2, 2006: 90-98
Hal ini dapat dilihat pada waktu anak umur 3 bulan, pada anak normal umur 3
bulan baru dapat menegakkan kepalanya kalau ditelungkupkan, tetapi pada anak cerebral
palsy sebelum umur 3 bulan tampak seperti telah dapat menegakkan kepalanya, (3)
Apabila didirikan tungkainya menyilang seperti gunting, karena kekejangan otot-otot
kaki, (4) Cara merangkak yang aneh, yaitu mendorong maju lengan dan tungkai pada sisi
yang sama. Hal ini dapat disebabkan kelumpuhan sebelah badan, (5) Reflex primitif yang
menetap atau lambat menghilangnya, misalnya Assymetrical Tonick Neck Reflex
(ATNR) pada anak normal ATNR mulai timbul pada umur 2 bulan dan akan menghilang
antara umur 4-6 bulan, tetapi pada anak cerebral palsy ATNR masih menetap sesudah
umur 6 bulan, (6) Bayi tampak lembek otot-ototnya (hypotonus) dan gerakan-gerakan
sendi lebih luas, misalnya sendi panggul dapat diputar ke samping sampai 160 derajat, (7)
Tangan yang selalu menggenggam pada umur lebih dari 3 bulan, karena kekejangan otot
tangan.
Hasil kajian pendahuluan (pra survey) tentang layanan bimbingan karir yang
diberikan kepada siswa Cerebral Palsy di YPAC Surabaya sebetulnya sudah diupayakan
secara optimal, namun masih sebatas kemampuan yang dimiliki guru khususnya guru
keterampilan. Pada umumnya guru sebagai pembimbing terhadap siswanya, hanya
menurut keingingan atau sebatas kemampuan guru dan tidak mencermati kemampuan
yang sebenarnya dimiliki siswa. Sebagai contoh: Siswa yang bisa mengerjakan taplak
meja dengan tusuk silang, tetapi hanya diberikan keterampilan membuat taplak meja
dengan tusuk festoon saja, sehingga siswa kurang mampu untuk dapat mengembangkan
dan menyelesaikan suatu ketrampilan dengan mandiri tanpa bantuan dari guru
pembimbing. Oleh karena itu mereka kurang mampu mengoptimalkan anggota gerak
terutama anggota gerak atas (tangannya).
Karir siswa seperti contoh tersebut menggambarkan adanya keterbatasan
kemampuan guru dalam membimbing siswanya. Kondisi demikian dapat terjadi selain
karena faktor kurang profesionalnya pembimbing/guru dapat pula karena faktor kondisi
sekolah yang kurang menunjang, sehingga pembimbing kurang dapat mengoptimalkan
pelayanan bimbingan.
Dalam tindakan nyata guru keterampilan, wali kelas dan kepala urusan berupaya
memberikan layanan seoptimal mungkin, namun karena keterbatasan kemampuan guru
dan siswa sehingga hasilnya kurang optimal.
Lebih lanjut ditemukan tentang kemampuan orang tua dalam membimbing
khususnya dalam karir terhadap anaknya, diantaranya ada yang terlalu melindungi
(dibantu dalam segala hal) dan ada yang bersikap acuh tak acuh tidak atau kurang
memperhatikannya, untuk kebutuhan psikis, seperti rasa kasih sayang, latihan
keterampilan dan lain-lain, sedangkan mengenai kebutuhan yang bersifat materi hampir
sebagian besar memenuhinya.
Temuan lain bahwa pada kelas Rehabilitasi Pravokasional YPAC Surabaya
berada dalam rentang usia dewasa sehingga permasalahan yang berkaitan dengan karir
banyak terjadi dan membutuhkan bimbingan serius yang secara proporsional dengan
indikator terjadinya perkembangan karir yang kurang optimal menurut proporsi
bimbingan karir pada siswa.
Sebagaimana yang dikemukakan Natawidjaja (1988: 10) bahwa Karir ialah
gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja di luar dirinya,
91
mempertemukan gambaran dirinya tersebut dengan dunia kerja itu untuk pada akhirnya
dapat (1) Memilih bidang pekerjaannya (3) Menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan (3)
memasukinya (4) membina karir dalam bidang tersebut.
