Anda di halaman 1dari 34

MINI PROYEK

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL


PADA TENAGA KESEHATAN UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN (ANTENATAL CARE) SESUAI STANDAR
DI KECAMATAN WONOMERTO KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2015

OLEH :
dr. IKA PRATIWI MAHBUBAH
PENDAMPING:
dr. HARIAWAN DWI TAMTOMO, M.Mkes

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS WONOMERTO
KABUPATEN PROBOLINGGO
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kematian ibu melahirkan masih merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati
teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya
angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak faktor, di antaranya kualitas
perilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan Antenatal Care (ANC) pada pelayanan
kesehatan, sehingga kehamilannya berisiko tinggi. Perhatian dunia terhadap kematian
ibu melahirkan tergolong sangat besar. Dalam komitmen internasional Millenium
Development Goals (MDGs), penurunan kematian ibu melahirkan menjadi salah satu
dari delapan tujuan (goals) yang dirumuskan. Komitmen tersebut dituangkan Indonesia
dalam arah pembangunan jangka panjang kesehatan Indonesia tahun 2005-2025, yaitu:
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap
pelayanan kesehatan yang mencakup, meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari
69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025, menurunnya Angka
Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi
15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025, dan menurunnya AKI dari 262 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 (Depkes RI, 2010).
Di Kabupaten Probolinggo target pencapaian kegiatan ANC K1 sebesar 95% dan
K4 sebesar 90%. Namun pada Puskesmas Wonomerto dari jumlah total 746 kunjungan
selama tahun 2014 didapatkan jumlah cakupan K1 murni pada tahun 2014 sebanyak
83,91% (626 kunjungan) , K1 akses sebanyak 98,12%

(732 kunjungan) dan K4

sebanyak 79,36% (592 kunjungan),.


Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu
mendapat prioritas utama. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab keadaan tersebut,
diantaranya adalah rendahnya pengetahuan tentang risiko-risiko kehamilan yang
diakibatkan

karena

rendahnya

tingkat

pendidikan,

pemeliharaan

kehamilan,

pengetahuan tentang gizi dalam kehamilan, keadaan ekonomi dan sebagainya. Pada
umumnya keterbatasan ekonomi menjadi faktor yang dominan dalam mempengaruhi
kematian maternal selain pengetahuan atau pendidikan. Keterbatasan ekonomi dapat

mendorong ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan rutin karena tidak mampu
membayarnya. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan yang mengakibatkan kurangnya
pengetahuan tentang kehamilan atau kelainan-kelainan dalam kehamilan kurang
diperhatikan yang pada akhirnya dapat membawa resiko yang tidak diinginkan. Akibat
dari rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang kehamilan banyak menimbulkan
adanya kematian baik pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan atau bahkan keduaduanya.
Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal dipengaruhi oleh pemanfaatan
pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak dimanfaatkannya sarana pelayanan
antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti: ketidak mampuan dalam hal
biaya, lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu jauh atau petugas kesehatan tidak pernah
datang secara berkala (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Program kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan, dengan pelayanan / asuhan standar minimal 7 T: 1).Timbang berat
badan/Tinggi Badan, 2).Ukur tekanan darah. 3). Ukur tinggi fundus uteri, 4). Tetanus
Toxoid, 5). Pemberian tablet besi, 6). Test laboratorium sederhana, 7). Temu wicara.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau dan mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil. Setiap kehamilan
dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, sehingga sangat
diperlukan

pemantauan

selama

kehamilan.

Indikator

yang

digunakan

untuk

menggambarkan keberhasilan program pelayanan kesehatan ibu adalah cakupan


pemeriksaan ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan yang diukur dengan K1 dan K4.
Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan
pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. K4
adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke-empat (atau lebih) untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan ketentuan :
satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada
triwulan ketiga (Depkes RI, 2010).
Dengan pemeriksaan ANC pada ibu dapat dideteksi sedini mungkin sehingga
diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya.
Pentingnya pelayanan ANC karena setiap kehamilan dapat berkembang menjadi
masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan

pemantauan selama kehamilannya (Manuaba, 2001). Berdasarkan uraian di atas penulis


bermaksud untuk meneliti tentang faktor-faktor

yang menyebabkan rendahnya

kunjungan ibu hamil pada tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
(Antenatal Care) sesuai standar di Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo
Tahun 2015
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka diperoleh rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu : Faktor faktor apa sajakah yang menyebabkan rendahnya
kunjungan ibu hamil pada tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
(Antenatal Care) sesuai standar di Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo
Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan ibu


hamil pada tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
(Antenatal Care) sesuai standar di Kecamatan Wonomerto Kabupaten
Probolinggo Tahun 2015

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi (umur ibu, pendidikan ibu,


pekerjaan ibu, pengetahuan, paritas).

