OLEH :
dr. IKA PRATIWI MAHBUBAH
PENDAMPING:
dr. HARIAWAN DWI TAMTOMO, M.Mkes
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kematian ibu melahirkan masih merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati
teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya
angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak faktor, di antaranya kualitas
perilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan Antenatal Care (ANC) pada pelayanan
kesehatan, sehingga kehamilannya berisiko tinggi. Perhatian dunia terhadap kematian
ibu melahirkan tergolong sangat besar. Dalam komitmen internasional Millenium
Development Goals (MDGs), penurunan kematian ibu melahirkan menjadi salah satu
dari delapan tujuan (goals) yang dirumuskan. Komitmen tersebut dituangkan Indonesia
dalam arah pembangunan jangka panjang kesehatan Indonesia tahun 2005-2025, yaitu:
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap
pelayanan kesehatan yang mencakup, meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari
69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025, menurunnya Angka
Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi
15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025, dan menurunnya AKI dari 262 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 (Depkes RI, 2010).
Di Kabupaten Probolinggo target pencapaian kegiatan ANC K1 sebesar 95% dan
K4 sebesar 90%. Namun pada Puskesmas Wonomerto dari jumlah total 746 kunjungan
selama tahun 2014 didapatkan jumlah cakupan K1 murni pada tahun 2014 sebanyak
83,91% (626 kunjungan) , K1 akses sebanyak 98,12%
karena
rendahnya
tingkat
pendidikan,
pemeliharaan
kehamilan,
pengetahuan tentang gizi dalam kehamilan, keadaan ekonomi dan sebagainya. Pada
umumnya keterbatasan ekonomi menjadi faktor yang dominan dalam mempengaruhi
kematian maternal selain pengetahuan atau pendidikan. Keterbatasan ekonomi dapat
mendorong ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan rutin karena tidak mampu
membayarnya. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan yang mengakibatkan kurangnya
pengetahuan tentang kehamilan atau kelainan-kelainan dalam kehamilan kurang
diperhatikan yang pada akhirnya dapat membawa resiko yang tidak diinginkan. Akibat
dari rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang kehamilan banyak menimbulkan
adanya kematian baik pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan atau bahkan keduaduanya.
Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal dipengaruhi oleh pemanfaatan
pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak dimanfaatkannya sarana pelayanan
antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti: ketidak mampuan dalam hal
biaya, lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu jauh atau petugas kesehatan tidak pernah
datang secara berkala (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Program kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan, dengan pelayanan / asuhan standar minimal 7 T: 1).Timbang berat
badan/Tinggi Badan, 2).Ukur tekanan darah. 3). Ukur tinggi fundus uteri, 4). Tetanus
Toxoid, 5). Pemberian tablet besi, 6). Test laboratorium sederhana, 7). Temu wicara.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau dan mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil. Setiap kehamilan
dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, sehingga sangat
diperlukan
pemantauan
selama
kehamilan.
Indikator
yang
digunakan
untuk
kunjungan ibu hamil pada tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
(Antenatal Care) sesuai standar di Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo
Tahun 2015
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka diperoleh rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu : Faktor faktor apa sajakah yang menyebabkan rendahnya
kunjungan ibu hamil pada tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
(Antenatal Care) sesuai standar di Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo
Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 1999). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak dia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai (Saefudin, 2002).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik
dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi
juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi
pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu
hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi
meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
(Depkes RI, 2009)
Kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sejak dini dan diobati,
Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan
metal.
(Wiknjosastro, 2005)
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
bayi,
Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal
(Saefudin, 2002).
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat haid, riwayat
perkawinan dan riwayat kesehatan.
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral
4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila
1. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya.
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan
darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui
apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
(Saefudin, 2002)
Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI
dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe
Motherhood yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman,
dan Pelayanan Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai
dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan
kunci yaitu : (Depkes RI,2001)
b.
profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis
untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan
komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-
1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu
Hamil.
Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang.Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat
500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di
minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.