Lebih lanjut dikemukakan Gani (dalam Ahman 1998: 11), Bahwa karir adalah
mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang
diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan mengambil suatu keputusan tersebut
adalah yang paling tepat; sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan
dan tuntutan pekerjaan/karir yang dipilihnya.
Memperhatikan adanya gejala-gejala perkembangan karir yang kurang optimal
pada siswa kelas Rehabilitasi Pravokasional di YPAC Surabaya, dengan indikator seperti:
siswa sudah menginjak dewasa, adanya gangguan gerak atas dan bawah (tangan dan kaki
spatis) yang mengakibatkan sulitnya mengerakkan anggota gerak tubuh, sehingga gerak
anggota tubuhnya lamban, serta sikap dan kemampuan orangtua ada yang cenderung over
portection dan rejection sementara guru belum memposisikan dirinya sebagai guru BP
maka berdasar kondisi obyektif tersebut mengisyaratkan perlunya kajian tentang
pengembangan program bimbingan karir bagi anak Cerebral Palsy untuk dapat membantu
masa depannya sendiri.
Adanya beberapa variabel yang perlu diidentifikasi dalam mengkaji permasala
han ini, yaitu, pertama, definisi tentang pengembangan model bimbingan pada penelitian
ini adalah suatu pola dari pelaksanaan bimbingan yang akan dilakukan pada siswa
Cerebral Palsy di SLB-D YPAC Surabaya dengan komponen-komponen pengembangan
sebagai berikut: tujuan, pembimbing, yang dibimbing, program, pendekatan yang diguna
kan dan evaluasi; kedua, definisi tentang karir pada penelitian ini adalah mengarah
kepada pembinaan pravokasional; ketiga, definisi tentang Cerebral Palsy pada penelitian
ini adalah anak yang mengalami cacat yang sifatnya gangguan-gangguan dari fungsi otak
dan urat syaraf yang menjadi siswa kelas Rehabilitasi Pravokasional di SLB-D YPAC
Surabaya.
Adapun asumsi-asumsi yang mendasari penelitian ini adalah: Pertama, Siswa
yang mengalami Cerebral Palsy yang memiliki IQ 85 ke bawah dan berusia antara 18 s/d
26 tahun kurang mendapat arahan dan bimbingan serta kurang dapat menerima arahan
(keterbatasan kamampuan guru dan siswa) untuk memberi dan diberi bekal berbagai
macam latihan keterampilan, sehingga terjadi kesenjangan antara tingkat IQ yang
dimiliki, dengan usia dan kebutuhan akan pekerjaan, Kedua, ketidakharmonisan
perkembangan IQ, usia dengan kebutuhan pekerjan siswa Cerebral Palsy sangat diperlu
kan layanan bimbingan karir, Ketiga, Salah satu bentuk layanan bimbingan karir dapat
berupa perangkat model program bimbingan karir, Keempat, siswa Cerebral Palsy
memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan sebagaimana
diperoleh anak normal, Kelima, diperlukan adanya suatu rumusan hipotetik bimbingan
yang jelas , tepat dan akurat dan kemudian diberdayakan, sehingga model progam ini
dapat diimplementasikan melalui guru/pembimbing bidang studi ketrampilan, wali kelas
dan orangtua.
Sedangkan lingkup yang menjadi batasan penelitian perlu memperhatikan
indikator sebagai berikut: Pertama, optimalisasi peranan guru BP dan wali kelas serta
guru keterampilan, Kedua, keterlibatan orangtua secara aktif, Ketiga, kondisi obyektif
92
siswa (kondisi fisik, komunikasi sosial dan keadaan IQ), 4) keterbatasan kemampuan
guru keterampilan dan siswa.
Adapun fokus permasalahan dapat dijabarkan dalam sejumlah pertanyaan
penelitian sebagai berikut: (1) Kegiatan apa yang selama ini dilakukan oleh guru, wali
kelas dan orangtua dalam membimbing karir anak Cerebral Palsy di YPAC Surabaya ?;
(2) Kendala-kendala apa yang dhadapi oleh guru, wali kelas dan orangtua siswa untuk
memberikan bimbingan karir di YPAC Surabaya ?; (3) Bagaimanakah bentuk
pengembangan model bimbingan karir yang efektif dapat diterapkan oleh guru, wali kelas
dan orangtua siswa di YPAC Surabaya?
Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan
beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Menghimpun data tentang layanan
bimbingan karir yang selama ini dilakukan oleh guru (ketrampilan), wali kelas dan
orangtua di YPAC Surabaya. (2) Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh
guru (ketrampilan), wali kelas dan orangtua siswa dalam melaksanakan bimbingan karir
pada siswa Cerebral Palsy. (3) Menyusun model bimbingan karir yang efektif dan dapat
diimplementasikan dalam tugas nyata yang dilakukan oleh guru (ketrampilan), wali kelas
dan orangtua.
Adapun manfaat yang didapat (1) Memacu guru (ketrampilan) dan wali kelas
untuk meningkatkan layanan bimbingan karir siswa Cerebral Palsy di YPAC Surabaya.
(2) Mendorong orangtua yang memiliki anak Cerebral Palsy untuk mau peduli memberi
kan layanan bimbingan karir pada anaknya di rumah. (3) Sebagai bahan masukan bagi
pakar pendidikan tentang beberapa permasalahan yang memerlukan intervensi layanan
bimbingan dan konseling sesuai dengan kondisi obyektif layanan bimbingan pada siswa
khususnya siswa pada kelas Rehabilitasi Pravokasional. (4) Sebagai sumbangan terhadap
khasanah ilmu khususnya perkembangan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karir
pada siswa rehabilitasi pravokasional, sehingga dapat diimplementasikan secara mudah
oleh siapapun (guru bidang studi ketrampilan, wali kelas, dan orangtua).
Metode
Penelitian ini sebagian besar akan menjawab permasalahan yang bersifat
deskriptif. Deskriptif dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran yang utuh
terhadap pelayanan karir pada siswa cerebral palsy di YPAC Surabaya khususnya pada
kelas Rehabilitasi Pravokasional. Sedangkan secara khusus tentang pengembangan model
bimbingan kair dirancang dalam pendekatan kolaboratif (Collaborative Action Research),
yaitu kolaboratif antara Guru bidang studi keterampilan, Wali kelas dan orang tua dalam
penelitian ini perannya sejajar dengan peneliti untuk menjadi mitera penelitian.
Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini terbagi dalam empat tahap,
yaitu: (1) Tahap melihat kondisi di lapangan yang meliputi kegiatan apa yang selama ini
dilakukan oleh guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua dalam menjalan
kan layanan bimbingan karir di YPAC Surabaya pada Kelas Rehabilitasi Pravokasional;
Kendala-kendala yang dihadapi. (2) Tahap merumuskan masalah di lapangan yang
menjadi kepedulian guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua. Rumusan
masalah ini disusun bersama guru bidang studi ketrampilan, wali kelas dan orang tua
dengan cara diskusi. Dasar perumusan masalah hasil kegiatan tahap pertama. (3) Tahap
merumuskan penerapan bimbingan karir yang dilakukan secara individual oleh guru
93
bidang studi keterampilan, wali kelas terhadap siswa yang mempunyai masalah karir
pada kelas Rehabilitasi Pravokasional, dengan mempertimbangkan kesesuaian antara data
impirik, kurikulum SLB-D kelas Rehabilitasi Pravokasional, program BP, teori
bimbingan dan teori belajar. (4) Implementasi (uji coba) cara pelayanan bimbingan karir
melalui wali kelas dan orang tua secara individual.
Langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah:
a ) Perencanaan
Langkah perencanaan ini ditetapkan aspek bimbingan karir yang akan ditangani
yang disesuaikan dengan materi bimbingan yang diajarkan oleh guru bidang studi
keterampilan, wali kelas dan orang tua siswa. Pada tahap ini peneliti bersama guru
keterampilan, wali kelas dan orang tua merumuskan persiapan penerapan bimbingan
untuk uji coba pelaksanaan bimbingan karir bagi siswa Cerebral Palsy. Adapun
langkah yang dilalui dalam pembuatan persiapan penerapan untuk uji coba, yaitu:
Pertama, merumuskan layanan bimbingan karir yang dilakukan oleh wali kelas dan
orang tua; Kedua, menentukan metode penerapan bimbingan yang dapat
memfasilitasi siswa agar dapat mencapai tujuan yang harapkan dalam proses layanan
bimbingan karir; Ketiga, merumuskan cara mengevaluasi proses dan hasil layanan
bimbingan dalam pelaksanaan model bimbingan karir.