Untuk mengetahui gambaran faktor pemungkin / pendukung (jarak rumah ke


tempat fasilitas kesehatan, pendapatan keluarga, kualitas pelayanan ANC).

Untuk mengetahui gambaran faktor pendorong / penguat (dukungan suami /


keluarga)

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dan


Puskesmas Wonomerto dalam menentukan kebijakan khusus bagi ibu hamil dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Sebagai gambaran dan pengembangan pengetahuan bagi penulis dalam


memberikan informasi tentang pentingnya kunjungan ANC kepada masyarakat
khususnya kepada ibu ibu hamil.

Sebagai dasar bagi penelitian lebih lanjut.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Antenatal Care (ANC)

2.1.1

Pengertian Antenatal Care


Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 1999). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak dia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai (Saefudin, 2002).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik
dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi
juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi
pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu
hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi
meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
(Depkes RI, 2009)

2.1.2 Tujuan, Manfaat, dan Cara Antenatal Care


Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur
dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi
jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik
dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan
tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :

Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama


sehatnya atau lebih sehat,

Kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sejak dini dan diobati,

Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan
metal.
(Wiknjosastro, 2005)

1. Tujuan Antenatal Care yaitu :

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh


kembang bayi;

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
bayi,

Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin


terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan,

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu


maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal
(Saefudin, 2002).

2. Keuntungan Antenatal Care


Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil
dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. (Manuaba,1999)
3. Fungsi Antenatal Care

Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.

Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan

merujuk bila perlu.

Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani


masalah yang terjadi.

4. Cara Pelayanan Antenatal Care


Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal
menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama (K1)

1) Catat identitas ibu hamil

2) Catat kehamilan sekarang : keluhan utama yang diderita

3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat haid, riwayat
perkawinan dan riwayat kesehatan.

4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

5) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium

6) Pemeriksaan obstetri : mengukur tinggi fundus uteri, menentukan letak janin,


menentukan bagian terendah anak, menentukan denyut jantung janin serta
melakukan taksiran berat badan janin.

7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral

lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.

9) Penyuluhan/konseling kepada ibu hamil mengenai gizi, kebersihan, olahraga,


manfaat pemberian ASI, bahaya kehamilan dan tentang alat kontrasepsi

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil


Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari: (Saefudin,2002)

1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan


sesudah minggu ke 36)

4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila

janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003).


Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan beberapa
hal serta mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

1. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

2. Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia


kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi


komplikasi.

5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya.
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan
darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui
apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
(Saefudin, 2002)

5. Tinjauan tentang Kunjungan Ibu Hamil


Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu
hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi
oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 2004).
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7 T terdiri dari: (Saefudin, 2002).

a. (Timbang) berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

f. Tes terhadap penyakit menular sexual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

2.1.3 Kebijakan Pelayanan Antenatal


a.

Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI

dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe
Motherhood yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman,
dan Pelayanan Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai
dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan
kunci yaitu : (Depkes RI,2001)

Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan


penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan

antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan


sebagai berikut : (Depkes RI, 2009)

b.

1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).

2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).

3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4).


Kebijakan Teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan

profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis
untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan
komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-

komponen sebagai berikut:

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat

2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta


rujukan bila diperlukan.

3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika


terjadi komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini

dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :

1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu
Hamil.

2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan


Bidan dan Dukun.

3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.

4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.

(Depkes RI, 2009)


2.1.4 Intervensi dalam Pelayanan Antenatal
Intervensi dalam pelayanan antenatal adalah perlakuan yang diberikan kepada
ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan
antenatal adalah :
a) Intervensi Dasar
1. Pemberian Tetanus Toxoid

Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum,


pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurangkurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya
ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon
pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga
efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian
yang tepat.

Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas

2. Pemberian Vitamin Zat Besi

Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu


hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.

Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang.Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat
500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di
minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.

