

Nomer RM

:512663

21.

Bangsal

: Dahlia

22.

Tanggal masuk

: 27 oktober 2016

23.

Tanggal keluar

: 1 november 2016

DATA DASAR
Anamnesa
Alloalamnesa dengan ibu penderita pada hari kamis 27 oktober 2016 pukul 11.00 wib,
diruang bangsal dahlia dan di dukung dengan catatan medis.
Keluhan Utama :
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
SMRS : anak mengeluhkan badannya demam (+) Batuk (-), pilek (-), menggigil (-),
mimisan (-), ruam kulit (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-) muntah (+) . Panas dirasakan
terutama saat malam hari dan turun saat pagi hari. Setelah diberi obat penurun panas,
panas turun namun kemudian panas lagi. Tidak ada riwayat pergi ke daerah endemis
malaria.
HMRS : anak mengeluhkan badannya demam (+) BAB/BAK lembek. Batuk (-), pilek
(-), menggigil (-), mimisan (-), ruam kulit (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-) muntah (+) .
Panas dirasakan terutama saat malam hari dan turun saat pagi hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit lain yang pernah diderita anak.
Faringtis

: disangkal

Bronkitis

: disangkal

Entiritis

disangkal

Pnemonia : disangkal

Disentri

Morbili

: disangkal

basilar

Pertusis

: disangkal

disangkal

Varicella

: disangkal

Disentri anaeba

Difteri

: disangkal

Thip.Abdaminalis : disangkal

Malaria

: disangkal

Cacingan

: disangkal

Palio

: disangkal

Operasi

: disangkal

: disangkal

Trauma

: disangkal

Reaksi obat/alergi

: disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ayah pernah mengalami thypoid abdominalis
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien tinggal bersama ibunya, ayah bekerja sebagai karyawan swata, pekerjaan ibu adalah ibu
rumah tangga dengan penghasilan bapak cukup. Pengobatan dengan BPJS.
Kesan : sosial ekonomi cukup
DATA KHUSUS
Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Anak perempuan lahir dari ibu G1P0A0 hamil 39 minggu, lahir secara spontan. Persalinan
ditolong oleh bidan, anak lahir langsung menangis, berat badan lahir 2800 gram. Panjang
badan lahir ibu lupa, lingkar kepala saat lahir ibu lupa, lingkar dada saat lahir ibu juga
lupa.
Kesan : neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, lahir secara spontan
Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 1x setiap 2
bulan sampai usia kehamilan 8 bulan. Setelah > 8 bulan ibu memeriksakan
kehamilan 1x dalam sebulan. Selama hamil ibu mengaku mendapat imunisasi TT
2x di bidan. Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat
perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat
minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu disangkal. Obatobat yang
diminum selama kehamilan adalah vitamin dan tablet tambah darah.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di Posyandu dan
dasar lengkap.

mendapat imunisasi

Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik

Riwayat Makan Minum


Anak diberi ASI sampai usia 9 bulan. Anak hanya mendapat ASI penuh sampai umur 6
bulan. Usia 6 bulan ibu mulai memberi susu pendamping ASI, ibu memberi bubur susu,
nasi tim, buah waktu usia 9 bulan. Anak sudah diberikan nasi biasa dan lauk pauk seperti
makan keluarga saat umur lebih dari 1 tahun.
Pola makan anak di usia 2-8 tahun saat ini biasa mengkonsumsi nasi dengan telor, tempe,
tahu, ikan , sayur,buah ,susu kadang mengkonsumsi daging , frekuensi makan 2- 3x1 hari.
Setiap kali makan sering habis.
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan dan minum baik
STATUS GIZI
Antropometri menurut Z score :

Anak perempuan

Umur 8 tahun

BB = 18 Kg

TB = 95 cm

BMI = BB (Kg) x 100%


TB (m)2
= 13 Kg
(0,95 m)2
= 18 Kg = 19,94 (normal)
0,9025 m
Kesan : Gizi cukup

Riwayat Imunisasi Dasar dan Ulangan


No

Imunisasi

Berapa Kali

Umur

BCG

1X

1 bulan

2.

DPT

4X

2,4,6,18 bulan

3.

Polio

5X

0,2,4,6,18 bulan

4.

Hepatitis B

4x

0,2,4,6 bulan

Campak

1x

9 bulan

MMR

HIB

8.

Tifus

9.

