4957 10851 1 SM PDF
4957 10851 1 SM PDF
TEKNIK
KEAIRAN
Salamun*
ABSTRACK
Estuary Phenomenon was construced by Tidal Range, Discharge and Sea Wave.
Instrution was an impact of Fresh water and Sea Water or Salinity. Length of Instrution
in Gangsa river can be forecasted by a model numerical which Saint Venant equation
especially on continuity and momentum equation which was shown water surface and
discharge. One of stop instrution on river is to build.
Keywords : Gangsa River, Estuary Phenomenon
ABSTRAK
Fenomena Estuary terbentuk dari Pasang, Debit dan Gelombang Laut. Instruary
adalah dampakdari menysupnya air laut/salinitas kerah air tawar/sungai. Panjang
instrusi Sungai Gangsa dapat diramalkam dengan Numerik dengan persamaan Saint
Venant khususnya pada Continuitas dan momentum yang ditunjukkan oleh elevasi
muka air dan debit. Peramalan ini adalah salah satu cara penentuan bangaunan
penanggulangan instrusi air laut.
Kata kunci : Debit Sungai, Pasang Surut dan Salinitas.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air permukaan atau air sungai
merupakan sumberdaya vital dan
strategis untuk kehidupan masyarakat.
Air terutama air tawar sangat penting
dalam kehidupan.
*)
21
22
Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air
laut karena adanya gaya tarik bendabenda langit, terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi.
Aliran air laut ke estuari di sertai
transpor massa garam. Masuknya air asin
ke estuari disebut intrusi air asin. Jarak
intrusi air asin ke estuari tergantung
pada karakteristik estuari, pasang surut
dan debit sungai. Semakin besar tinggi
pasang surut dan semakin kecil debit
sungai, semakin jauh intrusi air asin.
Sebaliknya semakin kecil tinggi pasang
surut dan semakin besar debit sungai,
semakin pendek jarak intrusi air asin.
Transpor garam di estuari terjadi secara
konveksi dan difusi. Secara konveksi air
garam terbawa (terangkut) bersama
dengan aliran air, karena pengaruh
kecepatan aliran. Tranpor secara difusi
terjadi karena turbelensi dan perbedaan
kadar garam di suatu titik dengan titiktitik di sekitarnya, sehingga kadar garam
akan menyebar ke titik dengan
konsentrasi lebih rendah.
Debit Sungai
Debit sungai dan perubahan musimnya
adalah salah satu dari parameter
penting dalam sirkulasi di estuari. Debit
sungai tergantung pada karakteristik
hidrologi dan daerah aliran sungai.
Daerah aliran sungai yang baik (hutan
masih terjaga) memberikan debit aliran
yang relatif konstan sepanjang tahun.
Sedang jika kondisinya jelek variasi
debit antara musim basah dan kering
sangat besar. Hidrograf di hulu estuari
merupakan fungsi waktu dengan arah
aliran selalu ke hilir (menuju laut). Pada
musim hujan debit aliran besar
sementara pada musim kemarau kecil.
Pada waktu banjr debit sungai
mendorong polutan (garam, sedimen
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa
Turbelensi
ini
menyebabkan
pencampuran air asin atau air tawar
pada kolam air yang lebih efektif
dibandingkan
dengan
akibat
gelombang
yang terjadi pada
pertemuan air asin atau air tawar. Air
tawar mengalir ke arah laut
bercampur dengan air asin dengan
proporsi yang lebih tinggi sehingga
kompensasi aliran air asin kearah
darat lebih kuat dibandingkan pada
estuari sudut asin dan apabila
pasang surut besar, pencampuran
lebih baik terjadi antara air asin dan
air tawar.
Tingkat pencampuran tergantung
pada energi yang di timbulkan oleh
pasang surut. Ke arah hulu estuari,
netto gerakan air asin makin kecil
dan netto gerakan air tawar di
permukaan ke arah hilir meningkat.
Kedalaman dimana tidak ada
gerakan air netto ke hulu maupun ke
hilir (transisi antara arus ke hulu dan
ke hilir, V = 0), makin ke hulu makin
meningkat sampai pada suatu titik
berimpit dengan dasar estuari. Pada
titik ini tidak ada gerakan air ke arah
hulu dan titik ini disebut titik nol
estuari. Letak titik nol selalu bergeser
ke hulu atau ke hilir sesuai dengan
besar kecilnya pasang surut dan
debit sungai. Pada debit besar
bergerak ke hilir dan sebaliknya
pada debit kecil bergerak ke hulu.
Salinitas bervariasi dalam arah
memanjang dan vertikal. Dalam arah
memanjang salinitas berkurang dari
mulut sungai ke arah hulu sedang
dalam arah vertikal berkurang dari
dasar ke permukaan.
23
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa
c.