(Saefudin, 2002)
b) Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil
sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1. Faktor resiko, meliputi:
a. Umur
(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b. Paritas
(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
(2) Paritas > 3
c. Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang kurangnya 2 tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
2. Komplikasi Kehamilan
a. Komplikasi obstetri langsung
(1) Perdarahan
(2) Preeklamasi/eklamsia
(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid
(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b. Komplikasi obstetri tidak langsung
(1) Penyakit jantung
(2) Hepatitis

(3) TBC (Tuberkolosis)


(4) Anemia
(5) Malaria
(6) Diabetes militus
c. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan
(kendaraan, keracunan, kebakaran). (Mochtar R, 1998)
2.1.5 Cakupan Pelayanan Antenatal dan Indikator Program KIA
Cakupan pelayanan antenatal adalah presentasi ibu hamil yang telah
mendapatkan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.
Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai standar paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. (Depkes RI, 2009)
Menurut Depkes 2009 indikator pemantauan program KIA pelayanan antenatal
adalah :
Indikator K1 digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Rumus yang digunakan
adalah
= Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayananan antenatal oleh tenaga
kesehatan di wilayah kerja pada waktu tertentu x 100% dibagi Jumlah sasaran ibu hamil
di wilayah kerja dalam satu tahun
Indikator K4 menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA
= Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai
standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu x 100% dibagi
Jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja tertentu dalam satu tahun.
2.1.6 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal
Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter
umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat yang sudah

mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas


pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah
sakit umum. (Depkes RI, 1995)
2.1.7 Peran Serta Ibu dalam Pelayanan Antenatal
Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan
antenatal dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya
pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan
sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta
dalam pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku.
(Lawrence, 2005).
Menurut Lawrence Green dengan modifikasi dalam Buku Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan (Notoatmodjo, 2003) faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
atau suatu kelompok antara lain:
Faktor yang mempengaruhi (predisposing factor)
Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor penguat (reinforcing factor)
a. Faktor yang mempengaruhi (Predisposing factor)
Faktor yang mempengaruhi adalah suatu faktor yang melatarbelakangi
perubahan perilaku yang memberikan pemikiran rasional atau motivasi terhadap
suatu kegiatan, antara lain mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai moral sosial, tradisi dan unsur lain yang terdapat dalam
diri individu (masyarakat). Faktor ini mungkin mendukung atau menghambat
perilaku sehat dan faktor demografis meliputi : umur, jenis kelamin, ras dan
sebagainya berperan sebagai faktor predisposisi
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo,

2003).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna. Pengetahuan terdiri atas
kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan
memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwenang di masa
lalu yang umumnya dikenal, seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin
diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau
gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan
eksperimen. Pengetahuan juga diturunkan dengan cara logika secara tradisional,
otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat
dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan. Dari pengetahuan dan penelitian
ternyata prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari olehe pengetahuan.(Notoatmodjo, 2003)
2) Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat
langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup (Pramana, 2013).
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah
mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap
negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai obyek tertentu (Pramana, 2013).
Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada
pada seseorang yang memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang.
Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon
atau tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang tersebut terhadap suatu
masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar gambaran
kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang diambil sebagai respon terhadap
suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari

sikapnya (Pramana, 2013).


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Misalnya sikap ibu
yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari
suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut
mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor
dukungan dari pihak lain (Pramana, 2013).
b. Faktor pemungkin / pendukung (enabling factor)
Faktor pemungkin merupakan suatu faktor yang memfasilitasi penampilan dari
suatu aksi atau tindakan individu atau organisasi. Faktor ini meliputi ketersediaan
sumber daya, keterjangkauan pelayanan kesehatan, pengetahuan dan keterampilan
petugas kesehatan, dan komitmen pemerintah / masyarakat.
1) Keterjangkauan Fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor
yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu tidak
terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku
masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak
tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan
fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga
menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi individu, keluarga, kelompok ,
maupun masyarakat secara keseluruhan (Sumiati, 2012).
2) Jarak ke Pelayanan ANC
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah ruang
sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah
dengan tempat pelayanan ANC. Demikian juga menurut Andersen, et all (1975)
dalam Muniarti (2008) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen
kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan
pengobatan.
c. Faktor penguat / pendorong (reinforcing factor)

