Patofisiologi Demam
Patofisiologi Demam
Skip to content
JEVUSKA
Artikel Kedokteran, Blog, Social Media, Tutorial dan Berita
About
Sitemap
Archives
Privacy Policy
Disclaimer
Copyright
Contact
Advertising
Donate
Pengertian Demam
Definisi demam adalah salah satu dari tanda-tanda klinis yang paling umum dan
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas normal yang memicu peningkatan
tonus otot serta menggigil. Rata-rata suhu tubuh normal yang diukur secara oral adalah
36,7C sampai 37C.
Arti demam juga dikenal dengan istilah pireksia, merupakan tanda bahwa sesuatu
yang luar biasa sedang terjadi dalam tubuh Anda, bagi orang dewasa, demam mungkin
tidak nyaman, tetapi demam biasanya tidak berbahaya kecuali mencapai 39,4C atau
lebih tinggi. Untuk demam pada anak-anak yang sangat muda dan bayi, suhu sedikit
lebih tinggi dapat mengindikasikan adanya suatu infeksi serius.
Tingkat demam tidak selalu menunjukkan keseriusan kondisi yang mendasarinya.
Suatu penyakit ringan dapat menyebabkan demam tinggi, dan penyakit yang lebih
serius dapat menyebabkan demam rendah. Sejumlah obat demam tersedia, yang
berfungsi untuk menurunkan demam dan biasanya demam akan hilang dalam beberapa
hari. Walaupun demam sering dikonotasikan negatif, demam tampaknya memainkan
peran kunci dalam membantu tubuh Anda melawan sejumlah infeksi, inilah yang juga
disebut dengan homeostasis. Homeostasis adalah kemampuan dari tubuh kita dalam
mengatur dan menjaga keseimbangan lingkungan internal (di dalam) yang ideal dan
stabil ketika berhadapan dengan perubahan eksternal (di luar). Temperatur
homeostasis dikendalikan di hipotalamus, tepatnya di bagian anterior, yang mana ia
akan menjadi pusat pengatur suhu tubuh sesuai target.
Patofisologi Demam
Mekanisme demam terjadi ketika pembuluh darah disekitar hipotalamus terkena
pirogen eksogen tertentu (seperti bakteri) atau pirogen endogen (Interleukin1, interleukin-6, tumor necrosis factor) sebagai penyebab demam, maka metabolit asam
arakidonat dilepaskan dari endotel sel jaringan pembuluh darah. Metabolit
seperti prostaglandin E2, akan melintasi barrier darah-otak dan menyebar ke dalam
pusat pengaturan suhu di hipotalamus, yang kemudian memberikan respon dengan
meningkatkan suhu. Dengan titik suhu yang telah ditentukan, hipotalamus akan
mengirimkan sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer. Pembuluh darah perifer akan
berespon dengan melakukan vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan heat
loss melalui kulit.
Peningkatan aktivitas simpatis juga akan menimbulkan piloerection. Jika penyesuaian
ini tidak cukup menyelamatkan panas dengan mencocokkan titik suhu yang baru, maka
akan timbul menggigil yang dipicu melalui spinal dan supraspinal motor system, yang
bertujuan agar tubuh mencapai titik suhu yang baru.
Ketika demam terjadi, banyak rekasi fisiologis berlangsung, termasuk konsumsi oksigen
meningkat sebagai respon terhadap metabolisme sel meningkat, peningkatan denyut
jantung, peningkatan cardiac output, jumlah leukosit meningkat, dan peningkatan
level C-reactive protein. Konsumsi oksigen meningkat sebesar 13% untuk setiap
kenaikan 1C suhu tubuh, asalkan menggigil tidak terjadi. Jika menggigil ada, konsumsi
oksigen dapat meningkat 100% sampai 200%. Beberapa sitokindilepaskan selama
keadaan demam yang akan menginduksi fisiologis stres (tegang). Sitokin ini dapat
memicu percepatan katabolisme otot dengan menyebabkan penurunan berat badan,
kehilangan kekuatan, dan keseimbangan negatif nitrogen negatif. Fisiologis stres
diwujudkan dengan ketajaman mental menurun, delirium, dan kejang demam, yang
lebih sering terjadi pada anak-anak.
Pada tahap akhir jika demam turun, penurunan suhu badan sampai ke suhu normal,
maka akan ditandai dengan kemerahan, diaforesis, dan tubuh akan merasa hangat.
Hasil penelitian dengan model berbagai hewan menunjukkan bahwa demam memiliki
beberapa efek respons tubuh menguntungkan terhadap infeksi. Heat shock
proteins (HSP) adalah salah satu penelitian fever-responsive proteins yang baru-baru
dipelajari. Protein ini diproduksi selama keadaan demam dan sangat penting untuk
kelangsungan hidup sel selama stres. Studi menunjukkan bahwa protein ini mungkin
memiliki efek anti-inflamasi dengan menurunkan kadar sitokin pro inflamasi. Demam
juga memicu efek menguntungkan lainnya, termasuk peningkatan aktivitas fagositik
dan bacteriocidal neutrofil serta meningkatkan efek sitotoksik limfosit. Beberapa
bakteri menjadi kurang ganas dan tumbuh lebih lambat pada suhu lebih tinggi yang
berhubungan dengan demam. Peningkatan kadar C-reactive protein mendorong fagosit
lebih patuh untuk menyerang organisme, memodulasi radang, dan mendorong
perbaikan jaringan.
Itulah sekilas gambaran tentang arti atau pengertian demam dan bagaimana
patofisiologi demam yang terjadi pada tubuh dengan tanda panas dan menggigil.
Dengan mengetahui mekanisme demam dan penyebab yang mendasarinya, Anda tentu
tidak perlu berpikiran buruk terhadap demam, karena itulah salah satu tanda
kompensasi tubuh untuk mengatasi dan melindungi agar kesehatan Anda tetap stabil.
Referensi
MayoClinic
Bagikan:
Facebook1
LinkedIn1
Related
DEMAM TIFOID (TYPHOID FEVER): Pengertian, Gejala & PengobatanMay
10, 2008In "Artikel Kedokteran"
Demam Berdarah Dengue (DBD) gejala, penyebab & pengobatanDecember
5, 2012In "Anak"
Makalah Endometritis - Pengertian, Penyebab, Gejala dan TerapiJuly 5,
2012In "Artikel Kedokteran"
Author: Jevuska
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
COMMENT
Use tag [php] to add code, e.g. [php]<?php echo $var; ?>[/php]
NAME *
EMAIL *
Post Comment
Post navigation
PREVIOUS Previous post:DIARE : pengertian dan jenis diare (mencret)
NEXT Next post:Heparin : Definisi, fungsi & mekanisme kerja antikoagulan
Search for:SEARCH
JEVUSKA > Artikel Kedokteran > Interna > DEMAM : Arti & patofisiologi demam
(tubuh panas menggigil)
FOLLOW ME
WP Dev StackExchange
Google +
GitHub
Google +
WordPress
Gravatar
DONASI
Yang mau nyumbang alakadarnya dihttps://www.jevuska.com/donate/
RECENT COMMENTS