Abdominalis
Cacar
Air

Kesan imunisasi : lengkap


Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Perkembangan :
o Usia 2 bulan

: senyum, mengangkat kepala

o Usia 3 bulan

: miring

o Usia 4 bulan

: tengkurap

o Usia 5 bulan

: duduk dengan dibantu, bicara satu


suku kata

o Usia 6 bulan

: merangkak

o Usia 7 bulan

: berdiri dibantu

o Usia 9 bulan

: berdiri

o Usia 12 bulan

: bicara kata-kata pendek, berjalan


pelan

o Usia 14 bulan

: berjalan pelan, mengucap kata


pendek

o Usia 18-24 bulan

: menyusun 2 kata, bersosialisasi,


mengucap kata membentuk kalimat
runtut

o Usia 2-3 tahun

: belajar meloncat, memanjat,


menyusun kalimat.

o Usia 4-5 tahun

: play group TK belajar bermain loncat berlari

o Usia 6-8 tahun

: SD sekarang : menghitung, membaca menulis

o Anak dapat bergaul dengan teman sebayanya.

Tidak ada gangguan

perkembangan mental dan emosi.


Kesan : Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan dalam batas normal sesuai
dengan usia

Riwayat KB Orang Tua


Belum menggunakan KB
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 27 oktober 2016, pukul

11.00 WIB. Seorang anak

perempuan usia 8 tahun


Kesan umum : sadar, rewel
Tanda vital :
Nadi : 80x/menit
Pernafasan

: 20x/menit

Suhu : 38 0 C
Status Internus

Kepala

: mesocephale

Rambut

: hitam, tidak mudah dicabut (+)

Mata

: edema palpebra (-/-), konjungtivaanemis (-/-),

sklera ikhterik (-/-), isokor

hidung
cuping hidung (-/-)

: simetris, bekas epistaksis -/-, sekret -/-, nafas

telinga

: discharge (-/-), nyeri tekan (-)

mulut

: gusi berdarah (-),bibir kering (-) ,bibir sianosis (-)

tenggorokan

: tonsil T1/T1, mukosa faring hiperemis (-)

leher

: tidak ada pembesaran KGB

Paru-Paru
o Inspeksi

: simetris, tidak ada retraksi

o Palpasi

: strem fremitus kanan & kiri

o Perkusi

: sonor seluruh lapang paru

o Auskultasi

: Suara dasar : vesikuler


Suara Tambahan : Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS IV, linea midclavicula sinistra,

tidak melebar, tidak kuat angkat

Perkusi

o Batas kiri : ICS IV, linea midclavicula sinistra


o Batas atas : ICS II, linea parasternal sinistra
o Batas kanan : ICS IV, linea sternalisdextra
o Batas pinggang : ICS III linea parasternal kiri

Auskultasi : BJ I-II normal, suara tambahan (-)

Abdomen
-

Inspeksi

: datar

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani di seluruh kuadran, pekak alih (+) normal,

pekak sisih (+) normal, tes undulasi (+) normal.


-

Palpasi

: supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien

tidak teraba.

alat kelamin

: perempuan, dalam batas normal

anorektal

: dalam batas normal

ekstremitas

Akral dingin
Akral sianosis
Oedem
Petekie
CRT
Kulit : turgor kembali cepat

:
Superior
+/+
-/-/-/<2

Inferior
+/+
-/-/-/<2

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
Anti dengue IgG, IgM
Tes widal
Pemeriksaan laboratorium di lakukan pada tanggal 27 Oktober 2016

Hb : 12,5 g/dI

Hematokrit : 32,6 %

Leukosit : 13.300/ul

Trombosit : 246.000/ul
Pemeriksaan Imunoserologi :
Salmonela Typhi O

= 1/320

Salmonela Typhi H

= 1/160

Salmonella paratyhpi AH = negatif


RESUME
SMRS : anak mengeluhkan badannya demam (+) muntah (+) . Panas dirasakan terutama
saat malam hari dan turun saat pagi hari. Setelah diberi obat penurun panas, panas turun
namun kemudian panas lagi. Tidak ada riwayat pergi ke daerah endemis malaria.
HMRS : anak mengeluhkan badannya demam (+) BAB/BAK lembek. muntah (+) . Panas
dirasakan terutama saat malam hari dan turun saat pagi hari.
Dengan hasil pemeriksaan lab terlampir di atas

ASSESMENT : (Diagnosis Kerja)

Demam tifoid

gizi cukup
DD
- Demam tifoid
- Demam paratifoid
- malaria
- DHF

initial plan

Infus RL 14 tpm
Inj. Cefotaxim 3x350 mg

inj. Parasetamol 3x130 mg(jika perlu)

Inj. Ondansetron 3x1 mg

Inj ranitidin 2x18 mg

PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
27

oktober
2016

Keadaan klinis
Keluhan : panas (+),BAB
& BAK normal, nafsu
makan menurun, batuk (-),
pilek (-), kejang (-), sesak
(-), mual (-), muntah (+)
nyeri ulu hati (-)
PF : t : 38 N :116x/menit,
RR :20 x/menit
KU
: Baik
Kesadaran :
composmentis
Kepala
:
mesocephale
Mata
: CA
(-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn
leher
: dbn
- Thorax: simetris (+)

Program terapi / tindakan Paraf


Infus RL 14 tpm
Inj.
Cefotaxim
3x350 mg

inj.