Faktor pendorong merupakan faktor yang memperkuat perubahan


perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti
sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan para pembuat
keputusan / undang-undang dan peraturan.
1) Perilaku Masyarakat
Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehatan
dilaksanakan berlangsung sutu proses interaksi antara provider dengan recipient,
yang masing-masing memiliki latar belakang sosial budaya sendiri-sendiri.
Provider memilki sistem kesehatan kedokteran, recipient memilki system
kesehatan yang berlaku di komunitasnya. Program pembangunan kesehatan,
termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai
tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif.
Pihaknya perlu memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient.
(Pramana, 2013).
2) Partisipasi Masyarakat
Menurut Depkes RI (2001), Partisipasi masyarakat atau sering disebut
peran serta masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan
masyarakat secara aktif dan terorganinsasi dalam seluruh tahap pembangunan,
mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi serta pengembangan. Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima
tingkatan, yaitu:

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan.

b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insensitif.

c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi dan ingin meniru.

d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggung
jawab

(Depkes RI, 2001).


Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari masyarakat
dan pihak provider. Dilihat dari sudut masyarakat, hambatan dapat terjadi karena
kemiskinan, kesenjangan sosial, sistem pengambilan keputusan dari atas ke
bawah, adanya kepentingan tetap, pengalaman pahit masyarakat tentang

program sebelumnya, susunan masyarakat yang sangat heterogen, persepsi


masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider tentang masalah
kesehatan yang dihadapi. Hambatan yang ada dalam pihak provider adalah
terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat,
dan pelaporan yang tidak obyektif (Depkes RI, 2001).
Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam
masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku
yang merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan (Depkes RI, 2001).
2.2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Antenatal Care

2.2.1 Usia
Usia adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja (Pramana, 2013). Dengan bertambahnya umur
seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi
dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care.
Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi
apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna untuk
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Seorang
wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum
mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung aman, yaitu 20-35
tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Wiknjosastro (2005), juga
menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat
kembali sesudah usia 30-35 tahun.
2.2.2 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia, merupakan
suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses

belajar. Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses


dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya
dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Suparlan (2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang
berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan
dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi
terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan
evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Wanita yang berpendidikan
akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan per ubahan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari
sepenuhnya. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang
pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B),
pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
2.2.3 Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang.
Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi
dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah
pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah
berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya
(Wiknjosastro, 2005).
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih,
yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai
batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas
mempengaruhi kunjungan kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi
kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih

baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan
(Wiknjosastro, 2005).
2.2.4 Pendapatan Perkapita Keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan perkapita adalah
besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu keluarga yang diperoleh dari hasil
pembagian pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan adalah hasil
pencarian atau perolehan usaha (Departemen Pendidikan Nasional 2002). Menurut
Mulyanto Sumardi dan Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh
penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil
sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat
penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang
tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena dapat menyediakan semua
kebutuhan dirinya baik yang primer maupun sekunder (Pramana, 2013).
Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena biaya
penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana yang
diperlukan. Menurut penelitian Shintha Kusumaning Pribadi (2008) dalam Pramana
(2013) meskipun faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang,
terhadap saran tenaga kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat dari
kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga
kesehatan. Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan
ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan.
Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya.
2.2.5 Jarak Rumah ke Tempat Pelayanan Kesehatan
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002), jarak adalah ruang sela
(panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan
tempat pelayanan ANC. Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah
ini belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan publik
termasuk di bidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan mendapatkan akses

pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan tenaga medis
seperti: dokter; bidan; atau perawat. Secara geografis masih banyak masyarakat yang
tinggal jauh dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2003).
2.2.6

Pekerjaan Ibu
Yang dimaksud pekerjaan adalah apabila ibu beraktifitas ke luar rumah maupun

di dalam rumah kecuali pekerjaan rutin rumah tangga. Menurut Pusat Penelitian
Kesehatan (1994) dalam Sumiati 2012 mengatakan bahwa ibu hamil bekerja merupakan
sebab-sebab mendasar mempengaruhi frekuensi pemeriksaan kehamilan sehubungan
dengan ada tidaknya waktu untuk kunjungan pemeriksaan kehamilan.
2.2.7

Kualitas Pelayanan Antenatal

Menurut Depkes 2004 dan Saefudin 2002, standar pelayanan antenatal yang sering
digunakan adalah 7 T dan menunjukkan bahwa faktor kualitas antenatal paling berperan
dalam menentukan kunjungan antenatal berikutnya.
2.2.8