b) Tindakan ( Action )
Langkah pelaksanaan cara menerapkan layanan bimbingan karir melalui guru bidang
studi keterampilan, wali kelas dan orang tua mengenai cara pelaksanaan bimbingan
nya terhadap anak Cerebral Palsy dengan menggunakan bimbingan secara
individual.
c) Observasi
Peneliti mengobservasi hasil pelaksanaan penerapan bimbingan karir secara individu
oleh guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua.
d) Refleksi
Peneliti bersama mitra mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan. Apabila pada langkah ini terdapat hasil yang tidak
memuaskan, maka peneliti akan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana
awal, sehingga harus membuat kembali baru, secara simultan berlanjut terhadap
kesatu, kedua, ketiga dan keempat sampai dengan ditemukan bentuk cara yang tepat
dalam menerapkan bimbingan karir.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara dan observasi (teknik utama) serta ditambah teknik pendamping yakni
diskusi dan simulasi. Teknik wawancara dilakukan secara terbuka, dengan harapan
peneliti lebih leluasa untuk dapat menggali informasi dengan lebih rinci dan mendalam.
Dalam penelitian ini pihak yang diwawancarai adalah kepala urusan, guru bidang studi
keterampilan, wali kelas dan orang tua anak Cerebral Palsy.
Sedangkan observasi dilakukan secara ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang
dilakukan observant (observasi partisipasi). Pihak yang diobservasi adalah karir siswa
Cerebral Palsy dan cara guru bidang studi keterampilan serta wali kelas dalam memberi
kan bimbingan terhadap siswanya baik situasi di dalam proses kegiatan belajar mengajar
maupun diluar kelas.
94
Terkait dengan masalah kasus karir siswa cerebral palsy pada kelas rehabilitasi
pravokasional SLB/D YPAC Surabaya, di kembangkan suatu program bimbingan karir
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan aktual siswa, yang dikemas dalam bentuk
bimbingan mingguan di luar KBM. Sementara teknik bimbingan yang diterapkan adalah
desensitisasi sistematik, untuk mengeliminasi perilaku-perilaku siswa yang mengarah
pada tindakan kebosanan, rational emotif terapi (RET) untuk menanggulangi keyakinankeyakinan siswa tentang karir yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,
serta layanan informasi melalui kegiatan bermain peran, eksperimen bersama dan diskusi.
Pada subjek yang dikenakan dalam uji coba terbatas menunjukkan adanya
perubahan karir ke arah yang lebih positif seperti; (1) frekuensi pekerjaan meronce,
melukis, menyapu, memasak di dapur dan menjaga kantin semakin menunjukkan
keseriusan dan mulai tidak cepat bosan (2) siswa tidak lagi melakukan kebiasaan
menunggu bimbingan guru kelasnya atau instrukturnya apabila mengerjakan
keterampilan (3) berdasarkan laporan dari orangtua siswa tidak lagi melakukan kebiasaan
membiarkan pekerjaan yang ia kerjakan sendiri, tetapi mulai diringkas sendiri atau ditata
seperti semula, (4) siswa mulai dapat memahami bahwa karir itu pekerjaan yang setiap
hari ia kerjakan untuk ditekuni dan menghasilkan upah/uang.; (5) siswa telah dapat
membedakan antara pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan yang tidak sesuai
dengan kemampuannya, sehingga mereka tidak sekedar mengerjakan sesuai perintah
guru; (6) siswa dapat menyadari bahwa karir harus dilakukan secara serius.
Pembahasan
Hasil penelitian ini telah tergambarkan kondisi riil tentang apa yang sudah
dilakukan guru, wali kelas dan orang tua terhadap bimbingan karir ternyata bimbingan
karir harus diberikan oleh ahli konselingn agar pelaksanaannya tidak terdapat kekeliruan
dan sementara ini unsure di atas haanya sekedar mengarahkan keterampilan anak bukan
proses bimbingan dan yang menjadi kendala pelaksanaan bimbingan karir di SLB-D
YPAC Surabaya adalah keterbatasan pengetahuan dari guru dan wali kelas, pengelolaam
administrasi yang belum terbiasa, dan tidak kalah penting adalah sumber dana yang tidak
dianggarkan untuk pembimbingan.