Parasetamol

3x130 mg(jika perlu)

Inj. Ondansetron 3x1


mg

Inj ranitidin 2x18 mg

- Abdomen : BU (+),
- Ekstremitas : akral dingin
(-) menggigil (+)
Assesment : hipertermi
proses infeksi
28
Keluhan : demam (+),BAB
oktober
encer (+) & BAK normal,
2015
nafsu makan menurun,
batuk (-), pilek (-), kejang
(-), sesak (-), mual (+),
muntah (-) nyeri ulu hati (-)
PF : t : 38,2 N : 110 x/menit,
RR :21 x/menit
KU
: Baik
Kesadaran :
composmentis
Kepala
:
mesocephale
Mata
: CA
(-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn
leher
: dbn
- Thorax: simetris (+)
- Abdomen : BU (+),
- Ekstremitas : akral dingin
(-)
Assesment : demam 3 hari
infeksi bakteri susp tifoid
29
Keluhan : demam (+),BAB
oktober
encer (+) & BAK normal,
2016
batuk (-), pilek (-), kejang
(-), sesak (-), mual (-),
muntah (-)
PF : t : 38,5 N : 114 x/menit,
RR :21 x/menit
KU
: Baik
Kesadaran :
composmentis
Kepala
:
mesocephale
Mata
: CA
(-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn
leher
: dbn
- Thorax: simetris (+)
- Abdomen : BU (+),

Infus RL 14 tpm
Inj.
Cefotaxim
3x350 mg

inj.

Parasetamol

3x130 mg(jika perlu)

Inj. Ondansetron 3x1


mg

Inj ranitidin 2x18 mg

Infus RL 20 tpm
Injeksi cefotaxime
3x150 mg
Inj ranitidin 2x1A
p/o paracetamol tab 1
(k/p)
antasid syr 3x1 c (a.c)

- Ekstremitas : akral dingin


(-)
- HB : 11,9
- Leukosit : 6400
- Trombosit : 280000
- Hematokrit : 34,8
Assesment : demam 4 hari
susp thypoid
30
Keluhan : demam (+),BAB
oktober
& BAK normal, batuk (+),
2016
pilek (-), kejang (-), sesak
(-), mual (-), muntah (-)
nyeri epigastrik (+)
PF : t : 37,8 N : 90 x/menit,
RR :20 x/menit
KU
: Baik
Kesadaran :
composmentis
Kepala
:
mesocephale
Mata
: CA
(-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn
leher
: dbn
- Thorax: simetris (+)
- Abdomen : BU (+),
- Ekstremitas : akral dingin
(-)
Assesment : thypoid
Tanggal
31

oktober
2016

Keadaan klinis
Keluhan : panas (-),BAB &
BAK normal, nafsu makan
membaik, batuk (+), pilek
(+), kejang (-), sesak (-),
mual (-), muntah (-)
PF : t : 36,5 N : 82x/menit,
RR :19 x/menit
KU
: Baik
Kesadaran :
composmentis
Kepala
:
mesocephale
Mata
: CA
(-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn

Infus RL 14 tpm
Inj.
Cefotaxim
3x350 mg

inj.

Parasetamol

3x130 mg(jika perlu)

Inj. Ondansetron 3x1


mg

Inj ranitidin 2x18 mg

Program terapi / tindakan Paraf


Infus RL 14 tpm
Inj.
Cefotaxim
3x350 mg

inj.

Parasetamol

3x130 mg(jika perlu)

Inj. Ondansetron 3x1


mg

Inj ranitidin 2x18 mg

leher
: dbn
- Thorax: simetris (+)
- Abdomen : BU (+),
- Ekstremitas : akral dingin
(-)
Assesment : thypoid+ ISPA
1
Keluhan : demam
november
(-),BAB& BAK normal,
2016
nafsu makan baik, batuk
(+), pilek (+), kejang (-),
sesak (-), mual (-), muntah
(-) nyeri ulu hati (-)
PF : t : 36,4 N : 85 x/menit,
RR :28 x/menit
KU
: Baik
Kesadaran :
composmentis
Kepala
:
mesocephale
Mata
: CA
(-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn
leher
: dbn
- Thorax: simetris (+)
- Abdomen : BU (+),
- Ekstremitas : akral dingin
(-)
Assesment : thypoid +
ISPA

PROGNOSA
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad sanam

: ad bonam

Quo ad fungsionam : ad bonam

Infus RL 14 tpm
Inj.
Cefotaxim
3x350 mg

inj.

Parasetamol

3x130 mg(jika perlu)

Inj. Ondansetron 3x1


mg

Inj ranitidin 2x18 mg

Anda mungkin juga menyukai