Dukungan Suami atau Keluarga


Menurut Green dan Kreuter (2005) dalam Sumiati 2012 menyebutkan bahwa

dukungan keluarga merupakan salah satu elemen penguat bagi terjadinya perilaku
seseorang. Dukungan keluarga dapat berperan penting terhadap sikap ibu untuk
menentukan status kesehatan ibu dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
2.2.9 Pengetahuan tentang Pelayanan Antenatal
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

(2003),

pengetahuan

didefinisikan segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui


berkenaan dengan hal. Sedangkan Notoatmodjo (2003) mendefinisikan
pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan juga dapat
didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari
proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat

penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.


2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain
mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dan
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal
1) Jasmani : Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
2) Rohani : Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,

psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.


b. Faktor eksternal
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan
berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
gagasan tersebut.
2) Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering
terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan
memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak
pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
3) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi
dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang
termasuk kebutuhan sekunder.
4) Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi
secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan
sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk
menerima pesan menurut model komunikasi media.
5) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang
mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi,
sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-

kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.


4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
a) Cara tradisional (non ilmiah)
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.
Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain :
1) Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau
membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau
berdasarkan penalaran sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada
pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk
menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman
dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.
4) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan
jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.
b) Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan

dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap


semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2002).
5. Sumber pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam
sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan
dapat

berupa

pemimpin-pemimpin

masyarakat

baik

formal

maupun

informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo,


2002).
6. Pengukuran pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu
kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang.
Pengetahuan dinyatakan baik bila 76 - 100 % pertanyaan dijawab benar, cukup
bila 56 - 75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila pertanyaan dijawab
benar < 56 % (Notoatmodjo, 2002).
2.3

Profil Puskesmas Wonomerto

2.3.1

Geografis

2.3.1.1. Batas Wilayah :


Utara

: Kec. Sumberasih dan Kec. Wonoasih

Selatan

: Kec. Bantaran

Barat

: Kec. Lumbang

Timur

: Kec. Bantaran

2.3.1.2. Luas Wilayah :


Secara umum wilayah puskesmas wonomerto merupakan dataran rendah,
dengan kondisi daerah bervariasi antara persawahan, ladang dan pekarangan serta
zsebagian kecil hutan.
Adapun secara umum Wonomerto terdiri atas :
1. Sawah

: 1.020,586

Ha

2. Ladang

: 2.339,229

Ha

3. Pekarangan

: 604

Ha

4. Sawah T hujan

: 461,641

Ha

5. Hutan

: 374,400

Ha

6.Makam

Ha

7. Perkebunan

24,735 Ha

8. Lain-lain

99,592 Ha

19,350

2.3.1.3. Pembagian Wilayah :


Kecamatan Wonomerto terbagi atas 11 desa,dengan jarak bervariasi yaitu :
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

DESA
Sepuh Gembol
Patalan
Poh sangit ngisor
Sumber Kare
Jrebeng
Wonorejo
Tunggak crme
Poh Sangit Tengah
Poh Sangit Lor
Kareng kidul
Kedung Supit

JARAK KE PUSK.
2 km
0,5 km
3 km
5 km
1,5 km
5 km
3 km
4 km
6 km
8 km
10 km

KETERANGAN
Jarak dari puskesmas ke
Balai desa bersangkutan.

Antar desa dihubungkan dengan jalan yang bervariasi, lebih kurang 75 % berupa
jalan aspal tapi kondisi jalan aspal banyak yang sudah rusak, 20 % berupa jalan dengan
pengerasan (makadam) dan 5 % berupa jalan tanah biasa. Dengan kondisi jalan seperti
di atas serta sulitnya alat transportasi umum yang dapat menembus Desa kecuali Ojek
(kendaraan roda dua) , hal ini

sangat mempengaruhi kesadaran mengobatkan diri

masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, ataupun prosedur rujukan yang seharusnya


dilakukan masyarakat.
Di sisi lain organisasi Desa di 11 Desa Kecamatan Wonomerto kurang begitu
optimal, bahkan hampir 60 % tidak aktif sama sekali, hal ini bila dilihat dari
berfungsinya balai desa baik dari sisi fisik maupun ketenagaan.
Tentunya hal ini sangat menunjang keberhasilan dari program yang dilaksanakan, tanpa
peran serta aktif aparat desa sulit mengharapkan hasil yang optimal.

