Anda di halaman 1dari 3

GLOMERULONEFRITIS POST STREPTOCOCCUS

ADALAH
Glomerulonefritis post streptococcus adalah penyakit peradangan pada ginjal yang terjadi
setelah terkena infeksi dari bakteri Streptococcus grup A. Streptococcus grup A adalah bakteri
Gram positif yang sering ditemukan menempel pada tenggorakan dan kulit serta dapat
menyebabkan terjadinya penyakit.
Di seluruh dunia, angka kejadian penyakit ini sudah banyak menurun terutama di negaranegara maju seperti Jepang dan Amerika. Penyakit ini sering ditemukan pada anak berusia 212 tahun. Sekitar 5-10% dari penderita penyakit ginjal ini berusia lebih dari 40 tahun,
sedangkan pada anak berusia kurang dari 2 tahun sekitar 5 %. Penyakit ini terutama
ditemukan pada golongan sosial ekomomi yang rendah.

GEJALA
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah:
1. Riwayat infeksi pada tenggorokan atau kulit sebelumnya. Pada beberapa kasus, penderita
sering tidak menyadari atau adanya infeksi pada tenggorokan atau kulit sebelumnya.
2. Terdapat darah pada urin. Darah pada urin dapat bersifat makroskopik dan mikroskopik.
Pada makroskopik dapat langsung terlihat dengan mata telanjang, di mana urin berwarna
merah hingga kecoklatan sedangkan pada mikroskopik tidak dapat dilihat langsung dengan
mata telanjang dan urin tampak normal sehingga membutuhkan bantuan mikroskop. Pada
beberapa kasus dapat hingga menyebabkan anemia atau kekurangan sel darah merah.
3. Terdapat protein pada urin sehingga urin dapat tampak keruh dan berbusa. Karena protein
keluar melalui urin maka kadar protein di dalam darah menjadi rendah.
4. Bengkak pada tubuh. Umumnya paling sering terlihat pada daerah kelopak mata lalu ke
wajah dan seluruh tubuh. Bengkak pada tubuh dapat hilang timbul sehingga sering kali tidak
disadari oleh penderita . Misalnya pada pagi hari terjadi bengkak di kelopak mata, siangnya
bengkak hilang dan sorenya ditemukan pada kaki karena penderita sering berdiri. Karena
bengkak sering ditemukan pada kelopak mata, seringkali penderita mengira matanya
mengalami kelainan.
5. Tekanan darah meningkat.
6. Buang air kecil yang jarang dan sedikit
7. Gejala lain seperti demam, mual, muntah, lemas, malas makan, dan pucat dapat juga
ditemukan pada penderita

Pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan :

1. Pemeriksaan analisis terhadap urin ditemukan protein dan sel darah merah
2. Dapat ditemukan hemoglobin yang rendah
3. Kadar protein dalam darah rendah
4. Kadar Anti-Streptolysin O (ASTO) yang tinggi. Tes ini menunjukkan adanya infeksi dari
bakteri Stresptococcus yang menjadi pencetus terjadinya penyakit peradangan pada ginjal.
5. Pada kasus tertentu, terutama kasus berat dapat dilakukan biopsi atau pengambilan jaringan
dari ginjal.