Program bimbingan yang disusun oleh peneliti bersama guru, wali kelas, orang
tua dan kepala sekolah dapat diberdayagunakan untuk mendukung kepembimbingan karir
di kelas rehabilitasi pravokasional YPAC Surabaya. Ditandaskan Fitgerald dan Michael
(dalam Sumantri, 1996) bahwa sikap orangtua di rumah dan guru di sekolah merupakan
salah satu sumber frustrasi dan stress emosi bagi anak tuna daksa.
Lebih lanjut hal ini sesuai dengan pendapat Surya (1999: 1) "Bahwa yang tergolong
faktor pembawaan misalnya kelainan atau cacat tubuh, dan sebagainya. Dan yang tergolong
faktor lingkungan adalah antara lain situasi keluarga yang kurang menunjang (misalnya rumah
tangga yang retak, tidak utuh dan sebagainya), pendidikan keluarga yang tidak atau kurang baik,
pergaulan yang salah dan sebagainya". Diperjelas Surya (1999: 2) bahwa "kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini ikut pula memberikan pengaruh yang
kuat bagi timbulnya penyimpangan".
Hal ini sesuai dengan pendapat Surya, (1994: 37), bahwa konseling merupakan
kegiatan profesional artinya dilaksanakan oleh orang (konselor) yang telah memiliki
kualifikasi profesional dalam pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kualitas Surya
(1988: 33) mengemukakan bahwa kegiatan bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan
96
yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja atau asal saja,
melainkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana, terus
menerus dan terarah pada tujuan. Setiap kegiatan bimbingan merupakan kegiatan yang
berkelanjutan, artinya senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai
sejauhmana individu telah berhasil mencapai tujuan dan menyesuaikan diri.
Natawidjaja (1988:27) juga berpendapaat bahwa untuk melaksanakan program
bimbingan secara efisien dan efektif, sekolah perlu mempunyai petugas bimbingan yang
memadai, baik mutunya maupun banyaknya.
Lebih lanjut Natawidjaja (1988:28), mengemukakan bahwa di dalam bimbingan
di sekolah ada empat jenis petugas pendidikan yang memegang peranan yang sangat
penting dalam pelaksanaan bimbingan. Adapun petugas-petugas itu adalah: (a) kepala
sekolah, (b) guru-guru bidang studi, (c) penyuluh, dan (d) guru penyuluh.
Lebih lanjut menurut Natawidjaja, (1988:23), mengemukakan bahwa prinsip
yang berhubungan dengan organisasi dan adminstrasi bimbingan adalah meliputi: (a)
syarat mutlak bagi administrasi bimbingan yang baik yaitu adanya kartu pribadi dan kartu
akademis bagi setiap individu yang dibimbing; (b) harus tersedia anggaran biaya yang
memadai; (c) program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan; (d) pembagian waktu harus diatur untuk setiap pembimbing; (e) setiap
individu yang dibimbing harus mendapat pelayanan dalam hal studi lanjutan, baik
mengenai masalah di dalam ataupun di luar lingkungan sekolah; (f) sekolah yang
menyelenggarakan bimbingan harus menyediakan pelayanan dalam situasi kelompok dan
individual; (g) sekolah harus bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang berada di luar
lingkungan sekolah yang menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan; (h)
materi bimbingan harus dapat digunakan dengan mudah; (i) diciptakan suasana
kerjasama, saling menghargai; (j) kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi
dalam pelaksanaan dan perencanaan program bimbingan.
Daftar Acuan
Ahman, (1998). Bimbingan Perkembangan : Model Bimbingan dan Konseling di SD (
Studi Kasus Kearah Penemuan Model Bimbingan pada Beberapa SD di Jawa
Barat). Disertai. PPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.
Natawidjaja, R. (1988). Pedoman Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: FIP IKIP
Bandung.
_________. (1997). Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: IKIP Bandung.
Sutjihati, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Surya, M. (1988). Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi; Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
_______ . (1994). Dasar-dasar dan Theory Konseling Pendidikan. Bandung: Bhakti
Winaya
________. (1999). Perilaku Seksual (Makalah Seminar Kehidupan Remaja dan Seksual)
01 Desember. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI.
Widati, S. (1991). Hubungan Gerak Dasar Tubuh dengan Kemampuan Berjalan Anak
Cerebral Palsy di SLB Bagian D, YPAC Cabang Bandung: Hasil Penelitian
Tidak Dipublikasikan.
98