(Saefudin, 2002)
b) Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil
sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1. Faktor resiko, meliputi:
a. Umur
(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b. Paritas
(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
(2) Paritas > 3
c. Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang kurangnya 2 tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
2. Komplikasi Kehamilan
a. Komplikasi obstetri langsung
(1) Perdarahan
(2) Preeklamasi/eklamsia
(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid
(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b. Komplikasi obstetri tidak langsung
(1) Penyakit jantung
(2) Hepatitis
2003).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna. Pengetahuan terdiri atas
kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan
memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwenang di masa
lalu yang umumnya dikenal, seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin
diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau
gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan
eksperimen. Pengetahuan juga diturunkan dengan cara logika secara tradisional,
otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat
dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan. Dari pengetahuan dan penelitian
ternyata prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari olehe pengetahuan.(Notoatmodjo, 2003)
2) Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat
langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup (Pramana, 2013).
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah
mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap
negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai obyek tertentu (Pramana, 2013).
Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada
pada seseorang yang memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang.
Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon
atau tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang tersebut terhadap suatu
masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar gambaran
kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang diambil sebagai respon terhadap
suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari
e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggung
jawab
2.2.1 Usia
Usia adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja (Pramana, 2013). Dengan bertambahnya umur
seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi
dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care.
Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi
apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna untuk
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Seorang
wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum
mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung aman, yaitu 20-35
tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Wiknjosastro (2005), juga
menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat
kembali sesudah usia 30-35 tahun.
2.2.2 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia, merupakan
suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses
baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan
(Wiknjosastro, 2005).
2.2.4 Pendapatan Perkapita Keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan perkapita adalah
besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu keluarga yang diperoleh dari hasil
pembagian pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan adalah hasil
pencarian atau perolehan usaha (Departemen Pendidikan Nasional 2002). Menurut
Mulyanto Sumardi dan Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh
penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil
sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat
penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang
tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena dapat menyediakan semua
kebutuhan dirinya baik yang primer maupun sekunder (Pramana, 2013).
Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena biaya
penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana yang
diperlukan. Menurut penelitian Shintha Kusumaning Pribadi (2008) dalam Pramana
(2013) meskipun faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang,
terhadap saran tenaga kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat dari
kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga
kesehatan. Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan
ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan.
Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya.
2.2.5 Jarak Rumah ke Tempat Pelayanan Kesehatan
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002), jarak adalah ruang sela
(panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan
tempat pelayanan ANC. Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah
ini belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan publik
termasuk di bidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan mendapatkan akses
pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan tenaga medis
seperti: dokter; bidan; atau perawat. Secara geografis masih banyak masyarakat yang
tinggal jauh dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2003).
2.2.6
Pekerjaan Ibu
Yang dimaksud pekerjaan adalah apabila ibu beraktifitas ke luar rumah maupun
di dalam rumah kecuali pekerjaan rutin rumah tangga. Menurut Pusat Penelitian
Kesehatan (1994) dalam Sumiati 2012 mengatakan bahwa ibu hamil bekerja merupakan
sebab-sebab mendasar mempengaruhi frekuensi pemeriksaan kehamilan sehubungan
dengan ada tidaknya waktu untuk kunjungan pemeriksaan kehamilan.
2.2.7
Menurut Depkes 2004 dan Saefudin 2002, standar pelayanan antenatal yang sering
digunakan adalah 7 T dan menunjukkan bahwa faktor kualitas antenatal paling berperan
dalam menentukan kunjungan antenatal berikutnya.