PENYEBAB
Bakteri Streptococcus grup A merupakan bakteri yang sering menginfeksi tenggorokan dan
kulit. Apabila suatu bakteri menginfeksi tubuh manusia, maka sel-sel darah putih akan
bekerja untuk membentuk antibodi atau kekebalan untuk melawan bakteri-bakteri tersebut.
Ini adalah reaksi antara antigen dan antibodi. Antigen yang dimaksud adalah bakteri dan
antibodinya adalah sel-sel darah putih. Reaksi antara antigen dan antibodi bersifat spesifik
yang artinya antigen tertentu akan diserang oleh antibodi yang spesifik untuk antigen itu.
Normalnya, antibodi spesifik tersebut hanya dapat mengenali dan menyerang antigen atau
bakteri tersebut sehingga tidak menyerang sel-sel tubuh sendiri yang sehat maupun bakteri
lain yang berbeda.
Pada bakteri streptococcus grup A terdapat bagian dari kuman tersebut yang memiliki ciri
yang sama dengan sel yang terdapat di dalam ginjal manusia. Hal ini menyebabkan antibodi
atau kekebalan tubuh dari Streptococcus grup A salah mengenali sel yang terdapat di dalam
ginjal sebagai antigen atau kuman yang perlu untuk dibasmi. Antibodi spesifik tersebut lalu
menyerang sel-sel di ginjal sehingga dapat menimbulkan kelainan pada ginjal. Proses ini
disebut juga dengan reaksi silang atau cross reaction. Reaksi silang dapat terjadi apabila
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus grup A tidak ditangani dengan baik dan
tuntas sehingga masih ada sisa bakteri di dalam tubuh. Selain dapat menyerang sel pada
ginjal, reaksi silang dari antibodi yang menyerang sel tubuh sendiri juga dapat terjadi pada
bagian tubuh yang lain, yaitu kulit, sendi, bahkan jantung. Penyakit tersebut dikenal juga
dengan demam rheumatik.
Ginjal pada tubuh manusia berfungsi untuk menyaring atau memfiltrasi darah dari dalam
tubuh lalu membuang zat sisa yang tidak dipakai melalui urin. Sedangkan zat yang masih
diperlukan akan diserap kembali dan tidak dibuang. Di dalam ginjal terdapat saringan, yaitu
glomerulus. Normalnya, glomerulus rapat sehingga tidak dapat dilewati oleh zat-zat yang
berukuran molekul besar yang diperlukan oleh tubuh seperti protein dan sel darah merah.
Akan tetapi, pada penyakit ini, terjadi peradangan pada glomerulus akibat diserang oleh
antibodi tubuh sendiri sehingga saringan glomerulus yang tadinya rapat menjadi longgar dan
melebar. Hal tersebut menyebabkan zat dengan molekul besar seperti protein dan sel darah
merah dapat keluar bersama dengan urin.

PENGOBATAN

Penyakit peradangan pada ginjal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang sesuai
dan hingga tuntas pada saat terjadinya infeksi akibat bakteri Streptococcus grup A. Apabila
telah terjadi peradangan pada ginjal, penderita tetapi diberikan antibiotik yang sesuai untuk
bakteri Streptococcus. Pemberian antibiotik tetap dilakukan karena menurut beberapa
penelitian masih ditemukan infeksi bakteri Streptococcus di dalam tubuh. Selain itu, dapat
dilakukan pencegahan terhadap penyebaran lebih lanjut dari bakteri ini terhadap orang lain.
Pengobatan lain yang dapat diberikan juga bersifat suportif sesuai dengan gejala yang dialami
penderita. Contohnya apabila penderita mengalami demam dan tekanan darah yang tinggi
dapat diberikan obat penurun demam dan obat untuk mengurangi tekanan darah. Pada kasus
yang berat dapat terjadi penumpukan cairan pada paru-paru hingga tekanan darah tinggi yang
sulit dikontrol. Pada penderita yang mengalami bengkak pada tubuh perlu dilakukan
pembatasan konsumsi garam dan air agar bengkak lebih mudah di atasi. Selain itu,
pembatasan tersebut juga membantu menurunkan tekanan darah. Pada beberapa kasus dapat
dilakukan pembatasan konsumsi protein agar fungsi ginjal tidak semakin memburuk. Istirahat
total perlu dilakukan selama penyakit dalam fase akut. Apabila fase akut telah teratasi,
penderita dapat perlahan-lahan menjalankan aktivitas kembali. Istirhat yang lama tidak
memberikan keuntungan terhadap terapi.
Pada anak-anak yang menderita penyakit ini sebagian besar dapat sembuh sedangkan pada
orang tua seringkali menyebabkan gejala sisa. Gejala sisa yang dapat ditemukan berupa
kelainan dari fungsi ginjal yang dapat dilihat melalui pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan analisa urin hingga terjadinya gagal ginjal yang bersifat kronik. Apabila
penderita menderita penyakit penyerta lain seperti kencing manis, kekurangan gizi, maupun
penyakit kronis lainnya, maka kemungkinan terjadinya gejala sisa menjadi semakin besar.
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak-anak karena imunitas atau kekebalan tubuh
pada anak-anak masih rendah sehingga sering terjadi infeksi.

Anda mungkin juga menyukai