2.3.2. DEMOGRAFI
2.3.2.1. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Tahun 2014.
N

DESA

K.K

Pendud

Pra

Lansia

BUMIL

BULIN

BUFAS

0-11

1- 4

5-9

10-

bl
103

th
418

th
576

19 th
1005

O
1.

Sepuh Gembol

1570

uk
6209

Lansia
939

528

93

2.

Patalan

1430

4953

1095

614

87

89

89

92

331

314

776

3.

Pohs Nghisor

532

1962

987

551

22

23

23

33

130

150

194

4.

Pohs Tengah

849

3089

433

231

45

44

44

53

206

240

362

5.

Jrebeng

960

3206

741

409

46

47

47

55

214

262

402

6.

Tunggak Cerme

950

2985

629

345

43

43

43

51

199

280

441

7.

Wonorejo

1095

3827

607

332

56

48

48

66

257

314

507

8.

Poh S. Lor

1069

3604

648

356

50

49

49

62

250

293

467

9.

Sumber Kare

1497

5410

735

406

89

88

88

95

364

479

824

10

Kareng Kidul

643

2149

473

255

36

26

26

36

143

173

242

11

Kedung Supit

682

2449

532

289

45

36

36

43

171

210

312

PUSKESMAS

11.277

3 9843

3780

4313

600

573

573

689

2683

3289

5524

83

83

2.3.2.2. Distribusi Penduduk berdasar Jenis Kelamin. Tahun 2014

Dari hasil grafik jumlah penduduk diatas bahwa jumlah penduduk untuk Kecamatan
Wonomerto komposisinya lebih banyak jumlah Wanita (51,40 % ) daripada Laki-Laki
(48,60 %)

2.3.3. SUMBER DAYA


2.3.3.1. Sarana Ketenagaan.
NO. JENIS TENAGA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
19.
20.
21
22.

JUMLAH
2013
1
1
1
4
7
3
0
9
7
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
7
3
2
58

Dokter Umum
Apoteker
Dokter Gigi
Bidan Induk
Bidan Desa
Bidan Pustu
Perawat Gigi
Perawat Induk / UGD
Perawat Pustu/Poskesdes
Sanitarian
Bendahara
Tata Usaha
Juru Imunisasi
Pengelola Gudang
Pembantu Bidan
Pengelola Gizi
Pengelola Loket
Pengelola Apotik
Analis Laborat
Sopir
Pembantu Pustu/ Perawat
Jaga Malam/Kebersihan
Total

2.3.3.2. Sarana Fisik Kesehatan Tahun 2014


NO. SARANA
GEDUNG
1.
Puskesmas Induk/UGD
2.
Rawat Inap
3.
Puskesmas Pembantu
4
Polindes/Ponkesdes
TRANSPORTASI
1.
Puskesmas Keliling
2.
Kendaran bermotor roda 2
3.
Sepeda Roda dua
4.
SIK (Komputer)
5.
Laptop
6.
LCD

KETERANGAN
2014
1
1
1
9
7
3
0
10
7
1
1
1
1
1
1
2
3
2
2
4
3
2
63

JUMLAH
1
13 TT
3
3/4

3 PNS/ 4 PTT
2 PTT/ 1 Honda
3 PNS / 6 Honda
4 Honda/1 PNS
3 ponkesdes

PNS
PNS/ Sukwan
1 PNS
1 PNS
7 Sukwan
1 Sukwan/2 PNS

KETERANGAN
Rawat Jalan
1 Rusak sedang

2
9
7
6
4
1

2.3.3.3. Peran Serta Masyarakat


NO.
1.
2.
3.
4.
5.

DESA
Sp Gembol
Patalan
PS Ngisor
PS Tengah
Jrebeng

POSYANDU
4
4
3
3
3

Total
20
20
15
15
15

KADER
Aktif
20 ( 100 % )
20 ( 100 % )
15 ( 100 % )
15 ( 100 % )
15 ( 100 % )

DANA
SEHAT
0
0
0
0
0

6.
7.
8.
9.
10.
11.