Se
U 3B
.........................................(1)
gQt
dimana :
U
U
Qt
g
Tr
As
B
H
T
A
T
T
.............................................(3)
a
T Qa * T .................................. ....(4)
K
dimana :
T
a
25
Pasang surut
26
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa
140
HHWL
MHWL
120
MSL
MLWL
100
Elevasi, cm
LLWL
80
60
40
20
Mar-99
Feb-99
Jan-99
Des-98
Nop-98
Okt-98
Sep-98
Agust-98
Jul-98
Jun-98
Mei-98
Apr-98
Mar-98
Feb-98
Jan-98
Macam Air
Tawar (fresh)
Payau (Brackish)
Saity
Briny
27
Tabel 2. Hasil Pengukuran Salinitas Dan Daya Hantar Listrik di Sungai Gangsa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jarak dari
Muara
(m)
0
200
700
1200
1700
2200
2700
3200
3700
4200
4700
5200
5700
6200
6700
7200
7700
8200
8700
9200
9700
Waktu Pengetesan
pH
Jam
Tanggal
13.15
13.10
12.50
12.30
12.10
11.50
11.30
11.10
10.50
10.30
10.10
9.50
9.30
13.55
14.15
14.35
14.55
15.15
15.35
15.55
16.15
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
29/09/2002
28/09/2002
28/09/2002
28/09/2002
28/09/2002
28/09/2002
28/09/2002
28/09/2002
28/09/2002
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
7
7
7
7
7
7
8
Daya Hantar
Listrik
(S/cm)
42000
39000
41500
42000
41500
40000
43000
42500
41500
42000
40500
39000
33000
41000
40000
39500
40500
39000
39000
39000
5000
Salinitas
0
Ketrangan
/00
mg/l
24
23
24
24
24
23
25
25
24.5
27
25.5
24.5
19.5
24
23
22.5
23.5
22
22.5
21
4
24,700
23,143
24,184
24,255
24,632
24,190
25,522
25,226
24,623
24,929
24,038
23,148
19,956
24,335
24,190
23,887
24,492
23,585
23,148
22,980
2,914
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa
Hidrograf Banjir
300
400
250
350
Debit (m3/dtk)
Debit (m3/dtk)
300
200
150
100
50
250
200
150
100
50
0
0
0
Waktu (jam)
(a)
3 4 5 6
Waktu (jam)
(b)
400
600
350
500
Debit (m3/dtk)
Debit (m3/dtk)
300
250
200
150
100
50
0
400
300
200
100
0
3 4 5 6
Waktu (jam)
(c)
(d)
600
Debit (m3/dtk)
Debit (m3/dtk)
500
400
300
200
100
0
0
3 4 5 6
Waktu (jam)
(e)
3 4 5 6
Waktu (jam)
700
600
500
400
300
200
100
0
0
3 4 5 6
Waktu (jam)
(f)
Gambar 6. Grafik. Hubungan Debit Puncak dan waktu (a). Periode 2 tahun, (b).
Periode 5 tahun, (c). Periode 10 tahun, (d). Periode 25 tahun, (e). Periode 50 tahun,
(f). Periode 100 tahun
29
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Debit (m /dt)
0,810
0,671
0,565
0,364
0,237
0,133
0,079
0,062
0,042
0,189
0,386
0,502
Pengukuran Salinitas
Dari hasil pengukuran salinitas di
lapangan maka dapat dianalisa kondisi
salinitas di sungai Gangsa. Adapun
analisa yang telah dilakukan seperti
pada tabel berikut ini :
Dari analisa diatas maka kita dapat
mengetahui jarak intrusi yang terjadi di
sungai Gangsa dari muara. Besarnya
jarak intrusi air laut di sungai Gangsa
yang diukur dari muara sungai adalah
30,000
50000
45000
25,000
Salinitas
40000
Salinitas (mg/l)
30000
15,000
25000
20000
10,000
15000
10000
5,000
5000
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
0
11000
35000
20,000
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa
30
Salinitas (ppm)
25
20
15
10
5
0
0
Jam 13.00
10
11
Thousands
Jarak (meter)
Jam 20.00
Analisa
dilakukan
saat
debit
adalan/Debit kecil mengunakan debit ,
3
sebesar 0,81 m /dtk. Lebar muka air 28
meter, panjang sungai 12,5 Km dengan
kemiringan dasar saluran 0,0009. Hasil
perhitungan salinitas menunjukkan titik
peralihan antara air asin dan air tawar
terletak pada jarak 12,5 Km untuk
30
Salinitas ( ppm )
25
20
15
10
5
0
0
10
11
12
13
Thousands
Jam 13.00
Jam 20.00
Jarak ( meter )
PERENCANAAN BANGUNAN
PENANGGULANGAN INSTRUSI
PENUTUP
= + 3,00 m
= + 6,00 m
= +8,31 m
= 300,893
3
m /dtk
= 28,00 m
= 8,00 km
Simpulan
Permasalahan intrusi air laut merupakan
permasalahan
yang
tidak
dapat
dipandang sebelah mata. Fenomena ini
terjadi di kawasan pantai atau pesisir.
Mengingat Indonesia merupakan daerah
kepulauan dan dua per tiga dari wilayah
Idonesia adalah air maka fenomena
intrusi air laut ke darat ini dipastikan
akan
selalu
menjadi
suatu
permasalahan yang harus dipecahkan.
Bahaya dari intrusi air laut ini dapat
menyebabkan keterbatasan ketersediaan air tawar di daerah pesisir pantai
yang sangat dibutuhkan manusia. Baik
kebutuhan air tawar sebagai air minum,
mandi, mencuci dan lain sebagainya
atau kebutuhan irigasi tambak atau
irigasi persawahan.
6.00
5.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2500
2000
1500
1000
500
Gambar 10. Grafik Profil muka air sungai dari bangunan pelimpah ke hulu
32
4.00
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa
Standart
Kriteria
33
7. _____,
(1986).
Standart
Perencanaan
Irigasi,
Kriteria
perencanaan Bangunan KP-06,
Desember.
34