2.2.8
dukungan keluarga merupakan salah satu elemen penguat bagi terjadinya perilaku
seseorang. Dukungan keluarga dapat berperan penting terhadap sikap ibu untuk
menentukan status kesehatan ibu dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
2.2.9 Pengetahuan tentang Pelayanan Antenatal
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(2003),
pengetahuan
berupa
pemimpin-pemimpin
masyarakat
baik
formal
maupun
2.3.1
Geografis
Selatan
: Kec. Bantaran
Barat
: Kec. Lumbang
Timur
: Kec. Bantaran
: 1.020,586
Ha
2. Ladang
: 2.339,229
Ha
3. Pekarangan
: 604
Ha
4. Sawah T hujan
: 461,641
Ha
5. Hutan
: 374,400
Ha
6.Makam
Ha
7. Perkebunan
24,735 Ha
8. Lain-lain
99,592 Ha
19,350
DESA
Sepuh Gembol
Patalan
Poh sangit ngisor
Sumber Kare
Jrebeng
Wonorejo
Tunggak crme
Poh Sangit Tengah
Poh Sangit Lor
Kareng kidul
Kedung Supit
JARAK KE PUSK.
2 km
0,5 km
3 km
5 km
1,5 km
5 km
3 km
4 km
6 km
8 km
10 km
KETERANGAN
Jarak dari puskesmas ke
Balai desa bersangkutan.
Antar desa dihubungkan dengan jalan yang bervariasi, lebih kurang 75 % berupa
jalan aspal tapi kondisi jalan aspal banyak yang sudah rusak, 20 % berupa jalan dengan
pengerasan (makadam) dan 5 % berupa jalan tanah biasa. Dengan kondisi jalan seperti
di atas serta sulitnya alat transportasi umum yang dapat menembus Desa kecuali Ojek
(kendaraan roda dua) , hal ini
2.3.2. DEMOGRAFI
2.3.2.1. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Tahun 2014.
N
DESA
K.K
Pendud
Pra
Lansia
BUMIL
BULIN
BUFAS
0-11
1- 4
5-9
10-
bl
103
th
418
th
576
19 th
1005
O
1.
Sepuh Gembol
1570
uk
6209
Lansia
939
528
93
2.
Patalan
1430
4953
1095
614
87
89
89
92
331
314
776
3.
Pohs Nghisor
532
1962
987
551
22
23
23
33
130
150
194
4.
Pohs Tengah
849
3089
433
231
45
44
44
53
206
240
362
5.
Jrebeng
960
3206
741
409
46
47
47
55
214
262
402
6.
Tunggak Cerme
950
2985
629
345
43
43
43
51
199
280
441
7.
Wonorejo
1095
3827
607
332
56
48
48
66
257
314
507
8.
Poh S. Lor
1069
3604
648
356
50
49
49
62
250
293
467
9.
Sumber Kare
1497
5410
735
406
89
88
88
95
364
479
824
10
Kareng Kidul
643
2149
473
255
36
26
26
36
143
173
242
11
Kedung Supit
682
2449
532
289
45
36
36
43
171
210
312
PUSKESMAS
11.277
3 9843
3780
4313
600
573
573
689
2683
3289
5524
83
83
Dari hasil grafik jumlah penduduk diatas bahwa jumlah penduduk untuk Kecamatan
Wonomerto komposisinya lebih banyak jumlah Wanita (51,40 % ) daripada Laki-Laki
(48,60 %)
JUMLAH
2013
1
1
1
4
7
3
0
9
7
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
7
3
2
58
Dokter Umum
Apoteker
Dokter Gigi
Bidan Induk
Bidan Desa
Bidan Pustu
Perawat Gigi
Perawat Induk / UGD
Perawat Pustu/Poskesdes
Sanitarian
Bendahara
Tata Usaha
Juru Imunisasi
Pengelola Gudang
Pembantu Bidan
Pengelola Gizi
Pengelola Loket
Pengelola Apotik
Analis Laborat
Sopir
Pembantu Pustu/ Perawat
Jaga Malam/Kebersihan
Total
KETERANGAN
2014
1
1
1
9
7
3
0
10
7
1
1
1
1
1
1
2
3
2
2
4
3
2
63
JUMLAH
1
13 TT
3
3/4
3 PNS/ 4 PTT
2 PTT/ 1 Honda
3 PNS / 6 Honda
4 Honda/1 PNS
3 ponkesdes
PNS
PNS/ Sukwan
1 PNS
1 PNS
7 Sukwan
1 Sukwan/2 PNS
KETERANGAN
Rawat Jalan
1 Rusak sedang
2
9
7
6
4
1
DESA
Sp Gembol
Patalan
PS Ngisor
PS Tengah
Jrebeng
POSYANDU
4
4
3
3
3
Total
20
20
15
15
15
KADER
Aktif
20 ( 100 % )
20 ( 100 % )
15 ( 100 % )
15 ( 100 % )
15 ( 100 % )
DANA
SEHAT
0
0
0
0
0