Tunggak Cerme
Wonorejo
PS Lor
Sumber Kare
Kareng Kidul
Kedung Supit
PUSKESMAS

4
4
4
6
3
3
41

20
20
20
30
15
15
205

20 ( 100 % )
20 ( 100 % )
20 (100 % )
30 ( 100 % )
15 ( 100 % )
15 ( 100 % )
205 ( 100 % )

0
0
0
0
0
0
0

2.3.3.4. Stratifikasi Posyandu di Wilayah Puskesmas Wonomerto Tahun 2014


NO.

Desa

Jml. Pos

Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Sepuh Gembol
Patalan
Poh S Ngisor
Poh S Tengah
Jrebeng
Tunggak Cerme
Wonorejo
Poh S Lor
Sumber kare
Kareng Kidul
Kedung Supit

4
4
3
4
3
3
4
4
6
3
3

0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0

2
3
2
4
3
2
2
4
4
2
0

2
1
1
0
1
1
1
0
1
1
2

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1

Jumlah

41

27

11

Data di atas menunjukan adanya peningkatan stratifikasi apabila di bandingkan


dengan perioda tahun sebelumnya, meskipun belum memuaskan namun perlu disadari
mengingat kendala dari beberapa variabel belum terselesaikan secara baik antara lain,
kader, sumber dana dan peran LSM serta peran pemerintahan desa.

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya
Kunjungan Ibu Hamil pada Tenaga
Kesehatan
Untuk Melakukan ANC sesuai standar
di Kecamatan Wonomerto tahun 2015

Faktor Predisposisi :
-Umur
-Pendidikan
-Pekerjaan ibu
-Paritas
-Pengetahuan

Faktor Pemungkin /
Pendukung :
-Pendapatan keluarga
-Jarak rumah ke tempat
pelayanan Kesehatan
-Kualitas pelayanan ANC

Faktor Penguat /
Pendorong :
-Dukungan suami atau
keluarga

Ibu hamil yang telah melakukan ANC


sesuai standar di tenaga kesehatan
Kecamatan Wonomerto tahun 2015

Kuesioner

Didapatkan faktor dominan yang menyebabkan


rendahnya kunjungan Ibu hamil pada tenaga
kesehatan untuk melakukan ANC
di Kecamatan Wonomerto Tahun 2015

3.2

Hipotesis

Faktor umur dapat menyebabkan rendahnya kunjungan pemeriksaan kehamilan


(antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015
Faktor pendidikan ibu dapat menyebabkan rendahnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015
Faktor pekerjaan ibu dapat menyebabkan rendahnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015
Faktor pendapatan keluarga dapat menyebabkan rendahnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015
Faktor pengetahuan ibu dapat menyebabkan rendahnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015
Faktor paritas dapat menyebabkan rendahnya kunjungan pemeriksaan kehamilan
(antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015
Faktor kualitas pelayanan ANC dapat menyebabkan rendahnya kunjungan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015
Faktor jarak rumah ke fasilitas kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kunjungan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015
Faktor dukungan suami atau keluarga dapat menyebabkan rendahnya kunjungan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Wonomerto tahun 2015

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross
sectional.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1.

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wonomerto - Kecamatan Wonomerto


Kabupaten Probolinggo
4.2.2.

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bulan September tahun 2015


4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1.

Populasi

Seluruh ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Wonomerto


4.3.2.

Sampel

Ibu hamil trimester satu, dua dan tiga yang memeriksakan dirinya ke tenaga kesehatan
(bagian KIA atau posyandu di wilayah kerja Kecamatan Wonomerto).
4.3.3.

Teknik Pengambilan Sampel

Menggunakan teknik Simple Random Sampling.


4.3.4.

Kriteria Inklusi Sampel

- Ibu hamil trimester satu yang melakukan pemeriksaan ANC ke tenaga kesehatan sesuai
standar minimal satu kali dalam kurun waktu usia kehamilan 0 12 minggu.
- Ibu hamil trimester dua yang melakukan pemeriksaan ANC ke tenaga kesehatan sesuai
standar minimal satu kali dalam kurun waktu usia kehamilan 13 27 minggu.
- Ibu hamil trimester tiga yang telah melakukan pemeriksaan ANC ke tenaga kesehatan
sesuai standar minimal empat kali dalam kurun waktu tertentu.
4.3.5.