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tunggak Cerme
Wonorejo
PS Lor
Sumber Kare
Kareng Kidul
Kedung Supit
PUSKESMAS
4
4
4
6
3
3
41
20
20
20
30
15
15
205
20 ( 100 % )
20 ( 100 % )
20 (100 % )
30 ( 100 % )
15 ( 100 % )
15 ( 100 % )
205 ( 100 % )
0
0
0
0
0
0
0
Desa
Jml. Pos
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Sepuh Gembol
Patalan
Poh S Ngisor
Poh S Tengah
Jrebeng
Tunggak Cerme
Wonorejo
Poh S Lor
Sumber kare
Kareng Kidul
Kedung Supit
4
4
3
4
3
3
4
4
6
3
3
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
2
3
2
4
3
2
2
4
4
2
0
2
1
1
0
1
1
1
0
1
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Jumlah
41
27
11
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya
Kunjungan Ibu Hamil pada Tenaga
Kesehatan
Untuk Melakukan ANC sesuai standar
di Kecamatan Wonomerto tahun 2015
Faktor Predisposisi :
-Umur
-Pendidikan
-Pekerjaan ibu
-Paritas
-Pengetahuan
Faktor Pemungkin /
Pendukung :
-Pendapatan keluarga
-Jarak rumah ke tempat
pelayanan Kesehatan
-Kualitas pelayanan ANC
Faktor Penguat /
Pendorong :
-Dukungan suami atau
keluarga
Kuesioner
3.2
Hipotesis
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross
sectional.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1.
Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian
Populasi
Sampel
Ibu hamil trimester satu, dua dan tiga yang memeriksakan dirinya ke tenaga kesehatan
(bagian KIA atau posyandu di wilayah kerja Kecamatan Wonomerto).
4.3.3.
- Ibu hamil trimester satu yang melakukan pemeriksaan ANC ke tenaga kesehatan sesuai
standar minimal satu kali dalam kurun waktu usia kehamilan 0 12 minggu.
- Ibu hamil trimester dua yang melakukan pemeriksaan ANC ke tenaga kesehatan sesuai
standar minimal satu kali dalam kurun waktu usia kehamilan 13 27 minggu.
- Ibu hamil trimester tiga yang telah melakukan pemeriksaan ANC ke tenaga kesehatan
sesuai standar minimal empat kali dalam kurun waktu tertentu.
4.3.5.
- Ibu hamil trimester satu yang tidak melakukan pemeriksaan awal di tenaga kesehatan
dalam kurun waktu 0 12 minggu.
- Ibu hamil trimester tiga yang melakukan pemeriksaan ANC kurang dari empat kali.
4.4 Variabel Penelitian
- Variabel bebas : kunjungan ibu hamil pada tenaga kesehatan
untuk melakukan
1.
Umur
Pendidikan Ibu
Pengumpulan Data
4.5.1
Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi semua
jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan yang ada pada kuesioner dengan
cara diwawancarai oleh peneliti.
Data sekunder meliputi cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 yang didapatkan melalui
data bulanan Puskesmas Wonomerto.
4.5.2
Instrumen Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan buku KIA milik ibu
hamil.
4.5.3
Data dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan sistem peneliti mendatangi ibu hamil saat
ada kegiatan posyandu atau kelas ibu hamil dengan bantuan bidan desa.
4.6
Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun tahap-tahap
pengolahan data adalah :
Editing Data
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau dikumpulkan.
Entry Data
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel, kemudian
membuat distribusi frekuensi dan chart.
Cleaning Data
Setelah seluruh data selesai di entry dilakukan cleaning untuk membersihkan pengisian
data.