Kriteria Ekslusi Sampel

- Ibu hamil trimester satu yang tidak melakukan pemeriksaan awal di tenaga kesehatan
dalam kurun waktu 0 12 minggu.
- Ibu hamil trimester tiga yang melakukan pemeriksaan ANC kurang dari empat kali.
4.4 Variabel Penelitian
- Variabel bebas : kunjungan ibu hamil pada tenaga kesehatan

untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) sesuai standar.


-Variabel terikat : faktor -faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan ibu hamil
4.5 Definisi Operasional

1.

Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan K1

-Kontak pemeriksaan kehamilan sesuai standar minimal 1 x pada trimester pertama.


-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : telaah buku KIA yang disimpan ibu
-Hasil ukur:
Tidak = tidak periksa kehamilan pada trimester pertama
Ya = melakukan pemeriksaaan kehamilan minimal 1x di tenaga kesehatan
2.

Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan K4

-Kontak pemeriksaan kehamilan sesuai standar minimal 4x selama kehamilan. 1x pada


trimester 1, 1x pada trimester 2, 2x pada trimester 3
-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : telaah buku KIA yang disimpan ibu
-Hasil ukur :
Tidak = tidak lengkap bila <4x dan tidak sesuai standar
Ya = Lengkap bila minimal 4x dan sesuai standar
3.

Umur

-Didapat dari data pernyataan responden saat penelitian


-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur :
Tidak beresiko = 20 35 tahnu
Beresiko = <20 tahun dan atau >35 tahun
4.

Pendidikan Ibu

-Jenjang sekolah formal yang telah ditamatkan oleh ibu


-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur : Tidak tamat SD atau Tamat SD atau Tamat SMP atau Tamat SMA atau Tamat
perguruan tinggi
5. Pekerjaan Ibu
-Aktivitas yang dilakukan ibu setiap hari untuk menunjang kehidupan keluarga dan
menghasilkan uang
-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur : Tidak bekerja atau Bekerja (apa jenis pekerjaannya)
6. Pendapatan Keluarga
-Pendapatan rata-rata keluarga yang diperoleh tiap bulan dari pekerjaannya.

-Alat ukur : kuesioner


-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur : <1 juta rupiah atau 1 2,5 juta rupiah atau >2,5 juta rupiah
7. Pengetahuan Ibu
-Tingkat pemahaman ibu tentang pelayanan antenatal yang diukur berdasarkan kemampuan
menjawab pertanyaan
-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur :
Pengetahuan kurang : mean
Pengetahuan baik : >mean
8. Paritas
-Keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang.
-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur :
Paritas resiko rendah : melahirkan janin 1 orang (kali pertama melahirkan)
Paritas resiko sedang : melahirkan janin 2-4 orang
Paritas resiko tinggi : melahirkan janin >4 orang
9. Kualitas Pelayanan ANC
-Pemeriksaan ANC yang diterima ibu hamil sesuai standar 7T (Timbang berat badan, ukur
Tinggi badan, ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT,
pemberian Tablet Fe, Test PMS, Temu wicara)
-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur : sesuai standar atau tidak sesuai standar
10. Jarak Rumah ke Fasilitas Kesehatan
-Lama waktu untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal ibu.
-Alat ukur : kuesioner
-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur :
Dekat : 30 menit
Jauh : >30 menit
11. Dukungan Suami atau Keluarga
-Penilaian responden terhadap dorongan atau support yang diberikan oleh keluarga
terwujud dalam perilaku keluarga

-Alat ukur : kuesioner


-Cara ukur : wawancara
-Hasil ukur :
Dukungan kurang : mean
Dukungan baik : >mean
4.5

Pengumpulan Data
4.5.1

Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi semua
jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan yang ada pada kuesioner dengan
cara diwawancarai oleh peneliti.
Data sekunder meliputi cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 yang didapatkan melalui
data bulanan Puskesmas Wonomerto.
4.5.2

Instrumen Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan buku KIA milik ibu
hamil.
4.5.3

Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan sistem peneliti mendatangi ibu hamil saat
ada kegiatan posyandu atau kelas ibu hamil dengan bantuan bidan desa.
4.6

Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun tahap-tahap
pengolahan data adalah :
Editing Data
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau dikumpulkan.
Entry Data
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel, kemudian
membuat distribusi frekuensi dan chart.
Cleaning Data
Setelah seluruh data selesai di entry dilakukan cleaning untuk membersihkan pengisian
data.

Anda mungkin juga menyukai